ASUHAN KEPERAWATAN PERSYARAFAN PADA KLIEN DENGAN HERNIA NUCLEUS PULSOSUS ( HNP )
OLEH KLOMPOK III
1. GAUDENSIE ESENSIE
:
NIM 012141027
2. MIKHAELA KLOWE
:
NIM 012141019
3. MARTHA LODAN
:
NIM 012141014
4. HELENA DA ITA
:
NIM 012141010
5. ROSNATA DA RONYA
:
NIM 012141031
6. ANDREAS NONG BAEK
:
NIM 012140002
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NUSA NIPA MAUMERE 2016
1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bagi penderitanya. Salah satu penyebab terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah hernia nucleus pulsosus (HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri punggung bawah merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai masyarakat. Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal jenis umur dan jenis kelami. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia pernah mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung bawah selama hidupnya. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri) PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasil menunjukan bahwa kejadian nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala, maka yang terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya agar dapat diberikan pengobatan yang tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut karena tekanan susunan saraf tepi daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya. Maka dari itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang sesuai sehingga proses penyembuhan klien dengan HNP dapat maksimal.
B. TUJUAN PENULISAN 1.
Tujuan Umum Untuk mengethui tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Muskuloskletal (HNP).
1
2.
Tujuan Khusus a.
Untuk mengetahui Jenis-jenis dari tumor kulit ganas dari definisi, etiologi,
klasifikasi,
tanda
&
gejala,
penatalaksanaan,
dan
pemeriksaan penunjang. b.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien gangguan sistem muskulokletal (HNP) dari tahap pengkajian hingga intervensi.
2
BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP MEDIS 1.
Pengertian a.
Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI) adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus ) atau nucleus pulposus yang terlepas sebagian tersendiri di dalam kanalis vertebralis (rupture discus).
b.
Hernia Nukleus Pulposus (HNP ) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nucleus Pulposus) mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat syaraf yang melalui tulang belakang kita.
c.
HNP adalah Suatu nyeri yang disebabkan oleh proses patologik dikolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik) (Harsono)
d.
HNP adalah keadaan dimana nukleus pulposus keluar menonjol untuk kemudian menekan ke arah kanalis spinalis melalui anulus fibrosis yang robek.
3
2.
Anatomi fisiologi Tulang Belakang. gambar
a.
Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang, adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebra atau ruas tulang belakang. Di antara tiap dua ruas tulang pada tulang belakang terdapat bantalan tulang rawan. Panjang rangkaian tulang belakang pada orang dewasa dapat mencapai 57 sampai 67 sentimeter. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 24 buah di
4
antaranya adalah tulang terpisah dan 9 ruas sisanya bergabung membentuk 2 tulang. b.
Vertebra dikelompokkan dan dinamai sesuai dengan daerah yang ditempatinya. 1) Tujuh (7) vertebra servikal atau ruas tulang bagian leher membentuk daerah tengkuk. 2) Dua belas (12) vertebra torakalis atau ruas tulang punggung membentuk bagian belakang torax atau dada. 3) Lima (5) vertebra lumbalis atau ruas tulang pinggang membentuk daerah lumbal atau pinggang. 4)
Lima (5) vertebra sakralis atau ruas tulang kelangkang membentuk sakrum atau tulang kelangkang.
5) Empat vertebra kosigeus atau ruas tulang tungging membentuk tulang koksigeus atau tulang tungging. c.
Pada tulang leher, punggung dan pinggang ruasnya tetap tinggal jelas terpisah selama hidup dan disebut ruas yang dapat bergerak. Ruas pada dua daerah bawah, sakrum dan koksigeus, pada masa dewasa bersatu membentuk dua tulang, Ini disebut ruas tak bergerak.
d.
Dengan perkecualian dua ruas pertama dari tulang leher maka semua ruang dapat bergerak memiliki ciri khas yang sama. Seperti vertebra terdiri atas dua bagian, yaitu anterior di sebut badan vertebra dan yang posterior disebut arkus neuralis yang melingkari kanalis neuralis
(foramen
vertebra
atau
saluran
sumsum
tulang
belakang),yang dilalui sumsum tulang belakang. e.
Vertebra Servikalis atau ruas tulang leher adalah yang paling kecil, Kecuali yang pertama dan kedua, yang berbentuk istimewa maka ruas tulang leher pada umumnya mempunyai ciri : badannya kecil dan persegi panjang, lebih panjang dari samping ke samping dari pada dari depan ke belakang, Lengkungnya besar, Prosesus spinosus atau taju duri di ujung memecah dua atau bifida. Prosesus
5
transversusnya atau taju sayap berlubang karena banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis. f.
