MAKALAH DAN ASKEP KETUBAN PECAH DINI Posted by martadiputra23 on Maret 13, 2014 Posted in: Kesehatan. Tinggalkan komentar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motaritas Pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar di negara yang berkembang. Di Negara miskin sekitar 25-50 % kematian wanita usia subur disesbabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan , biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada puncak produktifitasnya. Tahun 1996, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahun meninggal saat hamil bersalin. Dari data di atas di perlukan peningkatan derajat kesehatan masyarakat perubahan prilaku dan pradigma sakit menuju pradigma sehatdan akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan merata serta kesehatan lingkungan dan peningkatan umur harapan hidup. Untuk mencapai tingkat kesehatan yang baik mungkin bagi ibu-ibu yang baru melahirkan(post partum), bayi dan keluarga khususnya, serta masyarakat umumnya, asuhan masa nifas merupakan salah satu bidang pelayanan kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat atau ibu itu sendiri. Asuhan masa nifas diperlukan dalam perioda ini karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjai dalam 24 jam pertama ( buku acuan nasional, pelayanan kesehatan maternal dan neonatal 2006) Asuhan nifas sejak dulu kala telah dilakukan dengan cara yang sederhana dan tradisional. Namun, dengan bertmbah majunya ilmu kedokteran dan kebidanan, sudah seseharusnya asuhan ibu nifas dilakukan dengan cara-cara yang lebih maju. Hal ini menuntut bidan dan perawat sebagai tenaga profesional maupun memberikan pelayanan perat kebidanan kepada setiap ibu yang menghadapi masa nifas secara prfesional.
Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan pisiologi maupun pisikologis, yaitu : perubahan fisik, ivolusi uterus dan pengeluaran lochea, laktasi/pengeluaran air susu ibu, perubahan system tubuh lainnya dan perubahan psikis, karena pada masa ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami berbagai kejadian yang sangat kompleks baik fisiologis maupun psikologis, maka bidan dan perawat berperan penting dalam membtu ibu sebagai orang tua baru dan memberikan support kepada ibu serta keluarga untuk menghadapi kehadiran buah hatiyang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang sehingga dapat memulai menjalani kehidupan sebagai keluarga baru. Meskipun persalinan dengan riwayat ketuban pecah dini ditunjang dengan kemajuan yang pesat dalam bidang kesehatan, adanya antibiotika berspektrum luas, teknik pertolongan persalinan yang lebih sempurna serta tenaga kesehatan yang terampil dan terlatih, namun tidak menutup kemungkinan timbulnya komplikasi pada ibu seperti infeksi pada masa ifas, partus lama, atonia uteri, pendarahan post partum, serta terhadap bayi yaitu IVFD, asfeksia, prematuritas. Bila komplikasi yang terjadi pada bayi tidak ditanggulangi secara dini dapat meningkatkan angka morbilitas dan mortalitas pada ibu dan bayi. Bedasarkan hal tersebut diatas, untuk menekan angka kematian pada ibu akibat komplikasi dari persalian dengan riwayat ketuban pecah dini diperlukan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan kususnya bagi tenaga keperawatan untuk membeikan asuhan
pada ibu post partum dengan riwayat ketuban pecahdini yang komprehensif, sehingga ibu dapat kembali pada keadaan semuala sesuai waktunya tanpa komplikasi. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas penulisan tertarik mengatakan kasus dengan judul Ketuban Pecah Dini (KPD), dengan harapan dapat bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan pada kasus. Kasus yang terjadi khususnya pada pasien ketuban pecah dini. B. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan laporan studi kasus ini dikelompokan menjadi 2 yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum Agar dapat gambaran secara jelas dan lengkap tentang asuhan keperawatan ketuban pecah dini dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dalam penulisan laporan ini dapat di uraikan sebagai berikut : a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien ketuban pecah dini (KPD) b. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien katuban pecah dini (KPD) c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien katuban pecah dini (KPD) d. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien ketuban pecah dini C. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan laporan studi kasus ini adalah metode deskripsif, tipe studi kasus yaitu memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subyek yang diselidiki antara lain terdiri dari suatu unit dengan menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan dan membandingkan dengan teori. Adapun teknik pengumpulan data dan dan penyusunan laporan yang penulis gunakan adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Suatu teknik pengumpulan data, dimana penulisan melakukan wawancara terhadap ibu, keluarga, perawat dan bidan yang merawat ibu tersebut untukmndapatkan data subjyektif. 