BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bidan muncul sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan menolong ibu melahirkan.Peran bidan di masyarakat sangat dihargai dan dihormati karena tugasnya yang sangat mulia, memberi semangat, membesarkan hati dan mendampingi, serta menolong ibu melahirkan dapat merawat bayinya dengan baik.Sebagai seorang bidan janganlah memilihmilih klien miskin atau kaya karena tugas seorang bidan adalah membantu ibu, bukan mengejar materi. Pasien wajib memberikan hak kepada ibu bidan yang telah menolong persalinan ibu melahirkan. Di makalah ini kami akan membahas tentang peran dan fungsi bidan yang mana dalam pelaksanaan profesinya,bidan memiliki banyak tugas serta peran-perannya. Bidan Komunitas adalah bidan yang melayani keluarga dan masyarakat di wilayah kerja tertentu.Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Praktek pelayanan bidan merupakan penyedia layanan kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktek, seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai dengan standar.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa tugas dan tanggung jawab bidan dalam komunitas? 2. Bagaimana analisa kasus dukun beranak di kumunitas?
1
1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui tugas dan tanggung jawab bidan dalam komunitas 2. Untuk mengetahui analisa kasus dukun beranak di kumunitas
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tugas Dan Tanggung Jawab Bidan Di Komunitas A. Tugas Utama Bidan Di Komunitas Menurut Suryani (2007) tugas utama bidan di komunitas disesuaikan dengan peran bidan sebagai pelaksana, pengelola, pendidik dan peneliti, tugas tersebut antara lain : Dalam menjalankan peran sebagai pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan, bidan memiliki tugas mandiri, kolaborasi, dan rujukan. 1.
Tugas mandiri Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu: a. Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan, mencakup: 1. Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien 2. Menentukan diagnosis 3. Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi 4. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun 5. Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan 6. Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan 7. Membuat catatan dalam laporan kegiatan/tindakan b. Memberi layanan dasar pada pranikah pada anak remaja dan wanita dengan melibatkan mereka sebagai klien, mencakup: 1. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan remaja dan wanita dalam masa pranikah baik individu maupun di masyarakat 2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan dasar 3. Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas mendasar bersama klien 4. Melaksanakan tindakan/layanan sesuai dengan rencana
3
5. Mengevaluasi hasi tindakan/layanan yang telah diberikan bersama klien 6. Membuat rencana tindak lanjut tindakan/layanan bersama klien 7. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan c. Memberikan asuhan kebidanan pada klien selama kehamilan normal di masyarakat, mencakup: 1. Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil baik individu maupun di masyarakat 2. Menentukan diagnosis kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien 3. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah 4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana bersama yang telah disusun 5. Mengevaluasi hasi asuhan yang telah diberikan bersama klien 6. Membuat rencana tindak lanjut asuhan yang telah diberikan bersama klien 7. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan yang telah diberikan d. Memberikan asuhan kebidanan pada masa persalinan dengan melibatkan keluarga, mencakup: 1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada klien dalam masa persalinan 2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan dalam masa persalinan 3. Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah 4. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah 5. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan bersama klien 6. Membuat
rencana
tindakan
persalinan sesuai dengan prioritas 7. Membuat asuhan kebidanan
4
pada
ibu
selama
masa
Di masyarakat bidan harus menentukan jadwal kunjungan rumah pada keluarga. Adapun dalam pelaporan bidan wajib melaporkan tindakan dalam persalinan baik di desa, kecamatan, puskesmas maupun dinas kesehatan kabupaten/kota. e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, mencakup 1. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan bayi baru lahir dengan melibatkan keluarga 2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 3. Menyusun rencana asuhan kebidanan sesuai dengan prioritas 4. Melaksanakan tindakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana 5. Mengevaluasi asuhan yang telah diberikan 6. Membuat rencana tindakan lanjut 7. Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan Langkah yang harus diingat adalah jadwal kunjungan pada BBL, laporan tentang kelahiran dan kelengkapan surat kelahiran. f. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga, mencakup: 1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas 2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan asuhan kebidanan pada masa nifas 3. Menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan dengan prioritas masalah 4. Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan rencana 5. Mengevaluasi bersama klien asuhan kebidanan yang telah diberikan 6. Membuat rencana tindakan lanjut asuhan kebidanan bersama klien