Vertebra servikalis ketujuh adalah ruas yang pertama yang mempunyai
prosesus
mempunyai tuberkel
spinosus
tidak
terbelah.
Prosesus
ini
(benjolan) pada ujungnya. Membentuk
gambaran yang jelas di tengkuk dan tampak pada bagian bawah tengkuk. Karena ciri khususnya ini maka tulang ini disebut vertebra prominens. g.
Vertebra torakalis atau ruas tulang punggung lebih besar dari pada yang servikal dan di sebelah bawah menjadi lebih besar. Ciri khas vertebra torakalis adalah sebagai berikut: badannya berbentuk lebarlonjong lengkungnya agak kecil, prosesus spinosus panjang dan mengarah ke bawah, sedangkan prosesus transversus, yang membantu mendukung iga adalah tebal dan kuat serta membuat faset persendian untuk iga.
h.
Vertebra Lumbalis atau ruas tulang pinggang adalah yang terbesar. Badannya sangat besar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti kapak kecil. Prosesus transversusnya panjang dan langsing. Ruas kelima membentuk sendi dengan sakrum pada sendi lumbo-sakral.
i.
Sakrum atau tulang kelangkang berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah kolumna vertebralis, terjepit di antara kedua tulang inominata (atau tulang koxa) dan membentuk bagian belakang rongga pelvis (panggul). Dasar dari sakrum terletak di atas dan bersendi dengan vertebra lumbalis kelima dan membentuk sendi intervertebral yang khas. Tepi anterior dari basis sakrum membentuk promontorium sakralis. Kanalis sakralis terletak di bawah kanalis vertebralis (saluran tulang belakang) . Dinding kanalis sakralis berlubang untuk dilalui saraf sakral. Prosesus spinosus yang diameter dapat dilihat pada posterior dari sakrum. Permukaan
6
anterior sakrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili melintang yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis. Pada ujung gili-gili ini, di setiap sisi terdapat lubang kecil untuk dilewati urat saraf,Lubang ini disebut foramina. Apex dari sakrum bersendi dengan tulang koksigeus. Di sisinya, sakrum bersendi dengan tulang ileum dan membentuk sendi sakro iliaka kanan dan kiri. j.
Koksigeus atau tulang tungging terdiri atas empat atau lima vertebra yang diameter yang bergabung menjadi satu, di atasnya ia bersendi dengan sakrum.
k.
Lengkung kolumna vertebralis. Kalau dilihat dari samping maka kolumna vertebralis memperlihatkan empat kurva atau lengkung antero-posterior: lengkung vertikal pada daerah leher melengkung ke depan, daerah torakal melengkung ke belakang, daerah lumbal melengkung ke depan dan daerah pelvis melengkung ke belakang.
l.
Kedua lengkung yang menghadap posterior, yaitu yang terakal dan pelvis disebut primer karena mereka mempertahankan lengkung aslinya ke belakang dari tulang belakang yaitu bentuk “C” sewaktu janin dengan kepala membengkok ke bawah sampai batas dada dan gelang panggul di miringkan ke atas ke arah depan badan.
m. Kedua lengkung yang menghadap ke anterior adalah sekunderlengkung servikal berkembang, ketika kanak-kanak mengangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya sambil menyelidiki dan lengkung lumbal di bentuk ketika ia merangkak, berdiri, berjalan dan mempertahankan tegak. n.
Sendi kolumna vertebra. Sendi ini dibentuk oleh bantalan tulang rawan yang diletakkan di antara setiap dua vertebra, di kuatkan oleh ligamentum yang berjalan di depan dan di belakang badan vertebra sepanjang kolumna vertebralis. Massa otot di setiap sisi membantu dengan sepenuhnya kestabilan tulang belakang.
7
o.
Diskus intervertebralis atau cakram antar ruas adalah bantalan tebal dari tulang rawan fibrosa yang terdapat di antara badan vertebra yang dapat bergerak.
p.
Gerakan sendi yang terbentuk antara cakram dan vertebra adalah persendian dengan gerakan yang terbatas saja dan termasuk sendi jenis simpisis, tetapi jumlahnya yang banyak memberi kemungkinan membengkok kepada kolumnanya secara keseluruhan. Gerakannya yang mungkin adalah flexi atau membengkok ke depan, extensi, membengkok ke depan, membengkok lateral ke setiap sisi dan rotasi atau berputar ke kanan dan ke kiri.
q.