2. Observasi Tehnik pengumpulan data, dimana penulis melakukan pengamatan langsung terhadap ibu guna mendapatkan data yang bersifat obyektif 3. Pemeriksaan Fisik Teknik pengumpulan data dimana penulis melakukan pemeriksaan secara infeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dan mendapatkan data fisik ibu. 4. Dokumentasi Yaitu mempelajari catatan medik ibu untuk melengkapi data seperti hasil laboratorium sebagai data penunjang 5. Studi Kepustakaan Yaitu mencari dan membaca sumber buku yang sesuai dengan topik makalah kemudian menggunakannya dalam penulisan studi kasus ini. D. Sistematika Penulisan Penulisan laporan kasus ini secara garis besar dibagi dalam lima bab yaitu : Bab I Pendahuluaan, menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II Teoritis menguraikan tentang konsep dasar ketuban pecah dini meliputi pengertian patofisiologis, gejala dan tanda, komplikasi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan. Konsep dasar asuhan keperawatan meliputi pengkajian , perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, Bab III tinjauan kasus mencakup pengkajian, perencanaan ,pelaksanaan, dan evaluasi, Bab VI Pembahasan, menguraikan antara kensenjangan antara tinjauan tiori dengan tujuan kasus, evaluasi .Bab V Penutup, terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II TINJAUAN TEORI A. TINJAUAN TEORI 1. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini a. Pengertian Ketuban Pecah Dini adalah rupturnya membrane ketuban sebelum persalinan berlangsung (Manuaba,2002). Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan setelah ditunggu satu jam belum memulainya tanda persalinan(ilmu kebidanan,penyakit kandungan, dan KB 2010) Ketuban merupakan hal yang penting dalam kehamilan karena ketuban memiliki fungsi seperti: a. Untuk proteksi janin. b. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion. c. Agar janin dapat bergerak dengan bebas. d. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu. e. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum yang kemudian dikeluarkan melalui kencing janin. f. Meratakan tekanan intra – uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah. Oleh sebab itu perlu untuk mengetahui asuhan apa yang harus diberikan. b. Etiologi ketuban pecah dini Meningkatnya tekanan intrauterin. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai berikut : 1. Inkompetensi serviks (leher rahim) Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. 2. Peninggian tekanan intra uterin Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya : a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis b. Gemelli Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002) c. Makrosomia Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. (Winkjosastro, 2006)
d. Hidramnion Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja. 3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang. 4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalopelvic disproporsi). 5. Korioamnionitis Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh penyebaran organisme vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama. 6. Penyakit Infeksi Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. 7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetik 8. Riwayat KPD sebelumya 9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban 10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu c. Patofisiologi Ada factor penyebab seperti hipermotilitas rahim, selaput ketuban yang terlallu tipis, infeksi dan factor predisposisi, multipara, malposisi, servik, inkompeten, gemeli, hidramnion, adanya factor-faktor tersebut akan berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan dari persalinan tersebut disebut periode laten atau large periode (lp). Makin muda umur hehamilan makin memanjang lpnya. Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasanya yaitu pada premi 10 jam dan pada multi 10 jam. Pengaruh ketuban pecah dini terhadap janin yaitu walaupun ibu belum menunjukkan gejala gejala infeksi tetapi janin sudah terkena infeksi, karena infeksi intra uterin lebih dulu terjadi ( amnionitis). Sebelum gejala dirasakan pengaruh terhadap ibu yaitu karena jalan yang telah terbuka, maka dapat terjadi infeksi apalagi terlalu sering dipriksa dalam. Selain itu juga dapat dijumpai peritonitis dan sptikemia, ibu merasa lelah karena berbaring di tempat tidur, partus akan menjadi lama maka terjadi peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,50 C, nadi cepat dan nampaklah gejala gejala infeksi yang akan meningkatkan angka kematian ibu. d. Tanda dan Gejala Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi. e. Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini 1. Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangya jaringan ikat dan vaskularisasi bila terjadi pembukaan servik maka selaput ketuban sangat melemah dan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban. 2. Kolagen terdapat pada lapisan kompakta. Amnion, fibroblast, jaringan rektikuler, korion, dan trofotblas. Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh system aktifitas dan inhibisi interleukin – 1(IL-I) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-I dan prostaglandin, menghasilkan kolagenese jaringan sehingga terjadi depolimrisasi kolagen pada selaput korin / amnion menyebabkan selaput ketuban tipis. f. Komplikasi Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi Infeksi Maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia
karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal. 1. Infeksi Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi Korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban Pecah Dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten. 2. Hipoksia dan asfiksia Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat 3. Syndrom deformitas janin. Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonal. g. Pemeriksaan Diagnostik 1. Memeriksa adanya cairan yang kluar dari vagina berisi mekonium, verniks caseosa, rambut lanugo, atau bila infeksi berbau 2. Inspekulo : lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servik dan apakah ada bagian yang sudah pecah 3. Test ferning : bila menjadi biru (basa) berarti air ketuban, bila menjadi merah ( asama ) berarti air kemih ( urine ). Darah dari infeksi vagina dapat menghasilkan test positif palsu. 4. Pemeriksaan leukosit darah >15.000/ Ul bila terjadi infeksi. 5. USG : menentukan usia kehamilan, indeks cairan amnion berkurang h. Penatalaksanaan 1. Pasien dirawat di rumah sakit 2. Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat. 3. Dengan pemikiran janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid sehingga kematangan paru dapat terjadi 4. Pada umur kehamilan 24 sampai 32 minggu yang menyebabkan menunggu berat janin cukup, perlu dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan, dengan kemungkinan janin tidak dapat diselamatkan. 5. Menghadapi ketuban pecah dini, diperlukan KIE terhadap ibu dan keluarga sehingga terdapat pengertian bahwa tindakan mendadak mungkin dilakukan dengan pertimbangan atau menyelamatkan ibu dan mungkin harus mengorbankan bayi. 2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Ketuban Pecah Dini a. Pengkajian Adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2008). 1. Biodata klien Biodata klien berisi tentang : Nama, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Suku, Agama, Alamat, No. Medical Record, Nama Suami, Umur, Pendidikan, Pekerjaan , Suku, Agama, Alamat, Tanggal Pengkajian. 2. Keluhan utama keluar cairan warna putih, keruh, jernih, kuning, hijau / kecoklatan sedikit / banyak, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering, inspeksikula tampak air ketuban mengalir / selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudahkering. 3. Riwayat menstruasi Umur menarchi pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid dan terakhir, perkiraan tanggal partus
4. Riwayat Perkawinan Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah atau tidak, atau tidak direstui dengan orang tua ? 5. Riwayat Obstetris Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboraturium : USG , darah, urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh 6. Riwayat penyakit dahulu Penyakit yang pernah di diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani nya, dimana mendapat pertolongan, apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang – ulang 7. Riwayat kesehatan keluarga Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic seperti panggul sempit, apakah keluarga ada yg menderita penyakit menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah di derita oleh keluarga. 8. Data biologis a. Bernapas Tanyakan kesulitan dalam bernapas terutama setelah pembedahan. b. Makan dan Minum Tanyakan bagaimana kebisaan makan dan minum pasien apakah telah mengandung zat gizi. c. Eliminasi Tanyakan kebiasaan dan kesulitan atau masalah dalam BAB dan BAK. d. Istirahat dan Tidur Perlu ditanyakan bagaimana kebiasaan dan masalah apa yang dapat menganggu istirahat dan tidur pasien. e. Gerak dan Aktifitas Observasi hal-hal yang dapat dilakukan oleh pasien sebelum dan setelah aktifitas. f. Kebersihan Diri Observasi kebersihan diri terutama payudara dan vulva. g. Berpakaian Tanyakan kebiasaan mengganti pakaian . h. Pengaturan Suhu Tubuh Tanyakan apakah pasienselama hamil dan pasca pembedahan mengalami peninggkatan suhu tubuh dan penurunan suhu tubuh. i. Seksualitas Tanyakan pola seksualitas dan frekuensi sebelum,saat dan setelah hamil serta keluhan saat melakukan hubungan seksual. 9. Data Psikologis a. Rasa nyaman Tanyakan ketidak nyamanan yang dirasakan pasca melahirkan. b. Rasa aman Kaji hal-hal yang berkaitan dengan kecemasan pasien. 10. Data Sosial a. Sosial Tanyakan tentang interaksi atau tingkat ketergantungan pasien terhadap orang lain. b. Konsep Diri 1. Identitas Diri Tanyakan pada pasien apakah sudah merasa sudah menjadi seorang ibu. 2. Harga Diri Tanyakan pada pasien apakah merasa minder atau senang dengan kehadiran anaknya.
