Makalah Jadi Askep Gangguan Halusinasi.docx

  • Uploaded by: Ayfa M Al-amoudi
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Jadi Askep Gangguan Halusinasi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,324
  • Pages: 42
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA HALUSINASI

Dosen pembimbing : Disusun Oleh : kelompok 4

Farhan Nurdiansyah

(201749022)

Heni Arlita

(201749024)

Hulayfa Adila

(201749026)

AKADEMI KEPERWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI Tahun 2019/2020 Jl.penanggungan No.41 kediri Telp/Fax. (0354) 772628

Kata Pengantar Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan limpahan rahmat-Nya lah maka kami boleh menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Makalah ini berisikan tentang ’’ASUHAN KEPERAWATAN

PADA HALUSINASI’’ Tujuan dibuatnya makalah ini adalah agar kita bisa memahami apa saja yang harus diperhatikan dalam tantangan peran dan fungsi perawat pada tim pelayanan kesehatan dan faktor apa yang mempengaruhinya serta tindakan apa saja yang harus dilakukan. Semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan sasarannya. Untuk segala kekurangan dalam makalah ini maka kami selalu membuka diri untuk menerima kritik dan saran semua pihak yang sama-sama bertujuan menyusun makalah ini demi perbaikan dan penyempurnaan dalam pembuatan makalah kami kedepannya

Penulis

28 Maret 201

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................

i

DAFTAR ISI .............................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................... B. Rumusan Masalah .......................................................................... C. Tujuan ............................................................................................ BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi halusinasi .......................................................................... B. Etiologi .......................................................................................... C. Rentang respon halusinasi................................................................ D. Jenis-jenis halusinasi......................................................................... E. Tanda dan gejala halusinasi.............................................................. F. Fase halusinasi................................................................................... G. Penatalaksanaan medis...................................................................... BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN A. KASUS...................................................................................... B. PEMBAHASAN ..................................................................... BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... B. Saran ............................................................................................... BAB V Daftar Pustaka...............................................................................

3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara penglihatan, pengecapa, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (20l) dalam Zelika. (2015). Sedangkun M WHO. kesehatan bukan hanya tidak ada ganguan melainkan mengandung berbagi karakteristik yang

positif yang

menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.Penelitian 19 orang dari setiap 1000 warga Jawa Tengah mengalami stress Depkes RI, (2009) Data bulan Januar Apri

didapat 785 orang Pasien dengan halusinasi

menempati urutan pertama dengan angka kcjadian 44 persen atau berjumlah 345 orang, pasien isolasi sosial menempati urutan kedua dengan angka kejadian 22 persen atau berjumlah pasien 173

orang, pasien dengan resiko perilaku

kekerasan menempati urutan ketiga dengan angka kejadian 18 persen atau berjumlah pasien 141 orang pasien pasien dengan harga diri rendah menempati urutan keempat dengan angka kejadian 12 persen atau berjulah 94 orang, sedangkan pasien dengan waham, defisit perawatan diri 4 persen atau 32 orang 015.Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas untuk memahami keperawatan jiwa yang harus dikuasai 5 kompone salah satunya halusinasi maka kelompok di berikan tugas untuk membahas masalah gangguan jiwa dengan halusinasi. B. Rumusan Masalah C. Tujuan

4

BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, peraban, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya rangsangan stimulus) eksternal (Stuart& Laraia, 2001),Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Berdasarkan beberupa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi adalah gangguan persepsi sensoi dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui panca indera tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami persepsi yang salah tehadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien. B. Etiologi Menurut Stuart dan Luraia (200I) faktor- fuktor yang menyebabkan klien ganggua jiwa mengai halusinasi adalah sebagai berikut: a. Faktor Predisposisi a) Faktor genetis Secara

genetis,

skizofrenia diturunkan melalui

kromosom

kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam

tahap

penelitian.

Anak

kembar

identik

memiliki

kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah

5

satunya

mengalami

skizofrenia,

sementara

jika

dizigote,

peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami skizofrenia. Sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka peluangnya menjadi 35%. b) Faktor neurobiologis Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak yang abnorma Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat. a. Studi neurotransmitter Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin. b. Teori virus Paparan vius infuenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor predisposisi skizofrenia c. Psikologis Beberapa kondisi psikologis yang meadi faktor predisposisi skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan, sementara ayah yang mengamb arak dengan anaknya. b.

Faktor Presipitasi a.

Berlebihannya proses informasi pada sistem saaf yang menerima dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak

6

b.

Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.

c.

Kondisi

kesehatan

meliputi

:

nutrisi

kurang,

kurang

tidur,ketidakseimbangan rama sirkadian, kelelahan, infeksi, obatobat sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk menjangkau pelayanan kesehatan. d.

Lingkungan, melipngkungan yang memusuhi, krisis masalah di rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat pekerjaan.

e.