Fungsi dari Kolumna vertebralis, kolumna vertebralis bekerja sebagai pendukung badan yang kokoh dan sekaligus juga bekerja sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan cakram intervertebralis yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan memungkinkan membengkok tanpa pata. Cakramnya juga berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi bila menggerakkan berat badan seperti waktu berlari dan meloncat, dan dengan demikian otak dan sumsum belakang terlindung terhadap goncangan.
3.
Insiden Penyakit a.
Hernia Iumbo Sakral lebih dari 90 %
b.
Hernia Servickal 5-10 % .
c.
Angka kejadi dan kesakitan banyak terjadi pada usia pertengahan. Pada umumnya HNP didahului oleh aktiivtas yang berlebihan, misalnya mengangkat beban berat (terutama mendadak) mendorong barang berat. Laki—laki lebih banyak dari pada wanita.
4.
Etiologi a.
Trauma
b.
Patologis
c.
HNP terjadi karena proses degenratif diskus intervetebralis.
8
5.
Klasifikasi a.
Hernia Lumbosacralis
b.
Hernia Servikalis
c.
Hernia Thorakalis
a.
Hernia Lumbosacralis Penyebab terjadinya lumbal menonjol keluar, bisanya oleh kejadian luka posisi fleksi, tapi perbandingan yang sesungguhnya pada pasien non trauma adalah kejadian yang berulang. Proses penyusutan
nukleus
pulposus
pada
ligamentum
longitudinal
posterior dan annulus fibrosus dapat diam di tempat atau ditunjukkan/dimanifestasikan dengan ringan, penyakit lumbal yang sering kambuh. Bersin, gerakan tiba-tiba, biasa dapat menyebabkan nucleus pulposus prolaps, mendorong ujungnya/jumbainya dan melemahkan anulus posterior. Pada kasus berat penyakit sendi, nucleus menonjol keluar sampai anulus atau menjadi “extruded” dan melintang sebagai potongan bebas pada canalis vertebralis. Lebih sering, fragmen dari nucleus pulposus menonjol sampai pada celah anulus, biasanya pada satu sisi atau lainnya (kadang-kadang ditengah), dimana mereka mengenai menimpa sebuah serabut atau beberapa serabut syaraf. Tonjolan yang besar dapat menekan serabut-serabut saraf melawan apophysis artikuler. b.
Hernia Servikalis Keluhan utama nyeri radikuler pleksus servikobrakhialis. Penggerakan kolumma vertebralis servikal menjadi terbatas, sedang kurvatural yang normal menghilang. Otot-otot leher spastik, kaku kuduk, refleks biseps yang menurun atau menghilang Hernia ini melibatkan sendi antara tulang belakang dari C5 dan C6 dan diikuti C4 dan C5 atau C6 dan C7. Hernia ini menonjol keluar posterolateral mengakibatkan tekanan pada pangkal syaraf. Hal ini menghasilkan
9
nyeri radikal yang mana selalu diawali gejala-gejala dan mengacu pada kerusakan kulit. c.
Hernia Thorakalis Hernia ini jarang terjadi dan selalu berada digaris tengah hernia. Gejala-gejalannya terdiri dari nyeri radikal pada tingkat lesi yang parastesis. Hernia dapat menyebabkan melemahnya anggota tubuh bagian bawah, membuat kejang paraparese kadang-kadang serangannya mendadak dengan paraparese. Penonjolan pada sendi intervertebral toracal masih jarang terjadi (menurut love dan schorm 0,5 % dari semua operasi menunjukkan penonjolan sendi). Pada empat thoracal paling bawah atau tempat yang paling sering mengalami trauma jatuh dengan posisi tumit atau bokong adalah faktor penyebab yang paling utama.
Tanda dan Gejala Gejala utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-otot sekitar lesi dan nyeri tekan . HNP terbagi atas : a.
HNP sentral HNP sentral akan menimbulkan paraparesis flasid, parestesia, dan retensi urine
b.
