Askep Jadi 2.doc

  • Uploaded by: Ivana Indriyani
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Jadi 2.doc as PDF for free.

More details

  • Words: 8,712
  • Pages: 46
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya, karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anakanak ke dewasa. Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Karakteristik psikososial remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini sering menimbulkan banyak masalah pada diri remaja. Transisi dari masa anak-anak dimana selain mneingkatnya kesadaran diri (self consciousness) terjadi juga perubahan secara fisik, kognitif, sosial maupun emosional pada remaja sehingga remaja cenderung mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah marah, tersinggung bahkan agresif. Perubahan-perubahan karakteristik pada masa remaja tersebut, ditambah dengan faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan, pola asuh yang tidak efektif dan gangguan mental pada orang tua diprediksi sebagai penyebab timbulnya masalahmasalah remaja (Pianta, dalam Santrock, 2010). Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengemukakan bahwa jumlah proporsi kelompok remaja yang sangat besar di masyarakat sebenarnya dapat menjadi daya ungkit pembangunan karena remaja merupakan kelompok usia produktif yang dapat menunjang pembangunan suatu bangsa, walaupun secara umum kelompok remaja mempunyai masalah yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami oleh remaja itu sendiri (BKKBN, 2011). Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, tansisi sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. Remaja pada umumnya akan mengalami perubahan-perubahan dalam hal biologis dan psikologis yang sangat pesat. Perubahan-perubahan yang terjadi memberikan

dorongan yang kuat terhadap perilaku dan kehidupan remaja yang sifatnya sangat beragam. Peran perawatan dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri, dan masalah yang timbul bisa teratasi. B. Tujuan Penulisan Makalah 1.

Tujuan Umum a. Untuk memperoleh pengalaman dan mendapat gambaran nyata tentang Asuhan Keperawatan pada Remaja. b. Mahasiswa mampu menggambarkan asuhan keperawatan keluarga dengan anak remaja pada keluarga Tn. A dengan masalah ketidakefektifan c. koping terutama komunikasi infektif di RT 01 RW 011 Kelurahan Cikalang Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya.

2. Tujuan Khusus a. Mampu menjelaskan konsep teori tentang remaja. b. Mampu melaksanakan pengkajian pada remaja dengan masalah yang ada. c. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada remaja. d. Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada remaja. e. Mampu menerapkan rencana keperawatan pada asuhan keperawatan pada remaja

C. Metode Penulisan 1. Tempat Rumah Tn. A di desa Benda Kota Tasikmalaya 2. Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 18 – 25 Maret 2019 3. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara Mengadakan tanya jawab langsung dengan klien, keluarga, yang dapat memberikan data dan informasi yang akurat. b. Observasi Pengamatan

langsung

dengan

mengikuti

perkembangan

selama

pelaksanaan asuhan keperawatan. c. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan dilakukan untuk mendapatkan data yang objektif sesuai dengan kebutuhan pengkajian kasus yang menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. d. Studi Dokumentasi Dengan cara menggunakan atau melihat catatan kesehatan keluarga. D. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan karya tulis penulis membagi dalam enam bab, setiap bab diuraikan dalam sub-sub dengan susunan sebagai berikut : BAB I: Pendahuluan Dalam bab ini akan diuraikan tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II: Tinjauan Pustaka A. Konsep Dasar konsep dasar teori terdiri dari Pengertian, tahap perkembangan remaja, karakteristik perkembangan remaja, tugas perkembangan pada masa remaja, keluarga, tugas perkembangan keluarga dengan anak

usia remaja, masalah-masalah yang terjadi pada keluarga dengan tahap perkembangan anak usia remaja. B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada bagian ini penulisan membahas tentang pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan. BAB III: Laporan Kasus A. Asuhan Keperawatan B. Pembahasan BAB IV: Kesimpulan dan Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Pengertian Pengertian Remaja Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama di mana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 s/d 20 th Namun jika pada usia remaja sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukan titik dimana reproduksi mungkin dapat terjadi perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescence (kata bendanya adolescenta yang berarti remaja) yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Hal ini mengisyaratkan kepada hakikat umum, yaitu bahwa pertumbuhan tidak berpindah dari satu fase ke fase lainya secara tiba-tiba, tetapi pertumbuhan itu berlangsung setahap demi setahap (Al-Mighwar, 2010). 2. Tahap Perkembangan Remaja Menurut Sarwono ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses penyesuaian diri menuju dewasa : a. Remaja Awal (Early Adolescence) Seorang remaja pada tahap ini berusia 10-12 tahun masih terheran– heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Dengan dipegang bahunya saja oleh lawan jenis, ia sudah berfantasi erotik. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego”. Hal ini menyebabkan para remaja awal sulit dimengerti orang dewasa. b. Remaja Madya (Middle Adolescence)