Sikap/perilaku, meliputi merasa tidak mampu, harga diri rendah, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali diri merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan, rendahnya kernampuan silisasi perilaku agresif, ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan gejala

C. Rentang Respon Halusinasi Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam Yusalia 2015. Ini merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran. pengelihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun stimulus

7

tersebut tidak ada.Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena suatua me nga lami kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang tersebut sebagai ilusi Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,rentang respon tersebut sebagai berikut : D. Jenis Halusinasi Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain : a) Halusinasi pendengaran(auditorik) 70% Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu b) Halusinasi penglihatan(Visual) 20 % Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan. c) Halusinasi penghidu (olfactory) Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang kadang terhidu bau harum Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementian. d) Halusinasi peraba (tactile)

8

Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain. e) Halusinasi pengecap (gustatory) Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses. f)

Halusinasi cenesthetik Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.

g) Halusinasi kinesthetic Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

E. Tanda Gejala Beberapa anda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai menggerakkan bibir tanpa suara, bicara sendiri,pergerak mata cepat,

diam

asyik

dengan

pengalaman

sensori,kehilangan

kemampuan

membedakan halusinasi dan realitas rentang perhatian yang menyempit hanya beberapa detik atau menit,kesukaran berhubungan dengan orang lain tidak mampu merawat diri,Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden,1998) dalam Yusalia (2015) Jenis Halusinasi

Karakteristik tanda dan Gejala

Pendengaran

Mendengar suara-suara atau kebisingan,paling sering suara kata yang jelas ,berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien

9

disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan. Penglihatan

Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya,gambar giometris,gambar karton dan atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau menakutkan seperti monster.

Penciuman

Membau-bau seperti bau darah ,urin,feses umumnya bau-bau

yang

penciuman

tidak

menyenangkan.

biasanya

Halusinasi

sering

akibat

stroke,tumor,kejang/dernentia. Pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti rasa darah ,urin,fases.

Perabaan

Mengalami nyeri atau ketidak nyamanan tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah ,benda mati atau orang lain.

Sinentetik

Merasakan

fungsi

tubuh

seperti

aliran

darah

sementara

berdiri

tanpa

arteri,pencernaan makanan. Kinestetik

Merasakan

pergerakan

bergerak.

F. Fase Halusinasi Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda ntensitas dan keparahannya Stuart& Sundeen, (2006) dalam Bagus, (2014) membagi fase halusinasi dalam 4 fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasi, klien semakin berat mengalai ansietas dan makin dikendalikan oleh

10

halusinasinya. Fase halusinasi Fase

I

:

Karakteristik

Perilaku Pasien

Comfriting Klien mengalami keadaan Menyeringai atau tertawa

ansietas tingkat sedang emosi

seperti yang

,secara umum halusinasi ansietas,kesepian,merasa bersifat sedang

tidak

sesuai

,menggerakkan

bibir

bersalah,dan takut serta tanpa menimbulkan suara mencoba untuk berfokus ,pergerakan

mata yang

pada penenangan pikiran cepat,respon verbal yang untuk

mengurangi lambat,diam dan dipenuhi

ansietas.

Individu oleh

mengetahui

sesuatu

yang

bahwa mengasyikan

pikiran dan pengalaman sensori yang dialaminya tersebut

dapat

dikendalikan

jika

ansietasnya bisa diatasi. (Non psikotik) Fase

II

ansietas

Comdemning Pengalaman tingkat

sensori Peningkatan sistem syaraf

berat bersifat menjijikan dan otonom yang menunjukan

,secara umum halusinasi menakutkan ,klien mulai ansietas menjadi menjijikan

lepas

kendali

,seperti

dan peningkatan

mungkin mencoba untuk nadi,pernafasan,dan menjauhkan dengan

dirinya tekanan

sumber

yang ,penyempitan

dipersepsikan.Klien mungkin

darah

bisa

kemampuan

merasa ,dipenuhi

konsentrasi dengan

malu karena pengalaman pengalaman sensori dan sensorinya dan menarik kehilangan diri

dari

orang

(Psikotik ringan) Fase III : Controlling Klien

lain. membedakan

antara

halusinasi dengan realita. berhenti Cenderung

11

kemampuan

mengikuti

ansietas

tingkat

,pengalaman menjadi berkuasa

berat menghentikan sensori perlawanan

petunjuk yang diberikan terhadap halusinasinya

halusinasi

daripada

menjadi menolaknya,kesukaran

menarik,dapat

berupa berhubungan

permohonan

.Klien orang

mungkin

dengan lain,rentang

mengalami perhatian hanya beberapa

kesepian jika pengalaman detik atau menit,adanya sensori

berakhir tanda-tanda fisik ansietas

(Psikotik)

berat

:

berkeringat

,tremor,tidak

mampu

mengikuti Petunjuk Fase IV : Conquering Pengalaman Panik,umumnya

sensori Perilaku menyerang teror

menjadi mengancam dan seperti

halusinasi menjadi lebih menakutkan rumit

,melebur

halusinasinya

jika

klien kuat melakukan bunuh

dalam tidak mengikuti perintah. diri Halusinasi

panik,berpotensi

atau

membunuh

bisa orang lain .Aktivitas fisik

berlangsung

dalam yang merefleksikan isi

beberapa jam atau hari hakusinasi

seperti

jika tidak ada intervensi amuk,agitasi,menarik terapeutik.

