Makalah Tentang Mekanisme Persalinan.docx

  • Uploaded by: sandy wawan syahputra
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Tentang Mekanisme Persalinan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,823
  • Pages: 24
MAKALAH TENTANG MEKANISME PERSALINAN, LINGKAR PANGGUL DAN LINGKAR KEPALA D I S U S U N

OLEH : Nama

: Siti Hardiyanti Pratiwi

Nim

: 1617180099

Dosen : Syahroni Damanik, SST., M.Kes

AKADEMI KEBIDANAN HELVETIA MEDAN 2019

KATA PENGANTAR Puji dan syukurkehadirat Allah SWT, yang telahmelimpahkanrahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun judul makalah ini adalah “Makalah Tentang Mekanisme Persalinan, Lingkar Panggul dan Lingkar Kepala”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan Mata Kuliah. Dalam penulisan makalah, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penulisan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi dapat teratasi. Baik pada teknis penulisan maupun dalam materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Medan, Januari 2019

Penulis

i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................

i

DAFTAR ISI ...................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................

1

1.1. Latar Belakang .....................................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................

3

BAB I PEMBAHASAN ...............................................................................

4

2.1. Mekanisme Persalinan Normal ............................................................

4

2.2. Menolong Persalinan Sesuai APN (Asuhan Persalinan Normal) .........

7

2.3. Tanda Gejala Kala II ............................................................................

10

2.4. Manufer Tangan Dan Langkah-Langkah Dalam Melahirkan ..............

11

2.5. Pentingnya Pengukuran Lingkar Kepala Dan Ubun-Ubun Besar ........

12

2.6. Anatomi panggul wanita pembentuk, fungsi dan jenisnya ..................

15

BAB III PENUTUP ........................................................................................

19

3.1. Kesimpulan...........................................................................................

19

3.2. Saran .....................................................................................................

20

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

21

ii

BAB I PEDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Persalinan merupakan suatu proses alami yang akan berlangsung dengan

sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan, pertolongan dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. Persalinan pada manusia dibagi menjadi empat tahap penting dan kemungkinan penyulit dapat terjadi pada setiap tahap tersebut. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1999:138). Dalam persalinan terjadi perubahan-perubahan fisik yaitu, ibu akan merasa sakit pinggang dan perut, merasa kurang enak, capai, lesu, tidak nyaman badan, tidak bisa tidur enak, sering mendapatkan kesulitan dalam bernafas dan perubahan-perubahan psikis yaitu merasa ketakutan sehubungan dengan dirinya sendiri, takut kalau terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan, takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya, takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu misalnya mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu. Ketakutan karena anggapanya sendiri bahwa persalinan itu merupakan hal yang membahayakan (Cristina’s Ibrahim, 1993;80). WHO melaporkan sekitar 99 % kematian ibu terjadi di negara berkembang. (2) Pada tahun 1994 dari 95.866 persalinan terdapat 67 kematian ibu (69,9 / 100.000 kelahiran hidup). (3) Jumlah kematian diluar rumah sakit sangat tinggi 73,3 % dan di dalam rumah sakit 26,7 %. (4) Di Jawa Timur tahun 2000 angka kematian ibu 396 / 100.000 kelahiran hidup. (Depkes RI, 1997; 4). Penyebab utama kematian ibu di negara yang sedang berkembang sebagian besar adalah penyebab obstetri langsung yaitu; perdarahan post partum, eklamsia, sepsis dan komplikasi dari keguguran. Penyebab kematian ini sebagian besar dapat dicegah, karena di negara-negara dengan angka kematian ibu yang rendah penyebab kematian ini tidak didapatkan lagi. (Depkes RI, DNPK-KR 2001).