Tahap ini berusia 13-15 tahun. Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senag kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narastic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau meterialis, dan sebagainya. Remaja pria harus membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan dengan kawan-kawan dari lawan jenis. c. Remaja Akhir (Late Adolescence) Tahap ini (16-20 tahun) adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini : 1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek. 2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru. 3) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. 4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain. 5) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public). 3. Karakteristik Perkembangan Remaja Menurut Wong (2010), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan menjadi : a. Perkembangan Psikososial Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan pubertas dan berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas kelompok versus pengasingan diri. Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari keluarga dan mengembangkan identitas diri. Identitas kelompok

menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat. 1) Identitas kelompok Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok dapat memberi mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat berpenampilan, gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja terhadap kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara menolak identitas dari generasi orang tuanya. Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja tidak diterima dan diasingkan dari kelompok. 2) Identitas Individual Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa lalu, seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di masa yang akan datang. Proses perkembangan identitas pribadi merupakan proses yang memakan waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika setahap demi setahap digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai, identitas yang positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan.peran ini terjadi jika individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi. 3) Identitas peran seksual Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual. Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai

mengomunikasikan

beberapa

pengharapan

terhadap

hubungan

heterokseksual dan bersamaan dengan kemajuan perkembangan, remaja dihadapkan pada pengharapan terhadap perilaku peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya, antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis. 4) Emosionalitas Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir. Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan walaupun masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan mulai menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir. Sementara remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima masyarakat. Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi, dan jika emosi itu diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan tidak aman, ketegangan, dan b.

kebimbangan. Perkembangan Kognitif Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong remaja tidak

lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode berpikir konkret mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah. Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan antara kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata. Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok

pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku yang lebih dapat dianalisis. c. Perkembangan Moral Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam masa remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi peraturan tersebut. d. Perkembangan Spiritual Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain, beberapa diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu, remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri. Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan. Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan mereka mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan spiritualitas mereka. e. Perkembangan Sosial Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari remaja maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang tua, tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung jawab yang terkait dengan kemandirian.

1)

Hubungan dengan orang tua Selama masa remaja, hubungan orang tua dengan anak berubah

dari menyayangi dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali melibatkan kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun remaja belajar untuk menampilkan peran yang baru dan menjalankannya sampai selesai, sementara pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali merupakan rangkaian kerenggangan yang menyakitkan, yang penting untuk menetapkan hubungan akhir. Pada saat remaja menuntut hak mereka untuk mengembangkan hak-hak istimewanya, mereka sering kali menciptakan ketegangan di dalam rumah. Mereka menentang kendali orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir semua situasi atau masalah. 2) Hubungan dengan teman sebaya Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih berperan penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanakkanak. Kelompok teman sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan. a) Kelompok teman sebaya Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka berkelompok. Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja awal berusaha untuk menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa, sering kali mengorbankan individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebayanya. b) Sahabat Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang berbeda biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini lebih dekat dan lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk pada masa kanak-kanak pertengahan, dan penting untuk pencarian identitas. Seorang sahabat merupakan pendengar terbaik, yaitu

tempat remaja mencoba kemungkinan peran-peran dan suatu peran bersamaan, mereka saling memberikan dukungan satu sama lain. 4. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2011) antara lain : a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita. Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku. b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugastugas perkembangan dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan yang menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan yang menganggu para remaja. c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan. d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah mempunyai banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari

peran feminin dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-tahun. Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, makan mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah. e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya tidak meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang akrab dengan anggota kelompok. f. Mempersiapkan karier ekonomi Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani. g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga Kecenderungan perkawinan muda

menyebabkan

persiapan

perkawinan merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahuntahun remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-ansur mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang

dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja. h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan teman sebaya, masa remaja harus memilih yang terakhir bila mengharap dukungan teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja ingin diterima oleh teman-temannya, tetapi

hal ini

seringkali diperoleh dengan perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab. 5. Keluarga Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Menurut Slameto keluarga adalah lembaga pendidikan yang yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anakanaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk keluarga adalah perkumpulan dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain. Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis yaitu : a. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah. b. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak. c. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya.

6. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Anak Usia Remaja Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak dan adaatau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.Tugas perkembangan : a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar. b. Mempertahankan keintiman pasangan. c. Membantu orang tua memasuki masa tua. d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat. e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga. 7. Masalah-Masalah yang Terjadi Pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Remaja Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik atau buat komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah. Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia, terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan bimbingan atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa

remaja.

Kalau

hubungan-hubungan

keluarga

ditandai

dengan

pertentangan, perasaan-perasaan tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola perilaku yang tenang dan lebih matang. Remaja yang hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun semua hubungan, baik dalam masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang baik.

Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial. Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kenakalan. Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah orang tuanya, karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya. Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat dukungan mental. Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan merupakan bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan berani melakukannya secara individual. Masalah lain yang sering mengganggu anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual). Satu sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang menyebabkan mereka memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk menikah banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan dalam melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan ekonomi, kematangan psikologi, dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin belum dicapai pada usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam bentuk khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun

tingkah laku ini sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam menyikapi, cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara bertahap terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri secara bertahap sampai akhirnya dewasa.

