BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunuh diri merupakan salah satu bentuk kegawat daruratan psikiatri. Meskipun suicide adalah perilaku yang membutuhkan pengkajian yang komprehensif pada depresi, penyalahgunaan NAPZA , skizofrenia, gangguan kepribadian( paranoid, borderline, antisocial), suicide tidak bisa disamakan dengan penyakit mental. Beberapa hambatan dalam melakukan managemen klien dengan bunuh diri adalah pasien yang dirawat dalam waktu yang cukup singkat sehingga membuat klien kurang mampu mengungkapkan perasaannya tentang bunuh diri. Kurang detailnya tentang pengkajian resiko bunuh diri pada saat masuk dan banyak perawat kurang melakukan skrening akan resiko bunuh diri. Disamping itu 2 dari 3 orang yang melakukan suicide diketahui oleh perawat dalam beberapa bulan sebelumnya. Hal ini mengindikasikan bahwa tenaga kesehatan kurang memberikan intervensi yang adekuat. Lebih lanjut banyak perawat mungkin takut untuk menanyakan tentang masalah bunuh diri pada pasien atau bahkan tidak mengetahui bagaimana untuk menanyakan jika pasien memiliki pikiran untuk melakukan suicide. Oleh karena itu suicide pada pasien rawat inap merupakan masalah yang perlu penanganan yang cepat dan akurat. Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai factor resiko terjadinya bunuh diri, instrument pengkajian dan managemen keperawatannya dengan pendekatan proses keperawatanya. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana Konsep teori dari resiko bunuh diri ? a. Pengertian b. Rentang respon c. Faktor predisposisi dan Faktor presipitasi d. Tanda dan Gejala (mayor dan minor) e. Psikopatologi f. Diagnosa keperawatan dan diagnosa medis g. Penatalaksanaan 1. Penataaksanaan medis 2. Penatalaksanaan keperawatan 1.2.2 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien resiko bunuh diri ? 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang perilaku bunuh diri (suicide) 1.3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui perilaku percobaan bunuh diri pada seseorang b. Untuk mengetahui askep perilaku percobaan bunuh diri c. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bunuh Diri Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang harapan – putus harapan merupakan rentang adaptif – maladaptif. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat. Respon maladaptif antara lain : a. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis. : Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan koping yang bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu. b. Kehilangan, ragu-ragu :Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai. Misalnya : kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semua dapat berakhir dengan bunuh diri. c. Depresi : Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar dari keadaan depresi berat. d. Bunuh diri Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi. 2.2 Rentang Respon Rentang respon protektif diri mempunyai peningkatan diri sebagai respon paling adaptif, sementara perilaku destruktif diri, pencederaan diri, dan bunuh diri merupakan respon maladaptive. Rentang peningkatan diri sampai perilaku destruktif diri : Respon adaptif Respon maladaptif Peningkatan Beresiko Destruktif diri Pencederaan diri Bunuh diri diri destruktif tidak langsung Pada umumnya tindakan bunuh diri merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress Perilaku bunuh diri berkembang dalam beberapa rentang diantaranya : a. Suicidal ideation, Pada tahap ini merupakan proses contemplasi dari suicide, atau sebuah metoda yang digunakan tanpa melakukan aksi/ tindakan, bahkan klien pada tahap ini tidak akan mengungkapkan idenya apabila tidak ditekan. Walaupun demikian, perawat perlu menyadari bahwa pasien pada tahap ini memiliki pikiran tentang keinginan untuk mati
b. Suicidal intent, Pada tahap ini klien mulai berpikir dan sudah melakukan perencanaan yang konkrit untuk melakukan bunuh diri, c. Suicidal threat, Pada tahap ini klien mengekspresikan adanya keinginan dan hasrat yan dalam , bahkan ancaman untuk mengakhiri hidupnya . d. Suicidal gesture, Pada tahap ini klien menunjukkan perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri yang bertujuan tidak hanya mengancam kehidupannya tetapi sudah pada percobaan untuk melakukan bunuh diri. Tindakan yang dilakukan pada fase ini pada umumnya tidak mematikan, misalnya meminum beberapa pil atau menyayat pembuluh darah pada lengannya. Hal ini terjadi karena individu memahami ambivalen antara mati dan hidup dan tidak berencana untuk mati. Individu ini masih memiliki kemauan untuk hidup, ingin di selamatkan, dan individu ini sedang mengalami konflik mental. Tahap ini sering di namakan “Crying for help” sebab individu ini sedang berjuang dengan stress yang tidak mampu di selesaikan. e. Suicidal attempt, Pada tahap ini perilaku destruktif klien yang mempunyai indikasi individu ingin mati dan tidak mau diselamatkan misalnya minum obat yang mematikan . walaupun demikian banyak individu masih mengalami ambivalen akan kehidupannya. f. Suicide. Tindakan yang bermaksud membunuh diri sendiri . hal ini telah didahului oleh beberapa percobaan bunuh diri sebelumnya. 30% orang yang berhasil melakukan bunuh diri adalah orang yang pernah melakukan percobaan bunuh diri sebelumnya. Suicide ini yakini merupakan hasil dari individu yang tidak punya pilihan untuk mengatasi kesedihan yang mendalam 2.3 Faktor predisposisi dan Faktor presipitasi 2.3.1 Faktor Predisposisi Menurut Stuart dan Sundeen (1997), faktor predisposisi bunuh diri antara lain : a. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri, mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia. b. Sifat kepribadian, tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi. c. Lingkungan psikososial, Seseorang yang baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri. d. Riwayat keluarga/factor genetik, Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri pada keturunannya serta merupakan faktor resiko penting untuk prilaku destruktif.. Disamping itu adanya penurunan serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi terjadinya resiko buuh diri. e. Faktor biokimia, Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.