(Psikotik diri,atau

berat)

katatonia,tidak

mampu

berespon

terhadap perintah yang kompleks ,tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

G. Penatalaksanaan Medis Menurut Keliat (20) dalam Pambayun (2015), ndakan keperawatan untuk membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai dengan membina hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat

12

penting dijalin sebelum mengintervensi klien lebih lanjut. Pertama-tama klien harus difasilitasi untuk merasa nyaman menceritakan pengalaman aneh,halusinasinya agar informasi tentang halus yang dialami oleh klien dapat diceritakan secara konprehensif. Untuk itu perawat harus memperkenalkan dir, membuat kontrak asuhan dengan klien bahwa keberadaan perawat adalah betul-betul untuk membantu klien. Perawat jugaharus sabar, memperlihatkan penerimaan yang tulus, dan aktif mendengar ungkapan klien saat menceritakan halusinasinya. Hindarkan menyalahkan klien atau menertawakan klien walaupun pengalaman halusinasi yang diceritakan aneh dan menggelikan bagi perawat. Perawat harus bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik. Setelah hubungan saling percaya terjalin intervensi keperawatan selanjutnya adalah membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi halusinasi. waktu frekuensi terjadinya halusinasi, situs yang menyebabkan munculnya halusinasi, dan perasaan klien saat halusinasi muncul). Setelah klien menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya adalah masalah yang harus diatasi, maka selanjutnya klien perlu dilatih bagaimana cara yang bisa dilakukan dan terbukti efektif mengatasi halusinasi. Proses ini dimulai dengan mengkaji pengalaman klien mengatasi halusinasi. Bila ada beberapa usaha yang klien lakukan untuk mengatasi halusinasi, perawat perlu mendiskusikan efektifitas cara tersebut. Apabila cara tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara jika cara yang dilakukan tidak efektif perawat dapat membantu dengan cara-cara baru. Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara yang bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :  Menghardik halusinasi. 1. Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga. Klien dilatih untuk mengatakan, "tidak mau dengar.., tidak mau lihat

Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi

muncul setiap saat. Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan

13

cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik halusinasi.

2. Menggunakan obat Salah satu penyebab munculnya ha lusinasi adalah akibat ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin). Untuk itu klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat sccara tepat sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan kesehatan dapt dilakukan dengan materi yang benar dalam pemberian obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan secara tuntas dan teratur.Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga . Hal ni penting dilakukan dengan dua alasan. Pertama keluarga adalahsistem di mana klien berasal. Pengaruh sikap keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa klien. Klien mungkin sudah mampu mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak didukung sccara kuat, klien bisa mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa kambuh lagi. Alasan kedua, halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis bisa berlangsung lama (kronis), sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin masih mengalarni halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang cara penanganarn halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien kembali ke rumah, Latih pasien menggunakan obat secara teratur: Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah a. Clorpromazine ( CPZ, Large) Warna Orange

14

Indikasi :Untuk mensupresi ejla gejala psikosa agitasi, ansietas, ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manik depresi, gangguan personaltas, psikosa involution, psikosa masa kecil.  Cara pemberian: Untuk kasus psikosa dapat dibcrikan per or atu suntikan intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 100 mg dan diikuti peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu kali pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan lahan sampai 600-900 mg perhari.  Kontra indikasi Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma, keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.  Efek samping:  Yang sering terjadi misalnya es dan mengantuk, hipotensi orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida Intoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi menyebabkan gejala penurunan

kesadaran

karena

depresi

susunan

syaraf

pusat

hipotensi,ekstrapiramidal agitasi, konvuls dan perubahan gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali menimbulkan intoksikasi  Haloperidol (Haldol, Serenace), Warna: Putih besar  Indikasi: Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik. sindroma gilies de la tourette pada anak anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku yang berat pada anak anak.

15

 Cara pemberian Dosis oral untuk dewasa 1 -6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 15 mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg intramuskuler setiap 1 -8 jam, tergantung kebutuhan.  Kontra indikasi Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol.  Efek samping: Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah, gejala ekstpida atau pscudoparkinson. Efek samping yang jarang adalah nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala gangguan otonomik. Efek samping yang snga jarang yaitu alergi, reaksi hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam dosis melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau kekakuan, tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan. b.

Trihexiphenidyl (THP, Artane, Tremin), Warna: Putih kecil

 Indikasi Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala skizofrenia  Cara pemberian: Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya renda 12,5mg) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3- 6 mg setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan lahan.  Kontra indikasi

16

Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitf terhadap phenotiazine.Intoksikasi biasanya terjadi gejala gejala sesuai dengan efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis; hentikan obat berikarn terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarteronol hindari menggunakan ephineprine ISO, (2008) dalam Pambayun (2015) c.

Berinteraksi dengan orang lain Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya Dengan meningkatkan intensitas inleraksi sosialnya, kilen akan dapat memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus internal yang menjadi sumber halusinasinya. latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang lain

d. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya. Untuk lu, klien perlu dilatih menyusun rencana kegialan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus selalu memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-betul tidak ada waktu lagi untuk melamun tak terarah. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas terjadwal.

BAB III

17

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan kasus 1. Pengkajian Tanggal Dirawat : 12-12-2013 Tanggal Pengkajian : 26 12-2013 /28 -12-2013 Ruang Rawat : RSUD Kertosono

a) Klien Nama: Sdr., MT “ Umur: 20 tahun Alamat : Ds.Kandangan , Kediri Pendidikan :SMP Agama: Islam Status : Belum Kawin Pekerjaan wirasuasta Jenis Kelamin: Laki - Laki b) Alasan Masuk 1) Data Primer Kata keluarga px , px sebelum nya bekerja di sidoarjo selama 3 bulan dan pulang ke rumah sudah dalam keadaan depresi (salah pergaulan) sampai 20 hari puncaknya lalu px di bawa ke RS sama keluarga.

