Makalah Fix.docx

  • Uploaded by: mesi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,113
  • Pages: 30
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas nikmat sehat, ilmu dan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal penelitian yang berjudul “Analisis Break Event Point” Penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak tentunya. Penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa informasi atau data maupun dalam bentuk lainnya. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Helvoni Mahrina, SE, M.M. Makalah ini masih banyak terdapat kekeliruan dan kekhilafan baik dari segi penulisan maupun penyusunan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan bimbingan dari berbagai pihak agar penulis dapat berkarya lebih baik dan optimal lagi di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah yang telah penulis susun ini dapat bermanfaat bagi semua pihak serta dapat membawa perubahan positif terutama bagi penulis sendiri dan mahasiswa lainnya.

Bengkulu,

Penulis

April 2019

DAFTAR ISI SAMPUL ............................................................................................................. KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN................................................................................... A. Latar Belakang .......................................................................................... B. Rumusan Masalah ..................................................................................... C. TujuanPenulisan ....................................................................................... .

BAB II TINJAUAN TEORI............................................................................ .. A. Konsep Dasar Break Event Point ............................................................. . B. Penentuan nilai BEP ................................................................................. . BAB III STUDY KASUS ................................................................................... BAB IV PENUTUP ........................................................................................ DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis di Indonesia sudah semakin melaju dengan cepat. Hal ini dikarenakan Indonesia sedang mengalami fase untuk berubah menjadi lebih baik lagi setiap tahunnya. Perubahan tersebut terjadi pada semua bidang seperti halnya bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, serta budaya. Dan dari beberapa masalah yang sangat terlihat akan perkembangan positif adalah bidang ekonomi. Pada hakekatnya sebuah perusahaan yang didirikan mempunyai harapan dikemudian hari, misalnya mengharapkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan perusahaan pada dasarnya menginginkan tercapainya suatu tujuan yaitu memperoleh laba. Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa bagi perusahaan yang ingin survive dan sukses, harus berusaha untuk meningkatkan volume penjualan (omset) yang dicapai perusahaan. Karena hal ini akan mempengaruhi pencapaian laba perusahaan yang maksimal. Menurut Nitisemito (1986), apabila perusahaan mampu meningkatkan omset penjualan, maka perusahaan mempunyai kemungkinan mampu meningkatkan jumlah keuntungan yang lebih besar, selain keuntungan yang meningkat dapat pula menaikkan efisiensi perusahaan. Manajemen dituntut untuk menghasilkan keputusan-keputusan yang

menunjang

terhadap

pencapaian

tujuan

perusahaan

serta

mempercepat perkembangan perusahaan. Manajemen memerlukan suatu perencanaan dalam mencapai tujuannya tersebut. Ukuran yang sering

dipakai untuk menilai sukses tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah dari laba yang diperoleh perusahaan. Setiap kegiatan usaha baik badan maupun perseorangan tidak dapat terlepas dari kebutuhan informasi dalam bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan salah satu informasi yang menunjukan posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang telah lalu dan prospeknya dimasa mendatang. Untuk memahami tentang informasi laporan keuangan, analisis terhadap laporan keuangan sangat dibutuhkan. Laporan keuangan disusun oleh pemakai laporan keuangan agar dapat digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan ekonomi, serta pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepada para pemilik perusahaan atas kinerja yang telah dicapainya. Laporan keuangan terdiri atas neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lainnya. Serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (IAI, 2002) Salah

satu

perencanaan

yang

dibuat

manajemen

adalah

perencanaan laba. Perencanaan laba berisikan langkah-langkah yang akan ditempuh perusahaan untuk mencapai besarnya target laba yang