5
7. Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan Informasi yang dapat diberikan pada klien dan masyarakat adalah: 1. Masalah gizi yang berkaitan dengan pemulihan kesehatan pada ibu nifas 2. Informasi yang berkaitan dengan pemberian makanan baik ASI maupun pendamping ASI (PASI) 3. Informasi tentang latihan bagi ibu nifas, salah satunya adalah senam nifas 4. Informasi tentang keluarga berencana 5. Membuat rencana pencatatan dan pelaporan asuhan yang telah diberikan g. Memberikan
asuhan
kebidanan
pada
wanita
subur
yang
membutuhkan pelayanan keluarga berencana, mencakup: 1. Mengkaji kebutuhan pelayan KB pada PUS (pasangan usia subur) di masyarakat wilayah kerja 2. Menentukan diagnosis dan kebutuhan pelayanan 3. Menyusun rencana tindakan pelayanan KB sesuai dengan prioritas masalah bersama klien 4. Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana yang telah dibuat 5. Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan 6. Membuat rencana tindak lanjut pelayanan bersama klien 7. Membuat pencatatan dan pelaporan h. Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta menopause, mencakup: 1. Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan asuhan klien 2. Menentukan diagnosis, prognosis, prioritas, dan kebutuhan asuhan 3. Menyusun rencana asuhan sesuai prioritas masalah bersama klien
6
4. Melaksanakan asuhan sesuai dengan rencana 5. Mengevaluasi bersama klien hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan 6. Membuat rencana tindak lanjut bersama klien 7. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan kebidanan i. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi
dan balita dengan
melibatkan keluarga, mencakup: 1. Mengkaji
kebutuhan
asuhan
kebidanan
sesuai
dengan
tumbuh kembang bayi/balita 2. Menentukan diagnosis dan prioritas masalah 3. Menyusun rencana asuhan sesuai dengan rencana 4. Melaksanakan asuhan sesuai dengan prioritas masalah 5. Mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan 6. Membuat rencana tindak lanjut 7. Membuat pencatatan dan pelaporan asuhan 2. Tugas kolaborasi Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga: 1. Mengakaji masalah yang berkaitan dengan komplikasi dan keadaan kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi 2. Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi. 3. Merencanakan tindakan sesuai dengan prioritas kegawatan dan hasil kolaborasi serta kerjasama dengan klien. 4. Melaksanakan
tindakan
sesuai
dengan
rencana
melibatkan klien. 5. Mengevaluasi hasil tindakan yang telah diberikan. 6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama dengan klien. 7. Membuat pencatatan dan pelaporan
7
dengan
b. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi 1. Mengakaji
kebutuhan
asuhan
yang
berkaitan
dengan
komplikasi dan keadaan kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi. 2. Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan kegawat daruratan pada kasus resiko tinggi. 3. Menyusun
rencana
asuhan
dan
tindakan
pertolongan
pertama sesuai prioritas. 4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada kasus ibu hamil resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai dengan prioritas. 5. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama. 6. Menyusun rencana tindakan lanjut bersama klien. 7. Membuat catatan dan laporan. c. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama
dengan
tindakan
kolaborasi
dengan
melibatkan klien dan keluarga. 1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan
dengan
resiko
tinggi
dan
keadaan
kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga. 2. Menentukan diagnosa, prognoa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan kegawat daruratan. 3. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai prioritas. 4. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas.
8
5. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama. 6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/ keluarga. 7. Membuat catatan dan laporan. d. Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga : 1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi 2. Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan kegawat daruratan. 3. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama sesuai prioritas. 4. Melaksanakan asuhan kebidanan dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas. 5. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan dan pertolongan pertama. 6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien/keluarga. 7. Membuat catatan dan laporan e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan
pertolongan
pertama
dengan
tindakan
kolaborasi yang melibatkan klien dan keluarga. 1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang memerlukan
pertolongan
pertama
dengan
tindakan
kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga. 2. Menentukan diagnosa, prognoa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan kegawat daruratan.
