EKONOMI MAKRO SYARIAH KONSEP DASAR EKONOMI ISLAM
DOSEN PENGAMPU: NIA ZULINDA. M.A
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1
1. FUAD FAISAL SCAL 2. WINDA WULANDARI 3. SUCI INDAH LESTARI
(11726025) (11726030) (11726078)
KELAS A AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM ISTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK 2018
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kesehatan sehingga kami penulis mampu menyelesaikan makalah ini, tidak lupa juga shalawat serta salam kita haturkan kepada nabi besar kita baginda rasulullah SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang terang bederang ini. Kami penulis sangat berterima kasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan kami tugas ini, yang memiliki nilai guna dan manfaat.. Kami penulis siap menerima kritik dan saran yang bersifat membangun karena kami tahu didalam penulisan makalah kami masih banyak kekurangan dan kesalahan. Assalamualaikum wr.wb
Pontianak, 9 September 2018
penulis
2
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .......................................................................................................2 DAFTAR ISI......................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................4 A. Latar belakang masalah...........................................................................................4 B. Rumusan masalah ...................................................................................................4 C. Tujuan penelitian ....................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................5 A. Pengertian Ekonomi Islam ......................................................................................5 B. Perbedaan Ekonomi Islam dan Konvensional ........................................................6 C. Haramnya Riba ..................................................................................................... 13 D. Maysir ................................................................................................................... 15 E. Gharar ................................................................................................................... 16 BAB III PENUTUP ........................................................................................................................ 18 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 19
3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang didasari oleh nilai-nilai islam. Sistem ekonomi islam merupakan sistem yang beorientasi Rahmatan lil Alamin. Namun dalam perkembangannyan, sistem ekonomi islam hanya dikenal dalam ruang lingkup yang sempit yakni hanya pada lembagalembaga syariah seperti bank syariah, pengadaian syariah, dan lain-lain. Padahal ruang lingkup ekonomi itu meliputi sektro rill seperti perdagangan, pertanian, maupun industri. B. Rumusan Masalah 1. Bagaiman defenisi ekonomi islam? 2. Apa perbedaan ekonomi islam dan konvensional? 3. Bagaiman konsep Riba’, Maysir, dan Gharar?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apa defenisi ekonomi islam. 2. Untuk mengetahui perbedaan ekonomi islam dan konvensional. 3. Untuk mengetahui konsep Riba’, Maysir, dan Gharar.
4
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN EKONOMI ISLAM Dalam bahasa arab ekonomi dinamakan al-mu’amalah yaitu aturan-aturan tentang pergaulan dan hubungan antara manusia mengenai kebutuhan hidupnya. Disebut juga aliqtishad yaitu pengaturan tentang soal-soal penghidupan manusia dengan sehemathematnya dan secermat-cermatnya. Secara istilah, pengertian ekonomi islam dikemukakan dengan redaksi yang beragam dikalagan para pakar ekonomi islam sebagai berikut: 1. Mohammad Nejatullah Siddiqi, ekonomi islam adalah jawaban dari emikir muslim terhadapa tantangan-tantangan ekonomi pada zamannya. Dalam upaya ini mereka dibantu oleh Al-Qur’an dan sunnah Nabi, akal pikiran dan pengalamanpengalaman.
2. M. Abdul Mannan, ekonomi islam dengan ilmu pengetahuan sosial mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami dengan nilai-nilai islam.
3. M. M. Matewally bahwa ekonomi islam adalah ilmu yang mempelajari prilaku muslim (oran yang beriman) dalam suatu masyarakat islam yang megikuti AlQur’an, hadits Nabi, ijma’, dan qiyas.
4. Yusuf Al-Qardhawi, ekonomi islam adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak dari Allah dan bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari syariat Allah.
5. Khursid Ahmad, ekonomi islam adalah suatu usaha sistematis untuk memahami masalah ekonomi dan prilaku manusia dalam hubungannya kepada persoalan tersebut menurut perspektif islam. 6. Syed Nawab Haider Naqvi, ia menyatakan bahwa ekonomi islam adalah perwakilan prilaku kaum muslimin dalam suatu masyarakat muslimin yang tipikal atau khas.