1

Sedangkan untuk kepala janin merupakan organ yang sangat sulit dikeluarkan dalam proses persalinan. Ukuran kepala janin yang bermacam-macam perlu diketahui agar pengukuran lingkar kepala dan kesesuaian dengan pintu panggul dapat diperbandingkan, sehingga proses persalinan normal melewati jalan lahir dapat berjalan dengan baik. Secara umum bentuk kepala janin dan orang dewasa sama, yang membedakan hanya pada ukuran, kekuatan struktur jaringan tulang, dan sutura. Jaringan lunak kepala janin terdiri dari lima lapisan (S-C-A-L-P) yaitu : Skin (S : Kulit),Connective tissue ,Aponeurosis Galea (A : fascia) lapisan ini merupakan lapisan terkuat, berupa fascia yang melekat pada tiga otot yaitu ke anterior – m. frontalis, Ke posterior – m. occipitalis, Ke lateral – m. temporoparietalis. Loose areolar tissue (L: jaringan areolar longgar), lapisan ini mengandung vena emissary yang menghubungkan SCALP, vena diploica, dan sinus vena intracranial (mis. Sinus sagitalis superior). Jika terjadi infeksi pada lapisan ini, akan dengan mudah menyebar ke intracranial. Dan Perikranium (P: periosteum), merupakan periosteum yang melapisi tulang tengkorak, melekat erat terutama pada sutura karena melalui sutura ini periosteum akan langsung berhubungan dengan endostium (yang melapisi permukaan dalam tulang tengkorak). Untuk Pengukuran Panggul selama ini kita tahu bahwa bidan merupakan tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam pelayanan maternal dan perinatal. Keberadaan bidan memiliki posisi strategis, mengingat sebagian besar persoalan reproduksi berhubungan dengan kaum perempuan. Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah tuntutan masyarakat terhadap pelayanan berkualitas. Untuk dapat memberikan pelayanan berkualitas, bidan harus terlebih dahulu terampil serta memiliki kompetensi yang luas termasuk dalam anatomi khususnya wanita dalam memberikan asuhan kebidanan yang bekualitas.

2

Setiap wanita mempunyai anatomi panggul yang unik dan berbeda satu sama lain.Panggul terdiri atas bagian keras panggul (dibentuk oleh tulang) dan bagian lunak panggul(dibentuk otot,

jaringan

dan ligamen).

Untuk

dapat

memberikan asuhan persalinan, terlebih dahulu bidan harus menguasai anatomi panggul.

1.2.

Rumusan Masalah 1. Untuk Mengetahui Mekanisme Persalnan Normal 2. Untuk Mengetahui Pengukuran Lingkar Kepala Dan Ubun-Ubun Besar. 3. Untuk Mengetahui Anatomi panggul wanita pembentuk, fungsi dan jenisnya

3

BAB I PEMBAHASAN

2.1.

Mekanisme Persalinan Normal Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan

ukuran dirinya dengan ukuran panggul saat kepala melewati panggul. Mekanisme ini sangat diperlukan mengingat diameter janin yang lebih besar harus berada pada satu garis lurus dengan diameter paling besar dari panggul. Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul (seven cardinal movements of labor) yang terdiri dari : 1. Engagement: Terjadi ketika diameter terbesar dari presentasi bagian janin (biasanya kepala) telah memasuki rongga panggul. Engagement telah terjadi ketika bagian terendah janin telah memasuki station nol atau lebih rendah. Pada nulipara, engagement sering terjadi sebelum awal persalinan. Namun, pada multipara dan beberapa nulipara, engagement tidak terjadi sampai setelah persalinan dimulai (Cunningham et. al, 2013; McKinney, 2013). 2. Descent: Descent terjadi ketika bagian terbawah janin telah melewati panggul. Descent/ penurunan terjadi akibat tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi fundus pada janin dan kontraksi diafragma

serta

otot-otot

abdomen

ibu

pada

saat

persalinan,

dengan sumbu jalan lahir: 

Sinklitismus yaitu ketika sutura sagitalis sejajar dengan sumbu jalan lahir



Asinklistismus anterior: Kepala janin mendekat ke arah promontorium sehingga os parietalis lebih rendah.



