Makalah Pleno Blok 14 S1

  • Uploaded by: Ety Ratuanak
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Pleno Blok 14 S1 as PDF for free.

More details

  • Words: 2,235
  • Pages: 10
Makalah Pleno Blok 14 Osteoarthritis sebagai Penyakit Degeneratif Sendi Kelompok : A6 Leni Putu G 102012276 Tria Puspa N 102013110 Handy Tanara 102013155 Puteri Nabella 102013177 Brigitte Fani F 102013291 Wiyogo 102013332 Hilda Anak Michael 102013486 Mohd Amir Bin Mohd Halim 102013532

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat 11510

Pendahuluan Osteoarthritis

adalah

penyakit

sendi

degeneratif

yang

mengenai

kartilago

sendi.Terjadinya penyakit ini dipengaruhi oleh genetik, usia, metabolisme, dan gerakangerakan pada sendi. OA pada lutut sering terjadi karena lutut merupakan sendi penyangga berat tubuh yang utama.Impairmen yang sering timbul pada OA antara lain nyeri yang sering muncul karena stress mekanik atau aktivitas di lutut yang berlebihan, nyeri waktu istirahat pada OA stadium lanjut, stiffness sendi, keterbatasan luas gerak sendi, kelemahan otot (terutama otot quadrisep), gangguan proprioseptif dan keseimbangan, serta gangguan aktivitas sehari-hari. Latihan merupakan bagian penting dalam manajemen pasien dengan OA lutut. Tujuan program latihan pada pasien OA adalah mengurangi impairmen dan memperbaiki fungsi, melindungi sendi dari kerusakan lebih lanjut, serta mencegah disabilitas.

Isi 1

Skenario 1 Seorang perempuan berusia 60 tahun, datang berobat ke poliklinik Penyakit Dalam RS dengan alasan nyeri lutut kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu. Nyeri pada lutut terutama bertambah saat berjalan, menekuk kaki, bangun dari duduk yang lama. Pasien mengatakan saat bangun tidur lututnya sering terasa kaku sekitar 30 menit dan sering berbunyi “kretekkretek”.

Anamnesis Anamnesis merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang menyebabkan pasien mengadakan kunjungan ke dokter. Anamnesis diperoleh dari komunikasi aktif antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Anamnesis yang baik untuk seorang dewasa mencakupi data klinik yang ingin didapat guna menegakkan diagnosis penyakit pasien. Data klinik yang ingin didapat oleh dokter dalam anamnesis diantaranya adalah keluhan utama beserta waktunya, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita atau trauma dan kecelakaan, riwayat keluarga apakah ada yang sakit seperti ini atau penyakit tertentu, riwayat sosial, ekonomi, dan budaya yang berkaitan dengan problem medis, riwayat lingkungan tempat tinggal dan bekerja dan untuk pasien wanita, perlu ditanya tentang riwayat perkawinan, persalinannya, menstruasi terakhir, dan riwayat keluarga berencana.1

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses yang dilakukan seorang ahli medis atau dokter dengan memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.2 Hasil pemeriksaan fisik akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan penatalaksanaan pada pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Pemeriksaan fisik yang umum dilakukan adalah melihat tanda-tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah. Setelah

2

itu dilanjutkan dengan pemeriksaan organ utama yang diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan. Pada kasus di atas, pemeriksaan fisik yang harus dilakukan adalah pemeriksaan fisik umum terutama kondisi kesadaran pasien, derajad kesakitan, tanda-tanda vital, dan pemeriksaan lokal pada lututnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menginspeksi atau mengamati, meraba dan melakukan percobaan gerakan adalah apakah ada rubor atau kemerahan, kolor atau panas, tumor atau bengkak, dolor atau nyeri saat ditekan, fungtio laesa atau susah gerak, deformitas atau perubahan bentuk, serta adakah fluktasi cairan. Berdasarkan kasus diatas diketahui bahwa pasien memiliki kesadaran penuh atau compos mentis dengan tekanan darah 130/80 mmHg, tekanan nadi 88 kali, respiratory rate 20 kali, suhu 36,4˚C. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasien dalam keadaan normal. Pada pasien OA akan ditemukan hambatan gerak yang biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit, sampai sendi hanya dapat digoyangkan dan terjadi kontraktur.3 Hambatan gerak dapat konsentris atau seluruh arah gerakan, maupun eksentris atau salah satu arah gerakan saja. Lalu ada juga krepitasi yang awalnya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa, gejala ini timbul mungkin karena gesekan kedua permukaan tulang sendi pada saat sendi digerakkan atau secara pasif dimanipulasi. Selain itu terdapat pembengkakan sendi yang seringkali asimetris dan tandatanda peradangan seperti nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan, ada juga perubahan bentuk atau deformitas sendi yang permanen. Dan ciri khas lain pada penderita OA adalah perubahan gaya berjalan yang disebabkan karena nyeri yang dirasakan.4

