Makalah Bls1.docx

  • Uploaded by: Anike Ananda
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Bls1.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,177
  • Pages: 26
BAB I PENDAHULUIAN A. Latar Belakang Keberhasilan pertolongan terhadap penderita gawat darurat sangat tergantung dari kecepatan dan ketepatan dalam memberikan pertolongan. Semakin cepat pasien ditemukan maka semakin cepat pula pasien tersebut mendapat pertolongan sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian. Kondisi kekurangan oksigen merupakan penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena masalah sistem pernafasan ataupun bersifat sekunder akibat dari gangguan sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh dengan cepat ke dalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan menyebabkan kerusakan otak permanen, lebih dari 10 menit akan menyebabkan kematian. B. Rumusan Masalah 1. Apa saja Anatomi Sistem Pernafasan? 2. Apa saja Fisiologi Pernafasan? 3.

Apa Manjemen Airway Sumbatan Jalan Nafas Secara Parsial Akibat Cairan?

4.

Apa Tindakkan Pembebasan Jalan Nafas Dengan Tanpa Alat

5. Apa Foreign Body Airway Obstruction (FBAO) / Sumbatan karena Benda Asing pada Jalan Nafas? 6. Apa saja Macam-macam Sumbata Jalan Nafas? 7. Apa Tanda-tanda Sumbatan Jalan Nafas?

1

C. Tujuan 1. Untuk mengetahui Anatomi Sistem Pernafasan 2. Untuk mengetahui Fisiologi Pernafasan 3. Untuk mengetahui Manjemen Airway Sumbatan Jalan Nafas Secara Parsial Akibat Cairan 4. Untuk mengetahui Tindakkan Pembebasan Jalan Nafas Dengan Tanpa Alat 5. Untuk mengetahui Foreign Body Airway Obstruction (FBAO) / Sumbatan karena Benda Asing pada Jalan Nafas? 6. Untuk mengetahui Macam-macam Sumbata Jalan Nafas? 7. Untuk mengetahui Tanda-tanda Sumbatan Jalan Nafas?

2

BAB II ANATOMI FISIOLOGI PERNAFASAN

A.

Anatomi Sistem Pernapasan

1. Saluran Nafas Atas a) Hidung Terdiri atas bagian eksternal dan internal• Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago• Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum• Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia• Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru Hidung

juga

berfungsi

sebagai

penyaring

kotoran

dan

melembabkan

sertamenghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru• Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia b) Faring Faring atau tenggorok merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut ke laring• Faring dibagi menjadi tiga region : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring)• Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan digestif 3

c) Laring Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea• Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas : 1) Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama menelan 2) Glotis : ostium antara pita suara dalam laring` 3) Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adam's apple) 4) Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak di bawah kartilago tiroid) 5) Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid 6) Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring) Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi. Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu d) Trakea Disebut juga batang tenggorok Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina 2. Saluran Nafas Bawah a) Bronkus Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri• Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)• Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental• Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf b) Bronkiolus Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus• Bronkiolus mengadung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas c) Bronkiolus Terminalis

4

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia) d) Bronkiolus Respiratori Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara jalan napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas e) Duktus Alveolar Dan Sakus Alveolar Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus alveolar , Dan kemudian menjadi alveoli f) Alveoli Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2• Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2 Terdiri atas 3 tipe : 1) Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli 2) Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)3) Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan g) Paru Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut• Terletak dalam rongga dada atau toraks• Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar• Setiap paru mempunyai apeks dan basis• Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris• Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus• Lobos-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronkusnya h) Pleura Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis Terbagi mejadi 2 : 1) Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada 2) Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi setiap paru-paru

5

3) Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru 4) Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru

B.

Fisiologi Sistem Pernafasan Bernafas / pernafasan merupkan proses pertukaran udara diantara individu dan lingkungannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi). Proses bernafas terdiri dari 3 bagian, yaitu : 1) Ventilasi yaitu masuk dan keluarnya udara atmosfir dari alveolus ke paru-paru atau sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara atmosfir dengan alveoli. Pada inspirasi, dada ,mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah. Sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif. Faktorfaktor yang mempengaruhi ventilasi: a) Tekanan udara atmosfir b) Jalan nafas yang bersih c) Pengembangan paru yang adekuat 2) Difusi yaitu pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan kapiler paru-paru.

