Makalah Plh 177-1.docx

  • Uploaded by: Sindi Wijayanti
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Plh 177-1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,455
  • Pages: 17
MAKALAH PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP “Polusi Debu Micro di Korea Selatan dan China”

Dosen Pengampu : Sukron Romadhona S.Pd., M. I. L Prof. Dr. Ir Sri Hartatik MS

Oleh : Kelompok 10 Siti Rodhiyatul Janah (160210101073) Niken Shofiana Dewi (160210101091) Sindi Wijayanti (160210101094)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER 2019

KATA PENGANTAR

Hanya dengan Karunia Tuhan Yang Maha Pengasih, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Penulis membahas tentang polusi debu yang terjadi pada negara Korea Selatan dan China. Seiring perkembangan zaman, berbagai inovasi teknologi telah dikembangkan di seluruh dunia. Negara-negara maju atau pun berkembang berlomba-lomba

untuk

menciptakan

teknologi

baru

yang

memudahkan

penggunanya dalam melakukan pekerjaan ataupun melakukan kegiatan seharihari. Namun, apabila teknologi yang berkembang tidak digunakan secara bijak, maka akan menimbulkan masalah dimasa depan. Salah satu akibat yang sering terjadi adalah polusi udara. Polusi yang terjadi pada suatu negara merupakan masalah yang tidak dapat diatasi apabila tidak adanya kerjasama antara pemerintah serta seluruh warga negara. Salah satu negara yang mengalami masalah tersebut adalah Korea Selatan dan juga China. Maka, pada makalah ini akan dibahas secara rinci polusi udara yang terjadi. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang memberikan dorongan serta bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini.

Jember, 16 Maret 2019

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................... DAFTAR ISI ................................................................................................... BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 1.3 Tujuan ......................................................................................... BAB 2 PEMBAHASAN ............................................................................... 2.1 Pengertian Debu Halus ............................................................... 2.2 Bahaya Debu Halus .................................................................... 2.3 Debu Halus di Korea dan China ................................................. 2.4 Upaya Penanggulangan............................................................... BAB 3 PENUTUP ......................................................................................... 3.1 Simpulan ..................................................................................... 3.2 Saran ........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah pengertian dari debu halus? 1.2.2 Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat debu halus? 1.2.3 Bagaimana polusi udara yang terjadi di Korea Selatan dan China? 1.2.4 Bagaimana upaya penanggulangan pada polusi debu halus?

1.3 Tujuan 1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari debu halus. 1.3.2 Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari debu halus. 1.3.3 Untuk mengetahui polusi udara yang terjadi di Korea Selatan dan China. 1.3.4 Untuk mengetahui upaya penanggulangan pada polusi debu halus.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1

Pengertian Debu Halus Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500 mikron. Berikut beberapa ukuran debu dan pengaruh fisiknya: a.

Debu berukuran 5 mikron yang mengendap pada saluran pernapasan bagian atas dapat menimbulkan efek berupa iritasi yang ditandai dengan gejala faringitis

b.

Debu berukuran 2-3

mikron yang mengendap lebih dalam pada

bronkus/bronkiolus dapat menimbulkan efek berupa bronkitis, alergi, atau asma c.

Debu yang berukuran 1-3 mikron yang mengendap di alveoli, dimana gerakannya sejalan dengan kecepatan konstan

d.

Debu yang berukuran 0,1-1 mikron karena terlalu ringan maka tidak dapat menempel pada saluran napas tetapi mengikuti gerak brown dan berada dalam bentuk suspensi (Fume atau Smoke).

Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang paling membahayakan adalah

berukuran

0,1-5

atau

10

mikron.

Kementrian

Kesehatan

mengisaratkan bahwa ukuran debu yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron (Darmawan, 2013).