Asinklistismus posterior: Kepala janin mendekat ke arah simfisis dan tertahan oleh simfisis pubis (Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).

4

Proses Descent (Sinklitismus, Asinklitismus anterior, dan Asinklitismus posterior), Sumber: Cunningham et. al. William Obstetrics 23rd Edition 3. Fleksi (flexion): Segera setelah bagian terbawah janin yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan ke arah dada janin. Fleksi ini disebabkan oleh: 

Persendian leher, dapat berputar ke segala arah termasuk mengarah ke dada.



Letak leher bukan di garis tengah, tetapi ke arah tulang belakang sehingga kekuatan his dapat menimbulkan fleksi kepala.



Terjadi perubahan posisi tulang belakang janin yang lurus sehingga dagu lebih menempel pada tulang dada janin .



Kepala janin yang mencapai dasar panggul akan menerima tahanan sehingga memaksa kepala janin mengubah kedudukannya menjadi fleksi untuk mencari lingkaran kecil yang akan melalui jalan lahir (Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013).

4. Putaran paksi dalam (internal rotation): Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina ischiadika. Setiap kali terjadi kontraksi, kepala janin diarahkan ke bawah lengkung pubis dan kepala berputar saat mencapai otot panggul (Cunningham dkk, 2013; McKinney, 2013). 5. Ekstensi (extension): Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati

5

permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala keluar mengikuti sumbu jalan lahir akibat ekstensi. 6. Putaran paksi luar (external rotation): Putaran paksi luar terjadi ketika kepala lahir dengan oksiput anterior, bahu harus memutar secara internal sehingga sejajar dengan diameter anteroposterior panggul. Rotasi eksternal kepala menyertai rotasi internal bahu bayi. 7. Ekspulsi: Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral ke arah simfisis pubis.

6

2.2. 1.

Menolong Persalinan Sesuai APN (Asuhan Persalinan Normal) Melihat tanda dan gejala kala 2 Mengamati tanda dan gejala kala 2

2.

Menyiapkan peralatan pertolongan persalinan a. Memastikan perlengkapan bahan dan obat-obatan esensial yang siap digunakan. Mematahkan mapul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai didalam partus set . b. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik . c. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mnegeringkan tangan dengan handuk 1x pakai/handuk pribadi yang bersih. d. Memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi. e. Menyiapkan oksitosin 10 unit kedalam spuit (dengan memakai sarung tangan) dan meletakkannya kembali di partus set tanpa dekontaminasi spuit.

3.

Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik a. Membersihkan vulva dan perinium, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air DTT. b. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap (bila ketuban belum pecah maka lakukan amniotomi). c. Mendokumentasi sarung tangan. d. Memeriksa DJJ setelah berakhir setiap kontraksi (batas normal 120160x/menit)

4.

Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran a. Memberitahukan ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman. b. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

7

c. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran. 5.

Persiapan pertolongan kelahiran a. Jika kepala telah membuka vulva dengan diameter 4-5 cm,meletakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. b. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. c. Membuka partus set. d. Memakai sarung tangan steril.

6.

Memulai meneran a. Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu pilihkan posisi yang nyaman. b. Jika ibu merasa ingin meneran namun pembukaan belum lengkap, berikan semangat dan anjurkan ibu untuk bernafas cepat dan bersabar agar jangan meneran dulu. c. Jika pembukaan sudah lengkap namun belum ada dorongan untuk meneran, bantulah ibu memilih posisi yang nyaman untuk meneran dan pastikan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi. d. Jika pembukaan sudah lengkap namun belum ada dorongan untuk meneran, bantu ibu memilih posisi yang nyaman dan biarkan berjalanjalan. e. Jika ibu tidak merasa ingin meneran setelah pembukaan lengkap selama 60 menit, anjurkan ibu untuk memulai meneran pada saat puncak kontraksi, dan lakukan stimulasi putting susu serta berikan asupan gizi yang cukup. f. Jika bayi tidak lahir setelah 60 menit, lakukan rujukan (kemungkinan CPD, tali pusat pendek).

