Visi : Pada tahun 2020 menghasilkan ahli madya keperawatan yang berkarakter dan berwawasan global, serta unggul dalam penguasaan teknologi keperawatan neurosains
ANSIETAS Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa Disusun Oleh : Kelompok 1/ 3 Reguler D 1. Aisyah Andini
P3.73.20.1.16.151
2. Agnes Miranda
P3.73.20.1.16.152
3. Agustina Ria M
P3.73.20.1.16.153
4. Aisyah
P3.73.20.1.16.154
5. Aisyah Sofwatun Nida
P3.73.20.1.16.155
6. Akbar Gresputra
P3.73.20.1.16.156
7. Aninda Nur Fitriana
P3.73.20.1.16.157
8. Annisa Halimah
P3.73.20.1.16.158
9. Aviva Ayu Lestari
P3.73.20.1.16.159
10. Aysa Sartika
P3.73.20.1.16.160
11. Bella Trisnawati
P3.73.20.1.16.161
12. Dhea Dwi Marchelina
P3.73.20.1.16.162
13. Diannisa Handini
P3.73.20.1.16.163
14. Dinda Apriliana P
P3.73.20.1.16.164
15. Dini Dwi Lestari
P3.73.20.1.16.165
16. Dita Apriayani
P3.73.20.1.16.162
DOSEN PEMBIMBING: Suliswati, S. Kp., M. Kes.
PRODI DIII KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 3 SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Ansietas bisa dialami siapa saja dari latar belakang sosial, budaya maupun ekonomi. Selain itu ansietas dapat menyerang lanjut usia, wanita, pria remaja dan dewasa bahkan anak-anak sekalipun. Ansietas adalah perasaan yang dialami ketika terlalu mengkhawatirkan kemungkinan peristiwa yang menakutkan yang terjadi di masa depan yang tidak bisa dikendalikan jika itu terjadi, dan akan dinilai sebagai ‘mengerikan’, atau dapat mengungkapkan bahwa kita adalah orang yang benar-benar tidak mampu menata pikiran diri sendiri. Pada dasarnya seluruh manusia itu dalam keadaan seimbang, namun dalam hidup pasti ada masalah yang harus dihadapi, ada yang diterima dengan baik adapula yang harus diproses, bahkan ditolak. Namun, masalah tak dapat ditolak tetapi pikiran ingin menolak itulah yang menyebabkan cemas, stres sampai depresi. Fenomena belakangan ini di kotakota besar, bahkan di Negara maju terutama Indonesia menunjukkan peningkatan tajam terhadap perilaku cemas yang berlebihan atau ansietas, hal ini kelihatannya disebabkan oleh kondisi ekonomi negara kita yang masih belum stabil, sehingga semakin banyak orang yang mengalami kecemasan, stres, sampai depresi. Menurut penelitian kecenderungan pengidap gangguan jiwa meningkat, hal ini dapat dilihat dari data Bank Dunia pada 1995. Disebutkan bahwa telah terjadi kehilangan hari-hari produktif (disability adjusted life years) di beberapa negara, sebesar 8,1 % dari total Global Burden Disease akibat gangguan kesehatan jiwa. Angka ini tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan penyakit lain seperti tuberculosis (7,2 %), kanker (5,8%), penyakit jantung (4,4 %) maupun malaria (2,6%). Gangguan kecemasan diperkirakan mengidap 1 dari 10 orang. Menurut data National Institute of Mental Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut (Ade Heryana, 2009). Obat-obatan yang digunakan untuk menekan ansietas sudah berkembang sejak 1950 hingga sekarang. Hingga kini, antiansietas masih merupakan penangkal utama, baik yang memiliki aksi tunggal maupun ganda.
