MAKALAH KELOMPOK PSIKOLOGI KONSELING TENTANG PENDEKATAN PSIKOANALITIK DALAM KONSELING
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Mudjiran, M.S., Kons
Oleh
DIKSI IKHSAN
(17011237)
MELDYA WATI
(17011166)
RAHMAT IQBAL
(17011188)
UTHARY WULANDARI (17011317)
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2019
KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Kuasa dengan segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya berupa kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Psikologi Konseling dengan materi “Transferen dan counter transfern, latihan penenangan, dan teknik kursi kosong” ini dengan lancar dan tepat waktu. Semoga makalah ini dapat membantu menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Shalawat dalam iringan salam juga kami kirimkan kepada Nabi Muhammad Saw. Yang telah membawa revolusi besar bagi peradaban dunia, sehingga kami dapat merasakan nikmatnya ilmu pengetahuan di zaman modern pada saat ini. Perkembangan dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang ini tak lepas dari para pendahulu yang telah Allah titipkan pengetahuan lebih dari kami. Dalam penulisan ini mngkin masih banyak kekurangan yang kami tidak sadari. Apabila pembaca menemukan ada kekurangan atau kesalahan, kami mohon maaf dan kritik/saran dari pembaca sangat kami harapkan agar kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya bisa lebih baik lagi.
Padang, Maret 2019
Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...............................................................................................i DAFTAR ISI..............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1 A. Latar Belaknag ................................................................................................1 B. Rumusan Masalah ...........................................................................................1 C. Tujuan .............................................................................................................1 BAB II PENDEKATAN PSIKOANALITIK DALAM KONSELING ................2 A. Konsep-Konsep Utama ...................................................................................2 1. Struktur Kepribadian.................................................................................2 2. Dinamika Kepribadian ..............................................................................4 B. Perkembangan Kepribadian ............................................................................5 C. Pandangan Tentang Hakekat Manusia ............................................................6 D. Kesadaran dan Ketidaksadaran .......................................................................7 1. Alam Sadar ...............................................................................................7 2. Alam Prasadar ...........................................................................................7 3. Alam Bawah Sadar ...................................................................................8 BAB III KESIMPULAN...........................................................................................9 KEPUSTAKAAN ......................................................................................................10
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sigmund Freud adalah bapak psikoanalisis. Freud juga merupakan ilmuan paling berpengaruh pada abad ke-20 karena pandangannya tentang manusia. Teori psikoanalisis yang dikembangkannya dipandang sebagai aliran psikologi yang sangat berpengaruh. Freud mampu menunjukan pemahaman lebih luas mengenai kepribadian manusia. Analisisnya terhadap sistem kepribadian manusia sebaiknya dipahami oleh para konselor khususnya, mengenai nilai-nilai fungsi budi pekerti dan pikiran manusia (human mind). Teori yang menjadi dasar konselor dalam melakukan praktik konseling. Pada dasarnya konseling merupakan aktivitas penanganan masalah psikis manusia yang teori dasarnya merujuk pada aliran-aliran psikologi.7 Psikoanalisis merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam bimbingan konseling baik dalam pendidikan maupun dalam bidang sosial. Terlepas dari itu, Sigmund Freud dengan teori dan pendekatan psikoanalisis menarik untuk dijadikan bahan kajian. B. Rumusan Masalah 1.
Apa konsep-konsep utama pendekatan psikoanalitik dalam koseling?
2.
Bagaimana
perkembangan
kepribadian
pendekatan
psikoanalitik
dalam
koseling? 3.
Bagaimana pandangan tentang hakekat manusia pendekatan psikoanalitik dalam koseling?
4.
Bagaimana kesadaran dan ketidaksadaran pendekatan psikoanalitik dalam koseling?
C. Tujuan 1.
Mengatahui konsep-konsep utama pendekatan psikoanalitik dalam koseling.
2.
Memahami perkembangan kepribadian pendekatan psikoanalitik dalam koseling.
3.
Mengetahui pandangan tentang hakekat manusia pendekatan psikoanalitik dalam koseling.
Memahami kesadaran dan ketidaksadaran pendekatan psikoanalitik dalam koseling.
1
BAB II PENDEKATAN PSIKOANALITIK DALAM KONSELING A. Konsep-Konsep Utama 1.
Struktur Kepribadiaan Menurut pandangan Psikoanalisis, struktur kepribadian individu terdiri dari tiga sistem yaitu id, ego, dan superego. Pada orang yang dianggap sehat mental, ketiga sistem merupakan kesatuan organisasi yang harmonis. Sehingga memungkinkan individu berhubungan dengan lingkungan secara efisien dan memuaskan. Bila ketiga sistem bertentangan satu sama lain, individu mengalami kesulitan penyesuaian diri. Tingkah laku manusia hampir selalu merupakan produk interaksi ketiga sistem tersebut. a.