7.

Cara meneran a. Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi. b. Jangan menganjurkan untuk menahan nafas selama meneran. c. Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan segera berisitirahat diantara kontraksi.

8

d. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah untuk meneran jika ibu menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada. e. Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran. f. Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi. Dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan ruptur uteri. 8.

Menolong kelahiran bayi a. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perinium dengan satu tangan yang dilapisi kain, letakan tangan yang dilapisi kain, letakan tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat saat kepala lahir. b. Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi dengan kain atau kasa bersih. c. Memeriksa lilian tali pusat dan jika memang terdapat lilitan dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi. d. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. e. Tempatkan kedua tangan dimasing-masing sisi kedua muka bayi. f. Menelusurkan tangan mulai dari kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perienum tangan membiarkan bahu dan lengan posteroir lahir ke tangan tersebut. g. Menelusurkan tangan yang berada diatas anterior dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.

9.

Penanganan bayi baru lahir a. Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya. b. Segera mengeringkan bayi. Membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.

9

c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat/umbilicial bayi. d. Memegang tali pusat dengan satu tangan sambil melindungi bayi dari gunting, dan tangan yang lain memotong tali pusat diantara dua klem tersebut. e. Mengganti handuk basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut bersih, menutupi bagian kepala, membiarkan tai pusat terbuka. f. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya. Yang harus diperhatikan pada saat pengeluran bayi 

Posisi ibu saat melahirkan bayi.



Cegah terjadinya laserasi atau trauma.



Proses melahirkan kepala.



Memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi.



Proses melahirkan bahu.



Proses melahiran tubuh bayi.



Mengusap muka, mengeringkan dan rangsang taktil pada bayi.



Memotong tali pusat.



Gejala dan tanda distosia bahu



Turtle sign adalah kepala terdorong keluar tetapi kembali kedalam vagina setelah kontraksi atau ibu berhenti meneran.



Tidak terjadi putaran paksi luar apabila kepala telah lahir.



Kepala tetap pada posisinya (dalam vagina) walau ibu meneran sekuat mungkin.

2.3.

Tanda Gejala Kala II Tanda gejala kala II terdiri dari: a. adanya dorongan mengejan; b. penonjolan pada perineum; c. vulva membuka; d. anus membuka.

10

2.4.

Manufer Tangan Dan Langkah-Langkah Dalam Melahirkan

Gambar. Manufer Ritgen Tujuan manufer tangan adalah untuk: a. Mengusahakan proses kelahiran janin yang aman, mengurangi resiko trauma persalinan seperti kejadian sepal hematum; b. Mengupayakan seminimal mungkin ibu mengalami trauma persalinan; c. Memberikan rasa aman dan kepercayaan penolong dalam menolong ibu dan janin. d. Manufer tangan dan langkah-langkah melahirkan janin adalah sebagai berikut: 1. Melahirkan Kepala Janin a. Tidak memanipulasi atau tidak melakukan tindakan apapun pada perineum sampai kepala tampak di vulva. b. Kepala bayi membuka vulva 5-6 cm (Crowning). c. Letakkan kain yang bersih dan kering yang dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu. d. Siapkan handuk bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir). e. Lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah kain bersih dan kering). f. Ibu jari pada salah satu sisi perineum dan empat jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. g. Menahan belakang kepala dengan memberi tekanan terukur pada belakang kepala dengan cara tiga jari tangan kiri diletakkan pada belakang kepala

11

untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal. h. Setelah menyeka mulut dan hidung bayi, kaji ada tidaknya lilitan tali pusat. i. Setelah kepala lahir, menunggu beberapa saat untuk memberi kesempatan janin agar dapat terjadi putar paksi luar (Eksternal Rotation). 2. Melahirkan Bahu Janin a. Setelah kepala mengadakan putar paksi luar, kedua tangan penolong diletakkan pada kedua parietal anterior dan posterior. b. Lakukan gerakan tekanan ke arah bawah / tarikan ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan gerakan tekanan ke atas / tarikan untuk melahirkan bahu belakang.