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yaitu suatu pemeriksaan medis yang dilakukan atas indikasi medis tertentu guna memperoleh keterangan-keterangan yang lebih lengkap. Tujuan pemeriksaan ini adalah diagnostik dan terapeutik. Diagnostik dimaksud untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit sedangkan terapeutik yaitu untuk pengobatan penyakit tertentu. Berdasarkan skenario diatas ada beberapa pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan, yaitu foto rontgen, pemeriksaan lab seperti cek darah rutin, asam urat, dan imunologi untuk 3

rematoid factor. Pada rontgen akan nampak penyempitan celah sendi yang sering kali asimetris (lebih berat pada bagian yang menanggung berat badan), peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral, terdapat kista tulang, adanya osteofit pada pinggir sendi, dan perubahan struktur anatomi sendi. Jika dibandingkan pemeriksaan radiografis atau rontgen, hasil pemeriksaan laboratorium pada OA biaanya tidak banyak berguna. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah) dalam batas-batas normal, pemeriksaan imunologi (ANA, faktor reumatoid dan komplemen) juga normal.5 Pada OA yang disertai peradangan mungkin didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan ringan sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein.

Gambar 1. Hasil Rontgen Lutut Normal (kiri) dan Osteoartritis (kanan)

Working Diagnosis Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif yang ditandai dengan terjadinya penipisan dan pecahnya tulang rawan yang bersifat progresif. Karena proses degeneratif juga terjadi perubahan sklerotik dan osteofitik sekunder pada tulang di bawahnya yang dapat menyebabkan seluruh fungsi sendi hilang. Untuk penyakit dengan penyebab yang tidak jelas, istilah faktor resiko atau faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit adalah lebih tepat. Usia merupakan faktor terkuat penyebab terjadinya OA, usia 60 tahun keataslah yang sering terkena OA. Lalu untuk jenis kelamin perempuan lebih sering terkena OA lutut dan OA banyak sendi, sedangkan laki-laki OA paha, pergelangan tangan dan leher. Untuk suku bangsa, orang-orang Amerika asli (indian) 4

lebih sering terkena OA dibandingkan dengan kulit putih ataupun orang Asia. Genetik, kelainan genetik, riwayat cedera sendi, pekerjaan berat, dan olah raga berat atau berlebihan juga merupakan faktor risiko terjadinya OA. Lalu ada kegemukan dan penyakit metabolik, berat badan merupakan beban yang akan ditumpu oleh sindi-sendi seperti pada panggul dan lutut. Pasien OA ternyata memiliki resiko terkena penyakit jantung koroner dan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang tanpa OA.4

Diferential Diagnosis atau Diagnosis Banding Kenali faktor-faktor pencetus, terutama keadaan-keadaan yang dapat diobati. Kesulitan terbesar adalah membedakan OA dari reumatoid artritis (RA) dini bila hanya tangan saja yang terserang, terutama karena kedua keadaan tersebut mungkin timbul bersamaan. Walaupun jelas bahwa sendi tersebut terserang OA, tetapi kekakuan dapat juga timbul bersamaan dengan pnyakit lainnya, misal penyakit paget, parkinson, dan penyakit petatasis. Selain RA, gout juga dapat menjadi diagnosis banding dari OA. 1. Reumatoid artritis (RA) Merupakan penyakit autoimun yang ditandai oleh poliartritis kronik yang menyerang sendi bilateral simetris, perubahan erosis pada rontgen dan sering dengan gejala sistemik.3 Penyebabnya tidak diketahui, tetapi terdapat bukti adanya riwayat keluarga yaitu pertanda genetik tertentu sering ditemukan dan mekanisme autoimun tersangkut yang kemungkinan berhubungan dengan infeksi yang tidak dikenal. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita, dengan gejala awal nyeri sendi dan kaku pada pagi hari kira-kira selama 1 jam atau lebih.