diinginkan. Laba merupakan tujuan utama dari perusahaan karena laba merupakan selisih antara pendapatan yang diterima (dari hasil penjualan) dengan biaya yang dikeluarkan, maka perencanaan laba dipengaruhi oleh perencanaan penjualan dan perencanaan biaya. Dalam perencanaan laba hubungan atara biaya, volume, dan laba memegang peranan yang sangat penting. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualan, sedangkan volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi dan volume produksi mempengaruhi laba. Laporan keuangan merupakan gambaran tentang posisi keuangan pada periode tertentu. Dalam perencanaan laba diperlukan analisis laporan keuangan yang terbagi atas analisis perbandingan, analisis rasio. Perencanaan laba sendiri terdiri dari beberapa variabel seperti penjualan, pembelian, beban, kas, laba rugi dianggarkan, neraca dianggarkan, neraca dianggarkan yang tergabung dalam induk anggaran. Perencanaan adalah metode yang dilakukan untuk membuat suatu aktivitas dalam suatu manajemen perusahaan karena perencanaan suatu fungsi yang paling mendasar dalam menghubungkan manajemen yang lain. Dalam melakukan perencanaan manajemen harus dapat memberikan alternatif-alternatif yang dapat menguntungkan perusahaan. (Aulia, 2012) Pada umumnya suatu perusahaan dalam operasinya terlebih dahulu melakukan penjualan yang akan dicapai dalam tahun anggaran. Disamping itu, dalam pencapaian target penjualan tersebut, manajemen memerlukan

informasi berupa volume penjualan minimum agar kegiatan usaha perusaan tidak lagi mengalami kerugian, atau kalau misalnya volume penjualan yang ditargetkan tidak tercapai, seberapa banyak turunnya target penjualan tersebut yang tidak mengakibatkan timbulnya kerugian dalam usaha perusahaan. Bahwasanya anggaran perusahaan adalah merupakan salah satu alat bantu bagi manajemen suatu perusahaan untuk merencanakan langkah-langkah financial penting serta menentukan kebijakan perusahaan dimasa depan dalam periode tertentu. Dengan informasi keuangan dari periode lalu, manajemen perusahaan dapat mengambil keputusan untuk kebijakan- kebijakan yang lebih tepat, membuat perencanaan yang lebih baik untuk periode yang akan datang serta memperbaiki sistem pengawasannya. B. Rumusan Masalah Break Even Point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan titik dalam kurva biaya pendapatan yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan. Dari uraian di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana penerapan analisis break even point

C. Tujuan Makalah Tujuan penulisan 1. Mengetahui konsep dasar dan peran strategis dari break event point. 2. Mengetahui bagaimana penentuan nilai break even point

BAB II TINJAUAN TEORI A. Komsep Dasar Dan Peran Srategis Analisis Break Even Point (BEP) Dalam Seleksi Proses Produksi 1. Definisi Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) dapat di artikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Herjanto (2007) analisis Break Even Point adalah suatu analisis yang bertujuan untuk menemukan titik dalam kurva biaya pendapatan yang menunjukkan biaya sama dengan pendapatan selanjutnya Henrjanto (2007). Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2006:274). “Titik impas (Break Even Point) adalah tiitk dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba sama dengan nol”. Oleh sebab itu pihak perusahaan harus berusaha bagaimana cara meningkatkan laba untuk memperoleh laba yang maksimum dengan melihat volume penjualannya Pengertian analisa break even menurut Sigit (1993) adalah suatu cara atau suatu teknik yang digunakan oleh seorang petugas atau manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan

volume produksi berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak pula memperoleh laba. Definisi analisa break even menurut Schmidgall, Hayes, dan Ninemeier (2002) adalah, “Break even analysis is a management tool that can help restaurant managers examine the relationship between various costs, revenues and sales volume. It allows to determine revenue required at any desired profit level that called Cost-Volume-Profit (CVP) analysis. yang kurang lebih memiliki arti : analisa titik impas adalah suatu alat manajemen yang dapat membantu manajer restoran untuk melihat hubungan antara bermacam-macam biaya, pendapatan dan volume penjualan. Melalui analisa titik impas, manajer juga dapat menentukan jumlah pendapatan yang diperlukan pada suatu tingkat pencapaian laba yang diinginkan yang juga biasa disebut Analisis Biaya-Volume-Laba.