2.5.

Pentingnya Pengukuran Lingkar Kepala Dan Ubun-Ubun Besar Pemantauan

ukuran

lingkar

kepala

dan

ubun-ubun

besar merupakan penilaian pertumbuhan anak yang mencerminkan ukuran dan pertumbuhan otak. Menurut rekomendasi American Academy of Pediatrics, pemantauan lingkar kepala sebaiknya dilakukan terutama sampai usia 2 tahun. Pemantauan lingkar kepala sebaiknya dilakukan bersama dengan ukuran ubunubun besar. Lingkar kepala diukur dengan pita ukur yang tidak elastis, melingkar dari bagian atas alis, melewati bagian atas telinga, sampai bagian paling menonjol di belakang kepala seperti gambar di bawah ini.

12

Sedangkan ubun-ubun besar diukur dengan rata-rata ukuran anteroposterior dan transversal (Gambar 2.). Ukuran lingkar kepala saat lahir sampai usia 2 tahun berkisar antara 35 - 49 cm. Sedangkan, ukuran rata-rata ubun-ubun besar saat lahir adalah 2,1 cm yang akan mengecil dengan bertambahnya usia.

Ubun-

ubun besar akan menutup saat usia 13,8 bulan. Ubun-ubun besar yang lebar atau terlambat menutup dapat terjadi pada atrofi otak, akondroplasia, hipotiroid, sindrom Down, atau peningkatan tekanan intrakranial. Ubun-ubun besar yang membonjol disebabkan peningkatan tekanan inntrakranial karena hidrosefalus atau tumor. Ubun-ubun cekung dapat terjadi pada atrofi otak dan dehidrasi. Ubunubun besar yang menutup dibawah usia 6 bulan atau belum menutup pada usia 18 bulan, mencerminkan adanya gangguan pertumbuhan otak.

1.

Deteksi dini Pengukuran lingkar kepala dianjurkan setiap bulan sampai umur 2 tahun.

Aplikasi terpenting dari pengukuran lingkar kepala adalah mem”plot” hasil pengukuran tiap bulan pada grafik lingkar kepala Nelhause (Gambar 3). Deteksi dini adanya gangguan perkembangan otak dapat diketahui dengan melihat kecenderungan ukuran yang ada. Dari grafik di atas, adanya gangguan perkembangan otak telah di deteksi pasien A pada usia 8 bulan sedangkan pasien B pada usia 5 bulan. Pada usia tersebut seharusnya sudah dilakukan pemeriksaan fisis menyeluruh oleh dokter spesialis anak untuk mencari temuan klinis yang dapat

mengarahkan

pada

penyebab

abnormalitas

lingkar

kepala. Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan saat itu adalah CT Scan kepala tanpa kontras atau USG kepala..

13

2.

Mikrosefali dan makrosefali

Pasien A ukuran lingkar kepalanya di bawah (- < 2SD) disebut mikrosefali (Gambar 3). Mikrosefali dapat disebabkan oleh konsumsi alkohol/obat, infeksi tetanus, other (syphilis, parvovirus, varicella zoster), rubella, cytomegalovirus, herpes (TORCH), Pasien mikrosefali dengan ubun-ubun terbuka biasanya disebabkan atrofi otak. Mikrosefali dengan ubun-ubun menutup

biasanya

disebabkan infeksi TORCH atau atrofi otak. Pasien B ukuran lingkar kepalanya di atas (>2SD)

di sebut makrosefali

(Gambar 3). Makrosefali dengan ubun-ubun terbuka dapat disebabkan hidrosefalus atau atrofi otak. Makrosefali disertai ubun-ubun menutup biasanya disebabkan atrofi otak. Adanya hidrosefalus menandakan penumpukan cairan otak yang dapat disebabkan oleh berbagai sebab, antara lain malformasi struktur otak (malformasi Chiari, Dandy Walker, aqueduct stenosis), radang otak, tumor otak, atau kelainan metabolisme bawaan.