B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengertian Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang komplek dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan indivisu sebagai anggota keluarga.(Harmoko, hal 69: 2012) 2. Pengkajian a. Data umum 1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau inisial, jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan genongram (genogram keluarga dalam tiga generasi). 2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut. 3) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan. 4) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat memengaruhi kesehatan. 5) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala keluarga maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya. 6) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung tempat rekreasi, namun menonton TV dan mendengarkan radio juga b.

merupakn aktivitas rekreasi. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti. 2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya. 3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing, anggota, dan sumber pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.

4)

Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua

(seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua. c. Pengkajian lingkungan 1) Karakteristik rumah Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar mandi, dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi dan perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah mereka. 2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan rumah, fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi. 3) Mobilitas geografis keluarga Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal. 4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada. 5) Sistem pendukung keluarga Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.

d. Struktur keluarga 1) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga. 2) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku. 3) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik formal/informal. 4) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan e. Fungsi keluarga 1) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki.

2)

Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku. 3) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatannya dan memelihara kesehatannya. 4) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga 5) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan f.

sandang, pangan dan papan. Stress dan koping keluarga a) Stressor jangka pendek dan panjang 1) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan. 2) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi. c) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi permaslahan. d) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.

3. Diagnosa Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan

dimana

perawat

bertanggung

jawab

untuk

melaksanakannya (Harmoko, hal 86; 2012) Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012) a. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan waktu yang cepat b. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi tetapi maslah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat c. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya. 4. Perencanaan Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau

mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi (Harmoko, hal 93; 2012). Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga (Harmoko, hal 94; 2012) a. Menentukan sasaran atau goal b. Menentukan tujuan dan objek c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan d. Menentukan kriteria dan standar kriteria. 5. Implementasi Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga

dimanaperawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan

minat keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat (Harmoko, hal 97; 2012) Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini (Harmoko, hal 98; 2012) : a. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan, dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah. b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukn tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan. c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit

dengan

cara

mendemonstrasikan

cara

perawatan,

menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan. d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin. e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga cara menggunakan fasilitas tersebut. 6. Evaluasi

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian diberikan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang sesuai (Harmoko, hal 100; 2012)

BAB III LAPORAN KASUS I. PENGKAJIAN A. Data Umum Keluarga 1. Identitas Kepala Keluarga  Nama kepala keluarga

: Tn. A

 Jenis Kelamin

: Laki laki

 Umur

: 47 tahun

 Pendidikan

: SMA

 Pekerjaan

: Buruh

 Agama

: Islam

 Suku

: Sunda

 Alamat

: Jl. Benda No 13 Kel Cikalang Kec Tawang

Kota Tasikmalaya  Status Perkawinan

: Kawin

 Tgl. Pengkajian

: 18 maret 2019

2. Komposisi keluarga dan Genogram No

Nama Andi

Hub. Kel Kepala

1. Mulyono Reni 2.

Usia

Pendidikan

Pekerjaan

Agama

Suku

L

47

SMA

Buruh

Islam

Sunda

P

46

SMP

IRT

Islam

Sunda

keluarga Istri

Sulastri

P/L

3.

Satria

Anak

L

22

SMA

4.

Rania

Anak

P

14

SD

Kuliah Pelajar

Islam

Sunda

Islam

Sunda

Genogram : Ny.I

Tn.H

Tn.A

Tn.S

Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Remaja / Pasien : Tinggal dalam satu rumah

3. Tipe Keluarga

Ny. R

An. R

Ny.N

Keluarga Tn.A merupakan tipe keluarga nuclear family yang tinggal bersama istri dan kedua anaknya dalam satu rumah. 4.

Suku Bangsa Seluruh anggota kelurga Tn.A bersuku sunda. Komunikasi sehari-hari

yang digunakan berbahasa sunda dan indonesia. Keluarga Tn.A tidak memiliki kebiasaan atau budaya yang khusus yang berhubungan atau berpantangan dengan kesehatan. 5. Agama Seluruh anggota keluarga Tn.A beragama Islam. Kegiatan ibadah keluarga Tn.A biasa dilakukan dirumah atau berjamaah di masjid. Tidak ada kebiasaan atau kepercayaan tertentu yang dianut keluarga Tn.A yang berhubungan atau bertentangan dengan agama Islam. 6.

Status Sosial dan Ekonomi Keluarga Keluarga Tn.A merupakan Buruh di Pabrik Konveksi Mukena sejak

tahun 2004. Penghasilan keluarga Tn.A dapat dikatakan mencukupi dengan pemasukan ± 2 juta per bulan. B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga 1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini Termasuk keluarga dengan remaja. Tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja yang dilakukan oleh keluarga antara lain : a. Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan mandiri. Keluarga sudah memberikan kesempatan bagi An. R untuk memilih apa yang ingin dilakukan. An. R mengatakan tanggung jawabnya adalah belajar dan membantu orang tua, itupun jarang dilakukan atas kemauannya sendiri. An. R sudah memiliki cita-cita, yaitu menjadi seorang POLWAN tetapi hanya sebatas harapan dan tidak tahu bagaimana mencapai tujuannya. 2. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

a.

