Lbp Akibat Hnp: Kelompk 1

  • Uploaded by: nurfaidah
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lbp Akibat Hnp: Kelompk 1 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,157
  • Pages: 19
LBP AKIBAT HNP Kelompk 1 1. A.fitri Aisyah 2. Yulia Husriandari 3. Nurhikma Sari A. 4. Devi Gelong 5. Nurfaidah 6. Mia Mandasari 7. Nurul Aulia Syafnah

Low Back Pain atau Nyeri pinggang bawah adalah suatu sensasi nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1. Menurut spesialis orthopedi, setiap 20 pasien nyeri pinggang terdapat 3 orang yang mengalami penyakit

diskus intervertebralis. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) lumbal merupakan salah satu penyebab dari LBP. HNP merupakan penyakit degenerasi spinal yang paling sering dan menjadi penyebab 30% hingga 80% dari kasus LBP.HNP dapat

terjadi pada semua diskus intervertebralis, tetapi yang paling sering terjadi adalah di segmen lumbosakral, tepatnya di diskus intervertebralisL5-S1.

Fisiologi Vertebra Lumbalis Sesuai dengan anatomi vertebra lumbalis yang mempunyai bentuk yang besar dan kuat, maka fungsi vertebra lumbalis adalah :

1. Menyangga tubuh bagian atas dengan perantaraan tulang rawan yaitu diskus intervertebralis yag lengkungannya dapat memberikan fleksibilitas yang dapat memugkinkan membungkuk ke arah depan (fleksi) dan kearah belakang (ekstensi), miring ke kiri dan ke kanan pada vertebra lumbalis.

2. Diskus intervertebralisnya dapat menyerap setiap goncangan yang terjadi bila sedang menggerakkan berat badan seperti berlari dan melompat. 3. Melindungi saraf tulang belakang dari tekanan-tekanan akibat melesetnya nukleus pulposus pada diskus intervertebralis.

ETIOLOGI

Penyebab dari LBP akibat Hernia Nucleus Pulposus (HNP) biasanya dengan meningkatnya usia terjadi perubahan degeneratif yang mengakibatkan kurang lentur dan tipisnya nucleus pulposus. Annulus fibrosus mengalami perubahan karena digunakan terus menerus. Akibatnya, annulus fibrosus biasanya di daerah lumbal dapat menyembul atau pecah (Moore dan Agur, 2013) Hernia nucleus pulposus (HNP) kebanyakan juga disebabkan oleh karena adanya suatu trauma derajat sedang yang berulang mengenai discus intervertebralis sehingga menimbulkan sobeknya annulus fibrosus.

Kondisi patologi

Keadaan patologis dari melemahnya annulus merupakan kondisi yang diperlukan untuk terjadinya herniasi. Banyak kasus bersangkutan dengan trauma sepele yang timbul dari tekanan yang berulang. Tetesan annulus atau titik lemah tidak ditemukan akibat dari tekanan normal yang berulang dari aktivitas biasa atau dari aktifitas fisik yang berat, faktor resiko timbulnya HNP : 1) faktor resiko yang tidak dapat diubah ; umur, jenis kelamin, Riawat cedera punggung atau HNP sebelumnya. 2) faktor resiko yang dapat diubah ; pekerjaan dan aktivitas, olahraga yang tidak teratur, berat badan berlebihan, batuk lama dan berulang.

Pada kebanyakan pasien gejala trauma bersifat singkat, dan gejala ini disebabkan oleh cidera pada diskus yang tidak terlihat selama beberapa bulan atau bahkan dalam beberapa tahun. Kemudian pada generasi diskus kapsulnyamendorong

ke arah medulla spinalis, atau mungkin ruptur dan memungkinkan nucleus pulposus terdorong terhadap sakus doral atau terhadap saraf spinal saat muncul dari kolumna spinal(Helmi, 2012).

Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala klinis LBP akibat HNP lumbal ialah : • Nyeri pinggang bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu sampai beberapa tahun) nyeri menjalar sesuai dengan distribusai saraf skhiatik • Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari pantra + menjalar ke bagian belakang lutut, kemudian ketungkai bawah • Nyeri bertambah hebat karna pencetus seperti gerakan – gerakan pinggang batuk atau mengedan, berdiri atau duduk untuk jangka waktu yang lama dan nyeri berkurang bila di buat istirahat berbarin • Penderita sering mengeluh kesemutan (parosthesia) atau baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persyaratan yang trlibat.