HNP lateral Rasa nyeri terletak pada punggung bawah, ditengah-tengah abtra pantat dan betis, belakang tumit dan telapak kaki.Ditempat itu juga akan terasa nyeri tekan. Kekuatan ekstensi jari ke V kaki berkurang dan refleks achiler negatif. Pada HNP lateral L 4-5 rasa nyeri dan tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateral pantat, tungkai bawah bagian lateral, dan di dorsum pedis. Kekuatan ekstensi ibu jari kaki berkurang dan refleks patela negatif. Sensibilitas [ada dermatom yang sdesuai dengan radiks yang terkena menurun. Pada percobaan lasegue atau test mengnagkat tungkai yang lurus (straigh
10
leg raising) yaitu mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi di sendi panggul, akan dirasakan nyeri disepanjang bagian belakang (tanda lasefue positif).
a. Hernia Lumbosakralis Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula berlangsung dan periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di provokasi oleh posisi badan tertentu, ketegangan hawa dingin dan lembab, pinggang terfikasi sehingga kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang terbatas antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam bokong dan tungkai. “Low back pain” ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam bentuk skilosis lumbal. Syndrom Perkembangan lengkap syndrom sendi intervertebral lumbalis yang prolaps terdiri : 1) Kekakuan/ketegangan, kelainan bentuk tulang belakang. 2) Nyeri radiasi pada paha, betis dan kaki 3) Kombinasi paresthesiasi, lemah, dan kelemahan refleks b. Hernia servicalis 1) Parasthesi dan rasa sakit ditemukan di daerah extremitas (sevikobrachialis) 2) Atrofi di daerah biceps dan triceps 3) Refleks biceps yang menurun atau menghilang 4) Otot-otot leher spastik dan kakukuduk. c. Hernia thorakalis 1) Nyeri radikal 2) Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang paraparesi. 3) Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia.
11
6.
Pahtofisiologi gambar
12
Nukleus pulposus terdiri dari jaringan penyambung longgar dan sel-sel kartilago yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Nukleus pulposus bergerak, cairan menjadi padat dan rata serta melebar dibawah tekanan dan menggelembungkan annulus fibrosus.
Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nukleus pulposus menekan pada radiks yang bersama-sama dengan arteri radikulasi berada dalam bungkusan dura. Hal ini terjadi bila penjebolan di sisi lateral. Bilamana tempat herniasinya di tengah, maka tidak ada radiks yang terkena.
Salah satu akibat dari trauma sedang yang berulangkali mengenai diskus intervertebrais adalah terobeknya annulus fibrosus. Pada tahap awal, robeknya anulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial, karena gaya traumatik yang berkali-kali, berikutnya robekan itu menjadi lebih besar dan disamping itu timbul sobekan radikal. Kalau hal ini sudah terjadi, maka soal menjebolnya nukleus pulposus adalah soal waktu dan trauma berikutnya saja.
13
7.
Pemeriksaan Penunjang.
foto rontgen, Foto rontgen dari depan, samping, dan serong) untuk identifikasi ruang antar vertebra menyempit. Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalu tindakan lumbal pungsi dan pemotrata dengan sinar tembus. Apabila diketahiu adanya penyumbatan. Hambatan kanalis spinalis yang mungkin disebabkan HNP.
Elektroneuromiografi (ENMG) : Untuk menegetahui radiks mana yang terkena / melihat adanya polineuropati.
CT-SCAN : Melihat gambaran vertebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskusi intervertebralis.
8.
Penatalaksanaan a.
Terapi konservatif 1) Tirah baring Penderita harus tetap berbaring di tempat tidur selama beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi setengah duduk dimana tungkai dalam sikap fleksi pada sendi panggul dan lutut tertentu. Tempat tidur tidak boleh memakai pegas/per dengan demikian tempat tidur harus dari papan yang lurus dan
14
ditutup dengan lembar busa tipis. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri punggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring tergantung pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita. Pada HNP memerlukan waktu yang lebih lama. Setelah berbaring dianggp cukup maka dilakukan latihan / dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot. 2) Medikamentosa a) Symtomatik Analgetik (salisilat, parasetamol), kortikosteroid (prednison, prednisolon), anti-inflamasi non-steroid (AINS) seperti piroksikan, antidepresan trisiklik ( amitriptilin), obat penenang minor (diasepam, klordiasepoksid). b) Kausal :Kolagenese 3) Fisioterapi Biasanya dalam bentuk diatermy (pemanasan dengan jangkauan permukaan yang lebih dalam) untuk relaksasi otot dan mengurnagi lordosis. b.
Terapi operatif Terapi operatif dikerjakan apabila dengan tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, kambuh berulang atau terjadi defisit neurologik
c.