Berkomunikasi secara terbuka dengan anak-anak. Ny. R mengatakan bahwa An.R adalah anak yang pendiam dan jarang

berbicara jika tidak ditanya. Terutama saat memasuki usia remaja, An. R sudah mulai jarang berkumpul dengan keluarga, jika berada di rumah An. R banyak menghabiskan waktunya di dalam kamarnya. An. R mengatakan jarang berbicara dengan Tn.A karena menurut An. R bapaknya itu galak dan kalau menyuruh sesuatu misalnya belajar, Tn. A sering marah-marah sehingga An. R malas untuk menanggapinya. Ny. R mengatakan sebenarnya Tn.A baik, tetapi memang agak keras untuk mendidik anakanaknya. Ny R juga mengatakan bahwa An. R sulit untuk diatur semenjak memasuki SMP. An. R mengatakan tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja, karena sebelumnya tidak pernah mendapatkan informasi mengenai tugas perkembangan maupun tanggung jawabnya sebagai remaja. 3. Riwayat Keluarga Inti Tn. A dan Ny. R menikah pada tahun 1996, dan anak pertamanya lahir setahun kemudian. Ny. R dan Tn.A baru memutuskan memakai kontrasepsi setelah kelahiran anak ke-2. Jenis kontrasepsi yang dipih adalah pil KB. 4. Riwayat Keluarga Sebelumnya Tidak ada riwayat penyakit keluarga yang menurun. Bila sakit, keluarga Tn.A pergi ke Klinik atau Puskesmas. Tidak ada pola makan atau jenis makanan yang dibatasi. C. Lingkungan 1. Karakteristik Rumah Rumah yang ditinggali Tn.A sekeluarga adalah rumah permanen peninggalan orang tua Tn. A yang berukuran 70 m2. Desain interior rumah terbagi menjadi 6 ruangan, yang paling depan adalah ruang tamu. Lalu, 3 ruang tidur dan yang paling belakang adalah dapur dan kamar mandi. Kamar tidur 1 digunakan oleh Tn. R dan Ny. R, sedangkan 2 kmar tidur lainnya digunakan oleh anak-anak. Lantai rumah terbuat dari kerami. Terdapat 2 jendela yang kurang lebih berukuran 1,5 x 1 meter di depan samping pintu

masuk. Namun, jendela yang terlihat selalu terbuka ini jarang dibersihkan. Warna dinding rumah adalah hijau yang kondisinya cukup bersih. Kondisi rumah tampak rapi dan bersih dan terdapat beberapa perabot rumah yang sesuai. Sumber air yang digunakan oleh keluarga berasal dari tanah (sanyo) sehingga airnya tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau. Pada saat hari mulai gelap pencahayaan lampu dalam rumah Tn. A terbilang terang. Denah Rumah Kamar Mandi

Dapur

Ruang Tudur

Ruang Keluarga

T e r

10 m a s Ruang

Ruang

Tidur

Tamu

Warung

Teras 7m

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW Tn. A sering berkumpul dengan tentangganya, namun Ny. R aktif di arisan PKK dan pengajian yang ada di lingkungan rumah. Ny R sendiri tidak bekerja hanya menjadi ibu rumah tangga saja dan mengurus warung yang ada di rumah. Keluarga Tn. A tinggal di RT 01 RW 011, di belakang

rumah ada tanah kosong dan sawah. Kehidupan bertetangga terlihat rukun dan harmonis. 3. Mobilitas Geografis Keluarga Saat ini keluarga Tn.A sudah tinggal menetap di rumah yang sekarang selama

15 tahun dan tidak berniat untuk pindah. Tn.A sendiri sudah

tinggal di rumah tersebut sejak Tn.A lahir, karena Tn.A adalah anak tunggal dari kedua orang tuanya, maka di rumah tersebut ditinggali keluarga Tn.A. 4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat Tn.A selalu menekankan pada Ny. R supaya mengikuti acara yang diadakan oleh RT/RW, misalnya pengajian, arisan RT dan kegiatan lainnya. Apabila ada waktu luang Ny. R mengajak anaknya bermain ke tetangga. Hubungan anggota keluarga terlihat rukun, tidak ada konflik antara satu dengan yang lain (terlihat harmonis). Anak-anak Tn.A tidak ada yang aktif

mengikuti

kegiatan

kemasyarakatan di daerah setempat RT 01. An.R mengatakan sudah jarang (suka membolos) dalam mengikuti pengajian. Tn.A sendiri sering diminta untuk menjadi pembawa acara/MC di acara-acara pernikahan ataupun acara yang diadakan RT/RW. Ny.R juga bersosialisasi dengan tetangga di kanan, kiri dan depan rumahnya. An. R berteman dengan beberapa teman seusianya, sering bermain nongkrong di caffe atau tempat makan rumahnya dan jalan-jalan dengan menggunakan motor. 5. Sistem Pendukung Keluarga Bila ada masalah dalam keluarga, keluarga

lebih

senang

menyelesaikan dengan anggota keluarga. Hal yang dirasakan sebagai pendukung keluarga adalah tetangga yang tinggal tidak jauh dari rumah yang memperhatikan bila ada anggota keluarga yang sakit dan tetangga yang hidup saling menghormati serta menghargai. Disamping itu adanya fasilitas dana kesehatan dari tempat kerja Tn.A untuk anggota keluarga yang sakit menurut Ny R sangat membantu keluarga. D. Struktur Keluarga 1. Pola Komunikasi Keluarga Ny R mengatakan bahwa komunikasi dengan keluarganya menekankan keterbukaan. Bila ada masalah dalam keluarga, Ny R mendiskusikan bersama

