makalah perkembangan kognitif Posted: April 7, 2012 in info
0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan kognitif (intelektual) sebenarnya merupakan perkembangan pikiran. Pikiran anak Anda adalah bagian dari otaknya yang bertanggung jawab
terhadap bahasa, pembentukan mental, pemahaman, penyelesaian masalah, pandangan, penilaian, pemahaman sebab akibat, serta ingatan.
Piaget, dalam Bringuier, (1980:110), mengatakan bahwa Pengetahuan itu bukanlah salinan dari obyek dan juga bukan berbentuk kesadaran apriori yang sudah
ditetapkan di dalam diri subyek, ia bentukan perseptual, oleh pertukaran antara organisme dan lingkungan dari sudut tinjauan biologi dan antara fikiran dan
obyeknya menurut tinjauan kognitif.
Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata-skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya-dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang
berarti, tidak seperti teori nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini
berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan perkembangan kognitif ?
2. Bagaimana tahap-tahap perkembangan kognitif ?
1.3 BATASAN MASALAH
Dalam malaksanakan penelitian diperlukan keteraturan permasalahan yang akan dibahas, untuk itu perlu ada penegasan masalah yang sekalipun dapat
memberikan gambaran kearah proses pemecahan masalah. Seperti yang dikemukan oleh Winarno Surakhmad bahwa 1994 : 149 “memiliki masalah yang telah
dirumuskan dengan jelas adalah suatu kondisi yang mempunyai fungsi tersendiri”. Dalam makalah ini, penulis membatasi permasalahan dengan acuan
permasalahan yang telah dirumuskan diatas. Penelitian dilakukan meliputi beberapa aspek : pertama yaitu tentang pengertian perkembangan kognitif dan yang
kedua yaitu tahap-tahap perkembangan kognitif.
1.4 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi perkembangan kognitif.
2. Untuk mengetahui bagaimana tahap-tahap perkembangan kognitif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Kognitif:
Karakteristik perkembangan kognitif pada masa pertengahan anak-anak adalah pemikiran operasional konkret. Dimana, pada tahap ini dapat melakukan operasi-
operasi dengan mengubah tindakan secara mental, memperlihatkan keterampilan-keterampilan konservasi; penalaran secara logis menggantikan penalaran
intuitif, tetapi hanya di dalam keadaan-keadaan konkret; tidak abstrak (misalnya, tidak dapat membayangkan langkah-langkah persamaan aljbar); keterampilan-
keterampilan klasifikasi-dapat menggolongkan benda-benda ke dalam perangkat-perangkat dan sub-subperangkat dan bernalat tentang keterkaitannya. Pada
masa pertengahan dan akhir anak-anak, perkembangan kognitif anak-anak sudah semakin matang sehingga memungkinkan orangtua untuk bermusyawarah
dengan mereka tentang penolakan penyimpangan dan pengendalian perilaku mereka.
2.2 Pengertian Kognitif
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang
menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu
kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons
terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang
kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan
cara menilai siswa dan sebagainya.
Akan tetapi apa arti kognitif yang sebenarnya? Lalu apa perkembangan kognitif itu?
Jean Piaget (1896-1980), pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Dalam pandangan
Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian (adaptasi).
Kecenderungan organisasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk mengintegasi proses-proses sendiri menjadi system – sistem
yang koheren. Adaptasi dapat dilukiskan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk memyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan sosial.
Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi. Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke
dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
2.3 Prinsip Dasar Teori Piaget
Jean Piaget dikenal dengan teori perkembangan intelektual yg menyeluruh, yg mencerminkan adanya kekuatan antara fungsi biologi & psikologis ( perkembangan
jiwa).
