KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA
OLEH: KELOMPOK 5 GDE DIPTA DHIATMIKA
(17.321.2663)
I KETUT ANTONO
(17.321.2669)
NI PUTU LINDA KUSUMA WARDANI
(17.321.2701)
PUTU EKA WULANDARI
(17.321.2707)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI TAHUN AJARAN 2018/201
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan dan keselamatan pasien merupakan hal mendasar yang perlu diperhatikan oleh tenaga medis saat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana rumah sakit memberikan asuhan kepada pasien secara aman serta mencegah terjadinya cidera akibat kesalahan karena melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes 2008). Setiap tindakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien sudah sepatutnya memberi dampak positif dan tidak memberikan kerugian bagi pasien. Oleh karena itu, rumah sakit harus memiliki standar tertentu dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Standar tersebut bertujuan untuk melindungi hak pasien dalam menerima pelayanan kesehatan yang baik serta sebagai pedoman bagi tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan kepada pasien. Selain itu, keselamatan pasien juga tertuang dalam undang-undang kesehatan. Keselamatan pasien adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh setiap petugas medis yang terlibat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Tindakan pelayanan, peralatan kesehatan, dan lingkungan sekitar pasien sudah seharusnya menunjang keselamatan serta kesembuhan dari pasien tersebut. Oleh karena itu, tenaga medis harus memiliki pengetahuan mengenai hak pasien serta mengetahui secara luas dan teliti tindakan pelayanan yang dapat menjaga keselamatan diri pasien.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu konsep dan prinsip patient safety? 2. Bagaimana pengaruh faktor lingkungan dan manusia pada patient safety? 3. Bagaimana cara untuk meningkatkan patient safety dengan menggunakan metode peningkatan kualitas?
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Dan Prinsip Patient Safety Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes RI, 2008). Menurut Nursalam (2011), pasien safety adalah penghindaran, pencegahan dan perbaikan dari kejadian yang tidak diharapkan atau mengatasi cedera-cedera dari proses pelayanan kesehatan. Program keselamatan pasien adalah suatu usaha untuk menurunkan angka Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) yang sering terjadi pada pasien selama dirawat di rumah sakit sehingga sangat merugikan baik pasien itu sendiri maupun pihak rumah sakit (Cecep, 2013). Menurut penjelasan Pasal 43 UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 yang dimaksud dengan keselamatan pasien (patient safety) adalah proses dalam suatu rumah sakit yang memberikan pelayanan pasien yang lebih aman. Termasuk didalamnya asesmen resiko, identifikasi, dan manajemen resiko terhadap pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan untuk belajar dan menindaklanjuti insiden, dan menerapkan solusi untuk mengurangi serta meminimalisir timbulnya risiko. Yang dimaksud dengan insiden keselamatan pasien adalah keselamatan medis (medical errors), kejadian yang tidak diharapkan (adverse event), dan nyaris terjadi (near miss). A. Tujuan Patient Safety Tujuan patient safety rumah sakit adalah : 1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit 2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat 3. Menurunnya angka Kejadian Tidak Diharapkan di rumah sakit 4. Terlaksananya
program-program
pencegahan
sehingga
tidak
terjadi
penanggulangan Kejadian Tidak Diharapkan (Depkes RI, 2006).
3
Sedangkan tujuan keselamatan pasien secara internasional adalah: 1. Identify patients correctly (mengidentifikasi pasien secara benar) 2. Improve effective communication (meningkatkan komunikasi yang efektif) 3. Improve the safety of high-alert medications (meningkatkan keamanan dari pengobatan resiko tinggi) 4. Eliminate
wrong-site,
wrong-patient,
wrong
procedure
surgery
(mengeliminasi kesalahan penempatan, kesalahan pengenalan pasien, kesalahan prosedur operasi) 5.
Reduce the risk of health care-associated infections (mengurangi risiko infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan)
6. Reduce the risk of patient harm from falls (mengurangi risiko pasien terluka karena jatuh) (Cecep, 2013).
B. Standar Patient Safety 1. Hak pasien Standarnya adalah pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan. Kriterianya adalah sebagai berikut : a. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan. b. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan 10 c. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan
atau
prosedur
untuk
pasien
termasuk
kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan. 2. Mendidik pasien dan keluarga Standarnya adalah rumah sakit harus mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Kriterianya adalah keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien adalah partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di Rumah sakit harus ada sistim dan mekanisme
4
mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut diharapkan pasien dan keluarga dapat : a. Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur. b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab c. Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan e.
Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan Standarnya adalah rumah sakit menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit pelayanan dengan kriteria sebagai berikut : a. Koordinasi pelayanan secara menyeluruh b. Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayakan sumber daya c. Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi d. Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan 4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien Standarnya adalah rumah sakit harus mendisain proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif Kejadian Tidak Diharapkan dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien dengan kriteria sebagai berikut: a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik, sesuai dengan Sembilan Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit. b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif
5
d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien Standarnya adalah: a. Pimpinan dorong dan jamin implementasi program keselamatan pasien melalui penerapan Sembilan Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit. b. Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko keselamatan
pasien
dan
program
mengurangi
Kejadian
Tidak
Diharapkan. c. Pimpinan dorong dan tumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang keselamatan pasien d. Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta tingkatkan keselamatan pasien. e. Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien. Kriterianya adalah : a. Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien. b. Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan program meminimalkan insiden, c. Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari rumah sakit terintegrasi dan berpartisipasi d. Tersedia prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis. e. Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan insiden, f. Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden
6
g. Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar unit dan antar pengelola pelayanan h. Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan i. Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien. 6. Mendidik Staf Tentang Keselamatan Pasien Standarnya adalah: a. Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk
setiap
jabatan
mencakup
keterkaitan
jabatan
dengan
keselamatan pasien secara jelas. b. Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf 13 serta mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien. Kriterianya adalah : a. Memiliki program diklat dan orientasi bagi staf baru yang memuat topik keselamatan pasien b. Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan inservice training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden. c. Menyelenggarakan (teamwork)
guna
pelatihan mendukung
tentang
kerjasama
pendekatan
kelompok
interdisiplin
dan
kolaboratif dalam rangka melayani pasien. 7. Komunikasi Merupakan Kunci Bagi Staf Untuk Mencapai Keselamatan Pasien Standarnya adalah: a. Rumah sakit merencanakan dan mendesain proses manajemen informasi keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal. b. Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat.
7
Kriterianya sebagai berikut: a. Disediakan anggaran untuk merencanakan dan mendesain proses manajemen untuk memperoleh data dan informasi tentang hal-hal terkait dengan keselamatan pasien. b. Tersedia mekanisme identifikasi masalah dan kendala komunikasi untuk merevisi manajemen informasi yang ada (Depkes RI, 2006).
C. Pelaksanaan Patient Safety WHO Collaborating Centre for Patient Safety pada tanggal 2 Mei 2007 resmi menerbitkan “Nine Life Saving Patient Safety Solutions (Sembilan Solusi LifeSaving Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Panduan ini mulai disusun sejak tahun 2005 oleh pakar keselamatan pasien dan lebih 100 negara, dengan mengidentifikasi dan mempelajari berbagai masalah keselamatan pasien. Solusi keselamatan pasien adalah sistem atau intervensi yang dibuat mampu mencegah atau mengurangi cedera pasien yang berasal dari proses pelayanan kesehatan. Sembilan Solusi ini merupakan panduan yang sangat bermanfaat membantu Rumah sakit, memperbaiki proses asuhan pasien, guna menghindari cedera maupun kematian yang dapat dicegah (Depkes RI, 2007). Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) mendorong Rumah sakit di Indonesia untuk menerapkan Sembilan Solusi Life-Saving. 1.
Perhatikan nama obat, rupa dan ucapan mirip (look-alike, sound-alike medication names) Nama
Obat
Rupa
dan
Ucapan
Mirip
(NORUM),
yang
membingungkan staf pelaksana adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication error) dan ini merupakan suatu keprihatinan di seluruh dunia. Solusi NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko dan memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak lebih dulu, maupun pembuatan resep secara elektrolit. 2. Pastikan identifikasi pasien Kegagalan yang meluas dan terus menerus untuk mengidentifikasi pasien secara benar sering mengarah kepada kesalahan pengobatan, tranfusi
8
maupun pemeriksaan, pelaksanaan prosedur yang keliru orang dan lain-lain. Rekomendasi ditekankan pada metode untuk verifikasi terhadap identitas pasien, termasuk keterlibatan pasien dalam proses ini, standarisasi dalam metode identifikasi di semua rumah sakit dalam suatu sistem layanan kesehatan dan partisipasi pasien dalam konfirmasi ini serta penggunaan protokol untuk membedakan identifikasi pasien dengan nama yang sama. 3. Komunikasi secara benar saat serah terima/pengoperan pasien Kesenjangan dalam komunikasi saat serah terima/pengoperan pasien antara unit-unit pelayanan dan didalam serta antar tim pelayanan, bisa mengakibatkan terputusnya kesinambungan layanan, pengobatan yang tidak tepat, dan potensial dapat mengakibatkan cedera terhadap pasien rekomendasi ditujukan untuk memperbaiki pola serah terima pasien termasuk penggunaan protokol untuk mengkomunikasikan informasi yang bersifat kritis memberikan kesempatan bagi para praktisi untuk bertanya dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada saat serah terima. 4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar Faktor yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahankesalahan semacam ini adalah tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi. Rekomendasinya adalah untuk mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses verifikasi prapembedahan, pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah oleh petugas yang akan melaksanakan prosedur dan adanya tim yang terlibat dalam prosedur, sesaat sebelum memulai prosedur untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan dibedah. 5. Kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated) Sementara semua obat-obatan, biologis, vaksin dan media kontras memiliki profil risiko, cairan elektrolit pekat yang digunakan untuk injeksi khususnya
adalah
berbahaya.