Id Id merupakan sistem utama kepribadian. Ketika lahir manusia seluruhnya terdiri dari id. Id berisi segala sesuatu yang secara psikologis diturunkan, telah ada sejak lahir termasuk insting yaitu insting mempertahankan hidup (life instinct) merupakan dorongan seksual atau libido dan dorongan untuk mati (death instinct) merupakan dorongan agresi (marah, menyerang orang lain, berkelahi). Id adalah sumber utama dan reservoir atau cadangan dari energi-energi psikis dan merupakan penggerak ego dan superego yang berhubungan erat dengan proses-proses jasmani, dari mana energi berasal. Id disebut juga kenyataan psikis yang sebenarnya karena id merupakan pencerminan penghayatan subjektif dan tidak mengenal kenyataan objektif karena berada di level ketidaksadaran (uncounscious), irasional, dan tidak terorganisir. Id memiliki prinsip kenikmatan (pleasure principle). Hal ini berarti bahwa id akan berusaha menyalurkan ketegangan dengan segara dan mengembalikan keseimbangan, agar kembali pada keadaan tenang dan menyenangkan. Untuk menghilangkan rasa sakit dan mendapat kenikmatan, id mempunyai dua proses, yaitu:
2
3 1) Tindakan refleks: Tindakan refleks adalah reaksi otomatis dan bawaan, seperti bersin dan berkedip. Id tidak mmbedakan antara realitas dan bukan realitas. 2) Proses primer: Proses primer adalah menghentikan ketegangan dengan membentuk khayalan tentang objek yang dapat menghilangkan ketegangan. Pengalaman di mana objek yang diinginkan hadir dalam bentuk gambaran ingatan pemenuhan hasrat. Proses primer tidak dapat mengurangi ketegangan, maka dibutuhkan proses sekunder ego. b.
Ego Ego merupakan bagian yang memiliki kontak dengan realitas dunia luar. Ia bertindak sebagai eksekutif yang menagtur, mengontrol, meregulasi kepribadian. Ego dapat dianalogikan sebagai polisi lalu lintas (traffic cop) untuk id, superego dan dunia. Tugas utama ego adalah memediasi antara insting dan lingkungan sekitar. Ego mengontrol kesadaran dan bertindak sebagai sensor. Ego berfungsi untuk mewujudkan kebutuhan pada dunia nyata, dan mampu membedakan apa yang ada dalam diri dan luar diri yang disebut juga dengan proses sekunder. Ego memiliki tiga fungsi, yaitu: 1) Prinsip kenyataan (reality principles): Prinsip ini bertujuan untuk mencegah terjadi ketegangan sampai ditemukan objek yang sesuai. 2) Pengujian terhadap kenyataan (reality testing): Ego mengontrol semua fungsi kognitif dan intelektual, menyusun rencana pemenuhan kebutuhan, dan menguji rencana tersebut. Eksekutif kepribadian berguna untuk mengontrol pintu-pintu ke arah tindakan, memilih lingkungan, memutuskan insting mana yang akan dipuaskan, bagaimana cara
yang
digunakan
untuk
memuaskannya.
Kemudian
mengintegrasikan tuntutan Id, Superego dan realitas. 3) Mekanisme
pertahanan
diri
(Deferense
Mechanism):
Yaitu
mengendalikan id dan menghalau impuls dan perasaan cemas yang tidak menyenangkan melalui strategi melalui tingkah laku yang dipilih oleh individu yang termasuk dalam mekanisme pertahanan diri.
4 c.
Superego Superego merupakan perwujudan internal dari nilai-nilai dan prinsip moral, serta cita-cita tradisional masyarakat. Superego merupakan wewenang moral dari kepribadian dan mempresentasikan hal-hal yang ideal, bukan yang real, memperjuangkan kesempurnaan, bukan kenikmatan, memutuskan benar salah, bertindak sesuai norma moral masyarakat. Superego merupakan internalisasi dari standar orangtua dan masyarakat, berkaitan dengan hadiah (reward) dan hukuman psikologis. Reward psikologis adalah perasaan bangga dan kecintaan pada diri sendiri, sedangkan punishment psikologis adalah perasaan bersalah dan rendah diri. Superego terdiri dari dua bagian yaitu: 1) Suara hati: Suara hati merupakan sub-sistem superego, berisi hal-hal yang menurut orangtua tidak baik dilakukan dan bila dilakukan mendapat hukuman. 2) Ego ideal: Wadah yang menampung hal-hal yang diharapkan untuk dilakukan dan bila dikerjakan mendapat hadiah. Dalam proses ini terdapat introyeksi yaitu proses masuknya suara hati dan ego ideal yang berasal dari pendidikan orang tua ke dalam diri individu sehingga membentuk kontrol diri. Superego berfungsi merintangi impuls-impuls Id, terutama impuls seksual dan agresif, mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistis dengan tujuan moralistis, mengajar kesempurnaan.