9
3. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan yang memerlukan pertolongan pertama sesuai prioritas. 4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas. 5. Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama telah diberikan. 6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien dan keluarga. 7. Membuat catatan dan laporan. f. Memberikan asuhan kebidana pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga. 1. Mengkaji kebutuhan asuhan kebidanan pada bati balita dengan resiko tinggi dan keadaan kegawat daruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga. 2. Menentukan diagnosa, prognoa dan prioritas sesuai dengan factor resiko dan keadaan kegawatdaruratan. 3. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang memerlukan pertolongan pertama sesuai prioritas. 4. Melaksanakan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan memberikan pertolongan pertama sesuai prioritas. 5. Mengevaluasi hasil asuhan dan pertolongan pertama telah diberikan. 6. Menyusun rencana tindak lanjut bersama klien dan keluarga. 7. Membuat catatan dan laporan. 3. Tugas Ketergantungan/Merujuk Tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu: a. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga
10
1. Mengakaji kebutuhan asuhan kebidanan yang memerlukan tindakan
diluar
lingkup
kewenangan
bidan
dan
memerlukan rujukan. 2. Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas serta sumbersumber dan fasilitas untuk
kebutuhan intervensi
lebih
lanjut bersama klien/keluarga. 3. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada petugas/institusi
pelayanan
kesehatan
yang
berwenang dengan dokumentasi yang lengkap. 4. Membantu
pencatatan
dan
pelaporan
serta
mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi b. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada hamil dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan 1. Mengakaji kebutuhan asuhan kebidanan yang melalui konsultasi dan rujukan. 2. Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas 3. Memberikan
pertolongan
pertama
pada
kasus
yang
memerlukan rujukan. 4. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan 5. Mengirin klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada
petugas/institusi
pelayanan
kesehatan
yang
laporan
serta
berwenang. 6. Membantu
pencatatan
dan
mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi. c. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga: 1. Mengakaji adanya penyulit dan keadaan kegawatan pada ibu dalam persalinan yang memerlukan konsultasi dan rujukan. 2. Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas 3. Memberikan
pertolongan
memerlukan rujukan.
11
pertama
pada
kasus
yang
4. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada
petugas/institusi
pelayanan
kesehatan
yang
laporan
serta
berwenang. 5. Membantu
pencatatan
dan
mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi yang sudah diberikan. d. Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawat daruratan dengan melibatkan klien dan keluarga : 1. Mengakaji adanya penyulit dan kedaan kegawatan pada ibu dalam masa nifas yang memerlukan konsultasi dan rujukan. 2. Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas masalah. 3. Memberikan
pertolongan
pertama
pada
kasus
yang
memerlukan rujukan. 4. Mengirim klien untuk keperluan intervensi lebih lanjut kepada
petugas/institusi
pelayanan
kesehatan
yang
laporan
serta
berwenang. 5. Membantu
pencatatan
dan
mendokumentasikan seluruh kejadian dan intervensi yang sudah diberikan. e. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan kegawat daruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien dan keluarga 1. Mengakaji adanya penyulit dan kedaan kegawatan pada bayi baru lahir yang memerlukan konsultasi dan rujukan. 2. Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas masalah. 3. Memberikan
pertolongan
pertama
pada
kasus
yang
memerlukan rujukan dan memberikan asuhan kebidanan pada bayi lahir dengan tindakan. 4. Mengirim klien kepada pelayanan kesehatan yang berwenang. 5. Membantu pencatatan dan laporan serta mendokumentasikan
12
f. Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawat daruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan klien dan keluarga : 1. Mengakaji adanya penyulit dan kedaan kegawatan pada balita yang memerlukan konsultasi dan rujukan. 2. Menentukan diagnosa, prognosa dan prioritas masalah. 3. Memberikan