Rehabilitasi Menurut jenisnya : 1) Hernia Lumbosacralis
Pada fase akut, pasien tidur diatas kasur yang keras beralaskan papan dibawahnya. Traksi dengan beban mulai 6 Kg kemudian berangsur-angsur dinaikkan 10 Kg. pada hernia ini dapat diberikan analgetik salisilat
15
2) Hernia Servicalis
Untuk HNP sevicalis, dapat dilakukan traksi leher dengan kalung glisson, berat beban mulai dari 2 Kg berangsur angsur dinaikkan sampai 5 Kg. tempat tidur dibagian kepala harus ditinggikan supaya traksi lebih efektif.
Untuk HNP yang berat, dapat dilakukan terapi pembedahan pada daerah yang rekuren. Injeksi enzim chympapim kedalam sendi harus selalu diperhatikan.
16
17
B. KONSEP DASAR ASKEP 1.
Pengkajian a.
Identitas HNP terjadi pada umur pertengahan, kebanyakan pada jenis kelamin pria dan pekerjaan atau aktivitas berat (mengangkat baran berat atau mendorong benda berat)
b.
Keluhan Utama Nyeri pada punggung bawah P, trauma (mengangkat atau mendorong benda berat) Q, sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti kena api, nyeri tumpul atau kemeng yang terus-menerus. Penyebaran nyeri apakah bersifat nyeri radikular atau nyeri acuan (referred fain). Nyeri tadi bersifat menetap, atau hilang timbul, makin lama makin nyeri . R, letak atau lokasi nyeri menunjukkan nyeri dengan setepattepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat. S, Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas tubuh, posisi yang bagaimana yang dapat meredakan rasa nyeri dan memperberat nyeri. Pengaruh pada aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti berjalan, turun tangga, menyapu, gerakan yang mendesak. Obat-obatan yang sedang diminum seperti analgetik, berapa lama diminumkan. T
Sifanya akut, sub akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat menetap, hilang timbul, makin lama makin nyeri.
c.
Riwayat Keperawatan 1) Apakah klien pernah menderita Tb tulang, osteomilitis, keganasan (mieloma multipleks), metabolik (osteoporosis) 2) Riwayat
menstruasi,
adneksitis
menimbulkan nyeri punggung bawah
18
dupleks
kronis,
bisa
d.
Status mental Pada umumnya aklien menolak bila langsung menanyakan tentang banyak pikiran/pikiran sedang (ruwet). Lebih bijakasana bila kita menanyakan kemungkinan adanya ketidakseimbangan mental secara tidak langsung (faktor-faktor stres)
Pemeriksaan fisik a.
Keadaan umum Pemeriksaan tanda-tanda vital, dilengkapi pemeriksaan jantung, paru-paru. Inspeksi 1) Inspeksi punggung, pantat dan tungkai dalam berbagai posisi dan gerakan untuk evalusi neyurogenik 2) Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal,adanya angulus, pelvis yang miring/asimitris, muskulatur paravertebral atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. 3) Hambatan pada pegerakan punggung , pelvis dan tungkai selama begerak. 4) Klien dapat menegenakan pakaian secara wajar/tidak. 5) Kemungkinan
adanya
atropi,
faskulasi,
pembengkakan,
perubahan warna kulit. Palpasi dan perkusi 1) Paplasi dan perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak membingungkan klien 2) Paplasi pada daerah yang ringan rasa nyerinya ke arah yang paling terasa nyeri. 3) Ketika meraba kolumnavertebralis dicari kemungkinan adanya deviasi ke lateral atau antero-posterior 4) Palpasi dan perkusi perut, distensi perut, kandung kencing penuh dll.
19
b.
Neuorologi Pemeriksaan motorik 1) Kekuatan fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki, ibu jari dan jari lainnya dengan menyuruh klien untuk melakukan gerak fleksi dan ekstensi dengan menahan gerakan. 2) Atropi
otot
pada
maleolus
atau
kaput
fibula
dengan
membandingkan kanan-kiri. 3) Fakulasi (kontraksi involunter yang bersifat halus) pada otototot tertentu. Pemeriksan sensorik pemeriksaan refleks 1) Refleks lutut /patela/hammer (klien bebraring.duduk dengan tungkai menjuntai), pada HNP lateral di L4-5 refleks negatif. 2) Refleks tumit.achiles (klien dalam posisi berbaring , luutu posisi fleksi, tumit diletakkan diatas tungkai yang satunya dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian tendon achiles dipukul. Pada aHNP lateral 4-5 refleks ini negatif. Pemeriksaan range of movement (ROM) Pemeriksaan
ini
dapat
dilakukan
aktif
atau
pasif
untuk
memperkirakan derajat nyeri, functio laensa, atau untuk memeriksa ada/tidaknya penyebaran nyeri. 2.