2. Analisa Break Even Point (BEP) Analisa Break Even Point (BEP) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara BaiayaTetap, Biaya Variabel, Keuntungan dan Volume aktivitas. Sering pula disebut “Cost - Profit - Volume analysis Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan menjadi sebagai berikut: a. Variable Cost Variabel Cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin

dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variable dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjuala ndalam unit. b.

Fixed Cost Fixed Cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu (function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.

c.

Semi Variable Cost Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variable dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi. Analisis Break Even Point secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. 1) Analisis

break even

dapat

membantu

pimpinan dalam

mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut: Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian

2) Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu. 3) Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi 4) Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh. Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah: 1) Bahwa biaya pada berbagai tingkat kegiatan dapat diperkirakan jumlahnya secara tepat. Dengan demikian perubahan tingkat produksi dapat dijabarkan menjadi perubahan tingkat biaya. 2) Biaya yang dapat diperkirakan itu dapat dipisahkan mana yang bersifat fariabel dan mana yang merupakan beban tetap (fixed cost). Analisa Break even hanya dapat dihitung bilamana sebagian biaya merupakan bebean tetap. 3) Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi, artinya apa yang diproduksi dianggap terjual habis. Dengan demikian tingkat persediaan barang jadi tidak mengalami perubahan, atau perusahaan sma sekali tidak menyediakan stoc barang jadi. 4) Harga jual produk perusahaan pada berbagai tingkat penjualan tidak mengalami perubahan. Ini berarti pasarnya demikian sempurna atau bahwa share pasaran perusahaan sedemikian

kecilnyasehingga tidak akan mampu merubah harga pasar yang terjadi. 5) Efesiensi perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan juga tidak berubah, sehingga biaya variable setiap unit produk sama untuk berbagai volume produksi. 6) Tidak terdapat perubahan pada berbagai kebijakan pimpinan yang secara langsung berpengaruh terhadap beban tetap keseluruhan. Dengan demikian biaya tetap keseluruhan juga tidak berubah. 7) Perusahaan dianggap seakan-akan hanya menjual satu macam produk akhir. Bilamana dalam kenyataannya produk yang dibuat lebih dari satu macam, maka sales mix dipertahankan tetap sama. Sedangkan bila ditinjau dari segi produksi, BEP adalah titik yang menunjukkan tingkat produksi barang/jasa yang dijual tetapi tidak memberikan keuntungan maupun kerugian. Atau tingkat produksi barang/jasa dijual, di mana total penghasilan dan biaya dalam keadaan impas atau sama besarnya. Sehingga BEP adalah alat perencanaan penjualan, sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya karena harus untung berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP.

Jadi, BEP bukan tujuan tetapi merupakan dasar penentuan kebijakan penjualan dari kebijakan produksi, sehingga operasi perusahaan dapat berpedoman dengan titik impas. Dengan kata lain, BEP adalah alat menentukan kebijakan berproduksi dan upaya penjualan barang agar minimal tidak rugi, bahkan harus untung. (Prawirasentono, 1997). Analisis titik impas pada prinsipnya hanya sekedar menetapkan pada tingkat penjualan dan produksi berapa unit sehingga terjadi titik impas, di mana total penghasilan sama dengan total biaya yang telah dikeluarkan. Apabila suatu perusahaan hanya mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break-even dalam perusahaan tersebut. Masalah break-even baru muncul apabila suatu perusahaan di samping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah - ubah sesuai dengan perubahan volume produksi, sedangkan besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi. 3. Break Even Point dalam Seleksi Proses Produksi Perencanaan produksi sangat erat kaitannya dengan pengendalian persediaan sehingga sebagian besar perusahaan manufacture menempatkan fungsi perencanaan dan pengendalian persediaan dalam satu kesatuan. Dalam perencanaan produksi kita selalu menginginkan agar diperoleh