2. Artritis gout Gangguan metabolisme asam urat dengan ditandai oleh hiperurisemia dan deposit kristal urat dalam jaringan sendi dan menyebabkan serangan akut.3Penyakit ini lebih sering dialami oelh laki-laki, ditandai dengan nyri hebat, sendi panas, nyeri tekan berwarna merah kebiruan dan membengkak, disertai demam. Sering ditemukan tofi pada telinga dan bursa, menunjukan reaksi inflamasi kronik terhadap benda asing dan dapat mengalami kalsifikasi. Biasanya dalam pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar asam urat yang diata normal, diatas 10 mg/dl.

5

Gambar 2. Perbedaan Osteoartritis dan Reumatoid Artritis

Epidemiologi Osteoartritis OA secara umum dialami oleh laki-laki maupun perempuan. Vertebra, panggul, lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena OA. Prevelensi OA lutut di Indonesia cukup tinggi, yaitu mencapai 15,5% pada laki-laki dan 12,7% pada perempuan. Karena prevalensinya yang cukup tinggi dan sifatnya yang kronik-progresif, OA mempunyai dampak sosio-ekonomik yang besar, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena OA. Pada abad mendatang tantangan terhadap dampak OA akan lebih besar karena semakin banyaknya populasi yang berusia lanjut.

Patologi Osteoartritis Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA primer dan OA sekunder. OA primer atau OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari adanya kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama. Selama ini OA sering dipandang sebagai akibat dari suatu proses penuaan yang tidak dapat dihindari. Tetapi para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang berpendapat bahwa OA ternyata 6

merupakan penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago yang penyebabnya belum jelas diketahui.4 Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovia sendi yang terjadi multifaktorial antara lain karena faktor umur, stres mekanis atau penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomik, obesitas, genetik, humoral dan faktor kebudayaan. Jejas mekanis dan kimiawi ini diduga merupakan faktor yang penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago didalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi sendi, kerusakan kondrosit dan nyeri. OA ditandai dengan fase hipertrofi kartilago yang berhubungan dengan suatu peningkatan terbatas dari sintesis metriks makromolekul oleh kondrosit sebagai kompensasi perbaikan. OA terjadi sebagai hasil kombinasi degradasi rawan sendi, remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi. Rawan sendi dapat melakukan perbaikan sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan memproduksi matriks baru. Proses perbaikan ini dipengaruhi faktor pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu komunikasi antar sel. Faktor ini menginduksi kondrosit untuk mensintesis DNA dan protein seperti kolagen serta proteoglikan. Faktor pertumbuhan yang berperan adalah insulin-like growth factor, growth hormon, transforming growth factor, dan coloni stimulating factors.4

Gejala Klinis Osteoartritis Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhannya sudah berlangsung lama, tapi berkembang secara perlahan-lahan.

1. Nyeri Sendi Keluhan ini merupakan keluhan utama yang sering membawa pasien ke dokter. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu mungkin menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibanding gerakan yang lain. 2. Hambatan Gerakan Sendi Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.

7

3. Kaku Pagi Nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti setelah duduk dalam waktu cukup lama atau setelah bangun tidur. 4. Krepitasi Adanya rasa gemeretak (kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit. 5. Pembesaran Sendi (deformitas) Salah satu sendi (seringkali terlihat di lutut atau tangan) secara pelan-pelan membesar. 6. Perubahan Gaya Berjalan Hampir semua pasien OA pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang.

