Blog Lengkap.docx

  • Uploaded by: mesi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Blog Lengkap.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,143
  • Pages: 7
Latar Belakang Sebelum memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya produsi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang diinginkan. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi sangat berpengaruh terhadap harga jual dan begitu pula sebaliknya,sehingga dengan penentuan titik impas tersebut dapat diketahui jumlah barang dan jumlah harga yang pada penjualan. Analisis break even point sering digunakan dalam hal yang lainmisalnya dalam analisis laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa definisi break even point (BEP) ? 1.2.2 Bagaimana analisis break even point ? 1.2.3 Bagaimana proses seleksi break even point dalam proses produksi ? 1.2.4 Bagaimana penentuan nilai break even point ? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Mengetahui definisi dari break event point. 1.3.2 Mengetahui bagaimana analisis break even point. 1.3.3 Mengetahui proses seleksi break even point dalam proses produksi. 1.3.4 Mengetahui bagaimana penentuan nilai break even point.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Break Even Point (BEP) Break Even Point (BEP) dapat di artikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Pengertian analisa break even menurut Sigit (1993, p. 2) adalah suatu cara atau suatu teknik yang digunakan oleh seorang petugas atau manajer perusahaan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak pula memperoleh laba. Definisi analisa break even menurut Schmidgall, Hayes, dan Ninemeier (2002) adalah, “Break even analysis is a management tool that can help restaurant managers examine the relationship between various costs, revenues and sales volume. It allows to determine revenue required at any desired profit level that called Cost-Volume-Profit (CVP) analysis” (p. 169). yang kurang lebih memiliki arti : analisa titik impas adalah suatu alat manajemen yang dapat membantu manajer restoran untuk melihat hubungan

antara bermacam-macam biaya, pendapatan dan volume penjualan. Melalui analisa titik impas, manajer juga dapat menentukan jumlah pendapatan yang diperlukan pada suatu tingkat pencapaian laba yang diinginkan yang juga biasa disebut Analisis BiayaVolume-Laba. 2.2 Analisis Break Even Point Analisa Break Even Point (BEP) adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara BaiayaTetap, Biaya Variabel, Keuntungan dan Volume aktivitas. Sering pula disebut “Cost - Profit - Volume analysis (C.P.V. analysis). Biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan menjadi sebagai berikut: Variable Cost Variabel Cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya variable dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjuala ndalam unit. Fixed Cost Fixed Cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan waktu (function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga. Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan. Semi Variable Cost Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variable dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau komisi bagi salesman dimana komisi bagi. Analisis Break Even Point secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis break even dapat membantu pimpinan dalam mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut: a. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami kerugian b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan tertentu. c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak menderita rugi d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh. Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah: 1. Bahwa biaya pada berbagai tingkat kegiatan dapat diperkirakan jumlahnya secara tepat. Dengan demikian perubahan tingkat produksi dapat dijabarkan menjadi perubahan tingkat biaya. 2. Biaya yang dapat diperkirakan itu dapat dipisahkan mana yang bersifat fariabel dan mana yang merupakan beban tetap (fixed cost). Analisa Break even hanya dapat dihitung bilamana sebagian biaya merupakan bebean tetap. 3. Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi, artinya apa yang diproduksi dianggap terjual habis. Dengan demikian tingkat persediaan barang jadi tidak mengalami perubahan, atau perusahaan sma sekali tidak menyediakan stoc barang jadi. 4. Harga jual produk perusahaan pada berbagai tingkat penjualan tidak mengalami perubahan. Ini berarti pasarnya demikian sempurna atau bahwa share pasaran perusahaan sedemikian kecilnyasehingga tidak akan mampu merubah harga pasar yang