perencanaan produksi yang baik namun merencanakan proses produksi bukanlah

hal

yang

mudah

karena

banyaknya

faktor

yang

mempengaruhinya. Karena itu perencanaan harus dibuat ketat namun tidak kaku, artinya dapat dirubah bila diperlukan dan kemungkinan perubahan ini juga harus diperhitungkan agar tidak menimbulkan kesulitan. Banyak keputusan-keputusan seleksi proses bersangkutan dengan kapitas-kapasitas peralatan atau proses alternatif untuk memproduksi tingkat keluaran tertentu. Dalam hal ini analisis Break even dapat digunakan untuk membantu pembuatan keputusan pemilihan diantara berabagai proses alternatif tersebut, melalui pembandingan keuntungan -keuntungan relatif setiap proses. Secara singkat dapat dikatakan bahwa konsep Break Event Point (BEP) dapat membantu dalam penentuan kapasitas produksi. Seperti telah diketahui BEP menunjukkan titik impas dimana pengeluaran perusahaan untuk produksi sama dengan hasilnya sehingga perusahaan dalam kondisi impas. Oleh karena itu perusahaan dapat mengetahui pada titik berapa kapasitas produksi harus disiapkan, karena penentuan kapasitas produksi yang masih di bawah titik BEP akan mengarahkan perusahaan pada kerugian. Disamping itu, peran bep juga mempengaruhi pemilihan teknologi yang akan digunakan karena Teknologi telah menjadi suatu faktor dominan dalam bisnis dan dalam kehidupan kita. Kemajuan teknologi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap manajemen operasi. Keputusan-keputusan seleksi proses dan pemilihan teknologi

berhubungan sangat erat dan saling berkaitan. Tetapi salah satu keputusan tidak selalu harus mendahului keputusan yang lain karena dalam praktek kedua keputusan ini sering dibuat secara bersamaan. Pemilihan teknologi mempunyai dampak terhadap semua bagian operasi terutama dalam desain pekerjaan. Pemilihan teknologi dan desain pekerjaan dipadukan dalam suatu desain sosioteknikal secara optimum. Disamping itu pula pemeliharaan teknologi mempengaruhi seluruh aspek operasi-operasi lainnya, termasuk produktivitas dan kualitas produk. Keputusan teknologi juga mempengaruhi strategi perusahaan dengan keterkaitnya pada proses, peralatan, fasilitas dan prosedur yang telah dipilih. Jadi, pemilihan teknologi bukan merupakan keputusan yang tertutup, tetapi mempengaruhi semua bahian operasi dan bisnis. 4. Pengertian dan Pengklasifikasian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi baik organisasi bisnis, nonbisnis dan manufaktur. Biaya merupakan faktor yang harus diperhatikan karena biaya berpengaruh secarah langsung terhadap laba yang akan dicapai oleh perusahaan. Menurut Carter dan Usry (2009) pengertian biaya adalah “Nilai tukar,

pengeluaran,

pengorbanan

untuk

memperoleh

manfaat.

Sedangkan menurut Baridwan (2008) Biaya adalah aliran keluar atau pemakaian lain aktivitas atau timbulnya utang (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode yang berasal penyerahan atau

pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha. 5. Pengklasifikasian Biaya Pada umumnya, berbagai macam biaya yang terjadi dan bagaimana cara pengklasifikasiannya itu semua bergantung kembali kepada tipe dan kebijakan dari perusahaan itu sendiri. Hal tersebut sangat penting guna mengetahui apakah biaya tersebut bereaksi atau merespon terhadap perubahan aktivitas usaha. Bila aktivitas usaha meningkat atau menurun, maka biaya tertentu mungkin juga ikut meningkat atau menurut. Menurut Syamsuddin (2009) biaya dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut: a. Biaya Tetap (Fixed Cost) Secara sederhana dapat dikatakan bahwa biaya tetap sangat berhubungan dengan waktu (function of time) dan tidak berhubungan dengan tingkat penjualan. Pembayarannya berdasarkan pada periode akuntansi tertentu dan besarnya adalah sama. Misalnya, biaya sewa gedung, penghapusan aktiva tetap, dan lain-lainnya. Sampai dengan jumlah hasil (range output) tertentu biaya ini secara total tidak berubah. b. Biaya Variabel (Variabel Cost)