3. Ideal Diri Tanyakan pada pasien apakah ada cita-cita untuk merawat anaknya. 4. Gambaran Diri Tanyakan pendapat tentang dirinya. 5. Peran Diri Tanyakan pada pasien sadarkah pada perannya sekarang setelah memiliki anak. c. Bermain dan Berekreasi Tanyakan pada kebiasaan pengisian waktu luang. d. Prestasi Kaji hal-hal yang membanggakan dari pasien yang ada hubungan dengan kondisinya. e. Belajar Kaji tingkat pengetahuan pasien dengan sectio caesarea meliputi perawatan lika,perawatan payudara,kebersihan vulva atau cara cebok yang benar,nutrisi KB,seksual serta hal-hal yang perlu ditanyakan tentang perawatan bayi yang ,merawat tali pusat dan cara meneteki yang benar. 11. Data Spritual Kaji kepercayaan pasien terhadap tuhan. 12. Pemeriksaan fisik a. Keadaan umum Observasi kesadaran, bangun tubuh, postur tubuh dan keadaan kulit b. Gejala Kardinal Observasi vital sign seperti suhu, tekanan darah, nadi dan respirasi c. Ukuran ukuran lain Kaji berat badan sebelum, saat hamil, saat pengkajian dan tinggi badan. d. Keadaan fisik 1. Kepala Observasi kulit kepala, kebersihan, adanya nyeri tekan 2. Muka Pucat, koloasma gravidarum, adanya nyeri tekan, adanya odema 3. Mata Observasi pergerakan bola mata, adanya nyeri tekan, konjungtiva pucat atau tidak 4. Hidung Observasi kesimetrisan, adanya sekret, adanya nyeri tekan, pernafasan cuping hidung 5. Telinga Observasi kesimetrisan, adanya nyeri tekan, kebersihan, pendengaran 6. Mulut Observasi membran mukosa, lidah, stomatis, adanya pembesaran tonsil, kebiruan dan karies. 7. Leher Bendungan vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe. 8. Torak Observasi pergerakan otot dada saat bernafas, retraksi otot dada, adanya wheezing, rhonci dan bunyi jantung 9. Payudara Bentuk simetris atau tidak, kebersihan, keadaaan puting susu, hiperpigmentasi aerola mamae, lecet/luka, pembengkakan buah dada, pengeluaran (kolostrum, asi, nanah) 10. Abdomen Kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, keadaan luka post operasi, distensi kandung kemih, bising usus, terdapat strie 11. Ekstremitas
Kemampuan pergerakan, cianocis dan odema 12. Genetalia dan anus Kebersihan, pengeluaran rochea (jumlah, warna, bau, konsistensi) haemoroid 13. Data penunjang Mencakup semua pemeriksaan yang menunjang keadaan pasien seperti data laboratorium. b. Diagnosa keperawatan ketuban pecah dini 1. resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen 2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim 3. Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau konfirmasi tentang Penyakit 4. Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri, peningkatan HIS 5.Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik (Dangoes:2000 C. Intervensi No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Inervensi Rasional 1 Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pecah ketuban, kerusakan kulit, penurunan hemoglobin, pemajanan pada patogen Tujuan : – infeksi tidak terjadi pada ibu kriteria hasil – pencapaian tepat waktu pada pemulihan luka tanpa komplikasi – – Tinjau ulang kondisi/faktor risiko yang ada sebelumnya. Catat waktu pecah ketuban. – – Kaji terhadap tanda dan gejala infeksi (misalnya: peningkatan suhu, nadi, jumlah sel darah putih, atau bau/warna rabas vagina). – – Berikan perawatan perineal sedikitnya setiap 4 jam bila ketuban telah pecah – – Kondisi dasar ibu, seperti diabetes atau hemoragi, menimbulkan potensial resiko infeksi atau penyembuhan luka yang buruk. Resiko korioamnionitis meningkat dengan berjalannya waktu, sehingga meningkatkan resiko infeksi ibu dan janin. – Pecah ketuban terjadi 24jam sebelum pembedahan dapat menyebabkan amnionitis sebelum intervensi bedah dan dapat mengubah penyembuhan luka. – Untuk mencegah agar tidak terjadi infeksi 2 3 4 5 Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan atau konfirmasi tentang penyakit Gangguan kebutuhan istirahat tidur berhubungan dengan adanya nyeri , peningkatan HIS