5
B. PERBEDAAN EKONOMI ISLAM DAN KONVENSIONAL Istilah ekonomi berasal dari bahasa yunani kuno (greek) yaitu oicos dan nomos yang berarti rumah dan aturan (mengatur urusan rumah tangga). Menurut istilah konvensional ekonomi berarti aturan-aturan untuk menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga, baik dalam rumah tangga rakyat, maupun dalam rumah tangga negara. a. Ekonomi konvensional kapitalisme Ciri utama dari sistem Kapitalisme adalah tidak adanya perencanaan ekonomi sentral. Harga pasar yang dijadikan dasar keputusan dan perhitungan unit yang diproduksi, pada umumnya tidak ditentukan oleh pemerintah dalam kondisi yang bersaing. Semua ini adalah hasil dari kekuatan pasar. Dengan tidak adanya perencanaan terpusat maka telah memberi kebebasan dan kekuasaan mutlak kepada pemilik modal untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Bahkan Kapitalisme banyak memberi peluang lebar kepada konglomerat dengan dukungan biaya besar untuk mengalihkan sumber daya nasional untuk diproduksi dan mengimpor barang-barang mewah yang bukan kebutuhan dasar masyarakat. Bagi Kapitalisme, solusi terbaik untuk menyelesaikan kemiskinan masyarakat adalah dengan meningkatkan produksi. Dalam menyelesaikan kemiskinan suatu negara, Kapitalisme berusaha meningkatkan produksi dalam negeri dan memberikan kebebasan bagi penduduk untuk mengambil hasil produksi sebanyak-banyaknya. Dalam sistem kapitalis setiap individu masyarakat diberi kebebasan untuk memiliki dan berusaha secara bebas sehingga dapat memperoleh kekayaan sesuai dengan faktor produksi yang dimiliki. Dengan cara ini Kapitalisme berasumsi bahwa dalam sistemnya terdapat distribusi pendapatan dan kekayaan yang merata dan fair. Dasar-dasar filosofis pemikiran ekonomi kapitalis sebagai tersebut di atas sesungguhnya bersumber dari tulisan Adam Smith pada tahun 1776 Isi buku tersebut pada dasarnya sarat dengan pemikiran-pemikiran tingkah laku ekonomi masyarakat. Melalui buku ini, Adam Smith yang dianggap sebagai Bapak ekonomi kapitalis, mengupas banyak hal tentang prinsipprinsip dasar ekonomi kapitalis. Dari dasar filosofi tersebut kemudian menjadi sistem ekonomi dan pada akhirnya mengakar menjadi ideologi yang mencerminkan gaya hidup. Motif kepentingan individu kapitalislik yang didorong oleh 6
filsafat liberalisme ini melahirkan sistem ekonomi pasar bebas. Dengan sistem pasar bebas telah mendorong Kapitalisme berkembang berdasarkan kepentingan-kepentingan pribadi pelaku ekonomi. Menurut Smith, Kapitalisme muncul dan berkembang secara dominan akibat proses respon kolektif masyarakat terhadap perilaku individual, bukan hasil dari proses sistematis yang terencana. Dalam bukunya, Smith mengidentifi kasi bahwa sentimen, perasaan dan nafsu adalah motivator utama manusia dalam bertindak. Smith berkeyakinan bahwa Bible bukan merupakan sumber yang terjamin kebenarannya. Secara implisit Smith mengesampingkan peran agama dalam perekonomian, padahal memiliki konsep dan hukum yang sistematis mengenai persoalan ekonomi. Asumsi yang selama ini dijadikan acuan dalam pengembangan ekonomi konvensional adalah paradigma yang bersumber dari mitos Kapitalisme Smithian. Asumsi-asumsinya meliputi kebutuhan manusia yang tidak terbatas sumber-sumber ekonomi relatif terbatas berupa maksimaliasi kepuasaan pribadi kompetisi sempurna dan informasi sempurna. Pandangan ini terlihat kontradiksi dengan realitas, karena menunjukkan informasi tidak sempurna dan kompetisi tidak sempurna sehingga tidak pernah terwujud. Di samping itu, asumsi dasar dari Smithian yang terlalu sederhana menyatakan bahwa manusia rasional adalah manusia yang berdasar inisiatifnya sendiri mengejar utilitas ekonomi optimal, yaitu mencari keuntungan maksimal dengan pengorbanan yang