Debu asia atau debu kuning atau juga badai debu China. “Asian Dust is a meteorological phenomwnon which affects much of East Asia year round but especially during the spring monts”. Debu ini berasal dari gurun Mongolia, utara China dan Kazakhstan dimana angin penrmukaan berkecepatan tinggi dan badai debu yang besar membawa awan tebal partikel tanah kering yang halus. Awan-awan ini kemudian dibawa ke arah timur oleh angin kencang dan melewati China, Korea Utara dan Selatan, dan Jepang, serta bagian-bagian timur jauh Rusia. Kadang-kadang, partikelpartikel udara dibawa lebih jauh dalam konsentrasi yang signifikan yang mempengaruhi kualitas udara sampai ke Amerika Serikat. Analisis dari kandungan awan debu Asia di China pada tahun 2001 menunjukkan kandungan tinggi dari silikon (24-32%), aluminium (5,97,4%), kalsium (6,2-12%) dan besi, banyak zat beracun juga hadir meskipun diperkirakan bahwa bahan yang lebih berat (seperti merkuri beracun dan kadmium dari pembakaran batu bara). Sulfur (salah satu komponen hujan asam), jelaga, abu, karbon monoksida, dan polutan beracun lainnya termasuk logam berat (seperti merkuri, kadmium, kromium, arsenik, timbal, seng, tembaga) dan karsinogen lainnya, sering menyertai badai debu, seperti juga virus, bakteri, jamur, pestisida, antibiotik, asbes, herbisida, bahan plastik, produk pembakaran serta hormon meniru phthalate (Wikipedia, 2019).

2.2

Dampak Debu Halus Bagi Kesehatan dan Lingkungan Sejak pergantian abad ke 21, debu halus menjadi masalah serius seiring dengan bertambahnya polutan industri yang terkandung dalam debu dan penggurunan yang semakin intensif di China menyebabkan kejadian yang lebih lama dan lebih sering terjadi dalam beberapa dekade terakhir. Berdasarkan komposisi yang terkandung dalam debu halus seperti dijelaskan di subbab sebelumnya, bisa diketahui dampak yang ditimbulkan oleh debu halus tersebut antara lain: a.

Silikon : Debu silikon berdampak buruk pada paru-paru (silikosis) dan menyebabkan iritasi mata jika melakukan kontak langsung

b.

Alumunium : Sebagai penyebab fibrosis paru dan kerusakan paruparu, akumulasi pada tanaman menyebabkan masalah kesehatan bagi hewan yang mengkonsumsinya, bereaksi dengan fosfat sehingga kadar ketersediaan fosfat bagi organisme air berkurang, dan dapat merusak akar pohon ketika berada di dalam tanah

c.

Asbes : Menyebabkan penyakit asbesitosis ynag ditunjukkan dengan adanya plak di atas diafragma (pencitraan dengan sinar-x)

d.

Batu bara : menyebabkan penyakit antrakosis yang biasanya dijumpai pada pabrik atau instalasi yang menggunakan batu bara sebagai bahan bakarnya

e.

Debu logam : menyebabkan penyakit beriliosis

f.

Sulfur dioksida, Nitrogen dioksida, Ozon merupakan polutan yang paling banyak mempengaruhi kesehatan paru.

2.3

Debu Halus di Korea Selatan dan China

Sejak polusi debu halus yang di alami beberapa negara, pemerintahan negara setempat terus menyoroti tentang permasalahan lingkungan satu ini. Salah satunya adalah Korea Selatan, beberapa bulan terakhir pemerintah Korea Selatan sedang berusaha mengatasi polusi debu halus yang terjadi hampir di sebagian besar kota di negara tersebut (dilansir dari KBS News). Awal tahun 2019 sepertinya menjadi awal yang buruk karena pemeritah Korea Selatan dan China sebagai negara yang dituding bertanggung jawab terhadap polusi debu yang dialami Korea Selatan (dilansir dari iNews.id tanggal 31 Januari 2019) mengalami kewalahan dalam menangani polusi debu halus yang semakin buruk melanda negara mereka. Dalam Koran Sindo tanggal 23 Januari 2019, Presiden Korea Selatan Moon Jae In mengakui sungguh memalukan apabila pemerintahannya tidak mampu membersihkan polusi udara yang menyelimuti Seoul dan beberapa wilayah Korsel selama beberapa pekan seperti yang dipaparkan Moon saat rapat kabinet pada 22 Januari 2019 (dilansir Reuters). Oleh karena itu ia mengusulkan sistem peringatan dini polusi udara dengan China selain itu sebagai langkah lebih lanjut Korea Selatan akan mengurangi jumlah mobil diesel di jalanan dan melakukan modernisasi pemanas rumah. Moon menjelaskan polusi udara sebagai bencara yang harus diatasi melalui upaya kreatif dan kerja masa antar pemerintah. Korea Selatan sendiri telah bekerja sama dengan China dan Jepang serta melakukan lebih banyak studi untuk memahami interaksi polusi antar berbagai kota. Studi gabungan yang dilakukan badan antariksa Amerika Serikat, NASA dan Institut Riset