Proses

keluar

masuknya

udara

yaitu

dari

darah

yang

bertekanan/konsentrasi lebih besar ke darah dengan tekanan/konsentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sangat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembuluh darah kapiler yang sangat rapat, membran ini kadang disebut membran respirasi. Perbedaan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradien tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg. Faktorfaktor yang mempengaruhi difusi : a) Luas permukaan paru b) Tebal membran respiras 6

c) Jumlah darah d) Keadaan/jumlah kapiler darah e) Afinitas 3) Transpor yaitu pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu ditransportasikan

dari

paru-paru

ke

jaringan

dan

karbondioksida

harus

ditransportasikan dari jaringan kembali ke paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3 % di transportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.

C.

Manjemen Airway Sumbatan Jalan Nafas Secara Parsial Akibat Cairan 1. Jalan Napas (Airway) Airway merupakan komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah hidung dan mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru. Sehingga Penilaian jalan napas (Airway) pada korban yang pertama kali adalah: a) Mendengarkan apakah ada suara nafas tambahan b) Apakah jalan nafas terbuka c) Lindungi C-spin Tanda-tanda sumbatan pada jalan nafas yaitu: a) Bagian atas i. Snoring: suara seperti orang ngorok dimana pangkal lidah yang jatuh ke belakang. ii. Gurgling: seperti orang berkumur dimana dikarenakan adanya cairan atau darah. iii. Stridor: terjadi karena uap panas atau gas yang mengakibatkan mukosa bengkak ataupun jalan nafanya menjadi kasar. b) Bagian bawah i. Rales ii. Wheezing: seperti suara biola dimana mengalami penyempitan di bronkusnya. iii. Stridor 7

2. Pengelolaan Jalan Nafas Dengan Alat 1) Oropharyngeal Tube Ada yang menyebutnya sebagai oropharingeal airway, ada yang menyebutnya mayo tube, atau ada juga yang menyebutnya dengan istilah gudel. a. Pengertian Memasang oropharingeal tube adalah suatu tindakan pemenuhan kebutuhan oksigen dengan membebaskan jalan nafas melalui pemasangan oropharingeal tube melalui rongga mulut ke dalam pharing. b. Tujuan 1) Membebaskan jalan nafas 2) Mencegah lidah jatuh atau melekat pada dinding posterior pharing 3) Memudahkan penghisapan lender c. Langkah-langkah Pelaksanaan 1) Persiapan pasien dan keluarga 2) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan 3) Menjelaskan prosedur tindakan termasuk selama pemasangan oropharing tube pasien tidak diperbolehkan makan dan minum 4) Memberikan posisi sesuai kebutuhan Alat-alat: a) Oropharingeal tube sesuai kebutuhan b) Kassa steril 2 buah c) Plester dan gunting d) Nierbekken e) Spatel lidah f) Handschoen g) Lingkungan Menjaga privacy pasien. 1. Perawat a) Mencuci tangan 8

b) Menilai keadaan umum pasien c) Mengukur tanda-tanda vital d) Mengobservasi pola nafas 2. Pelaksanaan a) Perawat memakai handschoen b) Membuka mulut pasien, tahan lidah dengan menggunakan tongue spatel c) Bersihkan mulut dengan kassa steril d) Masukkan oropharing tube melalui rongga mulut dengan ujung mengarah ke palatum, setelah masuk dinding belakang pharing lalu putar oropharingeal tube 180º sampai posisi ujung mengarah ke oropharing e) Lakukan fiksasi dipangkal oropharing tube dengan plester tanpa menutup lubang oropharing tube f) Berikan posisi yang nyaman g) Rapikan pasien dan alat-alat h) Buka handschoen dan cuci tangan i) Membuat catatan keperawatan meliputi: CATATAN: 1) Oropharingeal tube tidak boleh dipasang pada pasien sadar. 2) Oropharingeal tube dipasang pada pasien yang tidak sadar atau pada pasien dengan penurunan kesadaran. 3) Pada pasien yang dilakukan pemasangan oropharing tube harus dilakukan oral hygiene. 4) Ukuran oropharingeal: disesuaikan dengan mengukur panjang oropharingeal dari mulut ke mandibula atau sesuai ukuran: a) Kode 00 untuk bayi kecil/premature. b) Kode 0 untuk bayi. c) No. 1 untuk anak usia 1-3 tahun d) No. 2 untuk anak usia 3-8 tahun. e) No. 3 untuk usia 8 tahun. f) No. 4 dan 5 untuk dewasa. 9