minimal. Ia bersaing di pasar bebas dan menjadi pelaku yang bebas dengan berpedoman pada laissez-faire yang meneguhkan doktrin individual freedom of action. Manusia rasional semacam ini disebut sebagai homo economicus yang berlawanan dengan homo ethicus. Hingga saat ini ekonomi konvensional yang bersumber dari gagasan Smith memperoleh wibawa intelektual yang sangat besar. Bahkan tidak dipungkiri bahwa Kapitalisme telah memberikan begitu banyak hasil positif bagi peradaban umat manusia. Kemudahan fasilitas hidup, perkembangan teknologi, variasi produk, dan infrastruktur menjadi bukti bahwa Kapitalisme menunjukkan perannya yang signifi kan dalam sejarah peradaban manusia. Bahkan Pembangunan ekonomi di negara-negara penganut faham kapitalis, khususnya negara Eropa Barat dan Amerika dianggap telah memberi bukti nyata dalam aspek kesejahteraan masyarakatnya. Terlepas dari itu semua, di balik kesuksesan Kapitalisme memberikan kemajuan ekonomi bagi manusia, ternyata ada kerancauan atau bahkan kontradiktif. Selama abad 20, terdapat data-data yang jelas menunjukkan bahwa sistem Kapitalisme memberikan goncangan ekonomi dan implikasiimplikasi negatif. Bahkan tidak dapat dipungkiri, konsep kesejahteraannya tidak serta merta dapat 7
dipraktikkan di negara-negara berkembang, sehingga indikator pemerataan ekonomi global tidak tampak terlihat sampai sekarang. Kondisi ini menjadi semakin parah, ketika negaranegara kapitalis tersebut menggunakan kekuasaan ekonomi untuk mempengaruhi prikehidupan internasional dalam segala aspek seperti politik dan budaya. Kapitalis pada saat sekarang telah menjadi imperialis bagi negara-negara berkembang. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya jeratan hutang di hampir seluruh negara berkembang, kemiskinan yang semakin meluas di negara dunia ketiga, dan krisis-krisis ekonomi khususnya sektor keuangan telah menyerang perekonomian dunia. Keterpurukan ekonomi yang melanda dunia tersebut merupakan imbas dari sistem Kapitalisme yang sematamata berorientasi pada akumulasi kapital dan mengabaikan faktor-faktor penting dalam kehidupan, baik nilai-nilai moral maupun aspek kehatihatian yang populis dengan manajemen resiko dalam diskursus ilmu ekonomi. Transaksi derivatif yang menjadi awal krisis adalah fakta kongkrit yang tidak terbantahkan bahwa memperoleh keuntungan dengan jalan spekulasi semata akan dapat mendatangkan kerugian bagi pelakunya. Hal yang demikian menunjukkan bahwa sistem ekonomi tersebut gagal dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi umat manusia. b. Ekonomi konvensinal sosialisme Sebagai sebuah ideologi, penganut Sosialisme menuntut pemerintahan yang lebih baik dan bermoral dengan penghapusan kepemilikan pribadi dan memberikan penghargaan sesuai hasil kerjanya. Kaum sosialis mendasarkan idenya pada klaim perjuangan terhadap nilai persamaan, keadilan sosial, kerjasama, kemajuan, kebebasan individu, nihilnya kepemilikan privat, dan adanya kontrol negara atas barang produksi. Idealisme Sosialisme hendak mewujudkan nilai-nilai melalui jalur konstitusi bahkan dengan cara revolusioner akan melenyapkan Kapitalisme. Untuk mewujudkan cita-citanya, ide-ide Karl Marx menjadi rujukan utama. Schumpeter mendefinisikan Sosialisme sebagai suatu pola institusional di mana kontrol terhadap sarana produksi dan produksi itu sendiri tetap berada pada otoritas pusat. Benih Sosialisme sebenarnya telah lama muncul dalam sejarah masyarakat manusia di dunia. Plato, filosof Yunani abad ke-4 SM, dipandang sebagai Bapak Sosialisme. Ini berarti bahwa di Yunani telah muncul paham Sosialisme yang disebabkan oleh kesenjangan sosial dan masalah pendapatan. Selain Plato, Meng Tze, juga dapat disebut sebagai Bapak Sosialisme China karena menghendaki pemerataan kesejahteraan yang hanya dinikmati 8