2.
Dinamika Kepribadian Insting merupakan representasi psikologis yang dibawa sejak lahir yang mengacu pada keinginan yang merupakan bagian dari kebutuhan. Contohnya, lapar adalah kebutuhan yang mengarah pada keinginan akan makanan. Keinginan akan menjadi motif tingkah laku. Freud percaya bahwa tingkah laku manusia dimotivasi oleh insting dasar. Beberapa istilah yang digunakan dalam dinamika kepribadian, yairu: a.
Libido: Libido adalah energi yang membolehkan insting kwhidupan bekerja.
5 b.
Cathexis: Cathexis adalah mengarahkan energi libidinal manusia kepada objek, orang atau ide yang memuaskan kebutuhan.
c.
Anticathexis: Anticathexis adalah kekuatan yang digunakan oleh ego untuk menghalangi impuls dari id. Reality principle dan superego mengarahkan tingkah laku ego dan bertindak sebagai lawan pleasure principle dari id.
B. Perkembangan Kepribadian Perkembangan kepribadian manusia menurut Freud juga dipengaruhi oleh lima tahun pertama kehidupan yang dinamakn Freud sebagai perkembangan psikoseksual. Secara berurutkan fase perkembangan tersebut meliputi: 1.
Fase oral Fase Oral 0-1 tahun. Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah kepuasan seksual yang dipilih oleh insting seksual. Tugas perkembang pada fase ini adalah memperoleh rasa percaya baik kepada orang lain, dunia maupun diri sendiri. Menurut Corey (2009) ketidakpuasan pada fase ini menyebabkan timbulnya gangguan kepribadian seperti; ketidakpercayaan pada dunia, harga diri yang rendah, dan ketidakmampuan menjalin hubungan yang intim dengan orang lain.
2.
Fase anal Terjadi pada usia 1-3 tahun. Ditandai kenikmatan pada daerah anus pada saat menahan dan mengeluarkan feses. Ketika toilet training diberlakuan, anak akan memperoleh pengalaman pertamanya dalam hal disiplin dan moral. Tugas perkembangan yang harus dilakukan anak pada fase anal adalah: belajar mandiri, memiliki kekuatan pribadi dan otonomi, serta belajar bagaimana mengakui dan menangani perasaan negatifnnya (Corey, 2009)
3.
Fase phalik Terjadi pada rentang 3-5 tahun. Istilah yang timbul pada fase ini adalah: a.
Oedipus complex (ketertarikan seksual pada sosok ibu) “bagi anak lakilaki”.
b.
Electra complex (ketertarikan seksual pada sosok ayah) “bagi anak perempuan”
6 Kegagalan mengidentifikasi sosok orangtua sesuai dengan jenis kelaminnya akan mengakibatkan anak mengalami kebingungan akan peran seksnya secara normal dan kegagalan dalam menemukan standar moral yang tepat. (Latipun, 2001) 4.
Fase laten Fase laten juga dikenal sebagai tahap pregenital yang terjadi antara unisa 612 tahun (awal pubertas). Pada fase ini anak tidak lagi dikuasai oleh insting dan implus-implus yang mengarahkan tingkah lakunya. Selain itu anak hanya sedikit berminat pada seksualitas karena disebabkan kesibukan belajar, aktivtas, dan keterampilan fisik.
5.
Fase genital Fase genital menandai berakhirnya fase psikoseksual pada individu. Fase ini terjadi pada masa pubertas (di atas usia 12 tahun). perilaku umu yang tampak pada fase ini adalah kecenderungan tertarik pada lawan jenis, bersosialisi dalam kelompok, serta menjalin hubungan kerja. Semua tingkah laku yang dilakukan kerap kali mengarah pada proses menciptakan hubungan ddengan orang lain. Freud mengungkapkan bahwa masalah pada fase ini merupakan kesalahan pada fase terdahulu adalah: frustasi berlebihan atau kenikmatan berlebihan.