Diagnosa Keperawatan a.
Nyeri
berhubungan
dengan
penjepitan
saraf
pada
diskus
intervetebralis b.
Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi.
c.
Perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparese/ hemiplagia.
d.
Perubahan
eliminasi
alvi
(konstipasi)
imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat.
20
berhubungan
dengan
e.
Kurangnya pemenuhan perawatan diri yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplegi
f. 3.
Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan tirah baring lama
Intervensi Keperawatan Setelah
merumuskan
diagnosa
keperawatan
maka
perlu
dibuat
perencanaan intervensi keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan keperawatan klien adalah penentuan prioritas diagnosa keperawatan,penentuan tujuan, penetapan kriteria hasil dan menentukan intervensi keperawatan. Rencana keperawatan dari diagnosa keperawatan diatas adalah : a.
Perubahan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan dampak penjepitan saraf pada radiks intervertebralis Tujuan : Nyeri berkurang atau rasa nyaman terpenuhi Kriteria :
Klien mengatakan tidak terasa nyeri.
Lokasi nyeri minimal
Keparahan nyeri berskala 0
Indikator nyeri verbal dan noverbal (tidak menyeringai) INTERVENSI
RASIONAL
1. Identifikasi klien dalam
1. Pengetahuan yang mendalam
membantu menghilangkan rasa
tentang nyeri dan kefektifan
nyerinya
tindakan penghilangan nyeri.
2. Berikan informasi tentang
2. Informasi mengurangi ansietas yang
penyebab dan cara mengatasinya
berhubungan dengan sesuatu yang diperkirakan.
3. Tindakan penghilangan rasa nyeri 3. Tindakan ini memungkinkan klien non invasif dan non farmakologis
untuk mendapatkan rasa kontrol
(posisi, balutan (24-48 jam),
terhadap nyeri.
distraksi dan relaksasi.
21
Terapi analgetik
Terapi farmakologi diperlukan untuk memberikan peredam nyeri.
b.
Cemas berhubuangan dengan prosedur operasi, diagnosis, prognosis, anestesi, nyeri, hilangnya fungsi,. Tujuan : Rasa cemas klien akan berkurang/hilang. Kriteria hasil :
Klien mampu mengungkapkan ketakutan/kekuatirannya.
Respon klien tampak tersenyum. INTERVENSI
RASIONAL
1. Diskusikan mengenai
1. Menunjukkan kepada klien
kemungkinan kemajuan
bahwa dia dapat berkomunikasi
dari fungsi gerak untuk
dengan efektif tanpa
mempertahankan harapan
menggunakan alat khusus,
klien dalam memenuhi
sehingga dapat mengurangi rasa
kebutuhan sehari-hari
cemasnya.
2. Berikan informasi
2. Harapan-harapan yang tidak
mengenai klien yang juga
realistik dapat mengurangi
pernah mengalami
kecemasan, justru malah
gangguan seperti yang
menimbulkan ketidak percayaan
dialami klien dan
klien terhadap perawat.
menjalani operasi 3. Berikan informasi
3. Memungkinkan klien untuk
mengenai sumber-sumber
memilih metode komunikasi yang
dan alat-alat yang tersedia
paling tepat untuk kehidupannya
yang dapat membantu
sehari-hari disesuaikan dengan
klien
tingkat keterampilannya sehingga dapat mengurangi rasa cemas dan frustasinya.
22
4.
Berikan support sistem (perawat, keluarga atau
yang memiliki pengalaman yang
teman dekat dan
sama akan sangat membantu
pendekatan spiritual)
klien.
5.
c.
4. Dukungan dari bebarapa orang
Reinforcement terhadap
5. Agar klien menyadari sumber-
potensi dan sumber yang
sumber apa saja yang ada
dimiliki berhubungan
disekitarnya yang dapat
dengan penyakit,
mendukung dia untuk
perawatan dan tindakan
berkomunikasi.