segelintir orang, yaitu para jenderal dan kaum bangsawan. Seperti Plato, Meng Tze juga menghendaki ‘keadilan sosial’ di bidang ekonomi, dengan adanya jaminan hukum dan politik dari negara secara pasti. Tema utama Sosialisme sebenarnya untuk menghilangkan bentukbentuk eksploitasi dalam sistem Kapitalisme. Sistem Sosialisme berharap setiap individu tidak hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri. Dalam sistem ini private property dan mekanisme pasar dihapus dan diganti dengan kepemilikan negara untuk semua produksi dan perencanaan yang terpusat. Sejak awal berdirinya sistem tersebut tidak memiliki ketauladanan. Sistem ini muncul sebagai faham ekonomi dan kemasyarakatan pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 M di Eropa. Revolusi industri yang terjadi di Inggris telah memunculkan kelas baru dalam masyarakat, yaitu kaum borjuis yang menguasai sarana produksi karena penguasaan modal. Di sebelahnya sebagian besar masyarakat kota hidup sebagai buruh yang tenaga kerjanya diperas dan semakin miskin. Kekayaan yang dihasilkan karena kerja keras kaum pekerja ini hanya bisa dinikmati oleh kaum borjuis kapitalis yang jumlahnya tidak besar. Dari waktu ke waktu kesenjangan sosial dan ekonomi semakin tampak terlihat. Ketika itulah individualisme tumbuh subur. Sosialisme, seperti telah dikemukakan, mulamula muncul sebagai reaksi terhadap kondisi buruk yang dialami rakyat di bawah sistem Kapitalisme liberal yang tamak dan serakah. Kondisi buruk terutama dialami kaum pekerja atau buruh yang bekerja di pabrik-pabrik dan pusatpusat sarana produksi dan transportasi. Sejumlah kaum cendekiawan muncul untuk membela hak-hak kaum buruh dan menyerukan persamaan hak bagi semua lapisan, golongan dan kelas masyarakat dalam menikmati kesejahteraan, kekayaan, dan kemakmuran. Mereka menginginkan pembagian keadilan dalam ekonomi. Di antara aliran Sosialisme yang ada, Chapra mengkritisi pada 3 (tiga) aliran, yaitu marxisme, pasar, dan demokrasi. Adapun aliran-aliran lainnya dipandang sebagai varian dari tiga arus utama tersebut. Marxisme pascarevolusi berharap dapat melakukan efi siensi dan pemerataan alokasi sumber daya, namun tidak dapat terwujud karena kelemahan serius dalam penalaran. Kecenderungan manusia memenuhi kepentingan dirinya akan menghalangi realisasi visi utopis Marx mengenai masyarakat yang diinginkan, yaitu masyarakat yang dari tiap-tiap orang diambil menurut kemampuannya dan mereka akan diberikan kebutuhannya. Impian kaum marxis untuk menciptakan masyarakat egalitarian yang penuh dengan rasa persaudaraan tanpa ada upah, tanpa kelas sosial, dan tanpa negara tidak pernah terwujud. Kaum buruh tetap sebagai penerima upah dengan kebebasan bergerak secara sempit. Kelas sosial juga tetap ada tanpa 9
ada perubahan signifi kan. Diktator proletar tidak dapat diwujudkan, bahkan negara semakin kuat berkuasa. Alasan kegagalan marxis sangat jelas, yaitu tidak tercapainya sasaran nilai-nilai humanitarian, yaitu masyarakat tanpa kelas yang tidak dapat dieksploitasi dengan falsafah yang mendasarinya serta strategi yang dipakai. Falsafah dan strateginya bertentangan dengan sasaran-sasaran tersebut. Dengan kekuasaan yang terus menumpuk di tangan sekelompok kecil maka sirnalah kekuatan untuk mengecek selfinterest dan melayani kepentingan masyarakat. Karena tidak ada mekanisme fi lter yang secara sosial disetujui itulah maka sistem ini tetap mendorong terwujudnya hak-hak istimewa. Terkait dengan Marxisme, Chapra menilai bahwa, Sosialisme dan Marxisme sebagai antitesis dari Kapitalisme tidak dapat diandalkan. Ideologi ini bahkan mengalami kemunduran lebih cepat dari yang diprediksikan. Ini disebabkan kelemahan-kelemahan utama
yang
inheren
di
dalamnya.