1
B. Tujuan Penulisan 1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi kecemasan 2. Mahasiswa dapat menyebutkan tanda-tanda kecemasan 3. Mahasiswa dapat menyebutkan gejala umum ansietas 4. Mahasiswa dapat menguraikan etiologi 5. Mahasiswa dapat menguraikan rentang respon kecemasan 6. Mahasiswa dapat menguraikan penatalaksanaan kecemasan 7. Mahasiswa dapat menguraikan penilaian terhadap kecemasan 8. Mahasiswa dapat menguraikan asuhan keperawatan pada pasien cemas
C. Sistematika Penulisan Bab I. Pendahuluan membahas mengenai latar belakang, tujuan, dan sistematika penulisan untuk menjelaskan pokok-pokok pembahasan. Bab II. Pembahasan membahas mengenai definisi kecemasan, tanda-tanda kecemasan, gejala umum ansietas, etiologi, rentang respon kecemasan, penatalaksanaan kecemasan, penilaian terhadap kecemasan, asuhan keperawatan pada pasien cemas Bab III Penutup membahas mengenai kesimpulan dan saran dari materi Ansietas.
2
BAB II KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN CEMAS
A. Definisi Kecemasan Ansietas merupakan keadaan ketika individu atau kelompok mengalami perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik. (Carpenito, 2007) Ansietas atau kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal (Suliswati, 2005). Menurut Videbeck (2008) ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh situasi. Ansietas adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh rasa takut serta gejala fisik yang menegangkan serta tidak diinginkan. Gejala tersebut merupakan respons terhadap stres yang normal dan sesuai, tetapi menjadi patologis bila tidak sesuai dengan tingkat keparahan stres, berlanjut setelah streso menghilang, atau terjadi tanpa adanya stressor eksternal (Craig, 2009). Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan. (Stuart, 2007).
B. Tanda-tanda Kecemasan 1. Khawatir berlebihan Gangguan kecemasan umum (Generalize Anxiety Disorder) adalah jenis gangguan kecemasan yang paling luas spektrumnya. Ciri khas GAD adalah terlalu banyak hal sehari-hari, baik besar maupun kecil. Penderitanya cemas terus-menerus setiap hari setidaknya selama enam bulan. Kecemasan juga menjadi begitu parah, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari dan
3
disertai dengan gejala yang nyata seperti kelelahan. "Perbedaan antara gangguan kecemasan dengan kecemasan normal adalah gangguan kecemasan membuat orang menderita dan mengalami disfungsi," kata Sally Winston, PsyD, direktur Anxiety and Stress Disorder Institute of Maryland di Towson. 2. Ketakutan yang irasional Ada gangguan kecemasan yang sifatnya tidak umum, melekat pada situasi tertentu seperti takut terbang, hewan, atau banyak hal lainnya. Jika rasa takut itu menjadi luar biasa dan keluar dari proporsi risiko yang sebenarnya, itu dinamakan fobia. Fobia seringkali tersembunyi sampai penderitanya bertemu dengan sesuatu yang ditakutinya. "Seseorang yang fobia ular bisa terlihat biasa-biasa saja tanpa masalah selama bertahun-tahun," kata Winston. "Tapi ketika diajak berkemah di alam terbuka, mereka baru sadar bahwa mereka sangat takut pada ular, sehingga dihantui oleh ketakutan itu hingga sedemikian rupa." 3. Masalah tidur Sulit tidur atau sering tertidur telah lama dikaitkan dengan berbagai kondisi kesehatan, baik fisik maupun psikologis. Hampir semua orang pernah mengalami sulit tidur terutama ketika mereka sedang mengalami masalah yang menyita pikiran. Tapi, jika Anda menemukan diri Anda sering atau konsisten tidak bisa tidur, karena terus mengkhawatirkan masalah yang ituitu saja (misalnya uang), atau malah tidak ada sebab khusus dari kecemasan yang Anda rasakan, mungkin Anda menderita GAD dan perlu untuk mendapat pertolongan dari psikolog atau psikiater. 4. Tegang otot Tegang otot konstan, seperti mengepalkan rahang, tinju, atau meregangkan otot-otot seluruh tubuh, sering menyertai gangguan kecemasan. Gejala ini bisa berlangsung beberapa lama tanpa orang menyadarinya. Olahraga teratur dapat membantu mengontrol ketegangan otot. Namun, ketegangan mungkin akan timbul lagi jika ada gangguan kecemasan yang kambuh.
