Makalah Plh Sumber Daya Air.pdf

  • Uploaded by: Marenda Dias
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Plh Sumber Daya Air.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 3,793
  • Pages: 18
MAKALAH Potensi dan Permasalahan Pengelolaan Sumber Daya Air (Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup)

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ir. Sri Hartatik, M. S. Sukron Romadhona, S.Pd., M. I. L

Disusun oleh : 1. Alif Mardatillah

(160210101033)

2. Marenda Dias Krismonita

(160210101074)

3. Amaliya Damayanti

(160210101088)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas Pendidikan Lingkungan Hidup berupa tugas makalah yang berjudul “Potensi dan Permasalahan Pengelolaan Sumber Daya Air” tanpa ada halangan yang berarti. Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup. Selain itu, penyusun ingin memberikan gambaran kepada para pembaca tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan judul yang akan dibahas. Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas ini. Kami mohon kritik dan saran apabila dalam penyusunan tugas ini masih banyak kekurangannya. Harapan kami semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua orang.

Jember, 27 Maret 2019

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ..................................................................................................................ii DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................................................ 1 1.1

Latar Belakang .................................................................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah ............................................................................................................... 2

1.3

Tujuan ................................................................................................................................. 2

BAB 2. PEMBAHASAN .............................................................................................................. 3 2.1

Sumber daya air................................................................................................................... 3

2.2

Potensi sumber daya air di Indonesia ................................................................................... 3

2.3

Kondisi sumber daya air di Indonesia .................................................................................. 5

2.4

Permasalahan dan penanggulangan sumber daya air di Indonesia ......................................... 7

BAB 3. PENUTUP ..................................................................................................................... 14 3.1

Kesimpulan ....................................................................................................................... 14

3.2

Saran ................................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 15

iii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang Air meupakan bagian paling penting yang membuat kehidupan di bumi . semua organisme yang hidup tersusun dari sel-sel yang berisi air sedikitnya 60% dan aktivitas metabolik mengambil tempat di larutan air. Air bersifat sumber daya alam yang terbarukan dan dinamis yang artinya, sumber utama air yang berupa air hujan akan selalu datang sesuai dengan waktu atau musimnya sepanjang tahun. Mengingat keberadaan air disetiap wilayah dan tempat yang didudukinya tidak selalu tetap, maka harus dikelola dengan bijak dengan pendekatan terpadu dan menyeluruh. Terpadu dngan mencerminkan berbagai aspek, berbagai pihak (stakeholders) dan berbagai disiplin ilmu. Sedangkan menyeluruh mencakup yang sangat luas, melintas batas antar sumber daya, antar lokasi, antar banyak aspek, antar para pihak hulu dan hilir, antara multi disiplin, dan berbagai jenis tata guna lahan. Dalam jumlah tertentu air dapat menyebabkan bencana alam dan beberapa kerugian. Maka dari itu diperlukan suatu upaya pengelolaan air. Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. Mengingat di Indonesia sendiri terdapat dua musim yaitu, musim penghujan dan kemarau. Pada saat musim penghujan sering terjadi bencana alam seperti banjir serta tanah longsor dan pada saat musim kemarau terjadi kekeringan. Tampaknya masalah air dan bencana yang ditimbulkannya sudah menjadi masalah dunia. Tidak hanya merupakan masalah di Indonesia saja. Saat ini , semuai musim kemarau

menyadari bahwa akibat degradasi lingkungan yang parah,

keberadaan air di suatu tempat tidak lagi seimbang. Air makin berkurang di musim kemarau dan sangat berlebihan pada musim penghujan yang menimbulkan keruakan yang sangat hebat (Robert, 2008).

1

1.2

Rumusan Masalah 1.2.1 Apa sumber daya air itu? 1.2.2 Apa saja potensi sumber daya air di Indonesia? 1.2.3 Bagaimana kondisi sumber daya air di Indonesia? 1.2.4 Apa saja permasalahan dan penanggulangan sumber daya air di Indonesia?

1.3

Tujuan 1.3.1 Mengetahui hal tentang sumber daya air. 1.3.2 Mengetahui potensi sumber daya air di Indonesia. 1.3.3 Mengetahui kondisi sumber daya air di Indonesia. 1.3.4 Mengetahui permasalahan dan penanggulangan sumber daya air di Indonesia.

