Diagnosis dan Penanganan Gangguan Stress pada Pekerja Melvin Andrean 102015042 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 Email :
[email protected]
Abstrak Stres akibat kerja adalah suatu penyakit kronis yang disebabkan oleh kondisi-kondisi ditempat pekerjaan yang berdampak negatif pada kinerja seseorang atau pada kesehatan fisik dan juga jiwanya. Atau dapat dikatakan, stres akibat kerja timbul dikarenakan adanya ketidak seimbangan antara hasil kerja yang diharapkan dengan kemampuan untuk mewujudkannya atau mencapainya. Bentuk stres yang diakibatkan oleh suatu pekerjaan yaitu kondisi yang timbul akibat interaksi antara manusia dan pekerjaannya ditandai oleh perubahan dalam diri organisasi tersebut yang menyebabkan penyimpangan dari fungsinya yang normal. Kata kunci : Stres, kondisi pekerjaan, interaksi pekerjaan
Abstract Occupational stress is a chronic disease caused by conditions in the workplace that have a negative impact on a person's performance or on his physical health and soul. Or it can be said, work-related stress arises due to an imbalance between expected work results and the ability to make it happen or achieve it. The form of stress caused by a job is a condition that arises due to the interaction between humans and their work is characterized by changes in the organization that cause deviations from their normal functions. Keywords: Stress, work conditions, job interactions
Pendahuluan Stres akibat kerja adalah suatu penyakit kronis yang disebabkan oleh kondisi-kondisi ditempat pekerjaan yang berdampak negatif pada kinerja seseorang atau pada kesehatan fisik dan juga jiwanya. Atau dapat dikatakan, stres akibat kerja timbul dikarenakan adanya ketidak
1
seimbangan antara hasil kerja yang diharapkan dengan kemampuan untuk mewujudkannya atau mencapainya. Banyak penyebab yang menjadikan seorang pekerja mengalami stres pada tempat kerjanya, seperti kejenuhan dalam pekerjaan, beban kerja yang terlalu berlebihan, waktu kerja yang tidak sesuai, jam istirahat kerja, dan hubungan antar individu dalam pekerjaan tersebut. Untuk mendiagnosis seseorang dengan stres akibat kerja diperlukan anamnesis yang benar serta pemeriksaan psikiatri untuk menyingkirkan stres akibat pengaruh hal lain. Demikian juga dibutuhkan tujuh langkah menentukan diagnosis okupasi dikarenakan kasus ini merupakan salah satu penyakit akibat kerja. Dalam makalah ini, juga akan dibahas bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan terhadap stres akibat pekerjaan.
Stress Akibat Kerja Stress kerja merupakan bentuk stres yang diakibatkan oleh suatu pekerjaan yaitu kondisi yang timbul akibat interaksi antara manusia dan pekerjaannya ditandai oleh perubahan dalam diri organisasi tersebut yang menyebabkan penyimpangan dari fungsinya yang normal. Atau dapat dikatakan stres kerja adalah respon fisik atau emosi yang berbahaya dan terjadi ketika persyaratan dalam pekerjaan tidak seimbang dengan kemampuan, sumber daya atau kebutuhan dari pekerja. Dari kedua pendapat inilah, dapat dikatakan bahwa pekerjaan merupakan salah satu penyebab terjadinya stres.1 Dalam mendiagnosis kasus ini,terapat beberapa langkah kerja yang dapat dilakukan.
Anamnesis Anamnesis merupakan salah satu hal penting dalam menentukan diagnosis suatu penyakit,terutama dalam kasus psikiatri atau kejiwaan. Dalam kasus ini,terdapat beberapa hal yang dapat kita tanyakan pada pasien : 1 1.Identitas pasien 2.Riwayat perkembangan pasien 3.Pendidikan 4.Riwayat penyakit dalam keluarga 5.Riwayat pekerjaan 6.Riwayat penyakit
2
Diagnosis dan Pemeriksaan Psikiatri Diagnosis ditegakkan berdasarkan pengelompokkan gejala klinik yang teramati, diagnosis diskriptif (dengan mengabaikan berbagai latar belakang teori yang menjelaskan mengapa gejala tersebut muncul. 1. Diagnosis multiaksial mempunyai 5 aksis : Aksis I : Diagnosis Klinik Merupakan gejala-gejala klinik yang terbukti dalam pemeriksaan dikelompokkan ke dalam kriteria diagnosis.Contoh : Gangguan depresi (gejala utama adalah rasa sedih), gangguan psikotik (gejala utamanya kehilangan kemampuan menilai realitas), gangguan cemas (gejala utamanya adalah cemas).1 Pada skenario ini terdapat F.43 gangguan stress dan F. 51 insomnia.