Gambar Oropharingeal Tub 2) Suctioning a) Pengertian Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan

cara

mengeluarkan

secret

pada

klien

yang

tidak

mampu

mengeluarkannya sendiri. ( Ignativicius, 1999). b) Indikasi Indikasi dilakukannya penghisapan adalah adanya atau banyaknya secret yang menyumbat jalan nafas, ditandai dengan: 1) Terdengar adanya suara pada jalan nafas. 2) Hasil auskultasi : ditemukan suara crackels atau ronkhi. 3) Kelelahan. 4) Nadi dan laju pernafasan meningkat. 5) Ditemukannya mukus pada alat bantu nafas. 6) Permintaan dari klien sendiri untuk disuction. 7) Meningkanya peak airway pressure pada mesin ventilator c) Prosedur Hudak (1997) menyatakan persiapan alat scara umum untuk tindakan penghisapan adalah sebagai berikut: 1) Kateter suction steril yang atraumatik 2) Sarung tangan 3) Tempat steril untuk irigasi

10

4) Spuit berisi cairan NaCl steril untuk irigasi trachea jika diindikasikan (Ignativicius, 1999) menuliskan langkah-langkah dalam melakukan tindakan penghisapan adalah sebagai berikut: i.

Kaji adanya kebutuhan untuk dilakukannya tindakan penghisapan. (usahakan

tidak

rutin

melakukan

penghisapan

karena

menyebabkankerusakan mukosa, perdarahan, dan bronkospasme) ii. Lakukan cuci tangan, gunakan alat pelindung diri dari kemungkinan terjadinya penularan penyakit melalui secret iii. Jelaskan kepada pasien mengenai sensasi yang akan dirasakan selama penghisapan seperti nafas pendek, , batuk, dan rasa tidak nyaman iv. Check mesin penghisap, siapkan tekanan mesin suction pada level 80120 mmHg untuk menghindari hipoksia dan trauma mukosa v. Siapkan tempat yang steril vi. Lakukan preoksigenasi dengan O2 100% selama 30 detik sampai 3 menit untuk mencegah terjadinya hipoksemia vii. Secara cepat dan gentle masukkan kateter, jangan lakukan suction saat kateter sedang dimasukkan viii. Tarik kateter 1-2 cm, dan mulai lakukan suction. Lakukan suction secara intermitten, tarik kateter sambil menghisap dengan cara memutar. Jangan pernah melakukan suction lebih dari 10=15 “ ix. Hiperoksigenasi selama 1-5 menit atau bila nadi dan SaO2 pasien normal x. Ulangi prosedur bila diperlukan (maksimal 3 x suction dalam 1 waktu) xi. Tindakan suction pada mulut boleh dilakukan jika diperlukan, lakukan juga mouth care setelah tindakan suction pada mulut xii. Catat tindakan dalan dokumentasi keperawatan mengenai karakteristik Sputum (jumlah, warna, konsistensi, bau, adanya darah) dan respon pasien.

11

D.

Tindakkan Pembebasan Jalan Nafas Dengan Tanpa Alat Lidah merupakan penyebab utama tertutupnya jalan napas pada korban tidak sadar. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan kehilangan kekuatan ototnya sehingga akan terjatuh kebelakang rongga mulut. Hal ini mengakibatkan tertutupnya trakea sebagai jalan napas. Pada kasus-kasus tertentu, korban membutuhkan bantuan pernapasan. Sebelum diberikan bantuan pernapasan, jalan napas korban harus terbuka. Ada dua manuver yang lazim digunakan untuk membuka jalan napas, yaitu Head tilt / Chin lift dan jaw trust manuver. a) Head Tilt / Chin Lift Tehnik ini hanya dapat digunakan pada korban tanpa cedera kepala, leher, dan tulang belakang. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini adalah: i.

Letakkan tangan pada dahi korban (gunakan tangan yang paling dekat dengan dahi korban).

ii.

Pelan-pelan tengadahkan kepala pasien dengan mendorong dahi kearah belakang.

iii. Letakkan ujung-ujung jari tangan yang satunya pada bagian tulang dari dagu korban. Jika korban anak-anak, gunakan hanya jari telunjuk dan diletakkan dibawah dagu. iv. Angkat dagu bersamaan dengan menengadahkan kepala. Jangan samapi mulut

korban

tertutup.

Jika

korban

anak-anak,

jangan

terlalu

menengadahkan kepala. v.

Pertahankan posisi ini. Membuka Jalan Napas

b) Jaw Trust Manuver Tehnik ini dapat digunakan selain tehnik diatas. Walaupun tehnik ini menguras tenaga, namun merupakan yang paling sesuai untuk korban dengan cedera tulang belakang. Tahap-tahap untuk melakukan tehnik ini adalah: i.

Berlutut diatas kepala korban. Letakkan siku pada lantai di kedua sisi kepala korban. Letakkan tangan di kedua sisi kepala korban.

ii.

Cengkeram rahang bawah korban pada kedua sisinya.jika korban anak-anak, gunakan dua atau tiga jari dan letakkan pada sudut rahang.