2.3.2 Faktor Presipitasi Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah : a. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti. b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres. c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri. d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan. 2.4 Tanda dan Gejala Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut. a. Petunjuk dan gejala 1. Keputusasaan 2. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berguna 3. Alam perasaan depresi 4. Agitasi dan gelisah 5. Insomnia yang menetap 6. Penurunan BB 7. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial. 8. Petunjuk psikiatrik a. Upaya bunuh diri sebelumnya b. Kelainan afektif c. Alkoholisme dan penyalahgunaan obat d. Kelaianan tindakan dan depresi mental pada remaja e. Dimensia dini/ status kekacauan mental pada lansia f. Riwayat psikososial 1) Baru berpisah, bercerai/ kehilangan 2) Hidup sendiri 3) Tidak bekerja, perbahan/ kehilangan pekerjaan baru dialami 4) Faktor-faktor kepribadian a) Implisit, agresif, rasa bermusuhan b) Kegiatan kognitif dan negatif c) Keputusasaan d) Harga diri rendah e) Batasan/gangguan kepribadian antisocial 2.5 Psikopatologi Semua prilaku bunuh diri adalah serius apapun tujuannya. Orang yang siap membunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai niat untuk melakukannya. Prilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 4 kategori : a. Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak langsung ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan:”tolong jaga anak-anak karena saya akan pergi jauh!” atau” segala sesuatu akan lebih baik tanpa saya.” Pada kondisi ini pasien mungkin sudah memiliki ide untuk mengakhiri hidupnya, namun tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri. Pasien umumnya mengungkapkan perasaan seperti rasa bersalah/sedih/marah/putus asa/tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal negative tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah. b. Ancaman bunuh diri Peningkatan verbal/nonverbal bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Ancaman menunjukkan ambivalensi seseorang tentang kematian, kurangnya respon positif dapat ditafsirkan seseorang sebagai dukungan untuk melakukan tindakan bunuh diri. Ancaman bunuh diri pada umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan untuk mati,disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif pasien telah memikirkan rencana bunuh diri, namun tidak disertai dengan percobaan bunuh diri. c. Upaya bunuh diri Semua tindakan yang diarahkan pada diri yang dilakukan oleh individu yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dicegah. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi. Percobaan bunuh diri terlebih dahulu individu tersebut mengalami depresi yang berat akibat suatu masalah yang menjatuhkan harga dirinya. d. Bunuh Diri Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peningkatan terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan percobaan bunuh diri dan yang tidak langsung ingin mati mungkin pada mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada waktunya. 2.6 Diagnosa Keperawatan dan Diagnosa Medis Berdasarkan NANDA Diagnosa keperawatan primer untuk perilaku destruktif – diri : a. Ketidakpatuhan b. Resiko terhadap mutilasi diri c. Resiko terhadap amuk, diarahkan pada diri sendiri Diagnosa lainnya : 1. Kerusakan penyesuaian 2. Ansietas 3. Gangguan citra tubuh 4. Inefektif koping komunitas 5. Inefektif : perlemahan koping keluarga 6. Inefektif koping individu 7. Inefektif menyangkal 8. Resiko terhadap defisit volume cairan
9. Resiko terhadap kesepian 10. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 11. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh 12. Gangguan harga diri 13. Distres spiritual 2.7 Penatalaksanaan 2.7.1 Penataaksanaan medis Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi. 2.7.2 Penatalaksanaan keperawatan Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan gangguan psikologik. 2.8 Askep ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI A. Pengkajian Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian : 1. Riwayat masa lalu : a. Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri b. Riwayat keluarga terhadap bunuh diri c. Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia d. Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik. e. Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline, paranoid, antisocial f. Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka 2. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru dialami. 3. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi. 4. Riwayat pengobatan. 5. Riwayat pendidikan dan pekerjaan. 6. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari individu dengan gangguan mood. 7. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri : a. Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit. b. Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur dan cara-cara melaksanakan rencana tersebut.
c. Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah, keparahan gangguan mood). d. Sistem pendukung yang ada. e. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat penyalahgunaan zat. f. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga klien, atau keluarga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi pengobatan gangguan mood, tanda-tanda kekambuhan dan tindakan perawatan diri. 8. Symptom yang menyertainya a. Apakah klien mengalami : 1) Ide bunuh diri 2) Ancaman bunuh diri 3) Percobaan bunuh diri 4) Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja b. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan dan anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait dengan resiko bunuh diri. Bila individu menyatakan memiliki rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka sendiri. Perlu dilakukan penkajian lebih mendalam lagi diantaranya : 1. Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan 2. Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan aksinya atau perencanaan untuk melakukan aksinya yang sesuai dengan rencananya. 3. Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai pasien untuk merencanakan dan mengagas akan suicide 4. Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu mampu diakses oleh klien. Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan pengkajian tentang riwayat kesehatan mental klien yang mengalami resiko bunuh diri : 1. Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik 2. Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien 3. Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam dan mendorong komunikasi terbuka. 4. Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata – kata yang dimengerti klien 5. Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat pengobatannya 6. Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi 7. Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan 8. Peroleh riwayat penyakit fisik klien Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien yang memiliki resiko apabila menunjukkan perilaku sebagai berikut : 1. Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh diri 2. Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan bunuh diri.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri. Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa. Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik Menunjukkan impulsivitas dan agressif Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau kehilangan yang bertubi-tubi dan secara bersamaan 10. Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh diri misal pistol, obat, racun. 11. Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif dengan pengobatan 12. Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial. Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri, perawat perlu memahami petunjuk dalam melakukan wawancara dengan pasien dan keluarga untuk mendapatkan data yang akurat. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam melakukan wawancara adalah : 1. Tentukan tujuan secara jelas : Dalam melakukan wawancara, perawat tidak melakukan diskusi secara acak, namun demikian perawat perlu melakukannya wawancara yang fokus pada investigasi depresi dan pikiran yang berhubungan dengan bunuh diri. 2. Perhatikan signal / tanda yang tidak disampaikan namun mampu diobservasi dari komunikasi non verbal. Hal ini perawat tetap memperhatikan indikasi terhadap kecemasan dan distress yang berat serta topic dan ekspresi dari diri klien yang di hindari atau diabaikan. 3. Kenali diri sendiri. Monitor dan kenali reaksi diri dalam merespon klien, karena hal ini akan mempengaruhi penilaian profesional. 4. Jangan terlalu tergesa – gesa dalam melakukan wawancara. Hal ini perlu membangun hubungan terapeutik yang saling percaya antara perawat dank lien. 5. Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu individu mempengaruhi emosional klien. 6. Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian pribadi akan membuat kabur penilaian profesional. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada prilaku percobaan bunuh diri : 1. Dorongan yang kuat untuk bunuh diri berhubungan dengan gangguan alam perasaan : depresi. 2. Potensial untuk bunuh diri berhubungan dengan ketidakmampuan menangani stres, perasaan bersalah. 3. Koping yang tidak efektif berhubungan dengan ingin bunuh diri sebagai pemecahan masalah. 4. Potensial untuk bunuh diri berhubungan dengan keadaan stress yang tiba-tiba 5. Isolasi sosial berhubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang menurun.
6. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan kegagalan (sekolah, hubungan interpersonal). C. Rencana Tindakan Tujuan utama asuhan keperawatan adalah melindungi klien sampai ia dapat melindungi diri sendiri. Intervensi yang dibuat dan dilaksanakan terus mengacu pada etiologi dari diagnosa keperawatan serta sesuai dengan tujuan yang akan tercapai. Aktivitas keperawatan secara umum 1. Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif yang diarahkan pada diri sendiri, dengan cara : a. Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang, rendah. b. Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya hidup, dukungan social yang tersedia, rencana tindakan yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme yang biasa digunakan. c. Berikan lingkungan yang aman ( safety) berdasarkan tingkatan resiko , managemen untuk klien yang memiliki resiko tinggi d. Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya ditempatkan didekat ruang perawatan yang mudah di monitor oleh perawat. e. Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang dapat membahayakan klien misalnya : pisau, gunting, tas plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya lainnya. f. Membuat kontrak baik lisan maupun tertulis dengan perawat untuk tidak melakukan tindakan yang mencederai diri Misalnya : ”Saya tidak akan mencederai diri saya selama di RS dan apabila muncul ide untuk mencederai diri akan bercerita terhadap perawat.” g. Makanan seharusnya diberikan pada area yang mampu disupervisi dengan catatan 1) Yakinkan intake makanan dan cairan adekuat 2) Gunakan piring plastik atau kardus bila memungkinkan. 3) Cek dan yakinkan kalau semua barang yang digunakan pasien kembali pada tempatnya. h. Ketika memberikan obat oral, cek dan yakinkan bahwa semua obat diminum. i. Rancang anggota tim perawat untuk memonitor secara kontinyu. j. Batasi orang dalam ruangan klien dan perlu adanya penurunan stimuli. k. Instruksikan pengunjung untuk membantasi barang bawaan ( yakinkan untuk tidak memberikan makanan dalam tas plastic) l. Pasien yang masih akut diharuskan untuk selalu memakai pakaian rumah sakit. m. Melakukan seklusi dan restrain bagi pasien bila sangat diperlukan n. Ketika pasien sedang diobservasi, seharusnya tidak menggunakan pakaian yang menutup seluruh tubuhnya. Perlu diidentifikasi keperawatan lintas budaya. o. Individu yang memiliki resiko tinggi mencederai diri bahkan bunuh diri perlu adanya komunikasi oral dan tertulis pada semua staf.