Aksis II : Ciri/gangguan Kepribadian& Retardasi Mental Merupakan ciri atau gangguan kepribadian yaitu pola perilaku yang menetap (kebiasaan,sifat) yang tampak dalam persepsi tentang diri dan lingkungan (yang akan ditampilkan dalam pola interaksi dengan orang lain). Pada skenario ini tidak terdapat masalah pada aksis II.
Aksis III : Penyakit Fisik Penyakit atau kondisi fisik, khususnya yang perlu diperhatikan pada tatalaksana atau menjadi penyebab munculnya gangguan yang dituliskan di aksis I. Pada scenario ini terdapat adanya hipertensi.
Aksis IV : Stresor Psikososial Merupakan stressor psikososial yaitu semua peristiwa yang mencetuskan gangguan yang dituliskan di aksis I. Pada skenario ini gejala pasien diperberat oleh karena ibu dari sang pasien meninggal.
Aksis V : Fungsi Penyesuaian Fungsi penyesuaian yang dinilai dari : - fungsi social (hubungan social dengan keluarga dan masyarakat) - fungsi peran (yang dinilai mutu dan produktivitas peran yang disandang subyek) - pemanfaatan waktu luang 3
- fungsi perawatan diri 1
Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan hati b. Pemeriksaan ginjal c. Pemeriksaan gula darah dan pemeriksaan kolesterol.Pada saat keadaan stres, kadar glukosa dan kolesterol dalam darah akan meningkat karena pelepasan adrenalin.2
Dalam skenario atau kasus ini,penulis akan menggunakan 7 Langkah dalam menegakkan diagnosis Penyakit Diperberat Kerja,yaitu : 1. Diagnosis klinis : Suspek Stress Akibat Kerja Gejala klinis stres akibat kerja adalah sebagai berikut :3 -
Gejala Fisiologis berupa otot tegang, jantung berdebar, perut mual, sulit tidur dsb.
-
Gejala Psikologis dapat berupa mudah marah, emosi meledak-ledak, mudah panik.
-
Gejala Psikosomatik bisa dalam bentuk gangguan otot dan tulang / muskuloskeletal (nyeri otot, kram), gangguan sistem pernafasan (asma, spasme bronchitis), gangguan pembuluh darah jantung / kardiovaskuler (migraine, hipertensi, stroke), gangguan kulit (eksim, psoriasis, dermatitis kronis, jerawat), kelenjar endokrin (hipertiroid, diabetes, infertilitas), gangguan sistem saraf (neurostenia), gangguan mata (glaukoma) gangguan pencernaan / gastrointestinal (gastritis/ radang lambung, peptic ulcer/ tukak lambung, diare) dan gangguan genitourinarial ( dismenorhea, gangguan haid).
-
Perilaku 3
2. Menentukan pajanan ditempat kerja. Untuk hal ini, perlu diketahui beberapa sumber atau hal yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stres dan insomnia, yaitu : A. Penyebab stres kerja dari organisasi meliputi :3 -
Kurangnya otonomi dan kreativitas : Pekerja kurang memiliki otonomi untuk memutuskan suatu situasi dalam pekerjaan sehingga tidak bisa menggunakan ide-idenya yang kreatif dalam pelaksanaan tugas.
-
Harapan, tenggat waktu dan kuota yang tidak logis : Harapan yang terlalu tinggi, waktu yang terlalu pendek dalam menyelesaikan tugas dan target yang hendak dicapai tidak realistik. 4
-
Relokasi pekerjaan : Rotasi atau pemindahan kerja ke unit yang lain kadang dipersepsikan sebagai suatu hukuman bagi yang bersangkutan. Adaptasi dengan tempat kerja yang baru juga dapat merupakan sumber stres akibat relokasi ini.