C. Pandangan Tentang Hakekat Manusia Aliran Freudian memnadang manusia sebagai makhluk deterministik. Menurut Freud, tingkah laku manusia ditentukan oleh tekanan-tekanan irasional, motivasi bawah sadar, dorongan biologis dan insting, serta kejadian psikoseksual
selama
enam
tahun
pertama
kehid upan
(Thompson,
et.al.,2004, p. 77; Corey, 1986, p. 12). Insting bertujuan sebagai pertahanan
hidup
dari
individu
dan
manusia,
berorientasi
pada
pertumbuhan, perkembangan dan kreativitas. Libido dipahami sebagai sumber motivasi yang lebih luas dari sekedar energi seksual. Freud
juga
mengemukakan
tentang
konsep
insting
mati
yang
berhubungan dengan dorongan agresif. Ia mengatakan bahwa manusia memanifestasikan insting mati ini melalui tingkah laku seperti keinginan bawah sadar untuk mati atau untuk menyakiti diri sendiri dan orang lain.
7 Freud percaya bahwa dorongan seksual dan agresif adalah kekuatan yang
menentukan
tingkah
laku
manusia.
Insting
hidup
untuk
mempertahankan hidup, berorientasi pada pertumbuhan, perkembangan dan kreativitas. Freud mengindikasikan bahwa tantangan utama bagi manusia mengelola dorongan agresifnya (Corey. 1986, p. 12) Menurut Psikoanalisis, konsep dasar manusia berputar sekitar: 1. Psychic determinism: berarti bahwa fungsi mental atau kehidupan mental merupakan manifestasi logis yang secara terus menerus dari hubungan kausatif antara keduanya. Menurut Freud, tidak satupun peristiwa terjadi secara random dan kebetulan, semuanya memiliki sebab dan akibat dari peristiwa yang terjadi. 2. Unconcious mental processes:adalah apa yang ada dalam pikiran dan tubuh yang tidak kita ketahui, di bawah level kesadaran, sehingga manusia seringkali tidak mengerti perasaan dan tingkah laku sendiri (Thompson, et.al., 2004, p. 78). D. Kesadaran dan Ketidaksadaran Kesadaran dan Ketidaksadaran adalah bagian dari konsep terpenting yang dikemukan Freud. Freud membagi kesadaran menjadi tiga bagian utama, yaitu: 1.
Alam sadar (Conscious) Alam sadar merupakan bagian yang berfungsi untuk mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar/nyata (Latipun, 2001). Alam sadar ini yang selalu dimunculkan individu ketika berhadapan dengan orang lain. Freud mengibaratkan mengenai kesadaran ini seperti gunung es yang mengapung di permukaan laut. Dalam hal ini, alam sadar adalah puncak yang terlihat dari gunung es tersebut.
2.
Alam prasadar (Preconscious) Menurut Latipun (2001), alam prasadar adalah bagian kesadaran yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan, berfungsi mengantarkan ide, ingatan fan perasaan tersebut ke alam sadar jika individu berusaha mengingatnya kembali.
8 3.
Alam bawah sadar (Unconscious) Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang paling menentukan terbentuknya tingkah laku/kepribadian individu. Alam bawah sadar menyimpan semua ingatan atas peristiwa-peristiwa tertentu yang telah direpresi individu. Alam bawah sadar juga menyimpan ingatan tentang keinginan yang tidak tercapai oleh individu. Menurut pandangan psikoanalisis, untuk mengetahui akar permasalahan yang dialami klien, tahap yang harus dilakuakan adalah melalui eksplorasi alam tidak sadar sehingga motif-motif tidak sadar menjadi disadari oleh individu.
BAB III KESIMPULAN Landasan pendekatan psikoanalisis dalam bimbingan konseling berakar dari teori kepribadian yang dikembangkan Sigmund Freud. Kepribadian dikembangkan melalu tiga struktur yang saling berkaitan satu sama lain. Freud menyebut jiwa sebagai struktur yang terdiri dari id, ego dan superego. Id (aspek biologis) adalah naluri atau dorongan yang memiliki prinsip kesenangan. Ego (aspek psikologis) yang menghubungkan dengan realitas. Bertugas mengendalikan tuntutan dari dengan pertimbangan moral. Sedangkan, superego (aspek sosiologis) yaitu dikembangkan melalui nilai-nilai moral dan sosial. Ketiga struktur tersebut menjadi sebuah pondasi utama dalam pendekatan psikoanalisis. Bimbingan konseling tidak hanya diperuntukan kepada yang terkena gangguan psikis. Namun juga difokuskan pada kemajuan perkembangan pada diri sendiri. Pendekatan psikoanalisis dalam bimbingan konseling dilakukan untuk mengatasi gangguan psikis dengan berusaha membuat sesuatu yang tak disadari menjadi disadari.
9
KEPUSTAKAAN Corey, G. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama. Komalasari, G, dkk. (2011). Teori dan Teknik Konseling. Jakarta: Indeks. Lubis, N. L. (2011). Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana.
10