2) Data Sekunder: Px sulit tidur, mondar mandir

18

c) Riwayat Penyakit Sekarang Dan Faktor Presipitasi

Px rawat inap di RSUD KERTOSONO selama 2 minggu yanš lalu : keadaan saat dirumah px suka mengamuk tidak jelas dan terkadang curiga sama orang di sekitamya px pengalami halusinasi penglibatan px suka melihat setan dan sejenisnya selama sakit ini keturunan (-) napza (-), bunuh diri ). Factor pencentus keluarga tidak diketahui

d) Faktor predisposisi 1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu? Jelaskan:tidak ada

2.

Pengobatan sebelumnya Jelaskan:tidak ada

3. Pengobatan Sebelumnya a. Pernah

mengalami

penyakit

fisik

(termasuk

gangguan tumbuh kembang)? Jelaskan:tidak ada

b. Pernah ada riwayat NAPZA ? Jelaskan:tidak ada

e) Trauma Px mengatakan tidak pemah mengalami aniaya fisik, aniaya seksual, kekerasan keluarga dan tindakan krimal

f) Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

19

Px mengatakan kehilangan bp yang menjadikan px teringat terus Riwayat Penyakit Keluarga berharga 5 juta dan menjadikan px teringat trus

g) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa? keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit seperti px

B. Pemeriksaan fisik Tanggal : 26 12-2014 1. Keadaan Umum Ku cukup 2. Tanda Vital TD 120/70 mmhg N :70 x/menit S :36 C R :21 x /menit TB: 160 cm BB:58 kg 3.

Keluhan Fisik: Tidak ada keluhan px mengatakan tidak mengalami keluhan fisik, terlihat dari pasien tidak ada yang nyeri atau sakit diseluruh anggota badannya

C. Pengkajian psikososial 1. Genogram

20

2. Konsep diri a. Citra diri : px mengatakan anggota tubuh yang paling disukai semua anggota tubuh selain itu yang disukai adalah tangannya karena dengan tangannya px bisa merokok dan bisa beraktivitas lainnya, yang tidak disukai tidak ada b. Identitas nama px Tn Mt", sebelum dirawat di RSUD px mengatakan status dirinya sebagai anak ke 2 dan px mengatakan puas sebagai laki laki karena dia dulu sempat bisa bekerx. menyadari bahwa dia sedang dalam pengobatan c. Peran peran dirumah px sebagai anggota keluarga yang bekerja sebagai karyawan di sebuah pabrik . Peran saat di RSUD yaitu sebagai pasien d. ideal Diri harapan px dengan penyakitnya : px mengatakan ingin cepat pulang dan sembuh karena px ingin bekerja dan menikah e. Harga Diri px sring dikucilkan oleh keluarga

3. Hubungan sosial

a. Orang yang berati atau terdekat

21

Px mengatakan saat dirumah jika ada masalah dengan kehidupannya bercerita dan meminta bantuan pada orang tuanya. Orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu orang tuanya terutamanya ayahnya

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat: Px mengatakan saat di rumah suka ikut kegiatan karang taruna dan kegiatan lomba-lomba voly antar desa

4.

Spiritual a. Nilai dan Keyakinan Px mengatakan agamnya islam, px juga selalu percaya kalau ALLAH itu ada dan akan selalu menolong hambanya b. Kegiatan Ibadah Px mengatakan waktu di RSUD pernah sholat tetapi sholat yang di lakukan tidak jelas

5. Status Mental 1. Penampilan Penampilan px tidak kotor, px tidak berbau, saat makan px ter rapi tidak tercecer nasinya. Px saat memakai baju px terlihat rapi toilteting nya juga tidak berbau. Px saat mandi mengosok gigi 2. Pembicaraan Px saat bicara agak cepat dan terkadang suka mengelantur 3. Aktivitas motorik / psikomotor Px cenderung hiperkinesia yaitu px sering mondar mandir dan kadang - kadangsaat mondar -mandir pasien bicara sendiri 4. Afek dan Emosi Px cenderung berubah- ubah, sering mondar-mandir 5.

Interaksi Selama Wawancara Px sangat kooperatif saat berbincang - bincang menjawab sesuai engan pertanyaan yang ditanya. walapun lama menjawabnya

6. Persepsi – sensori

22

Halusinasi Penglihatan Klien

mengalami

halusinasi

penglihatan

terbukti

dengan

klienmengatakan banyak orang diruangan nya padahal di ruangan itu cumanada bapaknya ,dan perawat hanya melihat pasien dengan bapaknya 7. Proses piker Arus pikir :Koheren pasien dapat menjawab sesuai dengan yang ditanya dengan bantuan keluarga atau perawatan 8. Piker px suka berbicara mengelantur saat diajak bicara. 9. Bentuk piker pasien terlihat mondar mandir dan kadang kadang terlihat bicara sendiri 10. Kesadaran Compos Mentis Kuantitas : GCS 4-5-6, Compos mentis Kualitas : kesadaran px terlihat berubah , px banyak mondar mandir dan kadang -kadang bicara sendiri

11. Orientasi a) waktu: px mengatakan dapat menyebutkan jadwal makan pagi siang, dan sore b) tempat : px menyebutkan bahwa dia berada di RS c) Orang : px mengatakan dapat menyebutkan nama perawat 12. Memori a) Daya ingat jangka panjang : px mengatakan dulu pernah bekerja di sidoarjo b) Daya ingat jangka pendek : px mengatakan sudah minum obat tadi pagi c) Daya ingat saat ini : px mengatakan menu makanan tadi pagi adalah telur dan sayur kangkung