terjadi. 5. Efesiensi perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan juga tidak berubah, sehingga biaya variable setiap unit produk sama untuk berbagai volume produksi. 6. Tidak terdapat perubahan pada berbagai kebijakan pimpinan yang secara langsung berpengaruh terhadap beban tetap keseluruhan. Dengan demikian biaya tetap keseluruhan juga tidak berubah. 7. Perusahaan dianggap seakan-akan hanya menjual satu macam produk akhir. Bilamana dalam kenyataannya produk yang dibuat lebih dari satu macam, maka sales mix dipertahankan tetap sama. Sedangkan bila ditinjau dari segi produksi, BEP adalah titik yang menunjukkan tingkat produksi barang/jasa yang dijual tetapi tidak memberikan keuntungan maupun kerugian. Atau tingkat produksi barang/jasa dijual, di mana total penghasilan dan biaya dalam keadaan impas atau sama besarnya. Sehingga BEP adalah alat perencanaan penjualan, sekaligus perencanaan tingkat produksi, agar perusahaan secara minimal tidak mengalami kerugian. Selanjutnya karena harus untung berarti perusahaan harus berproduksi di atas BEP. Jadi, BEP bukan tujuan tetapi merupakan dasar penentuan kebijakan penjualan dari kebijakan produksi, sehingga operasi perusahaan dapat berpedoman dengan titik impas. Dengan kata lain, BEP adalah alat menentukan kebijakan berproduksi dan upaya penjualan barang agar minimal tidak rugi, bahkan harus untung. (Prawirasentono, 1997). Analisis titik impas pada prinsipnya hanya sekedar menetapkan pada tingkat penjualan dan produksi berapa unit sehingga terjadi titik impas, di mana total penghasilan sama dengan total biaya yang telah dikeluarkan. Apabila suatu perusahaan hanya mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break-even dalam perusahaan tersebut. Masalah break-even baru muncul apabila suatu perusahaan di samping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah - ubah sesuai dengan perubahan volume produksi, sedangkan besarnya biaya tetap secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi. 2.3 Break Even Point dalam Seleksi Proses Produksi Perencanaan produksi sangat erat kaitannya dengan pengendalian persediaan sehingga sebagian besar perusahaan manufacture menempatkan fungsi perencanaan dan pengendalian persediaan dalam satu kesatuan. Dalam perencanaan produksi kita selalu menginginkan agar diperoleh perencanaan produksi yang baik namun merencanakan proses produksi bukanlah hal yang mudah karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya. Karena itu perencanaan harus dibuat ketat namun tidak kaku, artinya dapat dirubah bila diperlukan dan kemungkinan perubahan ini juga harus diperhitungkan agar tidak menimbulkan kesulitan. Banyak keputusan-keputusan seleksi proses bersangkutan dengan kapitas-kapasitas peralatan atau proses alternatif untuk memproduksi tingkat keluaran tertentu. Dalam hal ini analisis Break even dapat digunakan untuk membantu pembuatan keputusan pemilihan diantara berabagai proses alternatif tersebut, melalui pembandinangan keuntungan-keuntungan relatif setiap proses. Secara singkat dapat dikatakan bahwa konsep Break Event Point (BEP) dapat membantu dalam penentuan kapasitas produksi. Seperti telah diketahui BEP menunjukkan titik impas dimana pengeluaran perusahaan untuk produksi sama dengan hasilnya sehingga perusahaan dalam kondisi impas. Oleh karena itu perusahaan dapat mengetahui pada titik berapa kapasitas produksi harus disiapkan, karena penentuan kapasitas produksi yang masih di bawah titik BEP akan mengarahkan perusahaan pada kerugian. Disamping itu, peran bep juga mempengaruhi pemilihan teknologi yang akan digunakan karena Teknologi telah menjadi suatu faktor dominan dalam bisnis dan dalam kehidupan kita. Kemajuan teknologi mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap manajemen operasi. Keputusan-keputusan seleksi proses dan pemilihan teknologi berhubungan sangat erat dan saling berkaitan. Tetapi salah satu keputusan tidak selalu harus mendahului keputusan yang lain karena dalam praktek kedua keputusan ini sering dibuat secara bersamaan.

Pemilihan teknologi mempunyai dampak terhadap semua bagian operasi terutama dalam desain pekerjaan. Pemilihan teknologi dan desain pekerjaan dipadukan dalam suatu desain sosioteknikal secara optimum. Disamping itu pula pemeliharaan teknologi mempengaruhi seluruh aspek operasi-operasi lainnya, termasuk produktivitas dan kualitas produk. Keputusan teknologi juga mempengaruhi strategi perusahaan dengan keterkaitnya pada proses, peralatan, fasilitas dan prosedur yang telah dipilih. Jadi, pemilihan teknologi bukan merupakan keputusan yang tertutup, tetapi mempengaruhi semua bahian operasi dan bisnis. 2.4 Penentuan Nilai Break Even Point Setiap pengusaha atau pemilik modal sebelum menanamkan uang atau modal pada sebuah usaha pasti akan menghitung untung rugi usaha yang akan digeluti terlebih dahulu. Lebih jauh lagi, hitungan tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk balik modal alias titik impas mutlak perlu dilakukan. Secara sederhana, Break Even Point (BEP) atau Titik impas adalah sebuah istilah ekonomi yang menunjukkan kapan total Keuntungan sebuah usaha setara atau sama dengan modal yang telah dikeluarkan. Kenapa BEP/titik impas menjadi penting? Karena titik ini bisa menunjukkan mulai kapan usaha anda memberikan keuntungan yang sesungguhnya. Untuk memperjelas bagaimana BEP bisa dihitung silahkan anda perhatikan gambar dibawah ini.