Pertama,
ideologi
ini
mengimplikasikan
ketidakpercayaan pada kemampuan manusia untuk mengelola kepemilikan pribadi dalam batasan-batasan kesejahteraan sosial. Semua manusia dalam kapasitasnya yang sama sebagai konsumen, pekerja, manajer perusahaan dan pegawai pemerintahan, didorong untuk melakukan yang terbaik untuk kesejahteraan sosial tanpa memperhatikan kepentingan pribadinya. Kedua, mesin kekuasaan negara dijalankan oleh sekelompok orang yang kepentingannya selaras dengan kepentingan seluruh masyarakat. Pada dataran praktik ternyata sebaliknya, sekelompok orang yang mengendalikan kekuasaan negara memanfaatkan kekayaan dan pendapatan negara untuk kepentingan pribadi. Ketiga, subsidi umum yang besar hanya menguntungkan si kaya dan orang-orang istimewa dibanding si miskin yang daya belinya terbatas. Beberapa negara penganut paham sosialisme pasar tidak dapat berjalan lebih jauh dalam melakukan desentralisasi ekonomi dan menjaga kepercayaan pasar sebagaimana divisualisasikan. Sistem birokrasi yang bertele-tele tetap berjalan, produktivitas terus menurun, pertumbuhan lambat, kekurangan pasokan terus meningkat. Oleh karena itu sistem Sosialisme pasar ini tetap tidak dapat berjalan karena tidak memiliki kinerja yang baik. Beberapa yang menyebabkan hal tersebut adalah karena reformasi ekonomi tidak dibarengi dengan demokrasi politik beberapa negara penganut sistem ini menghadapi hiperinfl asi dan gelombang keresahan kaum buruh sebagaimana terjadi di Yoguslavia dan Polandia pengangguran semakin meningkat yang disebabkan oleh adanya usaha mengurangi in-efi siensi sehingga menggerogoti mesin-mesin produksi dan pinjaman hutang luar negeri meningkat secara tajam. Sementara, sosialisme demokratis merupakan produk dari filsafat 10
sekuler pasca Pencerahan yang memperkenalkan perubahan melalui mesin distribusi Kapitalisme. Sistem tersebut tidak memiliki ajaranajaran ideologi Marx dan tidak percaya pada penggunaan kekuatan atau tidak percaya kepada kehancuran Kapitalisme yang tidak terhindarkan. Ia percaya bahwa Sosialisme sebagai suatu gagasan tidak dapat dipisahkan dari demokrasi dan harus diperjuangkan secara damai dan gradual lewat proses demokratis tanpa revolusi. Namun demikian Sosialisme demokrat tetap jauh dari targetnya dan belum mampu berbuat banyak. Strateginya juga terus mendapat kritikan tajam karena defisit anggaran yang tidak sehat dan beban pajak yang terlalu berat. Sosialisme demokrat sering dipersamakan dengan Negara Kesejahteraan dengan menekankan pada aspek demokrasi ekonomi dan politik yang dikombinasikan dengan regulasi dan nasionalisasi industri, reformasi perburuhan, dan pelayanan kesejahteraan bersubsidi. Oleh karena itu istilah komunisme memiliki sinonim dengan revolusi, perencanaan sentral, dan kepemilikan negara atas semua sarana produksi. Sosialisme telah membuat kesalahan asumsi tentang latar belakang kondisi. Pertama, analisis Marxisme mengandung pengertian adanya ketidakpercayaan total terhadap kemampuan manusia untuk mengelola barang swasta dalam batas kemaslahatan manusia. Bahkan secara tersirat diasumsikan oleh Sosialisme, bahwa manusia yang sama dalam kapasitasnya sebagai konsumen, pekerja, manajer perusahaan, dan pegawai pemerintah akan selau dimotivasi untuk melakukan tercapainya kepentingan-kepentingan sosial tanpa peduli dengan kepentingan individu. Hal ini akan membawa implikasi: (a) para pekerja akan bekerja secara efisien, jujur dan tidak memperdulikan kepentingannya, meskipun tidak mendapat upah yang layak. (b) manajer perusahaan akan beroperasi secara efi sien tanpa dapat melayani kepentingan diirinya sendiri, tanpa bersaing, dan tidak memiliki kemampuan membuat keputusan sendiri dalam membeli dan menjual faktor produksi. (c) pegawai pemerintah tidak akan mengambil keuntungan berlebihan melalui berbagai keputusan dalam kedudukannya sebagai penguasa eksekutif. Asumsi-asumsi tersebut sangat tidak realistis, karena berdampak pada buruknya motivasi dan produktivitas kerja, sehingga dapat menghambat realisasi tujuan sosial.