pertolongan
pertama
pada
kasus
yang
memerlukan rujukan 4. Mengirim klien kepada pelayanan kesehatan yang berwenang. 5. Membantu pencatatan 2. Dalam menjalankan peran sebagai pengelola pelayanan KIA/KB, bidan memiliki tugas pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim a. Mengembangkan pelayanan dasar kesehatan 1. Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan masyarakat
terutama
pelayanan
kebidanan
untuk
individu,
keluarga, kelompok khusus 2. Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil pengkajian bersama masyarakat 3. Mengelola
kegiatan-kegiatan
pelayan
kesehatan
masyarakat
khususnya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana (KB) sesuai dengan rencana 4. Mengordinir, mengawasi, dan membimbing kader, dukun, atau petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program/kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB 5. Mengembangkan
strategi
untuk
meningkatkan
kesehatan
masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak serta KB, termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan sektor terkait 6. Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta
memelihara
kesehatannya
potensipotensi yang ada
13
dengan
memanfaatkan
7. Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik profesional
melalui
pendidikan,
pelatihan,
magang
serta
kegiatankegiatan dalam kelompok profesi 8. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan b. Berpartisipasi dalam tim Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan program sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, dan tenaga kesehatan lain yang berada di wilayah kerjanya, mencakup: 1. Bekerja sama dengan puskesmas, institus lain sebagai anggota tim dalam memberikan asuhan kepada klien dalam bentuk konsultasi rujukan dan tindak lanjut 2. Membina hubungan baik dengan dukun bayi dan kader kesehatan atau
petugas
lapangan
keluarga
berencana
(PLKB)
dan
masyarakat. 3. Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan lain 4. Memberi asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi 5. Membina kegiatan-kegiatan yang ada di masyarakat, yang berkaitan dengan kesehatan 3. Dalam menjalankan peran sebagai pendidik klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan, bidan memiliki tugas sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan serta pelatih dan pembimbing kader a. Memberikan
pendidikan
individu keluarga penanggulangan
dan
penyuluhan
kelompok
dan
kesehatan
masyarakat
kepada tentang
masalah kesehatan khususnya yang berhibungan
dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana : 1. Bersama klien mengkaji
kebutuhan akan
pendidikan dan
penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
14
2. Bersama klien pihak terkait menyusun rencana penyuluhan kesehatan masyarakat sesuai dengan kebutuhanyang telah dikaji, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Menyiapkan alat dan bahan prndidikan dan penyuluhan sesuai dengan rencana yang telah disusun. 4. Melaksanakan
program/rencana
pendidikan
dan
penyuluhan
kesehatan masyarakat sesuai dengan rencan jangka pendek dan jangka
panjang
melibatkan
unsur-unsur
terkait
termasuk
masyarakat. 5. Bersama
klien
mengevaluasi
hasil
pendidikan/penyuluhan
kesehatan masyarakat dan menggunakannya untuk perbaiki dan meningkatkan program di masa yang akan datang. 6. Mendokumentasikan
semua
kegiatan
dan
hasil
pendidikan/penyuluhan kesehatan masyarakat secara lengkap dan sistematis b. Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan serta membina dukun di wilayah atau temapat kerjanya : 1. Mengkaji kebutuhan latihan dan bimbingan kader, dukun dan siswa 2. Menyusun rencana latihan dan bimbingan sesuai dengan hasil pengkajian. 3. Menyiapkan alat, AVA dan bahan untuk keperluan latihan bimbingan peserta latih sesuai dengan rencana yang telah disusun 4. Melaksanakan pelatihan dukun dan kader sesuai dengan rencana yang telah disusun dengan melibatkan unsur-unsur terkait. 5. Membimbing siswa bidan dan siswa keperawatan dalam lingkup kerjanya. 6. Menilai hasil latihan dan bimbingan yang telah diberikan. 7. Menggunakan hasil evaluasi untuk meningkatkan program bimbingan. 8. Mendokumentasikan semua kegiatan termasuk hasil evaluasi pelatihan dan bimbingan secara sistematis dan lengkap.