2

BAB 2. PEMBAHASAN 2.1

Sumber daya air Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi manusia. Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang pertanian, rumah tangga, industri, rekreasi, dan aktivitas lingkungan. 97% air di bumi adalah air asin, dan hanya 3% berupa air tawar yang lebih dari 2 per tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub. Air tawar yang tidak membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah berupa air tanah, dan hanya sebagian kecil berada di atas permukaan tanah dan di udara. Air adalah sumber daya terbarukan atau renewable, meski suplai air bersih terus berkurang. Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa bagian di dunia dan populasi dunia terus meningkat tentu mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap air bersih. Perhatian terhadap kepentingan global dalam mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah bermunculan, terutama sejak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah bersama dengan nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang tinggi biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih cepat dibandingkan dengan ekosistem laut ataupun darat. Dengan memperhitungkan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan air yang mengiringinya, masa depan neraca air, ketersediaan infrastruktur dan pelayanan sumber daya air nampaknya akan menjadi sangat timpang dan sensitif. Untuk itu dibutuhkan pengelolaan sumber daya air yang baik agar potensi yang ada dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam segala bidang kehidupan.

2.2

Potensi sumber daya air di Indonesia Secara nasional, ketersediaan air di Indonesia mencapai 694.000.000.000 m 3 per tahun. Jumlah ini pada dasarnya adalah potensi yang dapat dimanfaatkan, namun faktanya saat ini baru sekitar 23% yang sudah termanfaatkan, dimana hanya sekitar 20% yang dimanfaatkan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku rumah tangga, kota dan industri, 80% lainnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan irigasi.

3

Menurut hasil analisi yang dilakukan terhadap curah hujan, klimatologi, topografi, dan geologi menyangkut struktur tanah/jenis tanah, diperoleh hasil potensi sumberdaya air, yaitu : a. Air Tanah Air tanah adalah segala bentuk aliran air hujan yang mengalir di bawah permukaan tanah sebagai akibat struktur perlapisan geologi, beda potensi kelembaban tanah, dan gaya gravitasi bumi. Air bawah permukaan tersebut biasa dikenal dengan air tanah. Selain air sungai dan air hujan, air tanah mempunyai

peranan

yang

sangat

penting,

terutama

dalam

menjaga

keseimbangan dan ketersediaan bahan baku air untuk kepentingan rumah tangga (domestik) maupun untuk kepentingan industri. Kebanyakan orang menganggap air tanah sebagai sebuah danau atau sungai yang mengalir di bawah tanah. Padahal, kondisi ini benar hanya pada kasus dimana suatu daerah yang memiliki gua dibawah tanah. Secara umum air tanah akan mengalir sangat perlahan melalui suatu celah yang sangat kecil dan atau melalui butiran antar batuan. Batuan yang mampu menyimpan dan mengalirkan air tanah ini kita sebut dengan akuifer. Jumlah potensi air tanah di Indonesia pada akuiter bebas sebesar 494.390 juta m3/tahun dan pada akuiter tertekan sebesar 20.903 juta m3/tahun dengan jumlah 421 Cekungan Air Tanah (CAT). b. Sungai dan Daerah Aliran Sungai Indonesia memiliki lebih dari 5.590 sungai yang sebagian besar di antaranya memiliki kapasitas tampung yang kurang memadai sehingga tidak bisa terhindar dari bencana alam banjir, kecuali sungai-sungai di Pulau Kalimantan dan beberapa sungai di Jawa. Secara umum sungai-sungai yang berasal dari gunung berapi (volcanic) mempunyai perbedaan slope dasar sungai yang besar antara daerah hulu (upstream), tengah (middlestream) dan hilir (downstream) sehingga curah hujan yang tinggi dan erosi di bagian hulu akan menyebabkan jumlah sedimen yang masuk ke sungai sangat tinggi. Tingginya sedimen yang masuk akhirnya menimbulkan masalah pendangkalan sungai terutama di daerah hilir yang relatif lebih landai dan rata, sehingga sering terjadi banjir di dataran rendah (Kementerian PPN/Bappenas, Infrastruktur Indonesia, 2003). Sungai-sungai tersebut dikelompokkan menjadi 133 Wilayah Sungai yang terdiri dari 13

4

Wilayah Sungai kewenangan kabupaten, 51 Wilayah Sungai kewenangan propinsi, dan 69 Wilayah Sungai pusat yang berlokasi di lintas propinsi, lintas negara, dan sungai strategis nasional.