Penatalaksanaan Osteoartritis Penatalaksanaan atau penanganan terpenting untuk OA adalah diagnosis yang tepat, terutama keyakinan bahwa penyakit tersebut bukan RA. Lalu pengobatannya juga berdasarkan distribusi atau sendi mana yang terkena dan berat ringannya sendi yang terkena. Untuk medika mentosanya, berikan analgesik oral non-opiat dan analgesik topikal, jika diperlukan berikan obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS). Jika kondisi pasien sudah pada tahap lanjut, pembedahan atau osteotomi untuk mengganti seluruh sendi atau yang lain harus dilakukan.3,4,5 Sedangkan untuk nonmedika mentosanya, sebaiknya pasien disarankan untuk tidak menggunakan sendi yang terserang secara berlebihan, dilarang menyebabkan stres pada sendi dengan balutan ketat atau bidai, kurangi beban berat dengan mengurangi berat badan, diet atau atur pola makan. Pasien juga dapat menggunakan tongkat atau alat bantu berjalan, lalu apabila penyakit menyerang lumbal, penggunaan korset mungkin dapat membantu. Sedangkan apabila menyerang servikal gunakan collar, pertahankan kekuatan dan tonus otot dengan olah raga ringan rutin.3,4,5

Prognosis, Komplikasi dan Pencegahan Osteoartritis Prognosis untuk pasien OA biasanya baik, tetapi tidak sedikit yang mengalami cacat permanen seperti valgus (kaki menyerupai bentuk X) atau varus (kaki menyerupai bentuk O).4OA dapat dihindari dengan mengetahui dan menghindari faktor-faktor pencetusnya. Hal8

hal yang perlu diperhatikan antara lain yaitu menjaga berat badan, yang merupakan faktor penting agar bobot yang ditanggung oleh sendi menjadi ringan. Kemudian, lakukan jenis olahraga yang tidak banyak menggunakan persendian atau yang menyebabkan terjadinya perlukaan sendi, contohnya berenang dan olahraga yang bisa dilakukan sambil duduk dan tiduran.Aktivitas olahraga hendaknya disesuaikan dengan umur, jangan memaksa untuk melakukan olahraga porsi berat pada usia lanjut. Tidak melakukan aktivitas gerak pun sangat tidak dianjurkan, tubuh yang tidak digerakkan akan menyebabkan OA. Selain itu dapat juga hindari trauma pada persendian, minum suplemen untuk sendi (atas konsultasi dan anjuran dokter), mengkonsumsi makanan sehat, pilih alas kaki yang tepat & nyaman, lakukan relaksasi dengan berbagai teknik, hindari gerakan yang meregangkan sendi jari tangan.Jika ada deformitas pada lutut, misalnya kaki berbentuk O, jangan dibiarkan. Hal tersebut akan menyebabkan tekanan yang tidak merata pada semua permukaan tulang.6

Gambar 3. Bentuk Kaki Normal dan Abnormal

Kesimpulan Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif pada sendi yang penyebabnya belum diketahui secara pasti. OA terjadi pada semua jenis kelamin dan benyak diderita oleh usia 60 tahun keatas. OA dapat didiagnosis dengan pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya tanda-tanda inflamasi dan pemeriksaan radiologi berupa foto rontgen. Untuk pemeriksaan laboratorium tidak berdampak banyak untuk penegakan diagnosis OA. 9

Daftar Pustaka 1. Hardjodisastro D. Menuju seni ilmu kedokteran: bagaimana dokter berpikir, bekerja, dan menampilkan diri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 2006. H.218-9, 229-30. 2. Brasher, Valentina L. Aplikasi klinis patofisiologi:pemeriksaan& manajemen. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2007. 3. Kapita selekta kedokteran klinik. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher; 2009. H.26970. 4. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, & Pramudiyo R. Ostoartritis dalam Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid 3. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009. H.2538-48. 5. Imboden J, Hellmann D & Stone J. Current diagnosis & treatment, rheumatology. 2nd ed. McGraw-Hill; 2007. H.339-43. 6. Febritilova.

Osteoarthritis

(Pengapuran

Sendi).

Dikutip

dari

http://dr-

febritilova.blogspot.com/2011/05/osteoarthritis-pengapuran-sendi.html pada tanggal 24 Maret 2015.

10

Related Documents


More Documents from "Stepvani Lohanatha"

Makalah Pleno Blok 14 S1
October 2019 11