14

2.6.

Anatomi panggul wanita pembentuk, fungsi dan jenisnya Selama ini kita tahu bahwa bidan merupakan tenaga kesehatan yang

memegang peranan penting dalam pelayanan maternal dan perinatal. Keberadaan bidan memiliki posisi strategis, mengingat sebagian besar persoalan reproduksi berhubungan dengan kaum perempuan. Salah satu tantangan yang harus dihadapi adalah tuntutan masyarakat terhadap pelayanan berkualitas. Untuk dapat memberikan pelayanan berkualitas, bidan harus terlebih dahulu terampil serta memiliki kompetensi yang luas termasuk dalam anatomi khususnya wanita dalam memberikan asuhan kebidanan yang bekualitas. Untuk dapat memberikan asuhan persalinan, terlebih dahulu bidan harus menguasai anatomi panggul.

OS PELVIS (TULANG PANGGUL) 1.

Panggul wanita terdiri dari : a. Panggul besar (Pelvis Mayor) Panggul besar dibentuk oleh 4 buah tulang : 2 tulang pangkal paha (Os Coxae), terdiri dari tiga buah tulang : b. Tulang Usus (Os. Ilium) 

Merupakan tulang terbesar dari panggul dan membentuk bagian atas dan bagian belakang tulang panggul



Batas atasnya merupakan penebalan tulang yang disebut crista iliaca



Ujung depan dan belakang crista iliaca menonjol : spina iliaca anterior superior dan spina iliaca posterior superior

15

c. Tulang Duduk (Os. Ischium) 

Terdapat disebelah bawah tulang usus



Pinggir belakang menonjol : spina ischiadica



Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal, yang mendukung badan saat duduk disebut tuber ischiadicum

d. Tulang Kemaluan (Os. Pubis) 

Terdapat disebelah bawah dan depan tulang usus



Dengan tulang duduk dibatasi foramen obturatum



Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan tulang usus: ramus superior ossis pubis

e. 1 tulang kelangkang (Os. Sacrum) Tulang ini berbentuk segitiga dengan lebar dibagian atas dan mengecil dibagian bawahnya. Tulang kelangkang terletak di antara kedua tulang pangkal paha. Terdiri dari lima ruas tulang yang berhubungan erat. f. 1 tulang tungging (Os. Coccygis) Berbentuk segitiga dengan ruas tiga sampai lima buah dan bersatu. Pada saat persalinan tulang tungging dapat didorong ke belakang sehingga memperluas jalan lahir Panggul kecil (Pelvis Minor) terbentuk oleh 4 buah tulang Panggul kecil dalam ilmu kebidanan mempunyai arti yang penting karena merupakan

tempat

alat reproduksi

wanita

yang

lahir. Panggul kecil dibentuk oleh 4 buah bidang yaitu : a. Pintu atas panggul (PAP)/ Inlet Pap dibentuk oleh : 

Promontorium



Sayap Os. Sacrum



Linea terminalis/ I nominata kanan dan kiri



Ramus superior Ossis Pubis kanan dan kiri



Pinggir atas simfisis pubis

16

membentuk

jalan

b. Pintu tengah panggul (PTP)/ Midlet PTP dibentuk oleh 2 bua bidang yaitu : 

Bidang luas panggul Bidang luas panggul dibentuk oleh pertengahan simfisis menuju pertemuan Os. Sacrum 2 dan 3.



Bidang sempit panggul Bidang sempit panggul dibentuk oleh tepi bawah simfisis menuju kedua spina ischiadica dan memotong Os. Sacrum setinggi 1-2 cm diatas ujungnya.

c. Pintu bawah panggul (PBP)/ Outlet Pintu bawah panggul bukanlah merupakan satu bidang tetapi terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama. Segitiga depan dasarnya tuber ossis ischiadica dengan dibatasi arcus pubis, sedangkan segitiga belakang dasarnya

tuber

ossis

ischiadica

denga

dibatasi

ligamentum sacrotuberosum kiri dan kanan. 2.