c. Danau dan Bendungan Untuk meningkatkan manfaat dan ketersediaan air, telah dibangun bendungan yang hingga saat ini telah mencapai 235 buah. Berdasarkan klasifikasi menurut ketinggian dan volume tampungan, bendungan dibedakan menjadi 2, yaitu bendungan dengan ketinggian lebih dari atau sama dengan 15 meter dengan volume lebih besar dari atau sama dengan 100.000 m3 (sebanyak 100 buah) dan bendungan dengan ketinggian kurang dari 15 meter dengan volume lebih besar dari atau sama dengan 500.000 m3 (sebanyak 135 buah). (Kementerian PPN/Bappenas, Infrastruktur Indonesia, 2003) d. Daerah Irigasi Selain irigasi pada umumnya, pemanfaatan rawa untuk pertanian juga telah dilakukan untuk menunjang pencapaian peningkatan produksi pangan nasional. Luas lahan rawa masih bersifat perkiraan, dan estimasi yang dilakukan oleh beberapa peneliti dan beberapa instansi. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang bervariasi terhadap luas lahan rawa di Indonesia dan hanya 10,8 juta hektar yang berpotensi untuk dikembangkan, terdiri dari 8,4 juta hektar rawa pasang surut (tidal) dan 2,4 juta hektar rawa non-pasang surut. Sebagian besar rawa yang potensial tersebut, 91,32% berada di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua.

2.3

Kondisi sumber daya air di Indonesia Menurut Herlambang, Potensi dan ketersediaan air di Indonesia saat ini diperkirakan sebesar 15.000 meter kubik perkapita pertahun. Jauh lebih tinggi dari rata-rata pasokan dunia yang hanya 8.000 m3/kapita/tahun. Pulau Jawa pada tahun 1930 masih mampu memasok 4.700 m3/kapita/tahun, saat ini total potensinya sudah tinggal sepertiganya, yakni tinggal 1500 m3/kapita/tahun. Pada tahun 2020 total potensinya diperkirakan tinggal 1200 m3/kapita/tahun. Dari potensi alami ini, yang layak dikelola secara ekonomi hanya 35%, sehingga potensi nyata tinggal 400

5

m3/kapita/tahun, jauh dibawah angka minimum PBB, yaitu sebesar 1.000 m3/kapita/tahun. Padahal dari jumlah 35% tersebut, sebesar 6% diperlukan untuk penyelamatan saluran dan sungai-sungai, sebagai maintenance low. Oleh karena itu pada tahun 025, Internasional Water Institute, menyebut Jawa dan beberapa pulau lainnya termasuk dalam wilayah krisis air. Berdasarkan studi Water Resources Development (1990), tahun 1990 Pulau Jawa sudah mengalami defisit air, dari kebutuhan 66.336 juta m3/tahun hanya bisa disediakan 43.952 juta m3/tahun. Joko Pitono (2003) juga mengkaji bahwa pada musim kemarau tahun 1993, 75% Pulau Jawa sudah mengalami kekeringan akibat defisit air dan diperkirakan defisit air akan meningkat pada tahun 2000 menjadi 56%, suatu angka yang mengkhawatirkan dan perlu diwaspadai secermat mungkin. Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup tahun 1997, dalam neraca airnya menyatakan bahwa secara nasional belum terjadi defisit air, tetapi khusus untuk Jawa, Bali sudah terjadi defisit tahun 2000 dan tahun 2015 bertambah dengan wilayah Sulawesi dan NTT (Herlambang, 2006). Hal itu menurut Hidayati disebabkan oleh Perilaku masyarakat yang tidak ramah terhadap lingkungan dan pengelolaan yang tidak tepat menjadi penyebab utama kerusakan sumber daya air dan mengancam keberlanjutan sumber daya tersebut. Permasalahan ini berkaitan erat dengan faktor ekonomi, terutama kemiskinan dan keserakahan, dan faktor non ekonomi, termasuk kurangnya pengetahuan dan informasi, dan kekurangpedulian masyarakat terhadap pentingnya pelestarian sumber daya alam tersebut. Motif mereka berbeda dengan masyarakat desa yang miskin, yang pemilik modal/pengusaha-pengusaha inginkan adalah mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan cara mudah. Hal ini terutama terjadi di daerah-daerah yang (akan) menjadi pusat-pusat pembangunan dan kegiatan ekonomi di seluruh negeri ini. Masuknya perusahaan-perusahaan kelapa sawit merupakan contoh pembukaan tutupan hutan secara besar-besaran yang berimplikasi pada rusaknya sumber daya air di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Provinsi Jambi. Perusahaanperusahaan tersebut mengkonversi hutan menjadi lahan monokultur kebun kelapa sawit yang menyebabkan degradasi ekosistem dan sumber daya air di daerah pasang surut. Selain itu, keberadaan kebun-kebun sawit yang sangat luas juga