23

13. Tingkat Konsentrasi dan berhitung Px mengatakan 2, 4, 6, 8 adalah angka genap dari 1-10

14. Daya tilik diri Px mengatakan dulu sat dirumah px marah - marah karena dirinya membeli hp dan hilang

15. Kemampuan penilaian Pasien mengatakan melihat banyak orang di depannya

6. Kebutuhan Persiapan Pulang 1. Makan Pasien dapat mengambil makanan sendiri, saat makan pasien terlihat tidak tercecer nasinya, terlihat rapi. Sehabis makan px mencuci piring sendiri, makan 3x/hari, nasi, lauk, sayur, buah, dan biasanya kalau siang ada kacang ijo. Pasien jika pagi biasanya merokok 2. BAB/BAK pasien dapat melakukan BAB dan BAK secara mandiri BAK 4x/hari BAB 2x/hari px dapat mandi sendiri tanpa bantuan dari perawat, tetapi pasien tidak pernah sekat gigi, pasien mandi 2x/hari menggunakan sabun. 3. Berpakaian/berhias pasien dapat berpakaian secara mandiri dan rapi. Sehari-hari pasien selalu memakai kacamata hitam dan topinya, karena barang tersebut didapatkan dari pemberian mahasiswa, pasien menghargai pemberian orang lain. 4. Istirahat dan tidur 1) Tidur siang : 11.00 WIB sampai 14.00 WIB 2) Tidur malam : 18.00 WIB sampai 04.00 WIB

24

5. Penggunaan obat Bantuan total pasien dapat minum obat sendiri hanya saja obatnya sudah disiapkan oleh perawatnya atau keluarga . Obat selalu diminum oleh pasien, karena pasien antusias untuk cepat segera sembuh.

6. Pemeliharaan kesehatan

1) Perawatan lanjutan

ya

2) Sistem pendukung 1. Keluarga

ya

2. Terapis

ya

3. Teman sejawat 4. Kelompok social

ya ya

7. Aktivitas dalam rumah

8.

Mempersiapkan makanan

tidak

Memcuci pakaian

tidak

Pengaturan keuangan

tidak

Aktivitas di luar rumah Belanja

tidak

Transportasi

tidak

pasien cenderung pendiam saat dirumah, pasien mengatakan jarang keluar rumah dan berinteraksi dengan orang lain/tetangganya. Pasien tidak dapat menyiapkan makanan sendiri, menjaga kerapian rumah, mencuci bajunya dan mengatur keuangannya, semua itu dilakukan oleh ibunya. 9. Mekanisme Koping

25

Px terlihat mondar-mandir tidak jelas saat halusinasi muncul dan gelisah

10. Masalah Psikososial Dan Lingkungan 1. Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya : klien merasa kurang perhatian dari keluarganya 2. Masalah dengan pendidikan, spesifiknya pasien mengatakan permah sekolah samapai SMP 3. Masalah dengan pekerjaannya, spesifiknya px mengatakan pernah bekerja di Sidoarjo 4. Masalah dengan perumahannya, spesifiknya: klien ingin tinggal dirumah karena bosan tinggal di RSJ 5. Masalah dengan pelayanan keschatan, spesifiknya : pasien mengatakan rumah dan pelayanan kesehatan jaraknya sedikit jauh, keluarga mendukung kesehatan pasien

11. Pengetahuan Kurang Tentang Pasien mengatakan mengetahui bahwa pasien sakit gangguan jiwa, dan saat ini di RS sedang proses pengobatan. D. Analisa data No Data

Diagnosa keperawatan

1

Gangguam persepsi sensori

DS :

Px mengatakan melihat orang yang : halusinasi pengelihatan banyak Gangguan perseps saat saya ajak mengobrol DO: a. px terlihat mondar-mandir b. Px

menjawab

pertanyaan

seperlunya dan sedikit lambat c. Keadaan umum cukup d. Kesadaran komposmentis e. Td: 120/70 mmhg f. N: 70 x/menit

26

g. S:36 c h. R: 21x/menit

2

DS:

Kerusakan interaksi sosial

Kerusakan Interaksi Px mengatakan saat dirumah tidak pernah Sosial berinteraksi dengan masyarakat luar, px hanya diam di rumah

DO: a. Saat ditanya jawabnya singkat atau menjawabnya seperlunya b. Pasien hanya mondar-mandir c. Melakukan

pekerjaannya

dengan sediri

3

DS:

Perilaku mencari bantuan

Px mengatakan datang ke RS untuk kesehatan berobat

DO: a. Upaya

keluarga

kesembuhan pasien b. Px minum obat teratur

27

untuk

Prioritas Diagnosa Keperawatan No Diagnosa keperawatan

Tanggal di

ttd

lakukan 1

Gangguam persepsi sensori : halusinasi pengelihatan

Intervensi Keperawatan Pada Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pengelihatan