Piaget menerangkan inteligensi itu sendiri sebagai adaptasi biologi terhadap lingkungan. Contoh : manusia tidak mempunyai mantel berbulu lembut untuk
melindunginya dari dingin; manusia tidak mempunyai kecepatan untuk lari dari hewan pemangsa; manusia juga tidak mempunyai keahlian dalam memanjat
pohon. Tapi manusia memiliki kepandaian untuk memproduksi pakaian & kendaraan untuk transportasi.
Faktor yang Berpengaruh dalam Perkembangan Kognitif, yaitu :
1. Fisik
Interaksi antara individu dan dunia luat merupakan sumber pengetahuan baru, tetapi kontakdengan dunia fisik itu tidak cukup untuk mengembangkan
pengetahuan kecuali jika intelegensiindividu dapat memanfaatkan pengalaman tersebut.
2. Kematangan
Kematangan sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak memperoleh manfaatsecara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan membuka
kemungkinan untukperkembangan sedangkan kalau kurang hal itu akan membatasi secara luas prestasi secarakognitif. Perkembangan berlangsung dengan
kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan lingkungan dan kegiatan belajar sendiri.
3. Pengaruh sosial
Lingkungan sosial termasuk peran bahasa dan pendidikan, pengalaman fisik dapat memacu ataumenghambat perkembangan struktur kognitif
4. Proses pengaturan diri yang disebut ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan pengoreksi diri, mengatur interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik, pengalaman sosial dan
perkembangan jasmani yangmenyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun dengan baik
3. Aspek Inteligensi
Menurut Piaget, inteligensi dapat dilihat dari 3 perspektif berbeda :
1. Struktur Disebut juga scheme (skemata/Schemas). Struktur & organisasi terdapat di lingkungan, tapi pikiran manusia lebih dari meniru struktur realita eksternal
secara pasif. Interaksi pikiran manusia dengan dunia luar, mencocokkan dunia ke dalam “mental framework”-nya sendiri. Struktur kognitif merupakan mental
framework yg dibangun seseorang dengan mengambil informasi dari lingkungan & menginterpretasikannya, mereorganisasikannya serta mentransformasikannya
(Flavell, Miller & Miller)
2 hal penting yg harus diingat tentang membangun struktur kognitif :
a. seseorang terlibat secara aktif dalam membangun proses.
b. lingkungan dimana seseorang berinteraksi penting untuk perkembanga struktural.
2. Isi Disebut juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah. Merupakan materi kasar, karena Piaget kurang tertarik
pada apa yg anak-anak ketahui, tapi lebih tertarik dengan apa yang mendasari proses berpikir. Piaget melihat “isi” kurang penting dibanding dengan struktur &
fungsinya, Bila isi adalah “apa” dari inteligensi, sedangkan “bagaimana” & “mengapa” ditentukan oleh kognitif atau intelektual.
3. Fungsi Disebut fungtion, yaitu suatu proses dimana struktur kognitif dibangun. Semua organisme hidup yg berinteraksi dengan lingkungan mempunyai fungsi
melalui proses organisasi & adaptasi.Organisasi: cenderung untuk mengintegrasi diri & dunia ke dalam suatu bentuk dari bagian-bagian menjadi satu kesatuan yg
penuh arti, sebagai suatu cara untuk mengurangi kompleksitas.
Adaptasi terhadap lingkungan terjadi dalam 2 cara :
a) organisme memanipulasi dunia luar dengan cara membuatnya menjadi serupa dengan dirinya. Proses ini disebut dengan asimilasi. Asimilasi mengambil
sesuatu dari dunia luar & mencocokkannya ke dalam struktur yg sudah ada. contoh: manusia mengasimilasi makanan dengan membuatnya ke dalam komponen
nutrisi, makanan yg mereka makan menjadi bagian dari diri mereka.
b) organisme memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya. Proses ini disebutakomodasi. Ketika seseorang mengakomodasi sesuatu,
mereka mengubah diri mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan eksternal. contoh: tubuh tidak hanya mengasimilasi makanan tapi juga mengakomodasikannya
dengan mensekresi cairan lambung untuk menghancurkannya & kontraksi lambung mencernanya secara involunter.
Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya.
Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya
dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses
penyesuaian di atas.
2.4 Teori Perkembangan Piaget
Jean Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia memahami dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi.
Menurut Piaget seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi atau
kematangan berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara genetik. Aktivitas berkaitan dengan kemampuan untuk menangani lingkungan dan
belajar darinya. Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang di sekitar dan belajar darinya.
Tahap – Tahap Perkembangan
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia :
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
1. Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi
refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode.
Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial / persepsi penting dalam enam sub-tahapan :
a. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.
b. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.
c. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan
dan pemaknaan.
d. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek
sebagai sesuatu yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi objek).
e. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara
baru untuk mencapai tujuan.
f. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.
2. Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun
jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental
terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan
dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang
lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau
mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.
Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak
mengembangkan keterampilan berbahasanya. Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun, mereka masih
menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia
dan bagaimana hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan,
kemampuan untuk memahami perspektif orang lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap setiap benda yang
tidak hidup pun memiliki perasaan.
2. Tahapan operasional konkrit
Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang
memadai.
Proses-proses penting selama tahapan operasional konkrit adalah :
Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat
mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil. Klasifikasi-kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda
menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam
rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)
Decentering – anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi
menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.
Reversibility – anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat
menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Konservasi – memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-
benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang
ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.
Penghilangan sifat Egosentrisme – kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang
salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang
memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap
menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.
3. Tahapan operasional formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat
pubertas) dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat
segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas
(saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual,
dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir
sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Informasi umum mengenai tahapan-tahapan
Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
• Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang
mundur.
• Universal (tidak terkait budaya)
• Bisa digeneralisasi : representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan
• Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis
• Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)
• Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan hanya perbedaan kuantitatif
Pembelajaran dilakukan dengan memusatkan perhatian kepada :
Berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya dan mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya
perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual anak.
Teori dasar perkembangan kognitif dari Jean Piaget mewajibkan guru agar pembelajaran diisi dengan kegiatan interaksi inderawi antara siswa dengan benda-
benda dan fenomema konkrit yang ada di lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir, antara lain kemampuan berpikir
konservasi.
Piaget memusatkan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui oleh semua individu tanpa memandang latar konteks sosial dan budaya , yang
mendalami bagaimana anak berpikir dan berproses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual.
Menurut Peaget, siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri.
Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka
membangun dan memodivikasi pengetahuan awal mereka.
Piaget menjelaskan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus –menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini
menurut Piaget, memotivasi mereka untuk aktif membangun pemahaman mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. PBI dikembangkan berdasarkan
kepada teori Piaget ini.
Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang
dewasa, dan jenis logika anak-anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti yang meributkan detail-detail penemuan Piaget,
terutama mengenai usia ketika anak mampu menyelesaikan tugas-tugas spesifik.
4. Implementasi Teori Perkembangan Kognitif Piaget Dalam
Pembelajaran
1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir
anak
2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan
sebaik-baiknya.
3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Perbandingan kritik terhadap teoriPIAGET dan teorilainnya, diantara lain :
No. Teori PIAGET Teori lainnya
1.
2.
3. periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak
terlalu meremehkan kemampuan anak – anak kecil dan terlalu menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan
bahwa anak sudah mampu memahami konservasi (conservation) dalam usia yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget
Balillargeon dan De Vos (1991)
Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal
Tidak meremehkan kemampuan anak – anak kecil dan tidak menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua
Inti dari implementasi teori Piaget dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut :
1. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses
yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.
2. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas
Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan
dengan lingkungan.
3. Tidak menekankan pada praktek – praktek yang diarahkan untuk menjadikan anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.
4. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan
perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.
2.5 Kritik terhadap Teori Piaget
1. Pada sebuah studi klasik, McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah mampu memahami konservasi (conservation) dalam usia yang lebih
muda daripada usia yang diyakini oleh Piaget.
2. Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru mencapai pemahaman tentang objek permanence pada usia di atas 6 bulan. Balillargeon
dan De Vos (1991) ; 104 anak diamati sampai mereka berusia 18 tahun, dan diuji dengan berbagai tugas operasional formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai
Piaget, termasuk pengujian hipotesa. Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal. Hal ini sesuai dengan studi-studi McGarrigle
dan Donaldson serta Baillargeon dan DeVos, yang menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan anak-anak kecil dan terlalu menilai tinggi
kemampuan anak-anak yang lebih tua.
3. Dan belum lama ini, Bradmetz (1999) menguji pernyataan Piaget bahwa mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-kanak.
1. Perkembangan sosioemosional:
Menurut suatu investigasi, waktu yang dihabiskan oleh orangtua untuk mengasuh, mengajar berbicara dan bermain dengan anak-anak mereka yang berusia 5
hingga 12 tahun kurang dari setengah dari waktu yang dihabiskan ketika anak-anak masih lebih kecil (Hill & Stafford, 1980). Penurunan interaksi orangtua-anak ini
mungkin bahkan lebih tajam pada keluarga-keluarga yang orangtuanya kurang berpendidikan. Selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, anak-anak
meluangkan banyak waktunya dalam berinteraksi dengan teman sebaya sebesar lebih dari 40% (Barker & Wright, 1951). Relasi saling pengertian antara orangtua
dan anak-anak menjadi semakin penting dalam hubungan keluarga selama masa pertengahan dan akhir anak-anak. Kognisi sosial (social cognition) anak-anak
tentang teman-teman sebaya mereka juga menjadi semakin penting untuk memahami hubungan teman sebaya pada masa pertengahan dan akhir anak-anak.
Diantaranya adalah bagaimana anak-anak memproses informasi tentang relasi-relasi teman sebaya dan pengetahuan sosial mereka (Crick & Dodge, 1994; Dodge,
1993; Quiggle, dkk, 1992). Persahabatan memiliki aspek yang sangat penting pada usia pertengahan dan akhir anak-anak. Persahabatan memiliki enam fungsi
dan diantaranya adalah memiliki sikap yang sama terhadap suatu hal dan menyukai jenis kegiatan yang pengisi waktu luang yang sama. Pada masa pertengahan
dan akhir anak-anak, pemahaman diri berubah secara pesat dari mendefinisikan diri melalui karakteristik eksternal menjadi mendefinisikan diri melalui
karakteristik internal. Anak-anak sekolah dasar juga lebih cenderung mendefinisikan diri mereka sendiri dilihat dari karakteistik sosial dan perbandingan sosial.
Pemahaman diri anak-anak pada tahun-tahun sekolah dasar juga mencakup peningkatan acuan pada perbandingan sosial (social comprison). Pada tahap
perkembangan ini, anak-anak lebih cenderung membedakan diri mereka dari orang lain secara komparatif daripada secara absolut. Misalnya, anak-anak usia
sekolah dasar tidak lagi cenderung berpikir tentang apa yang aku lakukan atau tidak kulakukan, tetapi tentang apa yang dapat aku lakukan dibandingkan dengan
orang lain (in comparison with others).
Dari Margaret Harris & George Butterworth (Developmental Psychology)
Dalam perkembangan biologis (fisik), anak usia middle childhood mengalami pertambahan tinggi dan berat badan yang sangat pesat. Perkembangan otak
khususnya pada bagian lobus frontal yang berperan penting dalam perencanaan dan pengorganisasian perilaku dan pikiran juga berkembang dengan pesat.