Lingkungan Nasional Korsel pada 2016 menemukan bahwa sekitar 52% polutan di Korsel berasal dari dalam negeri, sementara 48% datang dari negara-negara lain, termasuk 34% dari China. Para pejabat China dan Korsel telah bertemu di Seoul, 22 Januari 2019, sebagai bahgian dari perundigan membahas masalah polusi. Pejabat dari kementrian Lingkungan Korsel menjelaskan, hasil studi gabungan oleh Korsel, Jepang, dan China akan dirilis pada November.

Selama tiga hari berturut-turut pada pertengahan Januari, pemerintah Korsel mengeluarkan peringatan kepada warga serta mendesak warga agar tidak keluar rumah atau memakai masker jika harus berada di luar rumah dan melindungi diri agar paparan seminimal mungkin. Polusi itu tidak hanya terlihat dengan mata telanjang, tetapi bisa dirasakan di tenggorokan, ungkap salah seorang warga kepada kantor berita Yonhap, Korea Selatan. Setelah sepekan melakukan berbagai upaya dalam mengatasi polusi debu halus di negaranya, Korsel mengalami kegagalan. Pekan lalu, sebuah pesawat terbang di wilayah barat Seoul membawa perak iodida, bahan kimia yang membantu pembentukan tetesan air di awan. Pihak berwenang mengatakan pesawat itu melepaskan 24 semburan bahan kimia tersebut di atas awan dengan harapan memicu hujan. Badan Meteorologi Korea (KMA) mengatakan hasil awal yang mengecewakan. KMA hanya mendeteksi hujan rintik dan kabut selama beberapa menit dan tidak ada curah hujan yang signifikan. Menurut Kim Byun Gon, profesor Departemen Ilmu Atmosfer dan Lingkungan Universitas Gangneun Wonju, menciptakan curah hujan buatan itu sendiri tidak mudah, padahal diperlukan hujan yang cukup deras

untuk membersihkan debu. Penggunaan bahan bakar yang lebih bersih akan mengurangi polusi kendaraan dan mengatasi polusi pabrik juga harus menjadi bagian dari solusi untuk masalah yang sedang dihadapi, tambahnya (dilansir dari VOA). Pada hari Selasa, 5 Maret 2019, wilayah-wilayah dimana diberlakukan langkah pengurangan debu halus darurat telah bertambah menjadi 12 kota dan provinsi, karena lapisan tebal debu halus terus menyelimuti Korea Selatan. Langkah penurunan debu halus itu dikeluarkan di wilayah metropolitan Seoul dan provinsi Chungcheong selama 5 hari berturut-turut, untuk pertama kalinya setelah UU khusus debu halus diberlakukan. Bahkan langkah penurunan debu halus itu untuk pertama kalinya juga diberlakukan di pulau Jeju. Pemerintah mengadakan pertemuan pemeriksaan debu halus darurat pada hari Selasa, menyusul rapat pada hari Senin (4 Maret 2019) untuk meningkatkan dampak dari langkah-langkah penurunan debu halus darurat. Pemerintah juga telah meminta setiap pemerintah daerah untuk ikut menerapkan langkah penurunan debu halus dengan cepat dan agresif, termasuk pembatasan operasi kendaraan. Sementara itu, pemerintah metropolitan Seoul menyatakan telah mengeluarkan peringatan debu ultra halus mulai pukul 01.00 Selasa dini hari dan hingga pukul 06.00 pagi hari, debu ultra halus di seluruh Seoul tetap berada pada tingkat sangat buruk (dilansir dari Yonhap News).