15
4. Dalam menjalankan peran bidan sebagai peneliti, bidan memiliki tugas untuk melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun berkelompok a. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan. b. Menyusun rencana kerja pelatihan. c. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana. d. Mengolah dan menginterprestasikan data hasil investigasi. e. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut. f. Memanfaatkan
hasil
investigasi
untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan. Menurut Safrudin & Hamidah (2007) tugas pokok bidan adalah memberi pelayanan kebidanan di komunitas. Bidan komunitas bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus mengetahui dan menguasai pengetahuan dan teknologi kebidanan yang selalu berkembang serta melakukan kegiatan sebagai berikut: 1. Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra-perkawinan 2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, nifas, menyusui, dan masa interval antara dua persalinan dalam keluarga 3. Pertolongan persalinan di rumah 4. Tindakan pertolongan pertama pada kasus kegawatan obstetri di keluarga 5. Pemeliharaan
kesehatan
kelompok
wanita
dengan
gangguan
reproduksi 6. Pemeliharaan kesehatan anak balita B. Tugas Tambahan Bidan Di Komunitas Menurut Eny & Y. Sriati (2009) tugas tambahan bidan di komunitas adalah: 1. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan dengan cara: a. Mengenal wilayah kerjanya meliputi struktur kemasyarakatan dan komposisi penduduk serta sistim pemerintahan desa.
16
b. Mengumpulkan dan menganalisis data serta mengidentifikasi masalah kesehatan untuk merencanakan penanggulangannya 2. Mengelola dan memberikan obat-obatan sederhana sesuai dengan kewenangannya 3. Survailance penyakit yang timbul dimasyarakat 4. Menggunakan teknologi tepat guna kebidanan C. Tanggung Jawab Bidan Menurut Rita & Tri Johan (2011), tanggung jawab seorang bidan adalah: 1. Menjaga
agar
pengetahuannya
tetap
up-to-date.
Terus
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan kemahirannya agar bertambah luas serta mencakup semua aspek dari peran seorang bidan.
Dengan
mengikuti pendidikan informal maupun formal.
Pendidikan informal meliputi: pelatihan, workshop, seminar tentang kesehatan atau kebidanan. Sedangkan pendidikan formal meliputi: pendidikan D4, S1, S2 yang terkait dengan kesehatan atau kebidanan 2. Mengenali batas-batas pengetahuan, keterampilan pribadinya dan tidak berupaya melampaui wewenangan dalam praktek kliniknya. Batas-batas tersebut dijabarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
Nomor
369/MENKES/SK/III/2007
Tentang
Standar Profesi Bidan 3. Menerima tanggung jawab untuk mengambil
keputusan serta
konsekwensi dari keputusan yang diambil. 4. Berkomunitas dengan pekerja kesehatan professional lainnya (bidan, Dokter, dan perawat) dengan bias hormat dan martabat. Melakukan kolaborasi dalam memberikan asuhan kebidanan pada kasus patologis atau kegawatdaruratan. 5. Memelihara kerja sama yang baik dengan staf kesehatan dan rumah sakit pendukung untuk memastikan sistem penyuluhan yang optimal 6. Kegiatan memantau mutu, yang bisa mencakup penilaian sejawat, pendidikan berkesinambungan, kaji ulang kasus-kasus, dan audit maternal / perinatal
17
7. Bekerja sama dengan masyarakat dimana ia berpantau meningkatkan aksis dan mutu asuhan kesehatan 8. Menjadi bagian dari upaya untuk meningkat status wanita serta kondisi hidup mereka serta menghilangkan praktek-praktek kultur yang sudah terbukti merugikan kaum wanita Menurut Niken dkk (2009), tugas dan tanggung jawab bidan di komunitas adalah: 1. Melaksanakan kegiatan puskesmas berdasarkan urutan prioritas masalah sesuai dengan kewenangan bidan 2. Menggerakkan dan membina masyarakat dengan berperilaku hidup sehat. D. Kegiatan Bidan Di Komunitas 1.
Mengenal wilayah, struktur masyarakat dan komposisi penduduk serta sistem pemerintahan desa: a. Menghubungi pamong desa untuk mendapatkan peta desa b. Mengenali struktur kemasyarakatan seperti PKK, karang taruna, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan kegiatan kemasyarakatan lain c. Mempelajari data penduduk d. Mempelajari peta desa e. Mencatat jumlah kepala keluarga (KK), pasangan usia subur (PUS), dan jumlah penduduk menurut jenis kelamin, golongan dan umur
2.
Mengumpulkan serta mengidentifikasi masalah kesehatan untuk merencanakan penanggulangannya: a.