Usia middle childhood ditandai dengan dimulainya anak-anak memasuki pendidikan formal di sekolah. Dengan memasuki usia sekolah maka setiap hari anak-anak
akan berhubungan langsung dengan teman sebayanya di sekolah sehingga relasi dengan peer juga akan semakin meningkat. Perkembangan sosial pada anak
middle childhood lebih menekankan pada kelompok teman sebaya mereka (peer) sebagai pelengkap relasi yang telah dibangun sebelumnya dengan antara
orangtua dan anak. Cole dan Cole (2001) memperkirakan sekitar 40% dari waktu yang dimiliki anak usia 6-12 tahun dihabiskan bersama dengan teman
sebayanya (peer). Meskipun dalam waktu yang bersamaan orangtua juga berusaha untuk memantau aktivitas anak-anak meraka, namun karena waktu yang
dihabiskan anak-anak untuk berinteraksi dengan teman sebaya lebih banyak maka pengawasan dari orangtua juga akan tetap berkurang. Pada usia ini anak-anak
juga mulai menggunakan social comparison sebagai bagian yang penting dalam menilai diri mereka. Mereka akan mengambil pandangan-pandangan yang lebih
bersifat relatif dalam kaitannya dengan social comparison. Mereka membandingkan aktivitas yang mereka lakukan dengan aktivitas lain yang dilakukan oleh
temannya.
Perkembangan moral berdasarkan Kohlberg dibagi menjadi tiga bagian:
1. Level 1 (Tahap prekonvensional). Benar dan salah ditentukan dari reward atau punishment.
Stage 1. Pada tahap ini anak-anak menilai perilaku mereka baik atau buruk berdasarkan pada hasil akhir dari perilaku tersebut. Suatu perilaku bernilai baik
menurut mereka jika mendapatkan reward dan perilaku itu buruk jika mendapatkan punishment.
Stage 2. Pada tahap ini, anak menganggap bahwa apapun yang memuaskan atau dapat memenuhi kebutuhannya merupakan hal yang baik.
2. Level 2 (Tahap konvensional). Anak menilai perilaku mereka baik atau salah menurut maksud atau tujuan dilakukannya, berkaitan dengan norma-norma sosial
yang ada. Melihat hal lain dibalik perilaku itu (menghindari disalahkan dan mencari persetujuan).
Stage 3. Anak-anak menganggap bahwa jika perilakunya dapat menyenangkan atau menolong orang lain maka perilaku itu dikatakan baik dan mereka
menganggap bahwa itu adalah sisi lain dibalik perilaku itu.
Stage 4. Anak-anak menganggap bahwa memperhatikan aturan sosial dan melakukan salah satu kewajiban merupakan hal yang baik.
3. Level 3 (Tahap postkonvensional). Perilaku benar atau salah didasarkan pada prinsip-prinsip moral.
Tahapan perkembangan moral dari Piaget:
1. Premoral
Anak usia 0-5 tahun.
– Memiliki pemahaman yang sangat sedikit akan aturan-aturan dan aspek lainnya.
2. Moral realism
Anak usia 5-10 tahun.
– Berpikir secara kaku: aturan harus ditaati.
– Perilaku dinilai berdasarkan konsekuensinya.
3. Moral relativism
Anak usia 10 tahun ke atas.
– Adanya perkembangan dalam hal fleksibilitas isu-isu moral.
– Pemahaman bahwa setiap orang memiliki standar moral yang berbeda-beda.
– Aturan dapat diabaikan ddan orang tidak selalu dihukum.
– Percaya adanya hukuman timbal balik.
Peers juga berpengaruh sebagai salah satu agen model sosial bagi banyak perilaku baik perilaku benar maupun yang salah serta sebagai objek social comparison.