Perubahan
mobilitas
fisik
berhubungan
dengan
hemiparese/
hemiplegia Tujuan : Klien
mampu
melaksanakan
aktivitas
fisik
sesuai
dengan
kemampuannya Kriteria hasil :
Tidak terjadi kontraktur sendi
Bertabahnya kekuatan otot
Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas
INTERVENSI
RASIONAL
1. Ubah posisi klien tiap 2 jam 2.
1. Menurunkan resiko terjadinnya
Ajarkan klien untuk
iskemia jaringan akibat sirkulasi
melakukan latihan gerak aktif
darah yang jelek pada daerah
pada ekstrimitas yang tidak
yang tertekan
sakit
2. Gerakan aktif memberikan massa,
3. Lakukan gerak pasif pada
tonus dan kekuatan otot serta
ekstrimitas yang sakit
memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
23
4. Kolaborasi dengan ahli
3. Otot volunter akan kehilangan
fisioterapi untuk latihan fisik
tonus dan kekuatannya bila tidak
klien
dilatih untuk digerakkan
d.
Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan hemiparese/ hemiplegi, nyeri Tujuan : Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi Kriteria hasil
Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien.
Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk memberikan bantuan sesuai kebutuhan
INTERVENSI
RASIONAL
1. Monitor kemampuan dan
1. Membantu dalam
tingkat kekurangan dalam
mengantisipasi/merencanakan
melakukan perawatan diri
pemenuhan kebutuhan secara
2. Beri motivasi kepada klien
individual
untuk tetap melakukan
2. Meningkatkan harga diri dan
aktivitas dan beri bantuan
semangat untuk berusaha terus-
dengan sikap sungguh
menerus
3. Hindari melakukan sesuatu
3. Klien mungkin menjadi sangat
untuk klien yang dapat di
ketakutan dan sangat tergantung
lakukan klien sendiri, tetapi
dan meskipun bantuan yang
berikan bantuan sesuai
diberikan bermanfaat dalam
kebutuhan
mencegah frustasi, adalah penting bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk dirisendiri untuk mempertahankan
24
4. Berikan umpan balik yang
harga diri dan meningkatkan
positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau
pemulihan 4. Meningkatkan perasaan makna
keberhasilannya
diri dan kemandirian serta mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu
5. Kolaborasi dengan ahli
5. Memberikan bantuan yang
fisioterapi/okupasi
mantap untuk mengembangkan rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong khusus
e.
Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubngan dengan imobilisasi, intake cairan yang tidak adekuat Tujuan : Klien tidak mengalami konstipasi Kriteria hasil
Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakan obat
Konsistensifses lunak.
Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
INTERVENSI
RASIONAL
1. Berikan penjelasan pada klien 1. Klien dan keluarga akan mengerti dan keluarga tentang penyebab konstipasi
tentang penyebab obstipasi 2. Bising usus menandakan sifat
2. Auskultasi bising usus
aktivitas peristaltik
3. Anjurkan pada klien untuk 3. Diit seimbang tinggi kandungan
25
makan
maknanan
yang
mengandung serat
serat merangsang peristaltik dan eliminasi reguler
4. Berikan intake cairan yang 4. Masukan cairan adekuat cukup (2 liter perhari) jika
membantu mempertahankan
tidak ada kontraindikasi
konsistensi feses yang sesuai pada
5. Lakukan
mobilisasi
sesuai
dengan keadaan klien
usus dan membantu eliminasi reguler
6. Kolaborasi dengan tim dokter 5. Aktivitas fisik reguler membantu dalam feses
pemberian (laxatif,
pelunak
suppositoria,
enema)
eliminasi dengan memperbaiki tonus oto abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik 6. Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi
f.
Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama Tujuan : Klien mampu mempertahankan keutuhan kulit Kriteria hasil :
Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan luka.
Klien mengetahui penyebab dan cara pencegahan luka.
Tidak ada tanda-tanda kemerahan atau luka
26
INTERVENSI 1. Anjurkan latihan
untuk ROM
RASIONAL
melakukan 1. Meningkatkan aliran darah ke (range
of
semua daerah
motion) dan mobilisasi jika 2. Menghindari mungkin
dan
meningkatkan aliran darah
2. Rubah posisi tiap 2 jam 3. Gunakan
bantal
pengganjal bawah
tekanan
3. Menghindari
air
yang
atau
lunak
daerah-daerah
di
berlebih
pada
tekanan daerah
yang yang
menonjol
yang 4. Menghindari kerusakan kapiler-
menonjol
kapiler
4. Lakukan massage pada daerah 5. Hangat dan pelunakan adalah yang
menonjol
mengalami
yang
tekanan
baru
pada 6. Mempertahankan keutuhan kulit
waktu berubah posisi 5. Observasi
terhadap
eritema
dan kepucatan dan palpasi area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan tiap merubah posisi 6. jaga
kebersihan
kulit
dan
seminimal mungkin hindari trauma, panas terhadap kulit
4.