p. q. r. s. t.
Membantu meningkatkan harga diri klien Tidak menghakimi dan empati Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang lain Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien dengan control impuls yang rendah u. Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan perilaku bila diindikasikan. v. Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan dukungan social w. Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa klien membutuhkan dukungan social yang adekuat. x. Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di punyai termasuk jejaring sosial yang bisa di akses. y. Dorong klien untuk melakukan aktivitas social z. Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang positif. 1) Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif 2) Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan bunuh diri. 3) Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa yang terjadi sebelum anda memiliki pikiran bunuh diri’ 4) Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping 5) Explorasi perilaku alternative 6) Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai 7) Bantu klien untuk mengidentifikasi pola piker yang negative dan mengarahkan secara langsung untuk merubahnya yang rasional. a. Initiate Health Teaching dan rujukan, jika diindikasikan b. Memberikan pembelajaran yan menyiapkan orang mengatasi stress (relaxation, problem-solving skills). c. Mengajari keluarga technique limit setting d. Mengajari keluarga ekspresi perasaan yang konstruktif e. Intruksikan keluarga dan orang lain untuk mengetahui peningkatan resiko : perubahan perilaku, komunikasi verbal dan nonverbal, menarik diri, tanda depresi. Menurut Stuart dan Sundeen (1997) dalam Keliat (1991 : 13) mengidentifikasi intervensi utama pada klien untuk prilaku bunuh diri yaitu : a. Melindungi : Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien melukai dirinya. Tempatkan klien di tempat yang aman, bukan diisolasi dan perlu dilakukan pengawasan. b. Meningkatkan harga diri: Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah. Bantu klien mengekspresikan perasaan positif dan negatif. Berikan pujian pada hal yang positif. c. Menguatkan koping yang konstruktif/sehat.: Perawat perlu mengkaji koping yang sering dipakai klien. Berikan pujian penguatan untuk koping yang konstruktif. Untuk koping yang destruktif perlu dimodifikasi/dipelajari koping baru.
d. Menggali perasaan : Perawat membantu klien mengenal perasaananya. Bersama mencari faktor predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi prilaku klien. b. Menggerakkan dukungan sosial, untuk itu perawat mempunyai peran menggerakkan sistem sosial klien, yaitu keluarga, teman terdekat, atau lembaga pelayanan di masyarakat agar dapat mengontrol prilaku klien. D. Pelaksanaan Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini (here and now). Perawat juga meniali diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien, jika aman maka tindakan keperawatan boleh dilaksanakan. E. Evaluasi 1. Ancaman terhadap integritas fisik atau sistem dari klien telah berkurang dalam sifat, jumlah asal atau waktu. 2. Klien menggunakan koping yang adaptif. 3. Klien terlibat dalam aktivitas peningkatan diri. 4. Prilaku klien menunjukan kepedualiannya terhadap kesehatan fisik, psikologi dan kesejahteraan sosial. 5. Sumber koping klien telah cukup dikaji dan dikerahkan.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan a. Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress dan berkembang dalam beberapa rentang. b. Banyak penyebab/alasan seseorang melakukan bunuh diri diantaranya kegagalan beradaptasi,perasaan marah dan terisolasi, dan lainnya c. Bunuh diri biasanya didahului oleh isyarat bunuh diri,ancaman bunuh diri serta percobaan bunuh diri d. Pengkajian orang yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut 3.2 Saran a. Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup cirri-ciri pasien yang ingin mengakhiri hidupnya sehingga dapat mengantisipasi terjadinya perilaku bunuh diri pasien b. Hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan jiwa