6

mengakibatkan penurunan atau bahkan gagalnya produksi padi di sawah-sawah di sekitar perkebunan tersebut dikarenakan sumber-sumber air yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan padi sawah berkurang secara signifikan dan /atau air sangat asam karena tercampur atau terkontaminasi dengan pirit di lahan pasang surut. Pada musim hujan, meskipun air berlimpah, petani sawah tidak dapat memanfaatkan limpahan air dari saluran-saluran di sekitar kebun-kebun sawit, karena airnya asam, sedangkan pada musim kemarau akan kekurangan air/kekeringan (Hidayati, 2016).

2.4

Permasalahan dan penanggulangan sumber daya air di Indonesia Air merupakan unsur yang vital dalam kehidupan manusia. Dimana manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa air. Air tersedia cukup banyak, namun yang dapat digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-hari sedikit karena air yang dapat digunakan oleh manusia hanyalah air yang bersih. Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang tidak terbatas dan berkelanjutan karena sangat penting untuk konsumsi rumah tangga, kebutuhan industri dan tempat umum. Karena pentingnya kebutuhan akan air bersih, maka wajar jika sektor air bersih mendapatkan prioritas penanganan utama karena menyangkut kehidupan orang banyak. Jika kebutuhan terhadap air bersih tidak diimbangi dengan pengelolaan sumber daya air yang baik, maka berdampak pada kuantitas air tersebut dan yang terjadi krisis air bersih. Krisis air bersih adalah minimnya jumlah air bersih yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan di suatu wilayah. Ketimpangan antara kebutuhan dan ketersediaan air bersih dialami oleh sebagian besar wilayah di Indonesia. Permasalahan Sumber Daya Air di Indonesia terdiri dari 3 sisi yaitu, permasalahan dari sisi pasokan/ ketersediaan, permasalahan dari sisi penggunaan, dan permasalahan dari sisi manajemen. 2.4.1 Permasalahan Sumber Daya Air dari sisi pasokan/ketersediaan i.

Pengaruh Global Climate Change Pengaruh global climate change seperti “efek rumah kaca”,

pemanasan global dan sebagainya menyebabkan semakin sering dan semakin besarnya intensitas “extreme climate events” sebagaimana dua kejadian yang berlawanan yang kita alami akhir-akhir ini yaitu LaNina

7

(fenomena /curah hujan dengan intensitas tinggi yang berlangsung lama disuatu tempat) dan ElNino ( fenomena sebaliknya /kekeringan). ii. Kerusakan Daerah Aliran Sungai Semakin

meluasnya

degradasi

DAS

dan

semakin

tingginya

sedimentasi akibat pembabatan hutan dan praktek pertanian serta perkebunan yang tidak mengikuti aspek konservasi tanah dan air yang didorong oleh tekanan kependudukan dan meningkatnya kegiatan ekonomi dan tata guna tanah serta tata ruang yang tidak kondusif. iii. Kerusakan Sumber Air Semakin Menyempitnya

sungai-sungai karena tingginya tingkat

kandungan lumpur akibat erosi dan sedimentasi yang disebabkan rusaknya DAS maupun akibat sampah yang dibuang penduduk disekitar sungai. Sungai yang menyempit akan menyebabkan melimpahnya aliran sungai diwaktu banjir. Adanya situ-situ yang dikonversi menjadi daerah pemukiman menyebabkan semakin menurunnya resapan untuk “recharge” air tanah. Tercemarnya sumber-sumber air seperti sungai, danau, dan waduk oleh limbah industri, penduduk maupun pertanian. iv. Krisis Air Semakin meningkatnya kekurangan air dan konflik antar pemakai tentang penggunaan air yang terjadi terutama pada musim kemarau di daerah-daerah rawan air meskipun siklus curah hujan relative sama dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena disatu sisi pasokan air alamiah (curah hujan) relatif sama tapi kualitas air yang secara alamiah mengalir di sungai menurun akibat menurunnya fungsi resapan dari DAS serta pencemaran air sungai akibat prilaku bahwa sungai adalah tempat pembuangan segala macam sampah dan limbah yang paling gampang. Disisi lain, kebutuhan air semakin meningkat akibat pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, sehingga telah terjadi ketidak seimbangan antara pasokan air dan kebutuhan akan air.