12

iii. Gunakan gerakan mengangkat untuk mendorong rahang bawah korban keatas. Hal ini menarik lidah menjauhi tenggorokan. iv. Tetap pertahankan mulut korban sedikit terbuka. Jika perlu, tarik bibir bagian bawah dengan kedua ibu jari Pembebasan Jalan Nafas Adapun teknik teknik cara mengatasi sumbatan jalan nafas oleh benda asing, tujuannya adalah mengeluarkan benda asing sehingga jalan nafas tidak terhalang oleh benda asing. a) Metode 1) Abdominal Thrust 2) Chest Thrust 3) Back Blow b) Indikasi Untuk menghilangkan obstruksi di jalan napas atas yang disebabkan oleh benda asing dan yg ditandai oleh beberapa atau semua dari tanda dan gejala berikut ini: 1) Secara mendadak tidak dapat berbicara 2) Tanda-tanda umum tercekik-rasa leher tercengkeram 3) Bunyi berisik selama inspirasi 4) Penggunaan otot asesoris selama bernapas dan peningkatan kesulitan bernapas 5) Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu untuk batuk 6) Tidak terjadi respirasi spontan atau sianosis 7) Bayi dan anak dg distres respirasi mendadak disertai dg batuk, stidor atau wising c) Kontraindikasi dan Perhatian 1) Pada klien sadar, batuk volunter menghasilkan aliran udara yg besar dan dapat menghilangkan obstruksi.

13

2) Chest thrust hendaknya tidak digunakan pada klien yg mengalami cedera dada, seperti flail chest, cardiac contusion, atau fraktur sternal (Simon & Brenner, 1994). 3) Pada klien yg sedang hamil tua atau yg sangat obesitas, disarankan dilakukan chest thrusts. 4) Posisi tangan yg tepat merupakan hal penting untuk menghindari cedera pada organ-organ yang ada dibawahnya selama dilakukan chest thrust. d) Peralatan 1) Suction oral, jika tersedia. 2) Magill atau Kelly forcep dan laryngoscope (untuk mengeluarkan benda asing yang dapat dilihat di jalan napas atas). e) Persiapan Klien 1) Posisi klien duduk, berdiri atau supine 2) Suction semua darah/mukus yg terlihat dimulut klien 3) Keluarkan semua gigi yg rusak/tanggal 4) Siapkan utk dilakukan penanganan jalan napas yg definitif, misalnya cricothyrotomi Tahapan Prosedur Abdominal Thrust Jika pasien dalam keadaan berdiri/duduk: 1) Anda berdiri di belakang klien. 2) Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal, kemudian pegang lengan kanan tersebut dengan lengan kiri. Posisi lengan anda pada abdomen

klien

yakni

dibawah

prosesus

xipoideus

dan

diatas

pusat/umbilikus. 3) Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah dalam-atas. 4) Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas. 5) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini.

14

Gambar Abdominal Thrust dalam Keadaan Berdiri/Dudu Jika pasien dlm keadaan supine/unconcious: 1) Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien. 2) Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda yg menempel di abdomen

tepatnya

di

bawah

prosesus

xipoideus

dan

diatas

pusat/umbilikus. 3) Dorong secara cepat (thrust quickly), dengan dorongan pada abdomen ke arah dalam-atas. 4) Jika

diperlukan,

ulangi

abdominal

thrust

beberapa

kali

untuk

menghilangkan obstruksi jalan napas. 5) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini 6) Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi dan jika tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan Kelly atau Megil forcep.

Gambar Abdominal Thrust dalam Keadaan Supine/Unconcious Tahapan Prosedur Chest Thrust Jika posisi klien duduk/ berdiri: 1) Anda berdiri di belakang klien.

15

2) Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal di area midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar). 3) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi chest thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas. 4) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini. Jika posisi klien supine: 1) Anda mengambil posisi berlutut/mengangkangi paha klien. 2) Tempatkan lengan kiri anda diatas lengan kanan anda dan posisikan bagian bawah lengan kanan anda pada area midsternal di atas prosesus xipoideus klien (sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar). 3) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah ke arah spinal. Jika perlu ulangi chest thrust beberapa kali utk menghilangkan obstruksi jalan napas. 4) Kaji jalan napas secara sering utk memastikan keberhasilan tindakan ini. 5) Jika mungkin, lihat secara langsung mulut dan paring klien dengan laringoskopi dan jika tampak utamakan mengekstraksi benda asing tersebut menggunakan Kelly atau Megil forcep.