Pada hari Rabu, 6 Maret 2019, langkah-langkah pengurangan debu halus darurat dikeluarkan di penjuru Korea Selatan kecuali di kota Busan dan Ulsan sebagaimana kadar debu halus terus tinggi. Langkah-langkah

tersebut akan diberlakukan di 15 kota dari 17 kota yang ada di Korsel. Hal itu disebabkan karena kadar debu halus diperkirakan melebihi 50 mikrogram per kubik meter. Jumlah kota-kota dan provinsi yang terdampak tercatat meningkat dari sebelumnya sembilan pada hari Senin (4 Maret 2019) menjadi 12 kota pada hari Selasa (5 Maret 2019) dan 15 kota pada hari Rabu. Sebagai bagian dari langkah tersebut, para pegawai negeri di 15 kota dan provinsi diwajibkan berpartisipasi dalam sistem pengganti hari bebas kendaraan. Pemerintah kota Seoul menutup sekitar 440 tempat parkir yang dikelola institusi publik dan fasilitas pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil (sepeti batu bara) harus mengurangi hingga 80 persen dari hasil operasi normal (dilansir dari KBS News).

Dilansir dari iNews.id, pada hari Rabu pukul 13.00 waktu setempat, kadar debu rata-rata per jam di Seoul tercatat 180 mikrogram per meter kubik, di Provinsi Gyeonggi 176, Incheon 155, dan Gangwon 147 padahal 75 mikrogram per meter kubik saja sudah dianggap sangat buruk. Warga mulai mengeluhkan dampak dari kabut asap. Mengecek kadar partikel kabut asap, menggunakan masker, dan menghindari aktivitas di luar ruangan sudah menjadi kebiasaan warga sepekan terakhir. Kondisi ini jelas menghambat aktivitas mereka. Dikutip dari Korea Herald, Jin Cho, pegawai bank di Seoul menyatakan bahwa harapan hidupnya menurun setiap hari hal ini karena mata dan tenggorokannya sakit serta harus membeli banyak masker bahkan membatalkan rencana makan malam karena debu. Ia juga meminta perubahan dari tindakan yang diambil pemerintah salah satunya pemasangan alat pembersih udara di halte. Selain itu seorang perwira polisi

di Yangju, Provinsi Gyeonggi merasa tertekan akhir-akhir ini ketika kadar debu halus sangat tinggi. Ia khawatir dengan kesehatannya karena 6 hingga 8 jam harus berada di luar ruangan untuk melaksanakan tugasnya. Wisatawan asing pun terkena dampak debu halus, niat ingin liburan harus dibayar mahal dengan potensi gangguan pernafasan. Seorang wisatawan asal Singapura, Fung Tze Shan, mengungkapkan mendapat peringatan kadar debu dalam pesan teks tetapi itu semua dalam bahasa Korea. Ia sebenarnya tidak terlalu khawatir karena tidak tinggal lama disini tetapi tidak baik untuk berjalan-jalan dan tidak terlihat bagus juga di foto disebabkan kadar debu halus yang tinggi di udara. Pada hari Kamis, 7 Maret 2019, Korsel akan bergabung dengan China dalam upaya untuk mengurangi dampak partikel debu halus. Dalam sebuah tindakan darurat yang diumumkan pada hari Kamis, Menteri Lingkungan Cho Myung Rae mengatakan Seoul akan membahas dengan Beijing perihal kerjasama untuk menegakkan langkah-langkah pengurangan darurat pada hari-hari dimana tercatat partikel debu halus berkepadatan tinggi. Kedua belah pihak diharapkan untuk membuat sistem peringatan dini untuk meginformasikan kepada masyarakat sekitar dua atau tiga hari sebelumnya mengenai ramalan tingkat debu halus dan menguji efek hujan buatan di atas Laut Kuning dalam tahun tersebut. Dalam kancah domestik pemerintah berusaha mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam sistem hari bebas kendaraan. 2.4

Upaya Penanggulangan Debu Halus Pemerintah Korea Selatan dan China selama ini terus berusaha melakukan penanggulangan terhadap polusi yang disebabkan oleh debu halus, antara lain: 1.