4
5. Gangguan pencernaan kronis Kecemasan dapat dimulai dari dalam pikiran tetapi sering memanifestasikan dirinya melalui gejala fisik, seperti masalah pencernaan kronis. "Sindrom iritasi usus (IBS), yang ditandai dengan gejala sakit perut, kram, kembung, gas, sembelit, dan/atau diare, pada dasarnya adalah kecemasan dalam saluran pencernaan," kata Winston. IBS tidak selalu berkaitan dengan kecemasan tetapi keduanya sering terjadi bersamaan dan bisa membuat satu sama lain semakin memburuk. Usus sangat sensitif terhadap stres dan begitu juga sebaliknya, gangguan pencernaan sering membuat orang cemas. 6. Panik Serangan panik bisa menakutkan. Tiba-tiba Anda dicekam perasaan takut yang luar biasa dan membuat Anda merasa tidak berdaya dan panik. Serangan panik dapat berlangsung selama beberapa menit, disertai dengan gejala fisik seperti masalah pernapasan, jantung berdebar kencang, kesemutan atau tangan mati rasa, berkeringat, lemas atau pusing, nyeri dada, sakit perut dan merasa panas atau dingin. Tidak semua orang yang memiliki serangan panik memiliki gangguan kecemasan, tetapi orang yang mengalaminya berulang kali dapat didiagnosis dengan gangguan panik. Orang dengan gangguan panik hidup dalam ketakutan tentang kapan, di mana, dan mengapa serangan mereka berikutnya mungkin terjadi. 7. Trauma Menghidupkan kembali atau kilas balik peristiwa yang membuat emosi terganggu atau trauma, seperti kematian mendadak orang yang dicintai, adalah ciri dari gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Beberapa penelitian, salah satunya studi yang dimuat dalam Journal of Anxiety Disorder 2006, menunjukkan bahwa beberapa orang dengan kecemasan sosial memiliki kilas balik PTSD. Banyak dari mereka merasa trauma, karena pernah diejek di depan publik. Biasanya, orang-orang ini akan menghindari faktor-faktor yang bisa memicu ingatan buruk itu datang lagi. Misalnya, orang yang trauma karena pernah diejek di depan publik akan menjadi tidak suka tampil di keramaian atau tidak suka memiliki banyak teman karena itu akan membuatnya cemas.
5
8. Kesadaran diri Gangguan kecemasan sosial tidak selalu berkaitan dengan bicara di depan orang banyak atau menjadi pusat perhatian. Dalam kebanyakan kasus, kecemasan tersebut dipicu oleh situasi sehari-hari seperti percakapan antar individu di sebuah pesta, atau makan dan minum di depan sejumlah kecil orang. Orang-orang dengan gangguan kecemasan sosial cenderung merasa seperti semua mata tertuju padanya. Akibatnya, mereka jadi grogi, wajah memerah, gemetar, mual, berkeringat, atau kesulitan berbicara. Gejala ini bisa begitu mengganggu dan membuat mereka sulit untuk bertemu orang baru, menjaga hubungan baik dengan orang lain, baik di tempat kerja maupun di sekolah.
C. Gejala Umum Ansietas 1. Gejala psikologik Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati, takut ”gila”, takut kehilangan kontrol dan sebagainya. 2. Gejala fisik: Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain. Keluhan yang dikemukakan pasien dengan ansietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadangkadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan gangguan ansietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejala ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat.
6
D. Etiologi Menurut Sylvia D. Elvira (2010:11) Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor Psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah faktor-faktor psikologi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian
seseorang, baik
hal
yang menentramkan,
menyenangkan dan menyedihkan. 1. Faktor Predisposisi Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa : a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional. b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu. c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan. d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego. e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga. g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
7
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggungjawab menghasilkan kecemasan.
2. Faktor Presipitasi Faktor presipitasi adalah faktor-faktor yang dapat menjadi pencetus terjadinya kecemasan (Stuart, 2007). Faktor pencetus tersebut adalah : a. Ancaman terhadap integritas fisik.
Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi : Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil). Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal. b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal : Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri. Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
E. Rentang Respon Kecemasan
Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeen, 2007). 1. Tingkat kecemasan sebagai berikut: a. Kecemasan Ringan Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan
8
persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. 1) Respon Fisiologis 1. Sesekali nafas pendek 2. Nadi dan tekanan darah naik 3. Gejala ringan pada lambung 4. Muka berkerut dan bibir bergetar 5. Ketegangan otot ringan 6. Rileks atau sedikit gelisah 2) Respon Kognitif 1. Mampu menerima rangsang yang kompleks 2. Konsentrasi pada masalah 3. Menyelesaikan masalah secara efektif 4. Perasaan gagal sedikit 5. Waspada dan memperhatikan banyak hal 6. Terlihat tenang dan percaya diri 7. Tingkat pembelajaran optimal 3) Respon Perilaku dan Emosi 1. Tidak dapat duduk tenang 2. Tremor halus pada tangan 3. Suara kadang-kadang meninggi 4. Sedikit tidak sabar 5. Aktivitas menyendiri b. Kecemasan Sedang Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. 1) Respon fisiologis 1. Ketegangan otot sedang
9
2. Tanda-tanda vital meningkat 3. Pupil dilatasi, mulai berkeringat 4. Sering mondar-mandir, memukulkan tangan 5. Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi 6. Kewaspadaan dan ketegangan meningkat 7. Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung 2) Respon kognitif 1. Lapang persepsi menurun 2. Tidak perhatian secara selektif 3. Fokus terhadap stimulus meningkat 4. Rentang perhatian menurun 5. Penyelesaian masalah menurun 6. Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan 3) Respon prilaku dan emosi 1. Tidak nyaman 2. Mudah tersinggung 3. Kepercayaan diri goyah 4. Tidak sadar 5. Gembira 3. Kecemasan Berat Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain. 1) Respon fisiologis 1. Ketegangan otot berat 2. Hiperventilasi 3. Kontak mata buruk 4. Pengeluaran keringat meningkat 5. Bicara cepat, nada suara tinggi
10
6. Tindakan tanpa tujuan dan serampangan 7. Rahang menegang, menggetakkan gigi 8. Kebutuhan ruang gerak meningkat 9. Mondar-mandir, berteriak 10. Meremas tangan, genetar 2) Respon kognitif 1.
Lapang persepsi terbatas
2.
Proses berfikir terpecah-pecah
3.
Sulit berfikir
4.
Penyelesaian masalah buruk
5.
Tidak mampu mempertimbangkan informasi
6.
Hanya memerhatikan ancaman
7.
Preokupasi dengan pikiran sendiri
8.
Egosentris
3) Respon prilaku dan emosi 1. Sangat cemas 2. Agitasi 3. Takut 4. Bingung 5. Merasa tidak adekuat 6. Menarik diri 7. Penyangkalan 8. Ingin bebas 4. Panik Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan
aktifitas
motorik,
menurunnya
kemampuan
untuk
berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
11
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan. Respon kognitif : lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis. Respon perilaku dan emosi: mengamuk dan marah, ketakutan, kehilangan kendali.
F. Penatalaksanaan Kecemasan Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti pada uraian berikut : 1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara : a. Makan makanan yang berigizi dan seimbang b. Tidur yang cukup c. Olahraga yang teratur d. Tidak merokok dan tidak minum minuman keras 2. Terapi Psikofarmaka Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam. 3. Terapi Somatik Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan. 4. Psikoterapi Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain a. Psikoterapi Suportif b. Psikoterapi Re-Edukatif c. Psikoterapi Re-Konstruktif d. Psikoterapi Kognitif e. Psikoterapi Psikodinamik f. Psikoterapi Keluarga
12
5. Terapi Psikoreligius Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial. 6.
Distraksi Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter & Perry, 2005). Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan dukungan spiritual (membacakan doa sesuai agama dan keyakinannya), sehingga dapat menurunkan hormon-hormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.