Diagnosa dan Problematik Fisioterapi Diagnosa ICF : Low Back Pain Akibat Hernia Nukleus Pulposus Problematik : 1. • • •

Impairment (body structure and function) Nyeri punggung menjalar ke tungkai kiri Spasme otot erector spine Keterbatasan ROM

2. • • • • •

Gangguan ADL Functional Limitation Kesulitan untuk aktivitas berdiri dan berjalan. Kesulitan untuk aktivitas membungkuk seperti sholat. Pasien belum bisa duduk Belum mampu berpakaian secara mandiri

3. Pasrticipation Restriction • Terganggunya aktivitas sosial. • Penurunan produktivitas kerja

PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

ANAMNESIS Identitas Umum Pasien Nama Usia JenisKelamin Agama Pekerjaan Alamat

: Ny. Nurfaidah : 56 tahun : Perempuan : Islam : Pegawai Administrasi kampus : BTN bebas KKN Blok C.100, Makassar

Anamnesis Khusus Keluhan utama : nyeri punggung bawah menjalar ke tungkai. Lokasi keluhan : tungkai sebelah kiri. Lama keluhan : 2 bulan yang lalu Sifat keluhan : Tertusuk-tusuk dan menjalar Penyebab : HNP Posisi yang memperberat : fleksi lumbal Posisi yang memperingan : tidur Riwayat penyakit penyerta : tidak ada

Pemeriksaan Vital Sign Tekanan Darah : Denyut Nadi

:

Pernapasan

:

Temperature

:

Inspeksi/Observasi Statis • Mimik wajah pasien terlihat kurang semangat dan cemas. Dinamis • Pasien merasakan nyeri saat berdiri dan berjalan. • Saat berjalan pasien cenderung menyeret kaki sebelah kiri

- Posisi berdiri: -Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya. Ÿ -Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus, skoliosis, lordosis lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis), pelvis yang miring/tulang panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi, atrofi otot. Ÿ - Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot. Ÿ - Hipersensitif denervasi (piloereksi terhadap hawa dingin). ŸŸPerhatikan cara penderita berjalan/gaya jalannya. - Posisi duduk: Ÿ -Perhatikan cara penderita duduk dan sikap duduknya. Ÿ - Perhatikan bagian belakang tubuhnya. - Posisi berbaring : Ÿ -Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya. Ÿ

Pemeriksaan Spesifik 1. Palpasi otot erector spine : fisioterapis meraba dan menekan otot pasien. Hasil : - Terjadi spasme pada otot erector spine.

2.

Straight Leg Raising (SLR) : fisioterapis mengangkat lurus tungkai kiri pasien 30°-70°.

Positif bila timbul nyeri menjalar pada pasien. Hasil : tidak ada nyeri 3.

Tes patrick : tungkai kiri pasien dalam posisi fleksi pada sendi lutut sementara tumit

diletakkan pada lutut sebelah kanan. Kemudian lutut pada tungkai kiri ditekan kebawah Hasil : pasien merasakan nyeri. 4. Anti patrick : posisi fleksi pada salah satu sendi lutut dan sendi panggul, kemudian lutut di dorong ke arah medial. Hasil : pasien tidak meraskan nyeri.

• Strengthening Exercise Tujuan : untuk meningkatkan kekuatan otot hip. Teknik : dalam posisi tidur telentang. Hip fleksi 90°. Kemudian fisioterapis menggerakkan hip pasien kearah ekstensi dan perintahkan pasien untuk memberikan tahanan. Dosis : dilakukan setiap hari (6 kali repetisi)

• Passive ROM exercise Tujuan : untuk menjaga mobilitas sendi. Teknik : fisioterapis menggerakkan hip pasien kearah fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi. Dosis : setiap hari (6 kali repetisi)

Program Intervensi Fisioterapi • Neuromucular Techniq Tujuan : untuk menstimulasi otot dan menurunkan rasa nyeri. Teknik : kedua ibu jari fisoterapis melakukan penekanan secara memutar pada otot yang mengalami nyeri. Dosis : setiap hari selama 3 menit. • Massage eufflurrage Tujuan : untuk mengurangi spasme otot erector spine Teknik : kedua telapak tangan fisioterapis mengusap bagian otot yang mengalami spasme kearah jantung sacara lembut. Dosis : setiap hari selama 3 menit • Briging Exercise Tujuan : untuk melatih otot pinggul Teknik : posisi pasien terlantang. Pasien di suruh fleksi knee dan pertahankan selama beberapa detik Dosis : setiap hari (3 kali 8 detik)

Evaluasi Hasil Terapi  Intensitas nyeri sedikit berkurang dari 4 menjadi 3.  Spasme otot belum berkurang.  Kekuatan otot tidak meningkat.  Pasien mampu untuk berjalan ke toilet sendiri tanpa bantuan orang lain.

Edukasi  Mengajarkan posisi bangun dari tidur ke duduk dengan benar.  Koreksi postur dengan benar

 Jangan menggunakan spring bed di rumah (kasur keras)

SENAM HNP

Related Documents

Lbp
October 2019 11
Patofisiologi Hnp
July 2020 18
Lbp Windy.docx
June 2020 5

More Documents from "Hily Gabriela Bororing"