Membuat sistem peringatan dini mengenai ramalan tingkat debu halus sekitar dua atau tiga hari sebelumnya

2.

Menutup beberapa

3.

Mengurangi jumlah mobil diesel di jalanan

4.

Melakukan modernisasi pemanas rumah

5.

Mengeluarkan peringatan kepada warga agar tidak keluar rumah kecuali dalam keadaan mendesak

6.

Menghimbau warga untuk selalu memakai masker saat beraktivitas di luar ruangan

7.

Membuat hujan buatan dengan melepaskan semburan perak iodida ke udara

8.

Menghimbau penggunaan bahan bakar yang lebih bersih

9.

Membuat UU khusus debu halus dan diberlakukan di daerah-daerah terdampak

10.

Pemerintah

pusat

meminta

pemerintah

daerah

untuk

ikut

menanggulangi debu halus di daerah masing-masing 11.

Membatasi operasi kendaraan dengan menutup 440 tempat parkir

12.

Mewajibkan pegawai negeri untuk berpartisipasi dalam sistem pengganti hari bebas kendaraan

13.

Mewajibkan kepada pengelola fasilitas pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil untuk mengurangi hingga 80% dari hari operasi normal.

Selain upaya penanggulangan dari pemerintah, warga juga berusaha mengurangi dampak dengan selalu memakai masker ketika di luar ruangan, selalu mengecek kadar partikel debu halus melalui aplikasi smartphone. Berikut contoh aplikasi yang sering digunakan warga untuk mengecek kadar partikel debu:

dengan keterangan seperti di bawah ini

Selain itu banyak warga yang menggunakan Air purifier untuk memfilter polutan yang masuk sehingga udara yang kita hirup bisa lebih bersih.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Simpulan Dari pembahasan diatas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut : 1. Debu halus merupakan suatu partikel yang ukurannya sangat kecil yaitu sekitar 1-500 mikron yang sering kali beterbangan di lingkungan manusia khususnya ditempat-tempat yang merupakan lokasi perindustrian. 2. Dambak yang ditimbulkan dari adanya polusi debu halus tidak hanya membahayakan lingkungan sekitar, namun kesehatan masyarakat yang terkena polusi tersebut akan cukup mengganggu. Aktivitas diluar ruangan pun akan sulit dilakukan bila polusi ini terus menerus terjadi. 3. Negara yang mengalami kondisi terparah yang disebabkan oleh polusi debu halus yaitu Korea Selatan serta Cina. Negara ini secara bersamasama berusaha untuk mengatasi permasalahan tersebut bersama dengan negara Jepang. 4. Berbagai penanggulangan telah dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan maupun China seperti pengurangan jumlah kendaraan, menghimbau pemakaian bahan bakar yang lebih bersih, membuat sistem peringatan dini, dan sebagainya. 3.2 Saran 1. Sebagai makhluk yang berakal, tentunya kita sebagai manusia haruslah paham betul tentang pentingnya menjaga lingkungan sekitar, tentang pentingnya melestarikan alam. Oleh karena itu dibutuhkan sikap yang bijak antara pemerintah dan juga warga negara dalam membangun suatu negara agar lebih maju lagi tanpa mengesampingkan kelestarian alam.

DAFTAR PUSTAKA

Related Documents

Plh
August 2019 39
Plh
June 2020 21
Makalah Plh 177-1.docx
August 2019 21
Tugas Plh
June 2020 28

More Documents from "ira ukhtia"