Tahapan Prosedur Back Blow Untuk Bayi: 1) Bayi diposisikan prone diatas lengan bawah anda, dimana kepala bayi lebih rendah dari pada badannya. 2) Topang kepala bayi dengan memegang rahang bayi. 3) Lakukan 5 kali back blow dengan kuat antara tulang belikat menggunakan tumit tangan anda. 4) Putar bayi ke posisi supine, topang kepala dan leher bayi dan posisikan di atas paha. 5) Tentukan lokasi jari setingkat dibawah nipple bayi. Tempatkan jari tengah anda pada sternum dampingi dengan jari manis. 16

6) Lakukan chest thrust dengan cepat. 7) Ulangi langkah 1-6 sampai benda asing keluar atau hilangnya kesadaran. 8) Jika bayi kehilangan kesadaran, buka jalan napas dan buang benda asing jika ia terlihat. Hindari melakukan usapan jari secara “membuta” pada bayi dan anak, karena benda asing dapat terdorong lebih jauh ke dalam jalan napas. Untuk Anak 1-8th: Untuk klien yang berdiri/duduk: 1) Posisi anda dibelakang klien. 2) Tempatkan lengan anda dibawah aksila, melingkari tubuh korban. 3) Tempatkan tangan anda melawan abdomen klien, sedikit di atas pusar dan dibawah prosesus xipoideus 4) Lakukan dorongan ke atas (upward thrusts) sampai benda asing keluar atau pasien kehilangan kesadaran. Untuk klien pada posisi supine: 1) Posisi anda berlutut disamping klien atau mengangkangi paha klien. 2) Tempatkan lengan anda di atas pusar & dibawah prosesus xipoideus. 3) Lakukan thrust ke atas dengan cepat, dengan arah menuju tengah-tengah dan tidak diarahkan ke sisi abdomen. 4) Jika benda asing terlihat, keluarkan dengan menggunakan sapuan jari tangan.

E.

Foreign Body Airway Obstruction (FBAO) / Sumbatan karena Benda Asing pada Jalan Nafas Pada Orang Dewasa Kematian yang diakibatkan oleh FBAO jarang terjadi tetapi penyebabnya dapat dicegah. Pada umumnya FBAO pada orang dewasa disebabkan saat penderita sedang makan atau bermain. Kejadian tersedak pada penderita yang masih sadar biasanya masih bias ditanggulangi dengan cepatoleh orang yang ada disekitarnya. 17

a. Mengenali sumbatan karena benda asing pada jalan nafas/FBAO pada dewasa Mengenali sumbatan jalan nafas yang disebabkan benda asing merupakan kunci keberhasilan, sangat penting untuk membedakan keadaan gawat darurat seperti pingsan, serangan jantung, kejang atau keadaan lainnya yang dapat menyebabkan gangguan pernafasan, sianosis, atau hilangnya kesadaran. Tanda-tanda penderita yang mengalami FBAO adalah tampak kurangnya pertukaran udara dan meningkatnya kesulitan bernafas sperti batuk yang tidak bersuara, sianosis atau tidak dapat bersuara dan bernafas. Penderita memegang leher yang menampakan tanda umum tersedak. Segera tanyakan “apakah anda terseda?” jika penderita mengisyaratkan “ya” dengan mengangguk tanpa bicara, ini menandakan penderita mempunyai sumbatan jalan nafas berat. b. Membebaskan sumbatan karena benda asing pada orang dewasa 1) Lakukan Heimlich Maneuver pada penderita sampai benda asing keluar atau penderita jatuh tidak sadar. 2) Pada penderita obesitas dan wanita hamil lakukan dengan chest thrust. 3) Hubungi SPGDT. 4) Lakukan abdominal thrust (pada penderita yang tidak sadar). 5) Bila benda terlihat lakukan sapuan jari untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

F.

Macam-macam Sumbatan Jalan Nafas

Sumbatan jalan nafas atau airways obstruction terbagi menjadi 2, yaitu total dan parsial. a) Sumbatan jalan nafas total, yaitu nafas tidak ada, gambaran pasien tersedak b) sumbatan jalan nafas parsial, yaitu nafas masih ada, bunyi nafas terhambat ( penanganan airways obstruction akan dibahas di materi BHD )

Sebab-Sebab Sumbatan Jalan Nafas Penyebab sumbatan jalan nafas yang sering kita jumpai adalah dasar lidah, palatum mole, darah atau benda asing yang lain. Dasar lidah sering menyumbat jalan nafas pada penderita koma, karena pada penderita koma otot lidah dan leher lemas