Rekomendasinya
adalah
membuat
standardissasi dari dosis, unit ukuran dan istilah dan pencegahan atas campur aduk/bingung tentang cairan elektrolit pekat yang spesifik.
9
6. Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan Kesalahan
medikasi
terjadi
paling
sering
pada
saat
transisi/pengalihan. Rekonsiliasi (penuntasan perbedaan) medikasi adalah suatu proses yang didesain untuk mencegah salah obat (medications error) pada titik-titik transisi pasien. Rekomendasinya adalah menciptakan suatu daftar yang paling lengkap dan akurat dan seluruh medikasi yang sedang diterima pasien sebagai perbandingan dengan daftar saat administrasi, penyerahan atau perintah pemulangan. 7. Hindari salah kateter dan salah sambung selang (tube) Selang, kateter dan spuit (syringe) yang digunakan harus didesain sedemikian rupa agar mencegah kemungkinan terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan
yang
bisa
menyebabkan
cedera
atas
pasien
melalui
penyambungan slang dan spuit yang salah. Rekomendasinya adalah menganjurkan perlunya perhatian atas medikasi secara detail/rinci bila sedang mengerjakan pemberian medikasi serta pemberian makan (misalnya slang yang benar dan bilamana menyambung alat-alat kepada pasien, misalnya menggunakan sambungan dan slang yang benar). 8. Gunakan alat injeksi sekali pakai Salah satu keprihatinan global terbesar adalah penyebaran HIV, HBV, dan HCV yang diakibatkan oleh pakai ulang (reuce) dari jarum suntik. Rekomendasinya adalah perlunya melarang pakai ulang jarum difasilitas layanan kesehatan, pelatihan periodik para petugas di lembaga-lembaga layanan kesehatan khususnya tentang prinsip-prinsip pengendalian infeksi, edukasi terhadap pasien dan keluarga mereka mengenai penularan infeksi melalui darah dan praktek jarum suntik sekali pakai yang aman. 9. Tingkatkan kebersihan tangan (hand hygiene) untuk pencegahan infeksi nosokomial Kebersihan tangan yang efektif adalah ukuran preventif yang primer untuk menghindarkan masalah ini. Rekomendasinya adalah mendorong implementasi penggunaan cairan, seperti alkohol, hand-rubs atau yang lainnya.
10
2.2 Pengaruh Faktor Lingkungan dan Manusia Pada Patient Safety A. Pentingnya Faktor Manusia pada Keselamatan Pasien Human factor memeriksa hubungan antara manusia dan sistem dan bagaimana mereka berinteraksi dengan berfokus pada peningkatan efisiensi, kreativitas, produktivitas dan kepuasan pekerjaan, dengan tujuan meminimalkan kesalahan. Kegagalan menerapkan prinsip Human factor merupakan aspek kunci kejadian paling buruk dalam perawatan kesehatan. Semua petugas kesehatan harus memiliki pemahaman dasar tentang prinsip-prinsip faktor manusia. Petugas kesehatan yang tidak mengerti dasar-dasar faktor manusia diibaratkan seperti petugas pengendalian infeksi tapi tidak mengetahui tentang mikrobiologi.
B. Pengetahuan yang Diperlukan Istilah
human
factor
atau
ergonomik
umumnya
digunakan
mendeskripsikan interaksi antara tiga aspek saling berhubungan yaitu individu di tempat kerja, tugas yang dibebankan untuk individu tersebut, dan tempat kerjanya. Human factor didefinisikan sebagai studi yang mencakup semua faktor yang membuatnya lebih mudah untuk melakukan pekerjaan dengan cara yang benar. Semua orang bisa mengaplikasikan pengetahuan human factor dimanapun mereka bekerja. Pada tatanan pelayanan kesehatan, pengetahuan human factor bisa membantu proses desain yang membuat menjadi lebih mudah bagi perawat maupun dokter untuk melakukan pekerjaannya dnegan benar. Banyak pelayanan kesehatan yang tergantung pada manusia yaitu dokter dan perawat yang menyediakan pelayanan. Prinsip human factor bisa diadaptasi pada berbagai lingkungan, pada tatanan pelayanan kesehatan misalnya mengobservasi penyebab yang mendasari dari efek samping yang berhubungan dengan miskomunikasi dan tindakan tenaga kesehatan ataupun pasien didalam sistem. Ahli human factor menggunakan pandangan berbasis praktik dan prinsip dalam mendesain cara untuk membuatnya lebih mudah dalam melakukan tindakan seperti: 1. Mengorder medikasi 2. Serah terima informasi
11
3. Memindahkan pasien, 4. Skema terkait pengobatan dan pesanan lainnya secara elektronik. Jika
tugas-tugas
ini
dibuat
lebih
mudah
untuk
praktisi
pelayanan
kesehatan, maka dapat menyediakan asuhan pelayanan yang lebih aman.