Menggambar peta desa, lokasi posyandu, pos KB desa, pos obat, desa, rumah kader, rumah dukun bayi, kelompok dan nasehat dan kegiatan swadaya masyarakat lain
b.
Mengumpulkan nama kepala keluarga (KK), dan mencatat jumlah ibu hamil, balita bayi dan pasangan usia subur (PUS)
c.
Mencatat jumlah ibu hamil resiko tinggi, ibu hamil yang telah
18
mendapat imunisasi tetanus toxoid, ibu hamil yang telah mendapat tablet besi (Fe), ibu hamil yang dirujuk, ibu hamil yang diberi makanan tambahan (PMT) dan ibu hamil yang meninggal d.
Mencatat jumlah pertolongan persalinan di desa baik oleh tenaga kesehatan maupun oleh dukun, jumlah ibu bersalin yang dirujuk dan ibu bersalin yang meninggal
e.
Mencatat jumlah pelayanan akseptor KB, jenis kasus kejadian efek samping dan penanggulangannya
f.
Mencatat jumlah pelayanan bayi dan BBLR, bayi dengan cacat bawaan, bayi lahir mati, kunjungan bayi, bayi yang mempunyai kartu menuju sehat (KMS), gizi buruk, jenis imunisasi, bayi yang dirujuk dan bayi yang meninggal
g.
Mencatat jumlah balita yang ditimbang, balita yang diperiksa, balita yang memiliki KMS
h.
Mencatat kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang merugikan kesehatan
i.
Mempelajari
data
menginterpretasikan
tentang serta
masyarakat
menanganinya
sesuai
kemudian dengan
wewenang bidan j.
Menyusun rencana kerja
3.
Menggerakan peran serta masyarakat
4.
Memberikan bimbingan teknis kepada kader dan memberikan pelayanan langsung di meja kelima pada setiap kegiatan posyandu
5.
Melaksanakan pembinaan anak pra sekolah
6.
Memberikan pertolongan persalinan
7.
Memberikan pertolongan pertama pada orang sakit, kecelakaan dan kegawatdaruratan
8.
Melaksanakan kunjungan rumah
9.
Melatih dan membina dukun bayi
10. Melatih dan membina dasa wisma dalam bidang kesehatan 11. Menggerakan masyarakat dalam pengumpulan dana kesehatan semua kegiatan yang dilaksanakan
19
12. Bekerjasama dengan staf puskesmas dan tenaga sektor lain 13. Mengahdiri rapat staf pada lokakarya mini di puskesmas 14. Melaksanakan usaha kesehatan sekolah (UKS) pada desa binaan 15. Merujuk penderita dengan kelainan jiwa (Karwati, dkk, 2011).
20
2.2 Analisa Kasus Dukun Beranak di Kumunitas
Pendahuluan kasus : Dukun beranak hingga jaman Modern ini masih saja ditemukan di Indonesia. Wilayah-wilayah pelosok, atau wilayah yang belum tersentuh banyak pembangunan biasanya masih banyak di temui dukun beranak. Padahal Departemen Kesehatan menetapkan target 95% persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan pada tahun 2015. Tapi pada faktanya, banyak daerah yang belum mencapai target tersebut. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Masyarakat dunia berusaha terus menerus menekan angka kematian ibu melalui berbagai cara. Salah satunya adalah komitmen dalam Millenium Development Goals (Peter,2016). MGDS merupakan agenda PBB yang diluncurkan pada Konferensi Tingkat Tinggi PBB yang diluncurkan pada konferensi tingkat tinggi PBB pada September 2000. Persalinan merupakan peristiwa bahagia, akan tetapi sering kali berubah menjadi tragedi disaat ibu meninggal karena persalinan. Oleh sebab itu MDG difokuskan pada kesehatan ibu untuk mengurangi angka kematian Ibu. International NGO Forum on Indonesian Development (INFID) menurut penjelasan Shindu (2015) dalam wawancaranya dengan Asisten Utusan Khusus Presiden RI untuk MGDS, Diah S Samarsih menyebut bahwa pendarahan adalah penyebab utama kematian ibu melahirkan di dunia. Menurut data INFID persentase kematian ibu akibat pendarahan mencapai 28%, eklamsia sebanyak 24%, infeksi 11%, komplikasi masa peurperium 8%, abortus 5%, persalinan lama 5%, emboli obat 3% dll 11%. Terdapat salah satu penyebab pendarahan adalah anemia . Proses persalinan tradisional oleh dukun juga menyumbang angka pendarahan, Proses persalinan tradisional oleh dukun juga kerap membahayakan jiwa ibu bersalin. Hal ini dikarenakan dukun kurang mampu mengenali keadaan patologis pada saat kehmilan dan persalinan seperti anemia pada ibu hamil, robekan rahim karena tindakan mendorong perut ibu saat persalinan, terjadinya pendarahan karena mengurut-ngurut rahim pada waktu pengeluaran plasenta, dan persalinan tidak maju (persalinan lama) karena tidak mengenali tanda kelainan dalam persalinan (Widyatun,2016)