Biaya ini berhubungan langsung dengan tingkat produksi atau tingkat penjualan, karena besarnya ditentukan oleh volume produksi atau penjualan yang dilakukan. Misalnya, biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung, dan lain-lainnya. Berdasarkan materi kuliah Manajemen Produksi dan Operas pada Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Sriwijaya menjelaskan mengenai biaya-biaya dalam BEP yang diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Biaya Variabel (Variabel Cost= VC) Adalah biaya yang jumlahnya berdasarkan perubahan volume penjualan. Contoh: biaya bahan mentah, biaya tenaga kerja langsung, komisi penjualan, dan lain-lain 2) Biaya Tetap (Fixed Cost = FC) Adalah biaya yang besar atau jumlahnya tetap selama jangka waktu tertentu walaupun volume penjualan berubah-ubah. Contoh: depresiasi aktiva tetap, biaya hutang, biaya gaji karyawan, biaya kantor, dan lain-lain 3) Total Biaya (Total Cost = TC) Adalah biaya yang besar jumlahnya merupakan penjumlahan biaya variabel dengan biaya tetap. Dapat diformulasikan sebagai berikut: TC = VC + FC

Dimana: TC = Total Cost VC = Variabel Cost FC = Fixed Cost 4) Total Penghasilan (Total Revenue = TR) Adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh perusahaan secara keseluruhan sebagai hasil penjualan produk jangka waktu tertentu. Total Revenue dapat dirumuskan sebagai berikut: TR = P x Q Dimana: P Q

= Price/Harga = Quantity/Kuantitas

5) Biaya Kontribusi Margin (Contribution of Cost) Adalah bagian dari penghasilan penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap, yang dapat dirumuskan sebagai berikut: Dimana: CM = Contrubution Margin VC = Variabel Cost S

= Sales

6. Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Untuk menjaga kelangsungan perusahaan agar tetap berjalan dengan baik, maka dalam proses kegiatan produksi suatu perusahaan memerlukan manajemen produksi dan operasi guna menghasilkan keluaran atau output, baik berupa jasa atau barang. Pengertian Manajemen menurut Hasibuan (2009) adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sedangkan pengertian produksi (operasi) menurut Assauri (2008)

diartikan

sebagai

suatu

kegiatan

atau

proses

yang

mentransformasikan masukan (Input) menjadi hasil atau keluaran (Output). Jadi, pengertian manajemen produksi dan operasi menurut Assauri

(2008)

merupakan

kegiatan

untuk

mengatur

dan

mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alat, dan sumber daya lain serta bahan secara efektif dan efisien, untuk menciptakan dan menambahkan kegunaan (utility) sesuatu barang dan jasa. Sedangkan menurut Handoko (2000) dapat diartikan sebagai usaha-usaha pengelolaan secara optimal penggunaan sumber daya-sumber daya (sering disebut sebagai faktor-faktor produksi) tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah menjadi berbagai produk dan jasa.

a. Pengertian Perencanaan Perencanaan merupakan langkah awal dalam menjalankan suatu usaha sebelum menentukan dalam pengambilan keputusan. Baik buruknya atau berhasil tidaknya keputusan dalam usaha tergantung dari matangnya perencanaan tersebut. Menurut Basu Swasta (2009:32) Perencanaan adalah metode mendetail yang telah dirumuskan sebelumnya untuk melakukan atau membuat sesuatu. Rencana itu sering dibuat dalam bentuk cerita dan membuat tujuan atau sasaran dan alat untuk mencapai tujuan tersebut atau suatu rencana itu dapat dibuat dalam bentuk anggaran, bagan atau karangan dalam istilah keuangan atau grafik dalam suatu unit. Fungsi perencanaan berkaitan dengan pendapatan tujuan dan sasaran organisasi serta penentuan strategi dan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan yang dimaksud yang diimplementasikan dalam bentuk rencana kegiatan (program atau proyek) serta rencana penggunaan sumber-sumber ekonomi yang dinyatakan dalam satuan moneter (anggaran) dalam jangka pendek dan jangka panjang. b. Pengertian Kapasitas Produksi. Berdasarkan teori

Kusuma (2002)

mengungkapkan bahwa

kapasitas adalah jumlah output maksimum yang dapat dihasilkan suatu fasilitas produksi dalam suatu selang waktu tertentu. Berbagai definisi kapasitas menurut Handoko (2000) dapat dirincikan sebagai berikut:

1) Design Capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu untuk mana pabrik dirancang. Rated Capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang menunjukkan bahwa fasilitas secara elektronik

mempunyai

kemampuan

memproduksinya.