No Tujuan 1

Hasil standart

Kelien membina

Intervensi

dapat Setelah pertemuan klien Bina hubungan saling hubungan menunjukan

tanda-tanda percaya

dengan

saling percaya dengan percaya kepada perawat menggunakan prinsip perawat

dapat

menunjukan komunikasi terapeutik

ekspresi

Rasional

wajah

bersahabat, Dengan

terbinamya

menunjukan rasa senang, hubungan

saling

berjabat

dapat

tangan

kontak percaua

mata ada, menyebutkan

mempermudah dalam

nama, menjawab salam dan pemeberian duduk

asuhan

berdampingan keperawatan

dengan perawat dan mengutarakan masalah yang di hadapi 2

Klien dapat mengenal setelah halusinasinya

pertemuan

klien

a. adakan kontak

dapat menyebutkan klien

sering dengan

watu

singkat secara

halusinasi

,

isi

frekennsi halusinasi, dan dapat

mengungkapkan

28

bertahap

perasaan

terhadap

halusinasi

Rasional Kontak sering dan

bertahap

dapat membatu klien meningkatkan rasa

percaya

terhadap perawat

b. obeservasi tingkah klien

laku terkait

dengan halusinasinya : pengelihataann ya,

jika

menemukan klien

yang

sedang halusinasi

Rasional : Observasi yang

tepat

dapat memebantu klien

untuk

mengatasi halusinasinya 3

Klien mengontrol

dapat

1. setelah

pertemuan

klien menyebutkan

29

1. identifikasi bersama klien

halusinasinya

tindakan

yang

cara tindakan

biasanya di lakukan

yang

untuk

dinlakukan

mengendalikan

jika

halusinasinya

halusinasi

2. setelah

pertemuan

terjadi

(tidur,

marah

klien menyebutkan

,menyibukkan

cara

diri dll)

baru

mengontrol

Rasional :

halusinasinya

Untuk membantu klien mengatasi halusinasinya 2. Diskusikan cara

yang

digunakan klien

:

jika

cara yang di gunakan adaptif

beri

pujian dan jika cara yang di gunakan maladaptif ,

Rasional untuk membantu klien mengenali cara

30

adaptif

dan cara yang maladaptif 4

Klien dapat dukungan

1. Setelah pertemuan

dari keluarga dalam

keluarga , keluarga

tindakan

mengontrol

menytaakan setuju

keperawatan :

halusinasinya

untuk

buat

mengikuti

1. rencanakan

kontrak

pertemuan dengan

dengan

perawat

keluarga untuk pertemuan

2. Setelah pertemuan keluara

(waktu

dan

tempat )

menyebutkan pengertian,

tanda-

Rasional

tanda

gejala

Untuk

dan

proses

terjadinya

halusinasi tindakan

dan untuk

memudahkan dala berdiskusi mengenai

mengedalikan

kedaaan

halusinasinya

pasien

2. rencanakan tindaka keperawatan :diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga kunjungan rumah) Rasional keluarga

31

/

dapat memahami dan

mengerti

bagaimna cara merawat klien dengan halusinasi

di

rumah 5

klien memanfaatkan dengan baik

dapat obat

1. setelah

pertemuan

1. rencanakan

klien menyebutkan

tindakan

manfaat

keperawatana :

obat

minum

dan

nama,

diskusikan

warna ,dosis efek

dengan

terpai

efek

tentang

teratur

manfaat

dan

samping obat

klien

dan

kerugian tidak minum

2. setelah

pertemuan

obat,

nama , warna,

klien

dosis

,cara

mendemostraskan

,efek

terapi

penggunaan

dan

efek

dengan benar

obat

samping penggunaan obat

Rasional klien

:

mampu

memahami dan

mengerti

mengenai pengunaan obat

32

2. rencanakan tindakan keperawatan : pantau pengunaan obat

Rasional : Mengetahui kepatuhan klien

dalam

minum obat

4. Implementasi Tanggal 26-12-2014, Jam 10.00 a. Gangguan halusinasi penglihatan Tujuan umum : klien dapat mengontrol halusinasinya Tujuan khusus: 1). Klien dapat membina hubungan baik Implementasi tindakan : memperkenalkan diri , Baik mas saya ulangi lagi supaya lebih akrab dan jelas Nama saya claudia ravestabiasa dipanggil claudia, saya anak ke 1 dari 2 bersaudara.Umur saya 20 tahun, saya Mahasiswa Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri. Tujuan saya kesini yaitu untuk memenuhi tugas saya sebagai Mahasiswa untuk praktek disini dan mengerjakan tugas Asuhan Keperawatan, saya dinas disini selama 3 hari dan saya akan belajar Implementasi Tindakan Keperawatan menyampaikan keperawat ruangan. Saya harap Mas mau memberikan informasi tentang pribadi Mas dan masalah yang

33

Mas alami. Kalau Mas tidak keberatan tolong sebutkan lagi nama lengkap Mas? Senangnya dipanggil siapa? Alamatnya dimana Mas? Umur Mas berapa? Berapa bersaudara Mas ? Apakah Mas sudah menikah? Berapa anak Mas? Mas tidak terasa sudah 15 menit kita bercakap-cakap, Bagaimana kalau kita akhiri dulu,suaya Mas dapat beristirahat?" "Oh iya Mas, bila mana selama Mas dirawat ada yang kurang Berkenaan Mas bisa menghubungi saya nanti akan perawat ruangansaya sampaikan S:Saya senang ada teman ngobrol, Nama Saya "M" senangnya dipanggil "M", saya dari kediri. Nama mbak, mbak claudia dari Kediri, tujuan kesini utuk praktek selama 3 hari" O: Pasien mampu membina hubungan Evaluasi Keperawatarn saling percaya dengan bantuan perawat -Pasien mau berjabat tangan dengan perawat -Pasien mau duduk berdampingan bersama perawat -Pasien mampu menyebutkan nama Mahasiswa -Pasien mau menyebutkan nama dan Identitas dirinya -Pasien kadang tersenyum sendiri saat bercakap cakap A : Pasien mampu membinana hubungan saling percaya dengan bantuan perawat P : Anjurkan pasien berkenalan dengan bantuan Perawat Ajarkan pasien tentang halusinasi 2). Klien dapat mengenali halusinasinya Implementasi tindakan : Sebelum kita mulai diskusi ini, saya ingin bertanya kepada mas Apakah mas mengerti mengenai Halusinasi? Bagus sekali kalau mas tidak mengetahui, saya akan menjelaskan kepada mas , dengarkan ya mas? "Halusinasi adalah suatu keadaan dimana berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan, penyebabnya adalah perasaan takut, peristiwa yang mengancam, stres dan trauma.