21
Faktor-faktor yang menyebabkan dukun beranakn masih dipercaya hingga saat ini : 1. Pengetahuan terhadap kehamilan dan Persalinan. Rendahnya tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan (Notoatmojo,2010). Merujuk pada teori sosial kognitif, pengetahuan serta pengalaman seseorang menjadikan orang tersebut dapat belajar dari lingkungan sosial, sehingga perilaku yang akan dilakukannya sangat bergantung pada sikap yang dibentuk dari pengetahuan dan pengalamannya. Pengetahuan dan pengalaman dari masyarakat yang menaganggap kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah yang akan dialami oleh seorang wanita sebagai sebuah kejadian yang wajar dan tidak perlu menerima perhatian khusus berdampak pada tidak adanya perhatian terhadap ibu hamil seperti tidak adanya perhatian terhadap ibu hamil seperti tidak melakukan pemeriksaan rutin saat hamil, tidak memperhatikan asupan gizi, dan pemilihan penolong persalinan yang tepat. Suprapto dan Anike menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan adalah pendidikan. Ibu yang memiliki pendidikan rendah cenderung memilih tenaga non kesehatan (dukun bayi) sebagai penolong persalinannya dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi (2014) 2. Persepsi Terhadap Penolong Persalinan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebgain ibu yang hendak bersalin yang hendak bersalin lebih nyaman bila persalinannya dilakukan di rumah dan dibantu oleh dukun bayi, hal ini dikarenakan tingginya
22
kepercayaaan masyarakat kepada dukun bayi dan kenyamanan melakukan persalinan dirumah. Dukun ayi juga dinilai lebih perhatian, lebih pintar, lebuh sabar, dan penuh kelembutan dalam melayani ibu bersalin yang membutuhkan pertolongan sehingga membuat para ibu lebih merasa nyaman. Dukun
bayi
juga
dinilai
lebih
berpengalaman.
Penelitian
mengungkapkan bahwa mereka percaya dengan dukun bayi karena dukun bayi sudah bertahun-tahun menolong persalinan dan tidak terjadi hal-hal yang membahayakan atau merugikan jiwa. Selain itu, dukun bayi juga dengan sabar bersedia menunggui ibu bersalin sampai ibu melahirkan bahkan juga bersedia merawat ibu yang melahirkan hingga tali pusat sang bayi lepas. Dukun bayi juga dapat membersihkan ari-ari serta dapat memperbaiki posisi bayi dalam perut ibu jika belum benar atau posisinya turun. Pelayanan seperti ini yang tidak didapatkan ibu di Bidan. 3. Pelayanan bidan dan dukun dinilai berbeda. Dari hasil penelitian, mengungkapkan bahwa pelayanan oleh dukun bayi dan bidan dirasakan berbeda. Menurutnya, jika dukun bayi lebih perhatian dalam menangani pasiennya. Lain halnya dengan bidan dengan bidan yang kurang perhatian dan kurang ramah dalam menghadapi pasiennya. Selain itu bidan juga jarang berada di tempat yang membuat bidan kurang berinteraksi dengan masyarakat sehingga mereka terkesan kurang ramah dimata masyarakat. 4. Bidan masih muda belum berpengalaman dalam bersalin dan menolong persalinan. Dari hasil penelitian, diungkapakn oleh seorang informan, menurutnya bidan yang bertugas di tempatnya masih muda dan belum menikah sehingga belum berpengalaman dalam hal bersalin dan menolong persalinan. Ada juga sebagian yang menggunakan jasa bidan dalam persalinan namun juga tetap memanggil dukun bayi, untuk mendampingi bidan dalam menolong persalinan mereka.