G. Penilaian Terhadap Kecemasan Parameter penilaian tingkat kecemasan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Hamilton Anxiety Rating Scale mempunyai lima parameter penilaian tingkat kecemasan, adapun parameter tersebut yaitu tidak cemas, cemas ringan, cemas sedang, cemas berat dan cemas sangat berat atau panik. Adapun penilaian tingkat kecemasannya adalah: tidak ada kecemasan skor kurang dari 14, kecemasan ringan skor antara 14-20, kecemasan sedang skor antara 21-27, kecemasan berat skor 28-41dan kecemasan berat sekali skore 42-56 (Hidayat, 2003).
13
H. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan a. Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart, 2007) yaitu: Identitas Klien 1) Initial
: Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada laki-laki,
karena wanita lebih mudah stress dibanding pria. 2) Umur
: Toddler-lansia
3) Pekerjaan : Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar. 4) Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih rentan mengalami ansietas b. Alasan Masuk Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit. c. Faktor Predisposisi 1) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego. 2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. 3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan 4) Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi d. Fisik Tanda Vital: TD
: Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N
: Menurun
S
: Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi tergantung respon individu dalam menangania ansietasnya
14
P
: Pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik terengah- engah 1) Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien) 2) Keluhan Fisik : refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah. Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas (Stuart, 2007): B1 : Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah. B2 : Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan, pingsan, TD ↓, denyut nadi ↓. B3 : Refleks ↑, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang. B4 : Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih. B5 : Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati. B6 : Lemah.
e. Psikososial: Konsep diri: 1) Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, keringat berlebihan. 2) Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat. 3) Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat. 4) Ideal
diri
:
berkurangnya
toleransi
terhadap
stress,
dan
kecenderungan ke arah lokus eksternal dari keyakinan kontrol. 5) Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu. Hubungan Sosial: 1) Orang yang berarti: keluarga
15
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat: kurang berperan dalam kegiaran kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat. 3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: + Spiritual: 1) Nilai dan keyakinan 2) Kegiatan ibadah f. Status Mental: 1) Penampilan : pada orang yang mengalami ansietas berat dan panik biasanya penampilannya tidak rapi. 2) Pembicaraan : bicara cepat dan banyak, gagap dan kadang-kadang keras. 3) Aktivitas motorik : lesu, tegang, gelisah, agitasi, dan tremor. 4) Alam perasaan : sedih, putus asa, ketakutan dan khawatir. 5) Afek : labil 6) Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, mudah tersingung dan mudah curiga, kontak mata kurang. 7) Persepsi : berhalusinasi, lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan masalah. 8) Proses pikir : persevarsi 9) Isi pikir : obsesi, phobia dan depersonalisasi 10) Tingkat kesadaran : bingung dan tidak bisa berorietansi terhadap waktu, tempat dan orang (ansietas berat) 11) Memori : pada klien yang mengalami OCD (Obsessive Compulsif Disorder) akan terjadi gangguan daya ingat saat ini bahkan sampai gangguan daya ingat jangka pendek. 12) Tingkat konsentrasi dan berhitung : tidak mampu berkonsentrasi 13) Kemampuan penilaian : gangguan kemampuan penilaian ringan 14) Daya titik diri : menyalahkan hal-hal diluar dirinya: menyalahkan orang lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini. g. Kebutuhan Persiapan Pulang
16
1) Kemampuan klien memenuhi/ menyediakan kebutuhan makanan, keamanan, tempat tinggal, dan perawatan. 2) Kegiatan hidup sehari-hari: 3) Kurang mandiri tergantung tingkat ansietas 4) Perawatan diri 5) Nutrisi 6) Tidur
h. Mekanisme Koping Adaptif (ansietas ringan) dan maladaptif (ansietas sedang, berat dan panik). Menurut Stuart (2007). Individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya, ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar, sedangkan ansietas berat dan sedang menimbulkan 2 jenis mekanisme koping : 1) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntunan situasi stres secara realistis 2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relative pada tingkat tidak sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme ini dapat menjadi repon maladaptif terhadap stres. i. Masalah Psikososial dan Lingkungan 1) Masalah dengan dukungan kelompok: klien kurang berperan dalam kegiatan kelompok atau masyarakat serta menarik diri dan menghindar dalam keluarga/ kelompok/ masyarakat. 2) Masalah berhubungan dengan lingkungan: lingkungan dengan tingkat stressor yang tinggi akan memicu timbulnya ansietas. 3) Masalah dengan pendidikan: seseorang yang pernah gagal dalam menempuh pendidikan, tidak ada biaya untuk melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya.