34

Gejalanya tertawa sendiri. "Nah sekarang mas sudah mengerti apa yang disebut dengan Halusinasi ? Apakah mas sekarang sedang dalam situasi seperti tersebut,seperti yang saya jelaskan tadi?" Apa yang yang sering mas lihat ? Apakan Perempuan Atau Laki-laki? Apa isinya? Berapa sering kekuatan itu masuk dalam diri mas ? Kekuatan itu muncul saat apa? Waktunya kapan?" Apa yang Bapak lakukan jika kekutan itu masuk kedalam diri mas?" bagaimana perasaan mas saat halusinasi terjai? S: saya tidak yahu apa yang saya alamai: yang saya rasakan saya sering melihat banyak orang disekitar saya yang membuat rame,dan saya gelisah ketika saya melihat hal tersebut O: Pasien lebih banyak diam Pasien jarang beraktifitas dengan kelompoknya Pasien kooperatif A: pasien megenal halusinasinya dengan bantuan P: Anjurkan pasien untuk belajar mengenal halusinasi Anjurkan pasien cara mengontrol Halusinasi Evaluasi Keperawatan halusinasi itu terjadi? 3). Klien dapat mengontrol halusinasinya Tindakan implementasi : Claudia mw bertanya pada mas ketika mas mengalami halusinasi tersebut apa yang mas lakukan, apakah mas mondar mandir, diam, atau gelisah untuk mengontrol halusinasi. S: ketika halusinasi saya merasa gelisah dan dan menyibukan di O: -Pasien dapat menyebutkan cara efektif untuk mengontrol Halusinasi dengan bantuan. - Pasien kadang tersenyum sendiri saat interaksi dengan pengkaji - Pasien melakukan tindakan tiba - tiba sesuai bisikan 35

-Pasien lebih banyak diam -Pasien jarang mengobrol dengan orang lain. A :Pasien dapat menghardik halusinasi dengan bantuan P: ajarkan pasien cara melatih menghardik halusinasi Evaluasi No Diagnosa

Tanggal

dan Evaluasi

waktu 1

Gangguan

10-12-2013

S: Sdr ‘’MT” mengatakan mengerti

halusinasi

dengan penjelasan perawat, tapi masih

penglihatan

mengalami halusinasi penglihatan O: pasien masih termenung dan gelisah saat

berhalusinasi,

pasien

bisa

menjelaskan kembali apa yang sudah di jelaskan oleh perawat, keadaan umum cukup TD : 120/70 mmhg N : 70 x/menit S

: 36c

R

: 21 x/menit

A: Masalah teratasi sebagian P: lanjutkan intervensi 2,3,4,5

B. PEMBAHASAN Dalam pembahasan asuhan keperawatan sdri "Mt" dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi penglihatan penulis akan membahas tentang hasil study kasus mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, int keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi yang akan dijelaskan sebagai berikut 1. Pengkajian

36

intervensi Halusinasi Penglihatan (visual) adalah dimana seseorang melihat gambaran mungkin dalam bentuk lintasan cahaya, gambaran geometris, gambaran kartun atau pandangan yang terperinci atau kompleks. Menunjuk-nunjuk kearah tertentu dan Ketakutan pada objek yang tidak jelas Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, gambar kartun, melihat hantu atau monster (keliat dan akemat, 2010). Ada beberapa tanda gejala tn Mt mengalami halusinasi penglihatan meliputi: sering mengatakan disekitarnya ramai sekali, gelisah pada saat halusinasi terjadi, dan mondar mandir, dan ketakutan. Pada tanda gejala pada sdr Mt didapatkan hasil pasien mengalami gangguan persepsi halusinasi. Bila dibandingkan dengan teori diatas ada beberapa tanda dan gejala persepsi gangguan sensori halusinasi penglihatan pada hasil dan teori tdak terdapat kesenjangan. 2. Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah interpretasi ilmiah dari data pengajian yang digunakan untuk mengarahkan perencanaan, implementasi, dan evaluasin keperawatan (damayanti,2012). Pada kenyataanya yang muncu adalah perubahan persepsi sensori halusinasi penglihatan. Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala yang didapatkan pada saat pengkajian. Antara lain gejala yang muncul adalah pasien sering melh adanya banyak orang padahal saat itu pasien hanya sendiri dan bersama dengan seorang perawat. Pada teori diagnosa aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh pasien dan memerlukan bantuandari perawat dengan cepat. Dikarenakan adanya depresi yang diakibatkan salah pergaulan pada px maka timbulah halusinasi pada pasien. Dari masalah tersebut dapat diangkat masalah yaitu perubahan gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan. 3. Intervensi Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian

37

permasalahan dari diagnosa tertentu.Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah dicapai (Direja, 2011). Menurut Stuart (2001, dalam Direja, 2011), tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosa tersebut.Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien. Umumnya, kemampuan klien pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk Rencana asuhan keperawatan yang dibuat pada tinjauan kasus pada sesuai dengan tinjauan pustaka. Dalam hal ini penulis prinsipnya berusaha menyusun secara efektif dan efisien untuk memperlancar tindakan

yang dilakukan dalam bentuk

implementasi.