11
C Ekonomi islam Ekonomi Islam meupakan kegiatan ekonomi yang tujuan utamanya adalah merealisasikan kehidupan yang baik bagi umat manusia dengan segala unsur dan pilarnya. Selain itu bertujuan untuk memungkinkan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya yang disyariatkan. Manusia adalah tujuan kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam, sekaligus merupakan sarana dan pelakunya dengan memanfaatkan ilmu yang telah diajarkan Allah kepadanya dan anugerah serta kemampuan yang diberikan-Nya. Nilai kesejahteraan terhimpun dalam ekonomi Islam seperti nilai kemerdekaan dan kemuliaan kemanusiaan, keadilan, dan menetapkan hukum kepada manusia berdasarkan keadilan tersebut, persaudaraan, dan saling mencintai dan saling tolong menolong di antara sesama manusia. Nilai lain, menyayangi seluruh umat manusia terutama kaum yang lemah. Di antara buah dari nilai tersebut adalah pengakuan Islam atas kepemilikan pribadi jika diperoleh dari caracara yang dibenarkan syariat serta menjalankan hak-hak harta. Dalam persoalan upah atau gaji pun, hak pemenuhan ekonomi bagi pekerja yang menjadi kewajiban dan tidak boleh diabaikan oleh para majikan atau pihak yang mempekerjakan. Sebegitu pentingnya masalah upah pekerja ini, Islam memberi pedoman kepada para pihak yang mempekerjakan orang lain bahwa prinsip pemberian upah harus mencakup dua hal, yaitu adil dan mencukupi. Prinsip tersebut terangkum dalam sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan Imam Al-Baihaqi, “Berikanlah gaji kepada pekerja sebelum kering keringatnya, dan beritahukan ketentuan gajinya, terhadap apa yang dikerjakan.”. Pertumbuhan Riil Masyarakat Ekonomi Islam adalah perekonomian yang berbasis sektor riil. Tidak ada dikotomi antara sektor riil dengan sektor moneter. Sebab sektor moneter dalam Islam bukan seperti sektor moneter Kapitalis yang isinya sektor maya (virtual sector). Islam memandang kegiatan ekonomi hanya terdapat dalam sektor riil seperti pertanian, industri, perdagangan, dan jasa. Dari sektor inilah kegiatan ekonomi didorong untuk berkembang maju. Hanya saja hukum-hukum tentang kepemilikan, produk (barang/jasa), dan transaksi dalam perekonomian Islam berbeda dengan Kapitalis. Individu diperbolehkan memperoleh kepemilikan sesuai dengan karakter harta yang memang dapat dimiliki oleh individu. Hal ini merupakan pengakuan Islam akan fitrah manusia untuk mempertahankan hidupnya. Bahkan Muslim yang meninggal karena mempertahankan hartanya secara haq termasuk mati syahid. Kepemilikan individu dibatasi oleh kepemilikan negara dan kepemilikan 12
umum. Individu tidak boleh memiliki harta yang terkatagori harta milik negara dan harta milik umum. Tanpa aturan kepemilikan Islam, pertumbuhan di sektor riil tidak memiliki dampak positif terhadap kesejahteraan seluruh masyarakat secara adil. Sebab peningkatan hasilhasil ekonomi dan penguasaan sumber daya terkonsentrasi di tangan pemilik modal. Sebaliknya semakin digenjot pertumbuhan ekonomi, eksploitasi terhadap masyarakat dan sumber daya alam semakin besar. Tidak adanya aturan tentang kepemilikan umum dalam perekonomian Kapitalis menyebabkan negara menjadi mandul. Sumber daya ekonomi dan pelayanan publik yang secara karakteristiknya tidak bisa dimiliki individu dan seharusnya menjadi milik bersama oleh negara diserahkan kepada swasta dan investor asing. Akibatnya rakyat harus membayar mahal untuk mendapatkan layanan publik dan barangbarang yang dihasilkan dari sumber daya alam. Pergerakan sektor riil hingga saat ini hanya berkutat di tangan sekelompok kecil orang khususnya Multinational Corporation (MNC). MNC memonopoli perekonomian di seluruh dunia dari hulu ke hilir sehingga aset sebuah MNC lebih besar dari PDB sebuah negara. Dengan mendorong sektor riil dunia di bawah pola ekonomi Islam, setiap pertumbuhan di sektor riil diimbangi dengan distribusi kepemilikan yang adil sehingga masyarakat memiliki kebebasan untuk mendapatkan hakhaknya sebagai warga negara dalam ekonomi. Dengan menutup sektor maya (sektor non riil) dari perekonomian akan lebih banyak modal dan lapangan kerja terbuka untuk masyarakat dunia. C. HARAMNYA RIBA a. Definisi Riba Secara etimologis (bahasa), riba berarti tambahan (ziyâdah) atau berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah syara’ adalah akad yang terjadi dengan penukaran yang tertentu, tidak diketahui sama atau tidaknya menurut aturan syara’, atau terlambat menerimanya. Adapun menurut istilah syariat para fuqahâ sangat beragam dalam mendefinisikannya, diantaranya yaitu: 1. Menurut Al-Mali riba adalah akad yang terjadi atas penukaran barang tertentu yang tidak diketahui timbangannya menurut ukuran syara’ ketika berakad atau dengan mengakhirkan tukarana kedua belah pihak atau salah satu keduanya. 2. Menurut Abdurrahman Al-Jaziri, yang dimaksud dengan riba adalah akad yang terjadi dengan penukaran tertentu, tidak diketahui sama atau tidak menurut aturan syara’ atau terlambat salah satunya. 13