Intoleransi aktifitas b.d. kelemahan fisik Tujuan : – rasa nyeri berkurang Kriteria hasil : – klien tampak tenang – klien tampak nyaman Tujuan : – klien pengetahuan klien bertambah setelah diberikan informasi mengenai penyakit nya kriteria hasil : – klien tidak resah lagi dengan peyakit nya – menunjukkan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis Tujuan : – kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi Kriteria hasil : – klien dapat tidur dengan tenang dan tidak gelisah – klien menunjukkan pola tidur yang adekuat Tujuan: – aktivitas kembali sesuai kemampuan pasien. Kriteria hasil: – pasien bisa beraktivitas seperti biasa. – – monitor tanda – tanda vital : TD, pernafasan, nadi dan suhu – – ajrakan klien teknik relaksasi – atur posisi klien – – berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung – – tinjau proses penyakit dan harapan masa depan – – dorong periode istirahat yang adekuat dengan aktifitas terjadwal – – berikan pelayanan kesehatan mengenai penyakit nya – – jelaskan kepada klien apa yg terjadi, berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan jawaban yang terbuka dan jujur – – Lakukan pengkajian terhadap gangguan kebutuhan tidur – – motivasi klien agar mengalihkan perhatian – – monitor kebutuhan tidur – ciptakan suasana nyaman – Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari seminimal mungkin. – Beri posisi nyaman. – Anjurkan menghemat energy hindari kegiatan yang melelahkan. -Jelaskan pentingnya mobilisasi diri. – – nyeri dapat mengakibatkan peningkatan frekuesni pernafasan dan nadi – untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien – – untuk memberikan kenyamanan pada klien – agar klien dapat beristirahat
– – memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan – – agar klien tidak merasa jenuh dan mempercepat proses penyembuhan – – agar klien mengerti dengan bahaya nya infeksi dan penyakit nya – menunjukkan realitas situasi yang dapat membantu klien atau orang terdekat menerima realitas dan mulai menerima apa yang terjadi – agar dapat memberikan gambaran sampai sejauh mana kebutuhan tidur terganggu – – dengan mengalihkan perhatian, maka perhatian klien tidak hanya tertuju pada rasa nyeri sehingga membantu relaksasi pada klien sewaktu tidur – – untuk mengetahui apakah kebutuhan tidur klien terpenuhi seperti biasa atau belum – – suasana yang tenang dapat membantu relaksasi sehingga nyeri berkurang dan klien bisa tidur – – agar kebutuhan sehari – hari – klien dapat terpenuhi seperti biasa nya – agar klien merasa nyaman dan tenang – kelelahan dapat menyebabkan lama nya proses penyembuhan klien,,jadi dengan menghindari kegiatan yang melelahkan dapat membantu proses penyembuhan – proses penyembuhan D. Implementasi Setelah rencana keperawatan di susun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksanaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh si pembuat rencana keperawatan dan di dalam pelaksanaan keperawatan itu kita harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik E. Evaluasi Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan tindakan yang diberikan sehingga dapat menentukan intervensi yang akan dilanjutkan WOC KPD BAB III TINJAUAN KASUS 1. Pengkajian Tanggal pengkajian : 16 agustus 2010 a. Identitas klien Pasien Penanggung jawab Nama : Ny.I Tn.H Umur : 20 tahun 25 tahun Jenis kelamin : Perempuan Laki – laki Status : Sudah menikah Sudah menikah Agama : Hindu Hindu Pekerjaan : Ibu rumah tangga Wiraswasta Pendidikan : SMA SMA Alamat : Tilatang kamang Tilatang kamang No.MR : 249226 Ruang Rawat : ruang Melati RSUD Tabanan Tgl masuk : 14 agustus 2010
b. Alasan masuk Klien masuk IGD pada hari sabtu pukul 00.30 WITA, dengan keluhan keluar cairan ketuban dari pervaginaan berwarna jernih dan tidak berbau c. Riwayat kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan keluar cairan ketuban dari pervaginaan sejak malam, klien mengatakan cairan ketuban yang keluar pervaginaan berwarna jernih dan tidak berbau,frekuensi ganti duk klien sebanyak 5x sehari, klien mengatakan perut terasa sakit dari pinggang sampai ke ari – ari,nyeri yang dirasakan klien nyeri sedang dengan skala nyeri 6,klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan,frekuensi tidur klien hanya 7 jam sehari,klien mengatakan nafsu makan berkurang sejak beberapa hari yg lalu ,klien mengatakan berat badan nya menurun,BB sehat 68 Kg BB sakit 64 Kg,klien sudah 2 hari tidak ada Buang air besar, klien mengatakan cemas dan tidak mengetahui tentang penyakit yang di derita nya saat ini, klien tampak meringis dan sering memegang perut nya, porsi makan yang dihabiskan klien hanya ½ porsi,klien mengatakan selama dirumah sakit klien hanya beraktifitas di tempat tidur, aktifitas klien di rumah sakit hanya di tempat tidur, DJJ bayi 