Intervensi

yang

dilaksanakan pada pasien halusianasi adalah menjalin hubungan baik antara pasien dan perawat, membantu pasien mengenali halusinasinya. membantu pasien apa saja yang harus dilakukan ketika halusinasi terjadi. Hal ini sangat efektif dalam proses penyembuhan pasien.Namun ada juga ditemui hambatan - hambatan seperti pada teori yang sudah dijelaskan. Antara lain hambatanya adalah ketidak mampuan perawat dalarm mengembangkan hubungan kerja sama yang baik, pasien masih belom kooperatif dengan perawat sehingga dalam memberi asuhan belum maksimal. Pada akhirnya banyak intervensi dimana perawat lebih dominan dalam menangani pasien. Sedangkan keluarga kurang pengetahuan terhadap ilmu keperawatan dan hubungan antara perawat dan keluarga masih berlangsung beberapa hari sehingga kurang terjalin hubungan kooperatif antara keluarga dan perawat. Bila dibandingkan dengan teori dalam rencana keperawatan yang penulis susun pada masalah tn Mt sesuai dengan teori. 4. Implementasi Implementasi merupakan standar dari standar asuhan yang berhubungan dengan aktivitas keperawatan profesional yang dilakukan oleh perawat, dimana implementasi dilakukan pada pasien.keluarga dan komunitas berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat (Damaiyanti, 2012). Menurut Keliat (2009), strategi

38

pelaksanaan klien halusinasi penglihatan kekerasan ada lima yaitu strategi pelaksanaan pertama membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi. Strategi pelaksanaan kedua membantu klien mengenali halusinasinya. Strategi pelaksanaan ketiga membantu klien latihan mengendalikan ketika halusinasi terjadi.. Pada prinsipnya tahap implementasi sudah dilaksanakan sesuai intervensi yang sudah dibuat. Rencana untuk mengatasi masalah yang dialami pasien untuk mencapai tujuan sudah disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Dengan harapan pasien dapat mengetahui dan memahami keadaan yang sedang dialami pasien. Mengajak keluarga untuk ikut berpartisipasi dalam proses pemberian asuhan keperawatan akan lebih efekti dalam penyembuhan pasien. Tetapi dalam pelaksanaan asuhan tidak semua intervensi dapat diberikan dikarenakan adanya batasan waktu dan kemampuan klien dalam memahami pengertian yang diberikan perawat. Hal ini dapat diatasi jika waktu yang diberikan cukup panjang dalam pemberian asuhan kepada klien. Bila dibandingkan dengan teori diatas strategi pelaksanaan sesuai dengan teori 5. Evaluasi Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien, evaluasi dilakukan secara terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Nurjanah, 2005:64). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan subyektif, obyektif, analisa, perencanaan diantaranya sebagai berikut subyektif: Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan : "apakah bapak mas mengerti dengan yang saya jelaskan?" obyektif. Respons obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan yang dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan hasil observasi. Analisa: analis ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan. Perencanaan: perencanaan atau

39

tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut oleh perawat (Direja.2011) Dalam proses evaluasi penulis sudah melakukan evaluasi sesuai dengan teori yang diatas. Pada evaluasi Tn. Mt pada 10 desember 2013, S: klien mengatakan sering mengamuk merenung dan membanting barang. O: klien tampak mau berjabat tangan dan mebina hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak mau menyebutkan penyebab halusinasi muncul, pasien menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata, pasien mau menyebutkan hal apa saja yang diliat, pasien mengatakan mau untuk diajari cara mengontrol jika halusinasi terjadi pasien belum mw melaksanakan . A: sehingga disimpulkan masalah pada Tn. Mt sudah belum teratasi. P: untuk planning penulis menyerahkan tindak lanjut kepada perawat jaga yang berada di rumah sakit agar melanjutkan SP yang selanjutnya. Agar lanjut kepada perawat jaga yang berada dirumah sakit Menurut nursalam (2002) delegasi, dapat diartikan penyelesaiansuatu perkerjaan melalui orang lain dan sebagai kolaborasi untukmencapai suatu tujuan. Yang dimaksud disini yaitu melakukanpendelegasikan

kepada

perawat

keperawatan.

40

untuk

melanjutkan

tindakan

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, peraban, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)

Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami persepsi yang salah tehadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.

B. Saran Dengan mengucap syukur alhamdulillah pada ALLAH SWT ,penulis dapat menyelesaikan masakalah ini dengan baik, dan tentunya masih jauh dari harapan, oleh karena itu masih perlu kritik dan saran yang membangun serta bimbingan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.

41

DAFTAR PUSTAKA

42

Related Documents


More Documents from "nono Nono"

Makalah Jadi.docx
December 2019 7
May 2020 4
Mycv
May 2020 9
May 2020 7