Tn.A, Waktu yang biasanya digunakan untuk komunikasi pada saat santai yaitu malam hari dan waktu makan bersama dengan anggota keluarga. Namun An. R mengatakan lebih suka menceritakan masalahnya kepada teman-temannya dibandingkan kepada orang tua ataupun keluarganya yang lain. Tn.A sibuk bekerja dan jarang menyempatkan berbicara kepada anaknya. 2. Struktur Kekuatan Keluarga Pemegang keputusan di keluarga adalah Tn.A sebagai kepala keluarga, tetapi tidak menutup kemungkinan suatu ketika Ny R punya pendapat sendiri dan membuat keputusan sendiri, misalnya pada saat membeli keperluan rumah tangga dan mengatur posisi perabotan rumah tangga. Terkadang Ny.R juga berinisiatif sendiri untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan, bila ada yang sakit dan tidak bisa sembuh dengan mengkonsumsi obat warung. 3. Struktur Peran : a. Tn.A Sebagai kepala keluarga, bertanggung jawab dalam mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga. b. Ny. R Ny R mengatakan urusan anaknya lebih banyak diserahkan kepada ibunya. Sebagai istri Tn.A, sebagai ibu rumah tangga dan juga membuka usaha warung di rumah. c. Tn. S Sebagai anak ke pertama Tn.A dan Ny. R yang pada tahun ini sedang melaksanakan Kuliah di Universitas Siliwangi. Tn.S juga berperan sebagai kakak dari An. R. d. An. R An. R mengatakan malas belajar dan jarang mengerjakan tugas sekolahnya. Ny R mengatakan bahwa anaknya jarang belajar dan nilainya pas-pasan. Ny R mengatakan tidak pernah membantu aktivitas belajar anaknya di rumah. 4. Nilai dan Norma Keluarga Nilai dan norma yang dipegang oleh Tn.A adalah sesuai dengan nilainilai ajaran Islam dan tidak terpengaru oleh norma budaya. Penerimaan

keluarga terhadap perawat sangat baik, setiap masalah yang ada diutarakan dan menerima kehadiran perawat. 5. Fungsi keluarga a. Fungsi Efektif : Ny R mengatakan bahwa setiap anggota keluarga dalam rumah dapat saling terbuka dalam menyampaikan pendapat walaupun An. R termasuk anak yang pendiam dan jarang menyampaikan pendapat. b. Fungsi Sosialisasi : Hubungan antar anggota keluarga dalam rumah berjalan dengan baik. Hubungan anggota keluarga dengan tetangga juga baik apalagi keluarga Tn.A tergolong paling lama tinggal di wilayah tersebut. c. Fungsi Perawatan Keluarga : Ny R mengatakan bahwa ketika ada anggota keluarga yang sakit, maka yang sakit akan langsung diberikan obat dari warung atau dari apotek. Keluarga Ny R juga sering memanfaatkan pelayanan kesehatan di RS, tetapi jika sudah sembuh dengan mengkonsumsi obat warung maka hanya diobati di rumah saja. Tn.A mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki keluhan fisik dan tidak merokok hanya saja jika sedang banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya biasanya Tn.A mengeluhkan pegal-pegal pada badannya. 6. Stress dan Koping Keluarga a. Stressor Jangka Pendek : Keluarga Tn.A mencemaskan pergaulan An. R yang sudah memasuki masa remaja. An. R sering pulang larut malam, An. R juga sering nongkrong tidak jelas dengan teman sekolah maupun teman di lingkungannya tersebut. An. R mengatakan sudah memiliki teman dekat lelaki (pacar). b. Stressor Jangka Panjang : Ny R mengeluhkan biaya sekolah kedua anaknya yang semakin mahal, terlebih lagi tahun ini anak keduanya yaitu An. R akan lulus dari SMP dan akan memasuki SMA. c. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Masalah : Jika ada masalah, keluarga berupaya untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut dengan jalan musyawarah. Keluarga meyakini kalau setiap masalah ada jalan keluarnya, misalnya dengan meminta bantuan dari orang tua dan tetangga yang terdekat.

d. Strategi Koping yang Digunakan : Ny R mengatakan selalu menyerahkan semua masalah yang terjadi kepada Allah SWT tetapi tetap berusaha untuk mengatasi masalah yang ada. E. Harapan Keluarga Keluarga berharap dengan kedatangan perawat berkunjung ke rumahnya adalah keluarga dapat mengetahui status kesehatan keluarga. Dengan demikian keluarga berharap akan selalu berada dalam kondisi sehat lahir dan batin. Mereka juga berharap akan banyak mendapatkan banyak pengetahuan tentang berbagai macam jenis penyakit dan cara perawatannya.