8

v. Pencemaran Air Tanah Pada beberapa tempat air tanah telah tercemar oleh intrusi air laut dan limbah domestik dan industri. Hal ini akan membahayakan penduduk yang memakainya sebagi air minum. vi. Ancaman hujan asam karena polusi udara telah mencapai ambang yang membahayakan, hal ini terjadi di sekitar kota besar.

2.4.2 Permasalahan dari sisi penggunaan i.

Dampak pertumbuhan penduduk Pertumbuhan penduduk akan menimbulkan bertambahnya kebutuhan

akan pangan dan bahkan tekanan yang sangat besar atas tanah dan air. ii. Dampak pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang dimanifestasikan dalam meningkatnya kegiatan industri, jasa dan perkotaan memerlukan dukungan dari berbagai sector diantaranya penyediaan air baku. Kebutuhan air baku untuk industry ,jasa dan perkotaan diperkirakan akan meningkat sebesar 2 s/d 3 kali dari kebutuhan. iii. Daerah irirgaasi beralih fungsi menjadi daerah pemukiman dan industry Menurut

perkiraan

INUDS

(Indonesian

National

Urban

Develompment Study) yang dikutip dari World Bank selama kurun waktu 1980-1985, areal perkotaan di Indonesia secara fisik bertambah luas sebanyak 367.500 Hektar atau kira-kira 25.100 ha pertahun , dimana 60 % perkembangan terjadi di Jawa ; 20% di Sumatera , dan 20% lainnya di Kawasan Timur. Perkiraan ini memberikan kecenderungan bahwa wilayah perkotaan di Jawa akan bertambah luas 15.000 Ha pertahun, disamping itu perluasan untuk pembangunan jalan dan industri akan membutuhkan lahan kira-kira 40.000 pertahun. Lebih jauh lagi sampai dengan 2010 di Jawa aka nada 390.000 Ha ( 13,6%) dari 3,4 juta Ha sawah irigasi yang potensial untuk dikonversi menjadi lahan non-pertanian karena letaknya yang strategis didekat pusat pertumbuhan industry maupun pemukiman. iv. Perilaku boros air, tidak peduli dan tidak ramah lingkungan

9

Perilaku masyarakat yang boros air dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari , demikian juga pembuangan sampah padat dan limbah cair ke air dan sumber air tidak saja menyebabkan penyempitan sungai tetapi juga menebarkan bau tidak sedap disepanjang sungai/kanal.

2.4.3 Permasalahan dari sisi manajemen i.

Penanganan yang terfragmentasi Dengan sifat SDA yang dinamis maka penanganan SDA menjadi

terfregmentasi di beberapa departemen. Tiap sektor menangani sehingga cenderung membentuk egoism sektoral yang menitik beratkan

kepada

kepentingan masing-masing. Akibatnya terjadi tumpang tindih maupun “gap” (kekosongan) tanggung jawab dan wewenang institusi yang merencanakan dna membuat aturan. Institusi yang berhubungan dengan kualitas air misalnya , juga bermacam-macam sehingga sampai saat ini masalah lingkungan masih belum terpecahkan. ii. Kelemahan koordinasi Koordinasi

pengelolaan sumber daya air dipusat maupun daerah

masih lemah. 

Lembaga koordinasi di tingkat pusat baru mencakup antar instansi terkait dan belum melibatkan seluruh komponen stakeholder secara lengkap.



Belum optimalnya fungsi lembaga koordinasi di tingkat Provinsi yaitu Panitia Tata Pengaturan Air (PTPA) dan tingkat satuan wilayah sungai (SWS) yaitu Panitia Pelaksana Tata Pengaturan Air (PPTPA) di Jawa dan belum berfungsinya / terbentuk PTPA dan PPTPA di provinsi-provinsi luar Jawa.



PTPA dan PPTPA belum mencakup seluruh komponen stakeholder.



Belum memadainya perangkat peraturan perundang-undangan.