18

sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang farings. Hal ini sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi. Benda asing, seperti tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar dapat menyumbat jalan nafas. Penderita yang mendapat anestesi atau tidak, dapat terjadi laringospasme dan ini biasanya terjadi oleh karena rangsangan jalan nafas atas pada penderita stupor atau koma yang dangkal. Sumbatan jalan nafas dapat juga terjadi pada jalan nafas bagian bawah, dan ini terjadi sebagai akibat bronkospasme, sembab mukosa, sekresi bronkus, masuknya isi lambung atau benda asing ke dalam paru. Cara Mengenal Sumbatan Jalan Nafas Pada sumbatan jalan nafas total tidak terdengar suara nafas atau tidak terasa adanya aliran udara lewat hidung atau mulut. Terdapat pula tanda tambahan yaitu adanya retraksi pada daerah supraklavikula dan sela iga bila penderita masih bisa bernafas spontan dan dada tidak mengembang pada waktu inspirasi. Pada sumbatan jalan nafas total bila dilakukan inflasi paru biasanya mengalami kesulitan walaupun dengan tehnik yang benar. Pada sumbatan jalan nafas partial terdengar aliran udara yang berisik dan kadangkadang disertai retraksi. Bunyi lengking menandakan adanya laringospasme, dan bunyi seperti orang kumur menandakan adanya sumbatan oleh benda asing.

Penanganan Obstruksi Jalan Nafas Sumbatan jalan napas merupakan gangguan pada jalan napas yang dapat diatasi namun jarang terjadi dan berpotensi menimbulkan kematian bila tidak mendapatkan penatalaksanaan yang benar. Orang yang tidak sadarkan diri mudah mengalami sumbatan jalan napas, baik yang disebabkan oleh lidah ataupun benda asing. Penatalaksanaan yang baik merupakan kunci untuk mencegah kematian akibat sumbatan jalan napas. Kasus sumbatan jalan napas pada dewasa umumnya terjadi pada saat makan. Sedangkan pada bayi atau anak, keadaan tersebut terjadi pada saat makan atau sedang bermain walaupun sudah diawasi oleh orang tua atau pengasuh anak.

19

G.

Tanda-tanda Sumbatan Jalan Nafas Pada keadaan penderita yang masih bernafas, mengenali ada tidaknya sumbatan jalan nafas dapat dilakukan dengan cara lihat (look), dengar (listen), dan feel (raba), lihat (look) Dilihat apakah penderita mengalami agitasi atau penurunan kesadaran. Agitasi memberi kesan adanya hipoksemia yang mungkin disebabkan oleh karena sumbatan jalan nafas, sedangkan penurunan kesadaran memberi kesan adanya hiperkarbia yang mungkin disebabkan oleh hipoventi Iasi akibat sumbatan jalan nafas. Dilihat pu la pergerakan dada dan perut waktu bernafas, normalnya pada posisi berbaring waktu inspirasi dinding dada bergerak keatas dinding-dinding perut bergerak ke atas dan waktu ekspirasi dinding dada turun dinding perut juga turun. Pada sumbatan jalan nafas total atau parsial berat, waktu inspirasi dinding dada bergerak turun tapi dinding perut bergerak naik sedangkan waktu ekspirasi terjadi sebaliknya. Gerak nafas ini disebut see saw atau rocking respiration. Adanya retraksi sela iga, supra klavikula atau subkostal merupakan tanda- tanda adanya sumbatan jalan nafas. Sianosis yang terlihat di kuku atau bibir menunjukkan adanya hipoksemia akibat oksigenasi yang tidak adekwat. Pada penderita trauma perlu dilihat adanya deformitas daerah maksilofasial atau leher serta adanya gumpalan darah, patah tulang, gigi dan muntahan yang dapat menyumbat jalan nafas. Dengar (listen) Didengar suara nafas dan ada tidaknya suara tambahan. Adanya suara nafas tam bahan berarti ada sumbatan jalan nafas parsial. Suara nafas tambahan dapat berupa dengkuran (snoring), kumuran (gurgling), atau siulan (crowing/stridor). Snoring disebabkan oleh lidah yang menutup orofaring, gurgling karena sekret, darah atau muntahan dan crowing/stridor menunjukkan adanya penyempitan jalan nafas karena spasme, edema atau pendesakan. Suara bicara penderita yang normal menunjukkan tidak ada sum batan jalan nafas sedangkan suara yang parau menunjukkan adanya masalah di daerah laring. Raba (feel) Di rabakan hawa ekspirasi yag keluar dari lubang hidung atau mulut, dan ada tidaknya getaran di leher waktu bernafas. Adanya getaran di leher menunjukkan