F. Pemeriksaan Fisik No 1

Nama Tn. A (47 tahun)

TD

Nadi

RR

Suhu

BB

TB

(mmHg)

(x/menit)

(x/menit)

(0C)

(Kg)

(cm)

130/90

86

21

36,7

68

172

Keluhan/RPS Tidak memiliki keluhan fisik Riwayat

Bp. R mengatakan

penyakit dahulu Pemeriksaan Fisik

Kepala : Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Mata : Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan,reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik, memakai kacamata jika membaca. Mulut dan Hidung : Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, manis dengan baik. Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. Telinga : Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.

Leher : Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran Vena Jugularis dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Jantung : Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, serta tidak terdapat bunyi mur-mur. Paru-paru : Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal, pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler, dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen : Perut terlihat datar dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 10x/menit. Ekstremitas : Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5 5 5 Kulit : Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.

ADL : a. Makan : 3x/hari, jenis : nasi lauk pauk sayur, 1porsi habis b. Minum : -+7 gelas / hari jenis : Air putih, Air the c.BAK : Normal, warna kunimg jernih d.BAB : Normal e. Istirahat/tidur : 6-7 jam/ hari f. Kebersihan diri : Mandi 2x/hari, gunting kuku 1minggu

No 2

Nama Ny.R (46 tahun) Pemeriksaan Fisik

1x , gosok gigi 2x/hari g. Olahraga : Tidak rutin TD Nadi

RR

Suhu

BB

TB

(mmHg)

(x/menit)

(x/menit)

(0C)

(Kg)

(cm)

110/70

82

19

36,8

48

154

Kepala : Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Mata : Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Mulut dan Hidung : Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, manis dengan baik. Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. Telinga : Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien tampak mendengar dengan baik.

Leher : Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran Vena Jugularis dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Jantung : Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, serta tidak terdapat bunyi mur-mur. Paru-paru : Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 19 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen : Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 9x/menit. Ekstremitas : Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5 5 5 Kulit : Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis, tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.

ADL : a. Makan : 3x/hari, jenis : nasi lauk pauk sayur, 1porsi habis b. Minum : -+7 gelas / hari jenis : Air putih, Air the c.BAK : Normal, warna kunimg jernih d.BAB : Normal e. Istirahat/tidur : 6-7 jam/ hari f. Kebersihan diri : Mandi 2x/hari, gunting kuku 3x/minggu , gosok gigi 2x/hari g. Olahraga : Tidak rutin

No 3

Nama Tn. S (22 tahun) Pemeriksaan Fisik

TD

Nadi

RR

Suhu

BB

TB

(mmHg)

(x/menit)

(x/menit)

(0C)

(Kg)

(cm)

120/80

88

20

36,5

58

170

Kepala : Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Mata : Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik. Mulut dan Hidung : Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, manis dengan baik. Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik.

Telinga : Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien tampak mendengar dengan baik. Leher : Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran Vena Jugularis dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Jantung : Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, serta tidak terdapat bunyi mur-mur. Paru-paru : Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal, pernafasan 20 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen : Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 9x/menit. Ekstremitas : Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5 5 5

Kulit : Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna gelap, elastis, tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik.

ADL : a. Makan : 3x/hari, jenis : nasi lauk pauk sayur, 1porsi habis b. Minum : -+8 gelas / hari jenis : Air putih, Air the c.BAK : Normal, warna kunimg jernih d.BAB : Normal e. Istirahat/tidur : 8 jam/ hari f. Kebersihan diri : Mandi 2x/hari, gunting kuku 1minggu 1x , gosok gigi 2x/hari g. Olahraga : Tidak rutin No 4

Nama An. R (14 tahun) Pemeriksaan Fisik

TD

Nadi

RR

Suhu

BB

TB

(mmHg)

(x/menit)

(x/menit)

(0C)

(Kg)

(cm)

110/80

91

21

36,8

48

153

Kepala : Bentuk kepala dan muka simetris, klien dapat merasakan benda tumpul dan tajam, gerakan pipi, rahang, dan alis simetris. Mata : Isokor, bola mata dapat mengikuti arah gerakan tangan pemeriksa, tidak ada nyeri tekan, reaksi cahaya +/+, konjungtiva tidak anemis, kornea tidak ikterik.