Fungsi Panggul Wanita Fungsi umum panggul wanita adalah : a. Panggul besar (Pelvis Mayor) Fungsi dari panggul besar adalah menyangga isi abdomen b. Panggul kecil (Pelvis Minor) Fungsi panggul kecil adalah : 1. Membentuk jalan lahir 2. Tempat alat genitalia

17

oleh

3.

Bentuk-bentuk Panggul Wanita

bentuk panggul Menurut Caldwell-Moloy ada 4 bentuk panggul : a. Panggul Gynecoid : bentuk panggul ideal, bulat dan merupakan jenis panggul tipikal wanita b. Panggul Android : bentuk PAP seperti segitiga, merupakan jenis jenis panggul tipikal pria c. Panggul Antropoid : bentuk PAP seperti elips, agak lonjong seperti telur d. Panggul Platipeloid : bentuk PAP menyempit arah muka belakang.

18

seperti kacang atau ginjal, picak,

BAB III PENUTUP

3.1.

Kesimpulan Mekanisme persalinan merupakan gerakan janin yang mengakomodasikan

diri terhadap panggul ibu. Hal ini sangat penting untuk kelahiran melalui vagina oleh karena janin itu harus menyesuaikan diri dengan ruangan yang tersedia di dalam panggul. Diameter-diameter yang besar dari janin harus menyesuaikan dengan diameter yang paling besar dari panggul ibu agar janin bisa masuk melalui panggul untuk dilahirkan. Selama proses persalinan, janin melakukan serangkaian gerakan untuk melewati panggul, yaitu: 1. Turunnya kepala 2. Fleksi 3. Putaran paksi dalam 4. Ekstensi Putaran 5. paksi luar 6. Ekspulsi Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan baik sehingga dap[at terjadi persalinan per vaginam secara spontan. Sedangkan kesimpulan untuk Pemantauan ukuran

lingkar kepala dan

ubunubun besar pada bayi sangat penting dilakukan berkala sampai usia 2 tahun. Jika terdapat abnormalitas pada hasil pengukuran tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari penyebabnya agar dapat dilakukan intervensi sejak dini. Untuk pelvis atau yang disebut juga panggul adalah bagian tubuh dengan bentuk menyerupai baskom (basin) dengan tepi yang melebar pada kedua sisi. Tulang panggul, terdiri dari 4 buah tulang : 1. Os. Coxae

: 2 buah ( tulang pangkal paha)

2. Os. Sacrum

: 1 buah ( tulang selangkangan )

3. Os. Coccygis

: 1 buah ( tulang ekor, 3-4 ruas )

19

3.2.

Saran Semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis dalam meningkatkan

wawasan ilmu pengetahuan sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dalam praktik di lapangan.

\

20

DAFTAR PUSTAKA

Sumarah, Widyastuti, Wiyati. 2013. Perawatan Ibu Bersalin(Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin).Yogyakarta: Fitramaya. MHN. 2008. Asuhan Persalinan Normal depkes RI. Jakarta. https://lenteraimpian.wordpress.com/2010/03/16/asuhan-pada-ibu-bersalin-kala-2/ Harris SR. Measuring head circumference: update on infant microcephaly. Canadian Family Physician 2015;61:680-84. Kiesler J, Ricer R. The Abnormal Fontanel Am Fam Physician 2003;67:2547-52. Mochtar R. Sinopsis obstetri. Jakarta : EGC, 2001; 76-2. Manuaba, IBG. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan keluarga berencana. Jakarta : 2005 ; 65-4. Marjono B. Catatan kuliah Obstetri Ginekologi. Jakarta : 1999 ; 47-8.

21

Related Documents


More Documents from "firaaulia"