Akibat adanya hubungan timbal balik dan interaksi antara manusia dan sumberdaya air yang ada dan lingkungan lainnya. Maka penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya air yang ada juga akan mengakibatkan

10

kemerosotan dalam kehidupan manusia itu sendiri. Akumulasi interkasi berbagai kerusakan sumber air yang ada pada akhirnya kemudia menimbulkan bencana pada kehidupan manusia itu sendiri. Berbagai peristiwa bencana alam seperti banjir, longsor, penurunan muka air tanah, amblesan, intrusi air laut yang terjadi di pelosok tanah air, sebetulnya bukanlah merupakan bencana alam belaka, melainkan akibat kerusakan yang ditimbulkan manusia itu sendiri yang secara tidak langsung kemudian akan menurunkan tingkat kualitas hidup mereka. Selain itu penurunan fungsi sarana dan prasarana bangunan yang dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

seperti

berbagai bendungan yang diperuntukan bagi peningkatan kuantitas sumber air dan pemenuhan kebutuhan listrik bagi masyarakat telah terancam oleh adanya peningkatan sedimentasi yang terjadi pada bendungan-bendungan tersebut sehingga akan mempengaruhi usia pakai dan kegunaannya. Peningkatan sedimentasi terjadi akibat adanya peningkatan erosi oleh adanya kerusakan lahan dan vegetasi di bagian hulu sungai yang merupakan konservasi sumberdaya air bagi daerah aliran sungai yang ada. Sementara itu, pada umumnya kerusakan ditimbulkan oleh adanya tekanan hidup yang dialami oleh para penduduk terhadap sumberdaya lahan dan kawasan yang terdapat di daerah tersebut. Reaksi berantainya yang kemudian terjadi adalah timbulnya bencana-bencana longsor di daerah daerah yang telah mengalami kerusakan-kerusakan tersebut. Untuk menangani permasalahan di atas, dapat dilakukan beberapa cara penanggulangannya dimana dibagi dalam 3 fase di bawah ini : 1)

Jangka Pendek Program ini merupakan program yang memiliki jangka waktu berkisar 1-3 tahun, yang dirancang untuk direalisasikan dalam waktu dekat. Kegiatan dalam program ini antara lain : a)

Menggalakkan gerakan hemat air. Dengan gerakan hemat air, diharapkan masyarakat dapat memiliki persediaan air ketika musim kemarau datang, sehingga tidak ada lagi krisis air.

11

b)

Menggalakkan gerakan menanam pohon, seperti one man one tree.Kesadaran masyarakat untuk menanam pohon yang dibiarkan tumbuh besar, bisa menjadi salah satu kegiatan yang mampu mencegah terjadinya krisis air. Dimana dengan banyaknya pohon yang mampu menangkap air, terutama di hulu, dimungkinkan air hujan tidak akan langsung mengalir begitu saja dari hulu ke hilir dan terbuang sia-sia ke laut, tetapi bisa tertadahi dan dimanfaatkan ketika air mulai sukar didapat.

c)

Konservasi lahan, pelestarian hutan dan daerah aliran sungai.

d)

Pembangunan tempat penampungan air hujan seperti situ, bendungan, dan waduk sehingga airnya bisa dimanfaatkan saat musim kemarau.

e)

Mencegah seminimal mungkin air hujan terbuang ke laut dengan membuat sumur resapan air atau lubang resapan biopori.

f)

Mengurangi pencemaran air, baik oleh limbah rumah tangga, industri, pertanian, maupun pertambangan.

2)

Jangka Menengah Program jangka menengah ini merupakan sebuah program yang dimungkinkan dapat terealisasikan dalam waktu lebih dari 3 tahun. a)

Pengembangan proyek pipa pemompa air tanah. Pengembangan proyek ini berguna ketika air yang tersedia di penampungan air hujan tidak dapat mencukupi kebutuhan warga ketika musim kemarau.

b)

Perluasan penyaluran PDAM di daerah terpencil. PDAM seringkali tidak menjangkau daerah desa terpencil. Sehingga warga desa yang tidak mendapat pasokan air dari PDAM pun akan merasakan krisis air bersih terutama ketika musim kemarau tiba.

c)

Pengembangan teknologi desalinasi untuk mengolah air asin (laut) menjadi air tawar.