23
5. Dukun dirasa adalah orang yang berpengaruh di masyarakat. Alasan lain masyarakat mempercayakan persalinan mereka kepada dukun bayi karena dukun bayi merupakan seseorang yang diyakini dan dipercaya mempunyai keterampilan dan kemampuan untuk menolong persalinan. Kepercayaan seseorang tergantung pada pengalaman dari orang itu sendiri, dukun bayi dinilai berpengalaman karena sudah sering menolong persalinan. Dukun bayi juga umunya adalah seseorang yang sudah lanjut usia, sehingga mengerti bagaimana cara menenangkan ibu yang sedang hamil atau menjelang persalinan, mereka biasanya mengatakan hal-hal yang menenangkan yang kemudian menguatkan sang ibu hamil dan keluarga. Peran Bidan Dalam Menghadapi kasus ini 1. Melakukan pendekatan pada masyarakat. Penelitian mengungkapkan bahwa banyak masyarakat yang tidak mempercaya bidan dikarenakan kurang dekatnya bidan dan masyarakt. Maka dari itu sebagai Bidan, hendaknya memulai pendekatan dengan masyarakat. Misalnya, ikut pengajian/kegiatan rutin masyarakat, posyandu terartur, atau dengan rutin mengunjungi rumah ibu hamil untuk melihat kondisi ibu serta sekaligus mendapatkan hati ibu. Dengan sering bertemu antara bidan dan masyarakat, maka mulai timbul rasa nyaman dan percaya bahwa bersalin di Bidan lebih aman dan nyaman. 2. Melakukan kerjasama/mitra antara Bidan dan Dukun. Kemitraan bidan dengan dukun merupakan suatu bentuk kerjasama bidan dengan dukun yang saling menguntungkan dengan prinsip keterbukaan, kesetaraan, dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi, dengan
menempatkan
bidan
sebagai
penolong
persalinan
dan
mengalihfungsikan dukun dari penolong menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayipada masa nifas dengan berdasarkan kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dengan dukun, serta melibatkan seluruh unsur/elemem masyarakat yang ada.
24
2.3 BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Peran memiliki peran dan tanggung jawab yang sangat besar dalam kesehatan masyarakat,karena bidan tidak hanya membantu persalinan, ibu hamil, anak bayi, balita dan KB. Tapi juga kesehatan reproduksi dan remaja,masalah lingkungan sekitar juga ikut berperan serta dalam menjaganya.Semua aspek dalam kesehatan disekitar juga ikut berperan adanya bidan komunitas dan delima menandakan bahwa bidan dekat dengan masyarakat, semua kegiatan peran, fungsi bidan serta tanggung jawab dan semua harus
sesuai dengan kewenangan dan sesuai dengan standar
kebidanan dan tidak keluar dari ketentuan dan peraturan yang ada.
3.2 Saran Tenaga medis khususnya bidan harus benar-benar melakukan tindakan sesuai dengan kewajiban dan tanggung jawab sesuai dengan prosedur serta memberikan hak pasien yang harus didapat agar resiko terjadinya mal praktik tidak tinggi.
25
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Latifah Nur Amilda. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan pertolongan persalinan oleh Dukun bayi. Jurnaal Ilmiah. Online (Retrieved at 23 Juni 2015 from http://eprints.undip.ac.id/23628/1/Nur_Latifah.pdf Suparlan, Parsudi. 2016. The Javanese Duku. Peka Publica. Hull VJ, doctors, and family health care : Some lessons from rural Java. Studies in Family Planning. 2018; 10: 3131-325 Yulifah, Rita. 2016. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika Retna, Ery dan Sriati. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas. Numed : Jakarta Syahlan, J.H. 2017. Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan : Jakarta
26