17
4) Masalah dengan pekerjaan: mengalami PHK, target kerja tidak tercapai. 5) Masalah dengan perumahan: pasien kehilangan tempat tinggalnya karena bencana alam, pengusuran dan kebakaran. 6) Masalah ekonomi: pasien tidak mempunyai kemampuan finansial dalam mencukupi kebutuhannya sehari-hari dan keluarganya. 7) Masalah dengan pelayanan kesehatan: kurang percaya dengan petugas kesehatan. j. Pengetahuan Kurang Pasien kurang mempunyai pengetahuan tentang faktor presipitasi, koping, obat-obatan, dan masalah lain tentang ansietas k. Aspek medik Diagnosa Medik: 1) Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistic terhadap dua atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to relax) 2) Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut: Ketegangan Motorik: a) Kedutan otot atau rasa gemetar b) Otot tegang/kaku/pegel linu c) Tidak bisa diam d) Mudah menjadi lelah Hiperaktivitas Otonomik: a) Nafas pendek/ terasa berat b) Jantung berdebar-debar c) Telapak tangan basah dingin d) Mulut kering e) Kepala pusing/rasa melayang f) Mual, mencret, perut tidak enak g) Muka panas/ badan menggigil h) Buang air kecil lebih sering
18
i) Sukar menelan/rasa tersumbat Kewaspadaan berlebihan dan Penangkapan Berkurang a) Perasaan jadi peka/ mudah ngilu b) Mudah terkejut/kaget c) Sulit konsentrasi pikiran d) Sukar tidur e) Mudah tersinggung 3) Hendaknya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala: penurunan kemampuan bekerja, hubungan social, dan melakukan kegiatan rutin.
2. Masalah Keperawatan a. Ansietas b. Harga Diri Rendah c. Gangguan Citra Tubuh d. Koping individu infektif e. Kurangnya pengetahuan f. Gangguan Pola Tidur. g. Isolasi Sosial. h. Perubahan Proses Berfikir. i. Gangguan Eliminasi Urine. j. Perubahan Nutrisi, dll
Masalah dan Data yang Perlu Dikaji Masalah Keperawatan Ansietas
Data yang Perlu Dikaji DS: 1. Pasien menganggap dirinya mudah gelisah dan tidak berdaya 2. Pasien mengatakan takut dan cemas
19
3. Pasien mengatakan susah tidur DO: 1. Pasien
terlihat
sering
melamun dan murung 2. Pasien
cenderung
menyalahkan orang lain
3. Diagnosa Keperawatan Ansietas 4. Intervensi dan Implementasi Tujuan Umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik. Tujuan khusus : Klien mampu untuk : a. Membina hubungan saling percaya. b. Melakukan aktifitas sehari-hari. c. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya. d. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas. e. Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya. f. Klien terlindung dari bahaya.
1. Ansietas Ringan. Deskripsi
Batasan Karakter
Intervensi
Ansietas
1. Tidak nyaman.
1. Gerakan tidak tenang
ringan adalah
2. Gelisah.
2. Perhatikan
ansietas
3. Insomnia ringan
normal dimana
4. Perubahan nafsu
motivasi
makan ringan
tanda
peningkatan
ansietas 3. Bantu klien menyalurkan energi secara konstruktif
individu pada
5. Peka
4. Gunakan obat bila perlu
keseharian
6. Pengulangan
5. Dorong pemecahan masalah
dalam batas
pertanyaan
20
kemampuan untuk
7. Perilaku mencari
6. Berikan informasi akurat dan
perhatian
fuktual
melakukan dan 8. Peningkatan memecahkan masalah yang meningkat.