Implementasi Sesuai intervensi
5.
tanda kerusakan jaringan
Evaluasi Sesuai implementasi
27
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN Hernia Nukleus Pulsosus (HNP) adalah suatu penyakit, dimana bantalan lunak diantara ruas-ruas tulang belakang (soft gel disc atau Nucleus Pulposus) mengalami tekanan dan pecah, sehingga terjadi penyempitan dan terjepitnya urat-urat syaraf yang melalui tulang belakang kita.
B. SARAN Diharapkan perawat mampu mengenal tanda dan gejala dari Hernia Nukleus Pulsosus (HNP) serta memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia Nukleus Pulsosus (HNP) dengan tepat dan benar.
28
Phatway Kasus Trauma dan stres fisik. Ruptur diskus Aliran darah ke diskus↓rspon bban yang brat,ligamntum longituinalis post mnympit. Pmisahan lempeng tulang rawan dan korpus vertebra yg berdekat Nucleus pulposus keluar melalui serabut” anulus yang robek
Jepitan saraf spinal
Krusakan jalur
reaksi
blok saraf
Simpatikus desendes
peradangan
pra simpatik
Terputusnya jaringan
syok
kelumpuhan
Saraf di medula spinalis
spinal
Paralisis x paraplgi
respon penekanan
ikus
iskemia
Nyeri
paralitik
dan
gang. Fungsi
hipoksmia
edema Rx anastetik
otot RR
saraf dan
Hambatan mobilitas
hebat
pmbuluh
Fisik
dan acut darah
rektum dan k.kemih.
Klemahan fisik umum
nyeri acut
ketidak efektifan
Pnekanan
kmampuan
penurunan
gangg
Jaringan setempat
prwatan dri
tingkat kes.
Eleminasi napas urine
rsiko krusakan defisit perawtan
resiko
intrgitas kulit
cedera
diri
29
pola
DAFTAR PUSTAKA Smeltzer, Suzane C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC, 2002 Doengoes, ME, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC, 2000. Tucker,Susan Martin,Standar Perawatan Pasien edisi 5, Jakarta : EGC, 1998. Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah, Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996. Priguna Sidharta, Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian Rakyat, 1996. Chusid, IG, Neuroanatomi Korelatif dan Neurologi Fungsional, Yogyakarta : Gajahmada University Press, 1993
30
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Mahasiswa Esa, Karena atas berkat dan rahmat-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Materi makalah yang Kami kerjakan adalah ”Keperawatan Pada Anak dengan sub pokok bahasan: Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Persarafan (HNP)” membuat asuhan keperawatan merupakan tugas pokok seorang perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien baik, sebagai individu, kelompok dan masyarakat, Oleh sebab itu mahasiswa/i D-III keperawatan wajib menyelesaikan kuliah dengan baik agar terpenuhi kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang perawat profesional pemula. Makalah ini disusun berdasarkan informasi dari buku – buku kesehatan dan internet. Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah sistem pencernaan atas bimbingan atau arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan – rekan mahasiswa/i yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Penulis berharap,dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai gangguan pada sistem pencernaan. Makalah ini masih jauh dari sempurna maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Maumere, Februari 2016
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
i
DAFTAR ISI ....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar Belakang ..............................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ...........................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................
3
A. Konsep Medis ................................................................................
3
1.
Pengertian ..............................................................................
3
2.
Anatomi fisiologi Tulang Belakang. ......................................
4
3.
Insiden Penyakit .....................................................................
8
4.
Etiologi ...................................................................................
8
5.
Klasifikasi ..............................................................................
9
6.
Pahtofisiologi .........................................................................
12
7.
Pemeriksaan Penunjang. ........................................................
14
8.
Penatalaksanaan .....................................................................
14
B. Konsep Dasar Askep .....................................................................
18
1.
Pengkajian ..............................................................................
18
2.
Diagnosa Keperawatan...........................................................
20
3.
Intervensi Keperawatan ..........................................................
21
4.
Implementasi ..........................................................................
27
5.
Evaluasi ..................................................................................
27
BAB III PENUTUP .........................................................................................
28
A. Kesimpulan....................................................................................
28
B. Saran ..............................................................................................
28
DAFTAR PUSTAKA
ii