3)

Jangka Panjang

12

Program jangka panjang adalah program yang dirancang untuk dilakukan melalui serangkaian proses, tidak dapat direalisasikan langsung dalam waktu yang singkat. a)

Program Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya

Air.Program

ini

bertujuan

untuk

memperoleh

dan

menyebarluaskan informasi yang lengkap dan handal mengenai potensi dan produktivitas sumber daya air melalui kegiatan penguatan sistem informasi yang menjamin terbukanya akses masyarakat terhadap informasi yang ada. Dengan adanya program ini,

diharapkan

masyarakat

akan

semakin

sadar

untuk

memanfaatkan dan mengembangkan sumber daya air yang ada dengan sebaik-baiknya. Bukan berlebihan dan bukan merusak atau mencemarinya. b)

Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Air. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas air dalam upaya

mencegah kerusakan dan/atau pencemaran air

dan

pemulihan kualitas air yang rusak akibat pemanfaatan yang berlebihan, kegiatan industri perkotaan maupun domestik, serta transportasi. Sasaran program ini adalah tercapainya kualitas air yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan. c)

Program Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air. Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan

peranan

dan

kepedulian

masyarakat

dalam

pengelolaan sumber daya air. Dengan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SDA, dapat mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan yang diakibatkan oleh air, serta mencegah terjadinya krisis air akibat penggunaan air yang berlebihan.

13

BAB 3. PENUTUP 3.1

Kesimpulan Peningkatan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan akan air

yang

mengiringinya, masa depan neraca air, ketersediaan infrastruktur dan pelayanan sumber daya air nampaknya akan menjadi sangat timpang dan sensitif. Untuk itu dibutuhkan pengelolaan sumber daya air yang baik agar potensi yang ada dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat. Potensi dan ketersediaan air di Indonesia saat ini di bandingkan rata-rata pasokan dunia diperkirakan 15 : 8 meter kubik perkapita pertahun. Permasalahan Sumber Daya Air di Indonesia terdiri dari 3 sisi yaitu, permasalahan dari sisi pasokan/ ketersediaan, permasalahan dari sisi penggunaan, dan permasalahan dari sisi manajemen. 3.2

Saran Sikap yang harus kita tanamkan dalam diri kita adalah sikap cinta lingkungan dan sikap tersebut harus di tanamkan dalam diri sejak dini. Sehingga kita sebagai calon seorang guru wajib memberikan pengetahuan tentang lingkungan hidup pada anak didik kita agar mereka mengerti tentang pentingnya menjaga kelestarian alam yang kita tempati ini.

14

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2017. Pengelolaan Air Tanah Di Indonesia: Konservasi Air Tanah Berbasis Cekungan Air Tanah (permen Esdm No. 02 Tahun 2017 Tentang Cekungan Air Tanah Di Indonesia). http://www.bgl.esdm.go.id/index.php/berita-terkini/660pengelolaan-air-tanah-di-indonesia-konservasi-air-tanah-berbasis-cekungan-airtanah-permen-esdm-no-02-tahun-2017-tentang-cekungan-air-tanah-di-indonesia [diakses pada 27 Maret 2019] Hariyanto, A., dan K. H. Iskandar. 2011. Kajian identifikasi potensi dan permasalahan sumberdaya air (Studi kasus: Kabupaten Belitung). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. 11(2): 6-10. Herlambang. 2006. Pencemaran Air dan Strategi Penanggulangannya, Jurnal Air Indonesia. 2(1): 16. Hidayati. 2016. Memudarnya Nilai Kearifan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air, Jurnal Kependudukan Indonesia. 11(1): 47. Kementerian PPN/Bappenas. (2003). Infrastruktur Indonesia. Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas. Robert Kodoatie. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu (Edisi 2). Jakarta: Index Sentra. Samekto, Candra & Sofian Winata, Ewin. (2016). Potensi Sumber Daya Air di Indonesia. Jakarta. Sutardi, 2002, Pengelolaan Sumber Daya Air yang Paling http://pustaka.pu.go.id/files/pdf/pDf_51.pdf [diakses pada 27 Maret 2019]

Efektif,

Wignyosukarto, Budi Santosa, 2009, Pengelolaan sumberdaya air dan kesejahteraan rakyat, http://ekonomikerakyatan.ugm.ac.id/ [diakses pada 26 Maret 2019]

15

Related Documents


More Documents from "muhamad khadiq"

Syarat C.docx
December 2019 17
Tabel F
July 2020 20
Bagian Isi 3.docx
June 2020 30
Contoh Soal 3-12.docx
June 2020 28
Kapasitor.docx
June 2020 21