7. Sadari penggunaan mekanisme
kewaspadaan
pertahanan
9. Peningkatan
8. Bantu dalam mengidentifikasi
persepsi
keterampilan
pemecahan
berhasil
masalah
koping
yang
9. Pertahankan cara yang tenang dan
10. Mudah marah.
tidak terburu 10. Ajarkan
latihan
dan
tehnik
sikap
tidak
relaksasi
2. Ansietas Sedang. Deskripsi Ansietas sedang adalah cemas yang mempengaruhi
Batasan Karakter
Intervensi
1. Perkembangan
dari 1. Pertahankan
ansietas ringan
tergesa-gesa,
2. Perhatian terpilih dari lingkungan 3. Konsentrasi hanya pada
baru dengan
tugas-tugas individu 4. Suara bergetar
lapangan
5. Ketidaknyamanan
persepsi
jumlah
waktu
sehngga
digunakan
bila
berurusan dengan klien 2. Bicara dengan sikap tenang,
pengetahuan
penyempitan
tenang
tegas meyakinkan 3. Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana 4. Hindari menjadi cemas, marah,
yang
dan melawan 5. Dengarkan klien
individu
6. Takipnea
kehilangan
7. Takikardia
menyentuh lengan dan tangan
pegangan
8. Perubahan dalam nada
klien
tetapi dapat
suara
mengikuti
9. Gemetaran
pengarahan
10. Peningkatan
orang lain.
ketegangan otot
6. Berikan kontak fisik dengan
7. Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi 8. Ajak
klien
untuk
mengungkapkan perasaannya
21
11. Menggigit
kuku, 9. Bantu klien mengenali dan
memukul-mukulkan jari,
menamai ansietasnya
menggoyangkan
kaki dan mengetukkan jari kaki
3. Ansietas Berat Deskripsi
Batasan Karakter
Pada ansietas
1. Perasaan terancam
berat
2. Ketegangan otot yang
lapangan
berlebihan
Intervensi 1. Isolasi klien dalam lingkungan yang aman dan tenang
persepsi
3. Diaforesis
menjadi
4. Perubahan pernapasan
kontak sering sampai
sangat
5. Napas panjang
konstan
menurun.
6. Hiperventilasi
Individu
7. Dispnea
klien melakukan hal
cenderung
8. Pusing
untuk dirinya sendiri
memikirkan
9. Perubahan gastrointestinalis
hal yang
10. Mual muntah
tanda peningkatan
sangat kecil
11. Rasa terbakar pada ulu hati
agitasi.
saja dan
12. Sendawa
mengabaikan
13. Anoreksia
hal yang lain.
14. Diare atau konstipasi
Individu tidak
15. Perubahan kardivaskuler
mampu
16. Takikardia
berfikir
17. Palpitasi
realistis dan
18. Rasa tidak nyaman pada
membutuhkan banyak pengarahan, untuk dapat memusatkan
2. Biarkan perawatan dan
3. Berikan obat-obatan
4. Observasi adanya tanda-
5. Jangan mennyentuh klien tanpa permisi 6. Yakinkan klien bahwa dia aman 7. Kaji keamanan dalam lingkungan sekitarnya
prekokardia 19. Berkurangnya jarak persepsi secara berat 20. Ketidakmampuan untuk berkonsentrasi
22
pada daerah
21. Rasa terbakar
lain.
22. Kesulitan dan ketidaktepatan pengungkapan 23. Aktivitas yang tidak berguna 24. Bermusuhan
4. Panik. Deskripsi
Batasan Karakter
Adalah
1. Hiperaktif / imobilitasi berat
tingkat
2. Rasa terisolasi yang ekstrim
dimana
3. Kehilangan desintegrasi
individu berada pada bahaya terhadap diri
kepribadian 4. Sangat goncang dan otot-otot tegang 5. Ketidakmampuan untuk
Intervensi 1. Tetap bersama klien ; minta bantuan 2. Jika mungkin hilangkan beberapa stressor fisik dan psikologisdari lingkungan
sendiri dan
berkomunikasi dengan
3. Bicara dengan tenang,
orang lain
kalimat yang lengkap
sikap meyakinkan,
serta dapat
6. Distori persepsi dan penilaian
menjadi diam
yang tidak realistis terhadap
atau
lingkungan dan ancaman
menyerang dengan cara kacau.
7. Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri 8. Menyerang
menggunakan nada suara yang rendah 4. Katakan pada klien bahwa anda (staf) tidak akan membahayakan dirinya sendiri atau orang lain 5. Isolasikan klien pada daerah yang aman dan nyaman 6. Lanjut dengan perawatan ansietas berat
23
Implementasi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus intervensi pada pasien dengan respons ansietas menurut tingkatannya, yaitu : 1. Intervensi dalam ansietas tingkat berat dan panik 2. Prioritas tertinggi dari tujuan keperawatan harus ditunjukkan untuk menurunkan ansietas tingkat berat atau panik pasien dan intervensi keperawatan yang berhubungan harus supportif dan protektif. 3. Intervensi dalam ansietas tingkat sedang 4. Saat ansietas pasien menurun sampai tingkat ringan atau sedang perawat dapat mengimplementasikan intervensi keperawatan re edukatif atau berorientasi pada pikiran 5. Intervensi ini melibatkan pasien dalam proses pemecahan masalah.
6. Evaluasi Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi ini harus dilakukan terus menerus pada respons ansietas pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang perlu dievaluasi meliputi : a. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau system diri pasien berkurang dalam sifat, jumlah asal atau waktunya? b. Apakah perilaku pasien mencerminkan ansietas tingkat ringan atau tingkat yang lebih berat? c. Apakah sumber koping pasien telah dikaji dan dikerahkan dengan adekuat? d. Apakah pasien mengenali ansietasnya sendiri dan mempunyai pandangan terhadap perasaan tersebut? e. Apakah pasien menggunakan respon koping adaptif? f. Sudahkan pasien belajar strategi adaptif baru untuk mengurangi kecemasan? g. Apakah pasien menggunakan ansietas ringan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perubahan personal?
24
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ansietas adalah suatu keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang ditandai oleh rasa takut serta gejala fisik yang menegangkan serta tidak diinginkan. Faktor Predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan dapat berupa peristiwa traumatik, konflik emosional, konsep diri terganggu, frustasi, gangguan fisik, pola mekanisme koping keluarga, dan riwayat gangguan kecemasan. Faktor Presipitasi adalah faktor-faktor yang dapat menjadi pencetus terjadinya kecemasan yaitu ancaman terhadap integritas fisik dan ancaman terhadap harga diri. Terdapat tingkat kecemasan yaitu: cemas ringan, sedang dan berat. Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Dan asuhan keperawatan pada pasien cemas harus dilakukan secara keseluruhan agar kecemasan pasien dapat teratasi secara optimal.
B. Saran Penulis menyarankan pembaca, setelah membaca makalah ini hendaknya dapat mengidentifikasi tanda-tanda kecemasan dalam diri masing-masing sehingga dapat mengembangkan pola koping yang tepat untuk kecemasan tersebut. Kepada teman-teman perawat hendaknya dapat mengidentifikasi kecemasan yang dirasakan oleh pasien agar dampak negatif dari kecemasan tersebut tidak terjadi sehingga kesembuhan pasien dapat optimal. Kembangkanlah lingkungan yang baik untuk keluarga dan lingkungan terdekat agar dapat menjadi alat untuk mengatasi stressor.
25
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L. J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta: EGC Craig. (2009). ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC Elvira, S. D. (2010). Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FK UI. Jakarta pp. 230-234. Hawari, D. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta : FK Universitas Indonesia Isaacs, Ann. (2005). Buku panduan belajar keperawatan kesehatan jiwa dan pskiatrik edisi 3. Alih bahasa 2. Rahayuningsih, D.P. Kurnianingsih, S. Jakarta: EGC Nanda Internasional. (2012). Diagnosis Keperawatan 2012-2014. EGC : Jakarta. Potter & Perry. (2005). Fundamental Of Nursing edisi 7. Jakarta : Salemba medika. Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 5. Jakarta. EGC Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC Videbeck, S. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
26