20

sumbatan parsial ringan. Pada penderita trauma perlu diraba apakah ada fraktur di daerah maksilofasial, bagaimana posisi trakhea Pengelolaan Jalan Nafas Penilaian dan pengelolaan jalan nafas harus dilakukan dengan cepat tepat dan cermat untuk mencegah terjadinya hipoksemia. Tindakan ditujukan untuk membuka dan menjaga jalan nafas tetap bebas dan waspada terhadap keadaan klinis yang menyumbat atau potensial akan menyumbat jalan nafas. Penyebab sumbatan jalan nafas yang paling sering: a. Lidah dan Epiglotis b. Muntahan, darah, sekret, benda asing c. Trauma daerah maksilofasial d. Lidah dan epiglotis Pada penderita yang mengalami penurunan tingkat kesadaran maka lidah akan jatuh ke belakang menyumbat hipofarings atau epiglotis jatuh kebelakang menutup rima glotidis.Dalam keadaan seperti ini, pembebasan jalan napas dapat dilakukan tanpa alat maupun dengan rnenggunakan jalan napas buatan. Membuka jalan napas tanpa alat dilakukan dengan cara head tilt, chin lift, jaw thrust. Sedangkan alat-alat yang dipakai untuk mengatasi sumbatan jalan napas karena lidah adalah jalan napas orofaringeal atau nasofaringeal. Pada penderita trauma, tindakantindakan yang dilakukan untuk membuka jalan napas, dapat menyebabkan atau memperburuk cedera tulang leher. Oleh karena itu pada penderita trauma dengan dugaan cedera tulang leher cara yang dianjurkan hanya jaw thrust dan chin lift dengan immobilisasi kepala dan leher (in-line immobilization) secara manual atau memakai neck collar.

Chin Lift Empat jari salah satu tangan diletakkan dibawah rahang ibu jari diatas dagu, kemudian secara hati-hati dagu diangka kedepan. Bila perlu ibu jari dipergunakan untuk membuka mulut/bibir atau dikaitkan pada gigi seri bagian bawah untuk mengangkat

21

rahang bawah. Manuver chin lift ini tidak boleh menyebabkan posisi kepala hiperekstensi. Jaw Thrust Mendorong angulus mandibula kanan dan kiri ke depan dengan jari-jari kedua tangan sehingga barisan gigi bawah berada di depan barisan gigi atas, kedua ibu jari membuka mulut dan kedua telapak tangan menempel pada kedua pipi penderita untuk melakukan immobilisasi kepala. Tindakan jaw thrust, buka mulut dan head tilt disebut triple airway maneuver. Jalan Nafas Orofaringeal Alat ini dipasang lewat mulut sampai ke faring sehingga menahan lidah tidak jatuh menutup hipofarings. Ukuran harus tepat yaitu dari tengah mulut sampai ke angulus mandibula atau dari tepi mulut sampai ke tragus. Bila kekecilan malah akan medorong lidah kebelakang hingga makin menyumbat. Ada 2 cara pemasangan yaitu secara langsung dengan bantuan spatula lidah atau secara tidak langsung dengan caraterbalik menyusuri palatum durum sampai palatum molle kemudian diputar 180° sehingga bagian yang cekung mengarah ke caudal. Alat ini merangsang muntah dan tidak disukai bila kesadaran penderita membaik. Jalan Nafas Nasofaringeal Alat dipasang lewat salah satu lubang hidung sampai ke faring yang akan menahan jatuhnya pangkal lidah agar tidak menutup hipofaring. Diameter disesuaikan dengan besarnya lubang hidung penderita, secara gampang kira-kira sebesar diameter jari kelingking penderita. Pada waktu memasang, pelumasan harus baik agar tidak melukai pembuluh darah yang ada di rongga hidung. Alat ini lebih dapat di terima oleh penderita dan lebih kecil kemungkinan merangsang muntah dibandingkan jalan nafas orofaringeal.

Muntahan, darah, sekret, benda asing Penghisap yang berfungsi balk dan berkemampuan tinggi harus ada di ruang gawat darurat untuk menghisap darah, muntahan atau sekret yang berada di jalan nafas. Ada 2 macam kateter penghisap yang sering digunakan yaitu rigid tonsil dental suction tip atau soft catheter suction tip. Untuk menghisap rongga mulut dianjurkan memakai yang rigid tonsil/dental tip sedangkan untuk menghisap lewat pipa endotrakheal atau 22