Teori Urie Bronfenbrenner: perkembangan individu berpusat dan berkaitan dengan beberapa sistem yang ada lingkungan. Berawal dari lingkaran lingkungan
keluarga hingga ke konteks yang lebih luas contohnya aspek budaya. Setiap sistem ini saling berinteraksi dalam memberikan pengaruh yang penting bagi
perkembangan individu. Model lingkungan ekologi Bronfenbrenner merupakan serangkaian struktur yang bertahap. Lapisan pertama, mikrosistem menunjuk pada
relasi antara anak dan lingkungan yang sangat dekat dengan anak seperti keluarga (orangtua). Lapisan kedua, mesosistem yaitu hubungan atau interrelasi
diantara lingkungan mikrosistem seperti rumah, sekolah, dan peer groups. Mikrosistem yang berjalan dengan optimal akan mempengaruhi pula mesosistem,
contohnya anak yang mendapatkan kenyamanan dan relasi yang harmonis dengan orangtua juga cenderung akan diterima oleh teman sebayanya. Pada lapisan
ketiga lingkungan exosistem, anak dan remaja tidak hanya sebagai suatu bagian tetapi mungkin juga dapat mempengaruhi lingkungan mereka. Bronfenbrenner
juga menitikberatkan pada lingkungan makrosistem seperti kultural, subkultural, atau kelas sosial dalam konteks kaitannya dengan mikrosistem, mesosistem dan
exosistem.
Teori perkembangan moral Piaget:
o Premoral Period
Menurut Piaget, pada usia anak-anak masih memiliki kesadaran yang sangat kurang berkaitan dengan aturan-aturan. Ketika memainkan sebuah permainan
marbles, anak-anak tidak melakukannya secara sistematis tetapi mereka membuat aturan-aturan sendiri dan mereka berpikir agar permainan itu bisa
memberikan kesenangan.
o Moral Realism atau Heteronomous Morality
Pada usia 5 sampai 10 tahun, anak-anak mengembangkan ketertarikan yang kuat akan aturan-aturan. Anak-anak sekarang percaya bahwa aturan-aturan
ditetapkan oleh figur-figur autoritas seperti Tuhan, polisi, orangtua mereka dan anak-anak memiliki pemikiran bahwa peraturan itu bersifat mutlak dan tidak dapat
diubah. Anak-anak yang berada pada tahap ini memikirkan aturan sebagai moral yang bersifat absolut. Mereka percaya bahwa sisi “benar” dan sisi “salah” adalah
beberapa isu-isu moral dan perilaku yang berada di sisi “benar” selalu mengikuti aturan.
o Moral Relativism atau Autonomous Morality
Anak usia 10 tahun ke atas pada tahap ini memiliki pendapat yang bisa berubah-ubah mengenai aturan. Mereka merasa bahwa aturan dapat dilanggar untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
The Discipline Book
Perasaan terhadap diri sendiri mempengaruhi bagaimana tingkah laku kita. Self-images adalah bagaimana seseorang menerima dan memandang dirinya sendiri.
Self-images yang negatif sering mengarah kepada perilaku-perilaku yang bermasalah. Banyak dari perilaku-perilaku yang bermasalah berasal dari rendahnya
penghargaan terhadap diri sendiri. Self-esteem yang sehat tidak berarti menjadi narsis atau arogan, tetapi berarti bahwa adanya pemahaman yang real tentang
kekuatan dan kelemahan diri sendiri, menikmati kekuatan yang dimiliki dan mengolah area-area permasalahan yang ada. Karena terdapat keterkaitan antara
ketiga hal ini yakni bagaimana seseorang berpikir tentang dirinya sendiri dan bagaimana seseorang berperilaku akan membantu seorang anak untuk membangun
rasa percaya dirinya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang
menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).
Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu
kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons
terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia :
1. Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
2. Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
3. Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun-dewasa)
DAFTAR PUSTAKA
Sumanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Muhibin, Syah. 2002. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Yusuf,Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gunadarsa, Singgih D.. (2008). Psikologi Perkambangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia
Prof.Dr. Muh Said dan Dra. Junimar Affan.1990. Psikologi dari zaman ke zaman. Jermars Bandung
http://teni-setiani.blogspot.com/2010/06/teori-perkembangan-kognitif.html Advertisements REPORT THIS AD
REPORT THIS AD