(Biasanya lebih besar dari pada capacity karena perbaikanperbaikan periodik dilakukan terhadap mesin-mesin atau proses-proses). 2) Standard Capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yang

ditetapkan

sebagai

“sasaran”

pengoperasian

bagi

manajemen, supervisi, dan para operator mesin; dapat digunakan sebagai dasar bagi penyusunan anggaran. Kapasitas standar adalah sama dengan rated capacity dikurangi cadangan keperluan pribadi standar, tingkat sisa (scrap) standar, berhenti untuk pemeliharaan standar, cadangan untuk pengawasan kualitas standar, dan sebagainya. 3) Actual dan/atau Operating Capicity, yaitu tingkat keluaran ratarata per satuan waktu selama periode-periode waktu yang telah lewat. Ini adalah kapasitas standar ± cadangan-cadangan, penundaan, tingkat sisa nyata, dan sebagainya. 4) Peak Capacity, yaitu jumlah keluaran per satuan waktu (mungkin lebih rendag dari pada rated, tetapi lebih besar dari pada standard) yang dapat dicapai melalui maksimisasi keluaran, dan akan mungkin dilakukan dengan kerja lembur,

menambah tenaga kerja, menghapuskan penundaan-penundaan, mengurangi jam istirahar dan sebagainya. c. Jenis Perencanaan Kapasitas Yamit (2011:68) menjelaskan terdapat dua jenis perencanaan kapasitas, yaitu sebagai berikut: 1) Perencanaan kapasitas jangka panjang merupakan strategi operasi dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dan sudah diperkirakan sebelumnya. Misalnya rencana untuk menurunkan biaya per unit, dalam jangka pendek sangat sulit dicapai karena unit produk yang dihasilkan masih berskala kecil, tetapi dalam jangka panjang rencana tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan produksi. 2) Perencanaan kapasitas jangka pendek, digunakan untuk menangani secara ekonomis hal-hal yang sifatnya mendadak di masa

yang

akan

datang.

Misalnya

untuk

memenuhi

permintaanyang sifatnya mendadak atau seketika dalam jangka waktu pendek. B. Penentuan Nilai Break Even Point Setiap pengusaha atau pemilik modal sebelum menanamkan uang atau modal pada sebuah usaha pasti akan menghitung untung rugi usaha yang akan digeluti terlebih dahulu. Lebih jauh lagi, hitungan tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk balik modal alias titik impas mutlak perlu dilakukan. Secara sederhana, Break Even Point (BEP) atau Titik impas adalah sebuah

istilah ekonomi yang menunjukkan kapan total Keuntungan sebuah usaha setara atau sama dengan modal yang telah dikeluarkan. Kenapa BEP/titik impas menjadi penting karena titik ini bisa menunjukkan mulai kapan usaha anda memberikan keuntungan yang sesungguhnya. Untuk memperjelas bagaimana BEP bisa dihitung silahkan anda perhatikan gambar dibawah ini.

1. Grafik BEP (Break Event Point)

Untuk setiap usaha bisnis yang akan dibuat biasanya memiliki Fix Cost (garis orange), bisa berupa modal awal untuk sewa lahan, pembelian alat produksi, dan biaya-biaya lainnya. Pokoknya segala biaya yang diperlukan untuk membuat usaha berjalan atau dapat dimulai. Semua biaya tersebut dikelompokkan dalam biaya tetap (Fix Cost). Selanjutnya untuk setiap unit barang yang akan diproduksi membutuhkan variabel cost yang bisa berubah-ubah. Biaya bahan baku,