3. Syaikh Muhammad Abduh berendapat riba adalah penambahanpenambahan yang disayaratkan oleh orang yang memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya karena pengunduran janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah ditentukan. Pandangan Para Pakar Mengenai Riba Para pakar ekonomi memahami lebih banyak lagi bahaya riba mengikuti perkembangan praktik-praktik ekonomi. Di antaranya adalah: buruknya
distribusi
kekayaan,
kehancuran
sumber-sumber
ekonomi,
lemahnya
perkembangan ekonomi, pengangguran, dan lain-lain. Para ulama sepakat bahwa riba adalah haram dan termasuk dosa besar. Keadaan seperti yang digambarkan oleh Ibnu Taimiyah rahimahullahu sebagai berikut: “Tidak ada suatu ancaman hukuman atas dosa besar selain syirik yang disebut dalam Al-Qur`an yang lebih dahsyat daripada riba.”Kesepakatan ini dinukil oleh Al-Mawardi rahimahullahu. Mohammad Ali al-Saayis di dalam Tafsiir Ayat Ahkaam menyatakan, telah terjadi kesepakatan atas keharaman riba di dalam dua jenis ini (riba nasii’ah dan riba fadlal). Keharaman riba jenis pertama AlQuran; sedangkan keharaman riba jenis kedua ditetapkan berdasarkan hadits shahih. Abu Ishaq di dalam Kitab al-Mubadda’ menyatakan; keharaman riba telah menjadi konsensus, berdasarkan al-Quran dan Sunnah. Secara garis besar pandangan tentang hukum riba ada dua kelompok, yaitu: 1. Kelompok pertama mengharamkan riba yang berlipat ganda/ ad’âfan mudhâ’afa, karena yang diharamkan Al-Qur’an adalah riba yang berlipat ganda saja, yakni riba nas’ah, terbukti juga dengan hadis tidak ada riba kecuali nasî’ah. Karenanya, selain riba nasî’ah maka diperbolehkan. 2. Kelompok kedua mengharamkan riba, baik yang besar maupun kecil. Riba dilarang dalam Islam, baik besar maupun kecil, berlipat ganda atupun tidak. Riba yang berlipat ganda haram hukumnya karena zatnya, sedang riba kecil tetap haram karena untuk menutup pintu ke riba yang lebih besar (harâmun lisyadudzari’ah). b. Macam-Macam Riba Secara garis besar riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba utang-piutang dan riba jual beli. Kelompok pertama riba utang-piutng terbagi menjadi dua yaitu: a. Riba qarâdh adalah suatu manfaat yang disyaratkan terhadap yang berhutang (muqtaridh) atau utang dengan syarat ada keuntungan bagi yang memberi utang.
14
b. Riba jahîliyah adalah utang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak dapat membayar pada waktu yang ditentukan. Sedang kelompok kedua riba jual-beli, ada dua macam yaitu: a. Riba fadl adalah pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda. b. Riba nasî’ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribâwi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribâwi lainnya. Riba ini muncul karena adanya perbedaan, perubahan atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian. c. Larangan Riba dalam Al-Qur’an Larangan riba muncul dalam Al-Qur’an pada empat kali penurunan wahyu yang berbeda-beda: 1. QS. Ar-Ruum: 39 artinya: ”Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhoan Allah, maka (yang berbuat demikian) tulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya). ”Ayat ini diturunkan di Makkah, menegaskan bahwa riba akan menjauhkan keberkahan Allah dalam kekayaan, sedangkan sedekah akan meningkatkannya berlipat ganda. D. MAYSIR Dalam Al-Qur’an menggunakan kata maysir untuk perjudian, berasal dari kata usr (kemudahan dan kesenangan), pejudi mengumpulkan harta tanpa kerja, dan saat ini telah istilah yang dterapkan secara umum pada semua bentuk aktivitas judi. Hukumnya adalah haram, islam mengharamkan setiap aktivitas bisinis yang mengandung unsur judi, syariah menetapkan demi kepentingan transaksi yang adil, pengayaan diri melalui judi sudah sepatutnya dilarang. Defenisi menurut para Ahli: 1. Afdzalur Rahman mendefenisikan bahwa judi adalah mendapatkan sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Dalam bahasa indonesia biasa disebut dengan judi istilah lain yang digunkan dalam Al-Qur’an adalah Azlam atau qimaar.