1. Grafik BEP (Break Event Point)

Untuk setiap usaha bisnis yang akan dibuat biasanya memiliki Fix Cost (garis orange), bisa berupa modal awal untuk sewa lahan, pembelian alat produksi, dan biaya-biaya lainnya. Pokoknya segala biaya yang diperlukan untuk membuat usaha berjalan atau dapat dimulai. Semua biaya tersebut dikelompokkan dalam biaya tetap (Fix Cost). Selanjutnya untuk setiap unit barang yang akan diproduksi membutuhkan variabel cost yang bisa berubah-ubah. Biaya bahan baku, ongkos kerja, dan biaya-biaya lain selama produksi dimasukkan dalam kelompok variable cost dan dihitung per satuan item barang yang diproduksi. Jumlah kedua biaya tersebut (Fix cost dan variable cost) disebut total biaya (garis biru). Kemudian barang yang diproduksi tersebut dijual dan semua hasil penjualan barang dimasukkan dalam Total Pendapatan (Total Revenue, garis hijau). Keadaan dimana total hasil penjualan (Total Revenue) sama dengan total biaya (Total Cost) inilah yang disebut Break Even Point (BEP). Pada saat garis Total Revenue di atas garis Total Cost maka laba mulai diperoleh. Semakin besar selisih Total Revenue dan Total Cost ini semakin besar laba bersih atau keuntungan investasi yang akan didapat (ditunjukkan oleh area arsiran Hijau). Untuk menghitung perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk BEP, kita mulai saja bagaimana cara menghitung BEP baik berdasarkan jumlah unit dan berdasarkan nilai. · Rumus BEP (Break Even Point) Berikut beberapa model rumus BEP yang dapat digunakan dalam analisis Break Even Point :

1) Pendekatan Matematis Rumus BEP yang pertama adalah menghitung break even point yang harus diketahui adalah jumlah total biaya tetap, biaya variabel per unit atau total variabel, hasil penjualan total atau harga jual per unit. Rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: 1. Break even point dalam unit.

Keterangan : BEP: Break Even Point FC: Fixed Cost VC: Variabel Cost P: Price per unit S : Sales Volume 2. Break even point dalam rupiah.

Berikut Contoh Kasus: Diketahui PT. Gear Second memiliki usaha di bidang alat perkakas martil dengan data sebagai berikut: Kapasitas produksi yang mampu dipakai 100.000 unit mesin martil. Harga jual persatuan diperkirakan Rp. 5000,- unit Total biaya tetap sebesar Rp. 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar Rp.250.000.000,Perincian masing-masing biaya adalah sebagai berikut:

1. Fixed Cost Overhead Pabrik : Rp. 60.000.000,Biaya disribusi : Rp. 65.000.000,Biaya administrasi : Rp. 25.000.000,Total FC : Rp.150.000.000,-

2. Variable Cost Biaya bahan : Rp. 70.000.000,Biaya tenaga kerja : Rp. 85.000.000,Overhead pabrik : Rp. 20.000.000,Biaya distribusi : Rp. 45.000.000,Biaya administrasi : Rp. 30.000.000,Total VC : Rp.250.000.000,-

Penyelesaian untuk mendapatkan BEP dalam unit maupun rupiah. Penyelesaian: Kapasitas produksi : 100.000 unit Harga jual per unit : Rp. 5000,Total Penjualan 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp. 500.000.000,-

Keterangan : Jadi perusahaan harus menjual 60.000 Unit perkakas martil agar BEP. Kemudian, mencari BEP dalam rupiah adalah sebagai berikut :

Keterangan: Jadi perusahaan harus mendapatkan omset sebesar Rp. 300.000.000,- agar terjadi BEP. Untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan:

BEP = Unit BEP x harga jual unit BEP = 60.000 unit x Rp.5000 = Rp.300.000.000,2. Pendekatan grafik:

Penentuan break even point pada grafik, yaitu pada titik dimana terjadi persilangan antara garis penghasilan penjualan dengan garis biaya total. dan Apabila titik tersebut kita tarik garis lurus vertikal ke bawah sampai sumbu X akan tampak besarnya break even point dalam unit. dan Kalau titik itu ditarik garis lurus horizontal ke samping sampai sumbu Y, akan tampak besarnya break even point dalam rupiah

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Break Even Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan dimana perusahaan di dalam operasinyan tidak memperoleh keuntungan dan tidak menderita kerugian. Tujuan dari analisis break event point yaitu untuk mengetahui pada volume penjualan atau produksi berapakah suatu perusahaan akan mencapai laba tertentu. Analisis Break Even Point secara umum dapat memberikan informasi kepada pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjulalan tertentu. Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dapat dipertahankan apabila biaya-biaya dan harga jual adalah konstan, karena naik turunnya harga jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even.

Related Documents

Blog Blog
June 2020 44
Blog
April 2020 42
Blog
August 2019 81
Blog
June 2020 32
Blog
May 2020 38
Blog
May 2020 33

More Documents from ""

Isi.docx
December 2019 10
Blog Lengkap.docx
November 2019 10
Cover.docx
December 2019 5
Makalah Fix.docx
November 2019 5
Kata Pengantar.docx
December 2019 8