135 x/i, HB 10,4 gr %, therapi yang diberikan ceftriaxon 2 x 1 gr dan dexametason 2 x 1 amp 2. Riwayat Kesehatan dahulu Klien sebelum nya tidak pernah mengalami penyakit yang di derita nya sekarang, klien juga tidak ada penyakit jantung, DM, hipertensi 3. Riwayat kesehatan keluarga Keluarga klien tidak ada memiliki penyakit keturunan, menular dan kejiwaan 4. Riwayat menstruasi Menarche : 13 tahun Siklus haid : teratur ( 1x/ bulan ) Lama haid : 5 – 8 hari Ganti Duk : 2 – 3x / hari Keluhan pd saat haid : nyeri pd saat haid 5. Riwayat Kehamilan HPHT : 18 Desember 2009 TP : 25 September 2010 Kehamilan : G1 P0 A0 H0 ( Gravid 1, partus belum ada, abortus tidak ada, hidup belum ada ) d. Pemeriksaan Fisik 1. Kesadaran : Compos Metis 2. BB / TB : 64 kg / 159 cm 3. Tanda – Tanda vitaL TD : 110 / 80 mmhg P : 24x /menit N : 88x / menit S : 36,2 º C 4. Head To Toe a. Rambut : berwarna coklat, lurus, bersih, tidak berbau, tidak terdapat lesi b. Mata : sklera tidak ihterik, konjungtiva anemis,pupil sama besar ka / ki, palpebra tidak ada oedema, fungsi penglihatan baik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan,bereaksi terhadap cahaya
c. Telinga : simetris ka / ki , tidak terdapat serumen,tidak menggunakan alat bantu fungsi pendengaran baik d. Hidung : bernafas tidak menggunakan cuping hidung,tidak terdapat serumen ,fungsi penciuman baik e. Mulut dan Gigi : mukosa bibir lembab, keadaaan gigi dan gusi tidak ada peradangan dan pendarahan, ada karies gigi, lidah bersih, keadaan mulut tidak berbau f. leher : tidak terjadi pembengkakan tyroid g. Paru – Paru : warna kulit putih, pengembangan dada simetris ka / ki, tidak ada lesi / memar , bernafas tidak menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi pernafasan 24x / I, tidak ada teraba massa, idak teraba pembengkakan, getaran dinding dada terasa simetris ka/ki, bunyi paru – paru resonan,suara nafas terdengar vesikuler h. Jantung : warna kulit dada putih,tidak ada lesi atau luka lecet, ictus cordis tidak terlihat, terasa ictus cordis teraba pada ICS5 midclavikula dan batas jantung teraba,frekuensi jantung 88x/menit, bunyi jantung redup, tidak terdapat bunyi tambahan i.Payudara : puting susu menonjong, aerola menghitam, mamae tidak terlalu tegang j.Abdomen : perut terlihat membuncit, kulit bersih, tidak ada luka lesi, fundus 3 jari di bawah px, letak bayi Puka, persentas kepala, timpany, bising usus ( + ), DJJ : 135x / I, e. Ekstremitas : Atas : kulit berwana putih, terdapat luka bekas suntikan, tidak ada oedema Bawah : tidak ada kelainan, tidak terdapat memar / luka lecet, tidak ada oedema f. Genitalia : vagina keluar cairan berwarna jernih tapi tidak berbau, tidak terdapat varises dan tidak ada oedema g. Integumen : turgor kulit baik, kulit lembab tidak kering 2. Analisa Data No Data Etiology Problem 1 DS : – klien mengatakan keluar cairan ketuban dari pervaginaan sejak malam – klien mengatakan cairan ketuban yang keluar pervaginaan berwarna jernih dan tidak berbau DO : – cairan ketuban yang keluar dari vagina berwarna jernih dan tidak berbau – frekuensi ganti duk klien sebanyak 5x dalam sehari – Therapi yg diberikan ceftriaxn 2 x 1 gr dan dexametason 2 x 1 amp Ketuban Pecah Dini Resiko Infeksi 2 DS : – klien mengatakan perut terasa sakit dari pinggang sampai ke ari – ari – klien mengatakan selama dirumah sakit klien beraktifitas ditempat tidur DO : – klien tampak meringis dan memegangi perut nya – nyeri yang dirasakan klien nyeri sedang dengan skala nyeri 6 – aktifitas klien dirumah sakit ditempat tidur Ketegangan otot rahim Gangguan rasa nyaman :
nyeri 3 4 5 DS : – klien mengatakan cemas terhadap penyakit yang di derita nya – klien mengatakan tidak mengetahui ttg penyakit yang di alami nya DO : – klien tampak cemas – klien sering bertanya tentang penyakit nya DS : – klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan – klien mengatakan frekuensi tidur hanya 7 jam dalam sehari DO : – frekuensi tidur klien hanya 7 jam sehari – klien tampak lemah DS : – klien mengatakan kurang nafsu makan sejak beberapa hari yang lalu – klien mengatakan berat badan nya menurun DO : – porsi makanan yang dihabiskan klien ½ porsi – BB sehat 68 Kg, BB sakit 64 Kg – HB klien 10,4 gr % Kurang nya pengetahuan klien tentang penyakit KPD Peningkatan HIS Intake yang tidak adekuat Ansietas Gangguan pola istirahat : tidur Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi 3. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko Infeksi berhubungan dengan Ketuban Pecah Dini 2. Gangguan Rasa Nyaman:Nyeri berhubungan dengan ketegangan otot rahim 3. Ansietas berhubungan dengan kurang nya pengetahuan klien tentang penyakit KPD 4. Gangguan Pola istirahat Tidur berhubungan dengan Peningkatan HIS 5. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat 4. Intervensi No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional 1` Resiko Infeksi b /d Ketuban pecah dini DS : – klien mengatakan keluar cairan dari pervaginaan – klien mengatakan cairan ketuban yang keluar pervaginaan berwarna jernih dan tidak berbau DO : – cairan yang keluar berwarna jernih dan tidak berbau – frekuensi ganti duk klien sebanyak 5x dalam sehari
Tujuan ; – infeksi tidak terjadi kriteria hasil : – tidak ada keluar lagi cairan dari pervaginaan – DJJ janin normal – Leukosit klien kembali normal – Suhu 36 – 37 ° – – bina hubungan saling percaya melalui komunikasi therapeutik – – pantau keadaan umum klien – – berikan lingkungan yang nyaman untuk klien – berikan obat sesuai order dokter – – untuk memudahkan perawat melakukan tindakan – – untuk melihat perkembangan kesehatan klien – – agar istirahat klien terpenuhi – proses penyembuhan klien 2 Gangguan rasa nyaman : nyeri b / d ketegangan otot rahim DS : – klien mengatakan perut terasa sakit dari pinggang ke ari –ari DO : – klien tampak meringis – klien tampak memegangi perut nya – nyeri yang dirasakan klien nyeri sedang dengan skala nyeri 6 Tujuan : – nyeri ( – ) Kriteria hasil : – klien tampak tenang / rileks – klien mengatakan rasa nyeri pada perut klien berkurang – TTV kembali normal TD : 120 / 80 mmhg N : 60 – 120 x/i P :24 x /i S :36 -37 ° – monitor TTV klien – kaji skala nyeri ( 1 – 10 ) – ajarkan klien teknik relaksasi – atur posisi klien – berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung – untuk mengetahui perkembangan umum klien – untuk mengetahui derajat nyeri klien dan menentukan tindakan yang akan dilakukan – – untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh klien – – untuk memberikan kenyaman klien – – untuk mengurangi tingkat stres klien, dan klien bisa beristirahat 3 4 5 Ansietas b / d kurang nya pengetahuan klien tentang penyakit KPD DS : – klien mengatakan cemas terhadap – penyakit nya – klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit yang di derita nya DO : – klien tampak cemas
– klien sering bertanya tentang penyakit nya kepada perawat Gangguan Pola istirahat Tidur berhubungan dengan Peningkatan HIS DS : – klien mengatakan susah tidur karena nyeri yang dirasakan – klien mengatakan frekuensi tidur hanya 7 jam dalam sehari DO : – frekuensi tidur klien hanya 7 jam sehari – klien tampak lemah Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak ade kuat DS : – klien mengatakan kurang nafsu makan sejak beberapa hari yang lalu – klien mengatakan berat badan nya menurun DO : – porsi makanan yang dihabiskan klien ½ porsi BB sehat 68 Kg, BB sakit 64 Kg Tujuan : – ansietas ( – ) Kriteria hasil : – klien sudah mengerti tentang penyakit dan perawatan KPD – klien tidak cemas lagi Tujuan : – istirahat dan tidur klien terpenuhi Kriteria hasil : – menunjukkan pola tidur yang adekuat Tujuan : – kebutuhan nutrisi klien terpenuhi Kriteria hasil : – tidak menunjukkan tanda –tanda mal nutrisi – BB dalam batas normal – menunjukkan pemasukan yang adekuat – tinjau proses penyakit dan harapan masa depan – dorong klien untuk istirahat total – – berikan pelayanan kesehatan mengenai penyakit nya – kaji kebiasaan pola tidur patien – berikan lingkungan yang nyaman seperti keadaan ruangan dan penerangan ruangan – batasi pengunjung – timbang BB klien – kaji tanda – tanda mal nutrisi – auskultasi bising usus, catat ada nya nyeri abdomen, mua muntah – motivasi klien untuk menghabiskan makanan – berikan makanan yang hangat dan bervariasi – memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat membuat pilihan – – untuk mempercepat proses penyembuhan – – agar klien mengerti tentang bahaya nya penyakit yang di derita nyan