15
2. Imam Al-aini mendefenisikan bahwa maysir adalah semua bentuk Qimaar (taruhan) jika taruhan itu tidak menggunkan uang maka perbuatan itu tidak bermanfaat, jika menggunkan uang atau sejenisnya maka hal itu berarti judi. 3. Kesimpulan adalah perjudian, yakni segala bentuk transaksi yang mengandung unsur untung-untungan,taruhan, yang ketika akad itu terjadi hasil yang akan diperoleh belum jelas, dalam transaksi tersebut akan ada pihak yang merasa untung dan merasa dirugikan. Rasulullah melarang segala bentuk bisnis yang mendatangkan uang yang diperoleh dari untung-untugan, spekulasi dan ramalan atau terkaan dan bukan diperoleh dari berkeja. Rasulullah melarang transaksi muzabanah dan muhaqalah. Muzabanah adalah tukar menukar buah yang masih segar dengan yang sudah kering, jumlah buah yang sudah kering sudah dipastikan jumlahnya sedangkan buah yang masih segar hanya bisa ditebak karena masih diatas pohon. Muhaqalah adalah penjualan/tukar menukar gandum yang sudah kering (pasti jumlahnya) dengan gandum yang masih dipohonnya. a. Dalil mengenai maysir Al-Qur’an sangat melarang dengan tegas segala bentuk judi. AL-Qur’an surah Al-Baqarah :219 Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamr dan maysir katakanlah, “pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar dari pada manfaatnya”. E. GHARAR Gharar berasal dari bahasa arab Al-Khatr yang bermakna pertaruhan. Al-Gharar adalah Al-Mukhatarah (pertaruhan) dan Al-Jahalah (ketidakjelasan) sehingga termasuk ke dalam perjudian. Sehingga dari penjelasan tersebut, yang dimaksud jual beli gharar adalah dalam perdagangan tersebut semua jual beli yang transaksinya mengandung ketidakjelasan, pertaruhan, atau perjudian. Contoh gharar: 1. Jual beli atas hasil yang belum pasti 2. Jual beli ternak yang masih dalam kandungan 3. Jual beli buah atau tanaman yang masa belum panen 16
4. Jual beli yang obyek transaksinya tidak ada wujudnya (ma’dum), jika didukung ketidakjelasan jenis obyek transaksi, dalam macam transaksi, dan dalam sifat dan karakter obyek transaksi.
Kedudukan pengharaman gharar adalah hadis Nabi yang bermaksud: “sesungguhnya Nabi S.A.W melarang dari pada jual beli gharar” (riwayat imam Muslim). Kemudian AL-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 188: “dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lian di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padaahal kamu mengetahui”.
17
BAB III PENUTUP KESIMPULAN: Perekonomian sebagai salah satu sendi kehidupan yang penting bagi manusia, oleh Al-Qur’an telah diatur sedemikian rupa. Riba secara keras telah dilarang dalam Al-Qur’an karena merupakan salah satu sumber labilitas perekonomian dunia. Al-Qur’an mengambarkannya sebagai orang yang tidak dapat berdiri tegak, sama hal dengan maysir (perjudian) mengumpulkan harta tanpa bekerja dan sekarang lebih disebut degan aktivitas judi, yang hukum haram. Gharar adalah jual beli yang tidak ada kepastian, dan itu dilarang dalam islam.
18
DAFTAR PUSTAKA Ad-Da’ur Ahmad Muhammad, April 2014, Riba dan Bunga Bank, HARAM!, bogor, Al-azhar press 2014. Mankiw Gregory. N, Pengantar Ekonomi Edisi ke dua jilid 1,TT, Jakarta, Erlangga. Ir Karim. A Adiwarman, S.E., M.B.A., M.A.E.P.,TT, Ekonomi Makro Islami edisi tiga, Jakarta, PT Rajagrafindo Persada. Dr. Rozalinda, M. Ag.,TT, Ekonomi Islam, Jakarta, PT Rajagrafindo persada. Prof. Dr. H. Idri, M.Ag., Ekonomi Islam, Jakarta, PT Rajagrafindo persada. Bank Syariah, “Maysir, Gharar dan Riba” hanan-wihasto.blogspot.com/2014/04/maisir-gharar-dan-riba.com.
19