trakheostomi menggunakan yang soft catheter tip. Jangan menggunakan soft catheter tip lewat lubang hidung pada penderita yang dengan fraktur lamina cribosa karena dapat menembus masuk rongga otak. Harus diperhatikan tata cars penghisapan agar tidak mendapatkan komplikasi yang dapat fatal. Benda asing misalnya daging atau patahan gigi dapat dibersihkan secara manual dengan jari-jari. Bi la terjadi chocking (tersedak) umumya "nyantol" didaerah subglotis, dicoba dulu dengan cara back blows, abdominal thrust (Heimlich maneuver). Trauma daerah Maksilofasial Di coba membebaskan jalan nafas dengan cara-caresdiatas, tapi bila tidak berhasil segera dilaksanakan pemasangan jalan napas yang definitif yaitu intubasi endotrakeal atau krikotiroidotomi, atau trakheostomi. Jalan Napas Definitif Yang dimaksud jalan napas definitifadalah pips jalan napas yang dilengkapi dg balon (cuff), yang dapat dikembangkan yang dapat dipasang di trakhea.Tujuan pemasangan jalan nafas definitif untuk mempertahankan jalan napas, pemberian ventilasi, oksigenasi dan pencegahan aspirasi. Ada 2 macam: 1. Intubasi endotrakheal : a.

orotrakheal

b. nasotrakheal 2. Dengan pembedahan (surgical airway) a. krikotiroidotomi b. trakheostomi Beberapa keadaan klinik yang memerlukan jalan napas definitif antara lain apnea, tidak mampu mempertahankan jalan nafas dengan cara-cara yang lain, pencegahan aspirasi darah atau muntahan, ancaman terjadinya sumbatan jalan nafas (contoh trauma inhalasi, status konvulsi, trauma maksilofasial, trauma/cedera kepala tertutup dengan GCS kurang dari 8, tak berhasil memperoleh oksigenasi yang adekwat dengan menggunakan masker. Intubasi endotrakeal

23

Harus di lakukan oleh mereka yang terlatih dan terampil disertai peralatan yang lengkap. Dapat dilakukan lewat mulut (orotrakheal) atau lewat hidung (nasotrakheal) secara avue (dengan bantuan laringoskop) atau blind (tanpa laringoskop dengan tuntunan nafas penderita). Pada penderita yang awake atau asleesk (tak sadar atau ditidurkan). Untuk yang asleep dapat secara non apnea atau apnea (memang tak bernafas atau diberi pelumpuh otot). Cara intubasi yang dipilih tergantung keadaan penderita, pengalaman, keputusan dan ketrampilan dokter. Sebelum dilakukan intubasi perlu oksigenasi dan bila perlu bantuan ventilasi. Akan lebih balk bila dilakukan monitoring saturasi oksigen dengan pulse oxymetri dan EKG. Hati-hati pada penderita cedera tulang leher tindakan laringoskopi dapat menyebabkan posisi kepala hiperekstensi karena itu perlu immobilisasi kepala dan leher. Surgical Airway Dilakukan bila tidak mungkin atau gagal melakukan intubasi endotrakheal,dapat berupa : Krikotiroidotomi dengan jarum (needle cricothyroidotomy). Ditusukkan jarum/ kanula ke trakhea ke arah distal lewat mem brana krikotiroidea. Ukuran jarum 12-14G pada dewasa atau 16-18G pada anak. Ujung jarum/kanula dengan Y konektor dihubungkan ke sumber oksigen dengan aliran 12-15 1/m. Cara ini disebut jet insufflation untuk memberikan oksigen dengan cepat.

24

BAB III PENUTUP

A.

KESIMPULAN Airway merupakan komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah hidung dan

mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru. Breathing (Bernapas) adalah usaha seseorang secara tidak sadar/otomatis untuk melakukan pernafasan. Tindakan ini merupakan salah satu dari prosedur resusitasi jantung paru (RJP). Jalan nafas adalah yang pertama kali harus dinilai untuk mengkaji kelancaran nafas. Keberhasilan jalan nafas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses ventilasi (pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-paru. Jalan nafas seringkali mengalami obstruksi akibat benda asing, serpihan tulang akibat fraktur pada wajah, akumulasi sekret dan jatuhnya lidah ke belakang. B.

SARAN Setelah membaca makalah ini semoga pembaca memahami isi makalah yang telah

disusun meskipun kami menyadari makalah ini kurang dari sempurna. Oleh karena itu kami berharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang dapat membantu menyempurnakan makalah yang selanjutnya.

25

DAFTAR PUSTAKA Alkatiri J. Resusitasi Kardio Pulmoner dalam Sudoyo W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. FKUI. Jakarta. 2007. Hal. 173-7. Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. II, EGC: Jakarta John, A, Boswick, 1997. Perawatan Gawat Darurat. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta

26

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""

Makalah Bls1.docx
April 2020 3
Pengumuman-pps.pdf
April 2020 17
April 2020 43
Tugas Aai.docx
May 2020 20