ongkos kerja, dan biaya-biaya lain selama produksi dimasukkan dalam kelompok variable cost dan dihitung per satuan item barang yang diproduksi. Jumlah kedua biaya tersebut (Fix cost dan variable cost) disebut total biaya (garis biru). Kemudian barang yang diproduksi tersebut dijual dan semua hasil penjualan barang dimasukkan dalam Total Pendapatan (Total Revenue, garis hijau). Keadaan dimana total hasil penjualan (Total Revenue) sama dengan total biaya (Total Cost) inilah yang disebut Break Even Point (BEP). Pada saat garis Total Revenue di atas garis Total Cost maka laba mulai diperoleh. Semakin besar selisih Total Revenue dan Total Cost ini semakin besar laba bersih atau keuntungan investasi yang akan didapat (ditunjukkan oleh area arsiran Hijau). Untuk menghitung perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk BEP, kita mulai saja bagaimana cara menghitung BEP baik berdasarkan jumlah unit dan berdasarkan nilai. 2. Rumus BEP (Break Even Point) Berikut beberapa model rumus BEP yang dapat digunakan dalam analisis Break Even Point : a. Pendekatan Matematis 1) Rumus BEP yang pertama adalah menghitung break even point yang harus diketahui adalah jumlah total biaya tetap, biaya variabel per unit atau total variabel, hasil penjualan total atau harga jual per

unit. Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: Break even point dalam unit.

Keterangan : BEP

: Break Even Point

FC

: Fixed Cost

VC

: Variabel Cost

P

: Price per unit

S

: Sales Volume

2) Break even point dalam rupiah.

BAB III STUDY KASUS

Berikut Contoh Kasus: Contoh Kasus :

Diketahui PT. Gear Second memiliki usaha di bidang alat perkakas martil dengan data sebagai berikut: 1. Kapasitas produksi yang mampu dipakai 100.000 unit mesin martil. 2. Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit 3. Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar Rp.250.000.000,-

Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut:

1. Fixed Cost Overhead Pabrik : Rp. 60.000.000,Biaya disribusi : Rp. 65.000.000,Biaya administrasi : Rp. 25.000.000,Total FC : Rp.150.000.000,2. Variable Cost Biaya bahan : Rp. 70.000.000,Biaya tenaga kerja : Rp. 85.000.000,-

Overhead pabrik : Rp. 20.000.000,Biaya distribusi : Rp. 45.000.000,Biaya administrasi : Rp. 30.000.000,Total VC : Rp.250.000.000,Penyelesaian untuk mendapatkan BEP dalam unit maupun rupiah.

Penyelesaian:

Kapasitas produksi : 100.000 unit Harga jual per unit : Rp. 5000,Total Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-

Keterangan : Jadi perusahaan harus menjual 60.000 Unit perkakas martil agar BEP.

Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :

Keterangan: Jadi perusahaan harus mendapatkan omset sebesar Rp. 300.000.000,agar terjadi BEP.

Untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan:

BEP = Unit BEP x harga jual unit BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,-

Pendekatan grafik:

Penentuan break even point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. dan Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan tampak besarnya break even point dalam unit. dan Kalau titik itu ditarik garis lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak besarnya break even point dalam rupiah.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinyan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Tujuan dari analisis break event point yaitu untuk mengetahui pada volume penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu. Analisis Break Even Point secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjulalan tertentu. Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dapat dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even.

B. Saran

Daftar Pustaka

Alex S Nitisemito. 1986. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia Danim, S. (2002). Menjadi peneliti kualitatif. Pustaka Setia. Bandung. Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara. Hayes, D.K. and Dopson, L.R. (2011). Food and beverage cost control : Fifth edition.New York: John Wiley & Sons, Inc.

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2002, Standar Akuntansi Keuangan,. Salemba Empat, Jakarta. Kimes, S.E., Chase, R.B. (1998), The strategic eevers of yield management, Journal of Service Research, vol. 1, no.2, pp. 156-66.

Related Documents

Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113
Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85

More Documents from ""

Isi.docx
December 2019 10
Blog Lengkap.docx
November 2019 10
Cover.docx
December 2019 5
Makalah Fix.docx
November 2019 5
Kata Pengantar.docx
December 2019 8