C. Hubungan Antara Human Factor Dengan Keselamatan Pasien Penting bagi semua petugas layanan kesehatan untuk memperhatikan situasi yang meningkatkan kemungkinan kesalahan bagi manusia dalam situasi apapun. Khususnya penting untuk bagi mahasiswa kedokteran dan staf junior yang kurang berpengalaman. Dua faktor dengan dampak paling banyak adalah kelelahan dan stres. Ada bukti ilmiah kuat yang menghubungkan kelelahan dan penurunan kinerja sehingga menjadikannya faktor risiko dalam keselamatan pasien. Hubungan antara tingkat stres dan kinerja juga telah dikonfirmasi melalui penelitian. Jika stres tingkat tinggi mudah dikenali orang sebagai hal yang kontraproduktif, penting untuk mengenali bahwa tingkat stres yang rendah juga kontraproduktif, karena hal ini dapat menyebabkan kebosanan dan kegagalan untuk menghadiri sebuah tugas dengan kewaspadaan yang sesuai.
2.3 Cara Untuk Meningkatkan Patient Safety Dengan Menggunakan Metode Peningkatan Kualitas EBP dapat digunakan untuk peningkatan patient safety. Evidence Based Practice (EBP) keperawatan adalah proses untuk menentukan, menilai, dan mengaplikasikan bukti ilmiah terbaik dari literature keperawatan maupun medis untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien. Dengan kata lain, EBP merupakan salah satu langkah empiris untuk mengetahui lebih lanjut apakah suatu penelitian dapat diimplementasikan pada lahan praktek yang berfokus pada metode dengan critical thinking dan menggunakan data dan penelitian yang tersedia secara maksimal. Menurut Undang-undang No 29 pasal 1 tahun 2004 pasien merupakan setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung.
12
Safety merupakan derajat dimana pengembangan organisasi, peralatan, bersikap tidak membahayakan, atau mengurangi resiko pada pasien staff, atau pengunjung. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen, resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Jadi pada dasarnya dalam setiap perawat melakukan praktiknya
yaitu memberikan intervensi dalam upaya pemberian asuhan
keperawatan diharapkan sesuai dengan bukti ilmiah yang telah ada agar dalam tindakan praktik keperawatan dalam memberikan intervensinya tidak asalasalan terutama dalam hal safety patient.
13
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan resiko (Depkes RI, 2008). Human factor memeriksa hubungan antara manusia dan sistem dan bagaimana mereka berinteraksi dengan berfokus pada peningkatan efisiensi, kreativitas, produktivitas dan kepuasan pekerjaan, dengan tujuan meminimalkan kesalahan.
Istilah
human
factor
atau
ergonomik
umumnya
digunakan
mendeskripsikan interaksi antara tiga aspek saling berhubungan yaitu individu di tempat kerja, tugas yang dibebankan untuk individu tersebut, dan tempat kerjanya. EBP dapat digunakan untuk peningkatan patient safety. Evidence Based Practice (EBP) keperawatan adalah proses untuk menentukan, menilai, dan mengaplikasikan bukti ilmiah terbaik dari literature keperawatan maupun medis untuk meningkatkan kualitas pelayanan pasien. Dengan kata lain, EBP merupakan salah satu langkah empiris untuk mengetahui lebih lanjut apakah suatu penelitian dapat diimplementasikan pada lahan praktek yang berfokus pada metode dengan critical thinking dan menggunakan data dan penelitian yang tersedia secara maksimal.
3.2 Saran Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar penulis dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
14
DAFTAR PUSTAKA Komalawati, Veronica. 2010. Community dan Patient Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika Aisyah, Lilis. 2016. Patient Safety di Rumah Sakit. https://id.pdfcoke.com/doc/114872746/Definisi-Pasien-Safety. Diakses pada tanggal 21 Februari 2019 Susanti. 2015. Pasien Safety. https://www.academia.edu/10001563/pasien_safety. Diakses pada tanggal 21 Februari 2019
15