– kebiasaan pola tidur klien dapat mempengaruhi kualitas tidur klien – – agar klien merasa nyaman – agar klien bisa beristirahat -untuk mnegetahui peningkatan atau penurunan berat badan klien – – untuk mengetahui indikator kekurangan nutrisi – gangguan nutrisi dapat menyebabkan perubahan frekuensi bising usus – – agar nutrisi klien terpenuhi – menambah selera makan klien 5. Implementasi dan Evaluasi No Hari / tgl Dx Jam Implementasi Evaluasi 1 Senin 16 agustus 2010 I II 08.00 WITA 08.45 WITA 09.30 WITA 11.00 WITA 11.25 WITA 11.30 WITA 13.00 WITA 13.45 WITA 14.00 WITA – membina hubungan saling percaya melalui komunikasi therapeutik – memantau keadaan umum klien, seperti kesadaran klien ,cairan yg keluar dari pervaginaan klien, TD,N,S,P klien R/p : cairan yg keluar dari pervaginaan masih ada, kesadaran baik, – memberikan obat injeksi Ceftriaxon 1 gr dan dexametason 1 amp ( IV ) R/p : ceftriaxon dan dexametasn sudah diberikan – memberikan lingkungan yang nyaman seperti kenyamanan ruangan dan membatasi pengunjung R/p : klien dapat beristirahat – memonitor TD,N,P,S klien – mengkaji skala nyeri ( 1 – 10 ) R/p : skala nyeri klien 6 – mengajarkan klien teknik relaksasi dengan cara tarik nafas dalam sebanyak 3 x – R/p : klien dapat melakukan teknik relaksasi yg di ajarkan ,nyeri sedikit berkurang – mengatur posisi klien dengan miring kiri saban 2 jam R/p : klien dapat melakukan miring kekanan dank e kiri saban 2 jam
– memberikan lingkungan yang nyaman dg batasi pengunjung R/p : klien merasa tenang dan dapat beristirahat S : klien mengatakan masih ada keluar cairan dari pervaginaan tapi tidak begitu banyak O : warna cairan jernih dan tidak berbau A : masalah belum teratasi P : intervensi 2 – 4 dilanjutkan S : klien mengatakan pinggang sampai ke ari – ari masih terasa nyeri O : klien tampak memegangi pinggang dan meringis A : masalah belum teratasi P : intervensi 1 – 5 dilanjutkan 2 Selasa / 17 agustus 2010 08.00 WITA Intervensi dihentikan Klien pulang dengan kemauan sendiri Pd tgl 16 agustus 2010 pukul 17.30 WITA BAB IV PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada pembahasan ini disajikan tentang analisa data yang diperoleh dari hasil pengkajian pada ibu bersalin pada tanggal 16 agustus 2010 di Ruang Melati RSUD Tabanan 1. Data Subjektif Pengkajian data subjektif dapat dilaksanakan dengan cara wawancara ibu secara langsung untuk mendapatkan data seperti identitas ibu dan suami, riwayat menstruasi, riwayat obstetri, riwayat kehamilan sekarang, riwayat kesehatan klien dan keluarga, dan pola kehidupan sehari – hari. Data subjektif ini sudah kesesuaian dengan teori persalinan. 2. Data Objektif Pengkajian obyektif dapat dilaksanakan dengan cara pemeriksaan fisik secara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang. Semua keadaan ibu sudah di periksa dan hasilnya normal. 3. Assesment Dari data subjektif dan data objektif sudah dapat mendukung diagnosa Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan KPD. 4. Planning Planning yang telah dilakukan di Ruang Melati RSUD Tabanan sudah sesuai dengan teori B. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan yang dilakukan untuk menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan asuhan keperawatan dalam menangani masalah pasien.Dimana evaluasi dilaksanakan perhari untuk mengetahui perkembangan pasien dan untuk menilai keefektifan pemberi asuhan keperawatan,Dari lima masalah keperawatan yang muncul,dua masalah tidak terjadi resiko infeksi karena selama pelaksanaan tidakditemukan tanda-tanda yang mengarah pada infeksi yaitu kalor,dolor,tumor,rubor dan fungsiolaesa dan tiga masalah lainnya tidak teratasi.Evaluasi kelima masalah keperawatan tersebut dilaksanakan pada hari yang sama yaitu pada tanggal 16 Agustus 2010.Evaluasi sudah dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
BAB V PENUTUP Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan dan memberikan saran saran sebagai berikut : A. Simpulan Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim disebut ketuban pecah dini. Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm berupa penanganan aktif, antara lain : 1. Kehamilan > 37 minggu induksi dengan oksitosin. Apabila gagal, maka dilakukan seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 25 – 50µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali 2. Bila ada tanda – tanda infeksi, berikan antibiotik dosis tinggi 3. Terminasi kehamilan, jika : 1) Skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian di induksi. Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria 2) Skor pelvik > 5 induksi persalinan, kemudian partus pervaginam