Mulut dan Hidung : Bibir simetris, mukosa lembab, lidah simetris, dapat bergerak ke kiri dan ke kanan, tidak pucat, lidah dapat merasakan asam, asin, manis dengan baik. Bentuk hidung simetris, warna kulit sama dengan kulit sekitarnya, tidak terdapat lesi atau cairan, mukosa hidung lembab, terdapat bulu hidung, uji penciuman baik. Telinga : Daun telinga simetris kiri dan kanan, bersih, tidak ada benjolan, tidak bengkak, tidak ada nyeri tekan, tidak ada serumen. Klien tampak mendengar dengan baik. Leher : Bentuk simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat pembesaran JPV dan tiroid. Tidak terdapat massa. Dapat bergerak proporsional ke kiri, kanan, atas, dan bawah tanpa ada nyeri. Jantung : Tidak terdapat tonjolan dan massa pada dada, serta tidak terdapat bunyi mur-mur. Paru-paru : Pengembangan simetris, warna dada sama dengan kulit lainnya (tidak terdapat lebam, kebiruan), tidak terdapat tonjolan abnormal (juga pada payudara), pernafasan 21 x/menit, tactil fremitus sama kiri dan kanan, bunyi nafas terauskultasi vesikuler dan tidak terdapat suara tambahan. Abdomen : Perut terlihat bulat dan warnanya sama dengan kulit lainnya (tidak ada lebam dan kemerahan), perut teraba lemas, tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba massa, hepar tidak teraba, bising usus terdengar 8x/menit.

Ekstremitas : Terlihat bahu simetris, warna sama dengan kulit, tidak terdapat tonjolan, dapat mengangkat dan menahan beban dengan baik, refleks brachioradialis normal kiri dan kanan, refleks platela normal kiri dan kanan, kekuatan otot : 5 5 5 5 Kulit : Kulit terlihat bersih, tidak bau, warna sawo matang, elastis, tidak ada lesi, sensitifitas terhadap benda tumpul dan tajam baik. ADL : a. Makan : 3x/hari, jenis : nasi lauk pauk sayur, 1porsi habis b. Minum : -+7 gelas / hari jenis : Air putih, Air the c.BAK : Normal, warna kunimg jernih d.BAB : Normal e. Istirahat/tidur : 6-7 jam/ hari f. Kebersihan diri : Mandi 2x/hari, gunting kuku 1minggu 1x , gosok gigi 2x/hari g. Olahraga : Tidak rutin

G. Indikator Kelurga Sehat No 1 2 3 4 5 6 7 8

Indikator Keluarga mengikuti program KB *) Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap *) Bayi mendapatkan ASI eksklusif Balita dipantau pertumbuhannya Penderita TB Paru mendapatkan pengobatan sesuai standar Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak

Nilai 0 N N N N N 0 N

Diterlantarkan 9 Anggota keluarga tidak ada yang merokok *) 10 Keluarga sudah menjadi anggiota JKN 11 Keluarga mempunyai akses sarana air bersih 12 Keluarga mempunyai akses dan menggunakan jamban sehat ∑ Indikator bernilai 1 / (12-∑ N) Indeks Keluarga Sehat (IKS) Keterangan: 1. Nilai indeks > 0,800 2. Nilai indeks 0,500 – 0,800 3. Nilai < 0,500

: Keluarga sehat : Pra- sehat : Tidak sehat

0 1 1 1 0,5 Pra Sehat

I. Tingkat Kemandirian Keluarga NAMA KK

No.

1.

2.

: Tn. A

Masalah Kesehatan Kolesterol

Hipertensi

Masalah Keperawatan 1 Kurang pengetahuan Ny. T anggota keluarga Tn.O tentang kolesterol Risiko terjadinya komplikasi hipertensi

Kriteria Keluarga Mandiri 2 3 4 5 6

 

 













Kriteria keluarga mandiri : 1. Menerima petugas puskesmas 2. Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana 3. Menyatakan masalah kesehatan dengan benar 4. Memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran 5. Melaksanakan perawatan sederhanan sesuai anjuran 6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif 7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif Kategori Keluarga Mandiri Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1 dan 2 Kemandirian II : Jika memenuhi kriteria 1-5 Kemandirian III : Jika memenuhi kriteria 1-6 Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1-7

3.1 Analisa Data No. 1.

Data DS :

Etiologi Problem Ketidak mampuan Ketidakefektifan

7

Kategori/ Simpulan Kemandirian II Kemandirian II

Ny.R

mengatakan keluarga

performa

dirumahnya

tidak

remaja

peraturan

yang

ada mengenal jelas masalah

peran An.

R

tentang keluarga Tn. A

tentang apa saja tugas tugas dan fungsi setiap anggota keluarga. perkembangan - An.R mengatakan tidak keluarga dengan mengetahui tugas anak remaja. perkembangan maupun tanggung

jawabnya

sebagai remaja. - An.R mengatakan sebelumnya tidak pernah mendapatkan

informasi

mengenai

tugas

perkembangan

maupun

tanggung

jawabnya

sebagai remaja. - Ny. R mengatakan urusan anaknya

lebih

banyak

diserahkan kepada ibunya DO : - An. R marupakan anak pertama dalam keluarga. - An. R berusia 14 tahun, berada pada masa remaja awal. - Dirumahnya

tidak

ada

yang mengajarkan peran dan 2.

tanggung

jawab

kepada remaja (An. R) DS :

Ketidak mampuan Ketidakefektifan

- Ny. R mengatakan urusan keluarga

koping

keluarga

anaknya

lebih

banyak mengenal

diserahkan kepada ibunya masalah tentang - Ny. R mengatakan An. R pentingnya lebih suka menghabiskan komunikasi waktunya didalam kamar efektif antara dari pada berkumpul orang tua dan dengan keluarga remaja. - Ny. R mengatakan Tn. A memang agak keras untuk mendidik anak-anaknya - An. R mengakui tidak pernah

menceritakan

masalah yang dihadapinya pada orang tua - An. R mengatakan kadang percakapan dengan orang tua akan berakhir dengan ketegangan - An. R mengatakan lebih suka

menceritakan

masalahnya

kepada

teman-temannya debandingkan orang

tua

kepada ataupun

keluarganya yang lain. DO : - Tn. A sibuk bekerja dan jarang

menyempatkan

berbicara kepada anaknya.

3.2 Diagnosa Keperawatan

Tn.A

1. Ketidakefektifan performa peran remaja An. R keluarga Tn. A b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan keluarga dengan anak remaja. 2. Ketidakefektifan koping keluarga Tn.A b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan remaja.

3.3 Scoring/ Pembobotan dan Penentuan Prioritas Masalah 1. Diagnosa : Ketidakefektifan performa peran remaja An. R keluarga Tn. A b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan keluarga dengan anak remaja.

Kriteria SIFAT

SKOR

Hasil

MASALAH

(bobot = 1) 3 - Tidak sehat 2 - Ancaman kesehatan 1 - Krisis atau keadaan sejahtera

Pembenaran Saat ini An. H masih

3/3 x 1 = 1

dalam

tahap

perkembangan remaja yang

membutuhkan

perhatian

dan

komunikasi

yang

efektif

dalam

mengungkapkan masalahnya. Orang tua biasanya

hanya

menanyakan An.

H

kemana

pergi

dan

kadang memarahi jika ada masalah dengan sekolah.

KEMUNGKINAN

An. H masih dapat

MASALAH

diajak

DAPAT

DIUBAH (bobot = 2) - Dengan mudah - Hanya sebagian - Tidak dapat

2 1 0

2/2 x 2 = berkomunikasi 2

menurut

dan

pada

tuanya,

orang melalui

pendekatan komunikasi yang

efektif

akan

pengenalan peran dan tanggung jawab remaja maka penerapan peran pada

remaja

di

keluarga Bp. R akan efektif. Adanya perhatian yang

POTENSIAL MASALAH

DAPAT

DICEGAH (bobot = 1) - Tinggi - Cukup - Rendah

baik dari orang tua dan 3 2 1

1/3 x 1 = saudara An. H akan 1/3

perkembangan

peran

dan tanggung jawabnya.

MENONJOLKAN

Keluarga

MASALAH (bobot =

2

1) - Masalh berat, harus 1 segera ditangani - Ada masalah, tapi

2/2 x 1 = 1

dirasakan Total

ada masalah dan segera perlu ditangani karena mereka takut anaknya tidak bisa penerapkan

0

peran

tidak perlu segera ditangani - Masalah

mengatakan

dan

tanggung

jawab remaja di tidak

keluarga. 4 1/3

3. Diagnosa : Ketidakefektifan koping keluarga Bp.R b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan remaja.

Kriteria SIFAT

SKOR

Hasil

MASALAH

(bobot = 1) - Tidak sehat - Ancaman

Pembenaran Timbul

3 2 1

3/3 x 1 = 1

mekanisme

koping negatif baik pada orangtua,

keluarga

maupun remaja karena

kesehatan - Krisis atau keadaan

kurangnya

sejahtera

kualitas

komunikasi

antara

KEMUNGKINAN

mereka. Pola komunikasi antara

MASALAH

remaja dan orang tua

DAPAT

DIUBAH (bobot = 2) - Dengan mudah - Hanya sebagian - Tidak dapat

2 1 0

2/2 x 2 = merupakan suatu proses 2

yang harus dimulai dan dijaga keberlangsungannya, keluarga

sudah

memberikan

respon

positif dengan bertanya cara komunikasi yang baik dengan remaja. Keluarga sudah

POTENSIAL MASALAH

DAPAT

DICEGAH (bobot = 1) - Tinggi - Cukup - Rendah MENONJOLKAN MASALAH (bobot = 1) - Masalah harus

mengetahui stressor dan 3 2 1

1 Keluarga

2

berat, 1 segera

3/3 x 1 = cara mencegahnya.

1/2 x 1 = 1/2

menganggap

masalah terjadi tetapi tidak masalah utama.

menjadikan ini

prioritas

ditangani - Ada masalah, tapi 0 tidak perlu segera ditangani - Masalah dirasakan Total

tidak 4 1/2

3.4 Prioritas Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan koping keluarga Tn.A b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah tentang pentingnya komunikasi efektif antara orang tua dan remaja. 2. Ketidakefektifan performa peran remaja An. H keluarga Bp. R b/d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah tentang tugas dan fungsi perkembangan keluarga dengan anak remaja.

Related Documents

Askep Jadi 2.doc
December 2019 43
Jadi Blackbook.pdf
November 2019 32
Tti Jadi
June 2020 23
Jadi Dong.docx
June 2020 23
Lap.waxing Jadi
May 2020 38

More Documents from "wahyuningsih"