-
Kurangnya pelatihan : Pelatihan diperlukan untuk menunjang pekerja dalam melaksanakan tugas sesuai dengan area kerjanya
-
Karier yang melelahkan : Pekerjaan yang melelahkan berkaitan dengan tidak seimbangnya antara banyaknya tugas dengan jumlah tenaga yang ada, sehingga karyawan atau pekerja kurang mendapatkan waktu untuk istirahat.
-
Hubungan dengan atasan yang buruk : Hubungan yang kurang baik dengan atasan dapat berbentuk perbedaan pandangan, perilaku yang tidak adil, atasan yang kurang menghargai kemampuan karyawan atau karyawan yang tidak membantu karyawan ketika mengalami kesulitan dalam pekerjaan.
-
Tuntutan perkembangan teknologi : Teknologi diperlukan untuk membantu pekerjaan manusia, namun ketika manusia tidak dapat menggunakannya,hal tersebut dapat merupakan stressor bagi karyawan tersebut.
-
Bertambahnya tanggungjawab tanpa diserta penambahan gaji : Idealnya bertambahnya tanggung jawab harus disertai dengan imbalan atau penghargaan, namun ketika tanggung jawab bertambah tanpa diserta imbalan atau penghargaan yang sesuai, maka hal itu akan menjadi masalah yang dapat memicu stres dan ketidakpuasan pada karyawan.
-
Pekerja yang dikorbankan karena penurunan laba : Kerugian pada organisasi tempat kerja yang dibebankan pada pekerja, sehingga pekerja harus kehilangan sebagian penghasilannya merupakan sumber stres kerja.
B. Sedangkan penyebab stres kerja dari individu, antara lain : 3 -
Pertentangan antara karier dan tanggung jawab keluarga : Masalah karier dan keluarga ini biasanya terjadi pada pekerja wanita, dimana satu sisi bertanggung jawab atas tugasnya sebagai seorang pekerja, disisi lain bertanggung jawab mengurusi keluarga sehingga terkadang muncul dilema anatara karier dan keluarga. 5
-
Ketidakpastian ekonomi : Penghasilan ekonomi yang tidak mencukupi kebutuhan merupakan stressor pekerja.
-
Kurangnya penghargaan dan pengakuan kerja : Terjadi pada pekerja yang merasa tidak dihargai oleh atasan.
-
Kejenuhan, ketidakpuasan kerja, kebosanan : Biasanya pada pekerja yang terlalu lama ditempatkan pada satu bagian.
-
Perawatan anak yang tidak adekuat : Perawatan anak merupakan masalah besar bagi wanita pekerja yang telah memiliki anak, sehingga tidak jarang banyak wanita pekerja yang memutuskan berhenti bekerja untuk merawat anaknya.
-
Konflik dengan rekan kerja : Hal ini menyebabkan suasana kerja menjadi tidak nyaman. Konflik ini biasanya disebabkan oleh kesalahpahaman dan perbedaan argumen dalam kerja.
C. Penyebab stres dari lingkungan 3 -
Buruknya kondisi lingkungan kerja, meliputi pencahayaan, kebisingan, ventilasi, dan suhu.
-
Diskriminasi ras : Lingkungan yang membedakan kesukuan atau ras akan mengakibatkan rasa bermusuhan dikalangan karyawan.
-
Pelecehan seksual baik oleh rekan kerja maupun atasan.
-
Kekerasan ditempat kerja yang menyebabkan ketidaknyamanan dan stres bagi karyawan atau pekerja.
-
Kemacetan saat berangkat dan pulang kerja juga merupakan stressor bagi pekerja atau karyawan.3
D. Sumber stres kerja juga dapat kita bedakan menjadi 6 macam,yaitu :4 -
Lingkungan kerja, dimana lingkungan kerja yang buruk akan menimbulkan stres yang berdampak bagi kesehatan dan produktivitas pekerjanya.
-
Overload atau beban kerja berlebih : Beban kerja ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu beban kerja kuantitatif, jika target kerja melebihi kemampuan karyawan sehingga akan mengakibatkan pekerja mudah lelah, kecapean, kurang istirahat, dan menjadi tegang. Sedangkan beban kerja kualitatif jika pekerjaan itu mempunyai tingkat 6
kesulitan yang tinggi, sehingga diperlukan pemikiran yang ekstra untuk dapat menyelesaikannya. -
Deprivasional stres, yaitu jika pekerjaan dirasakan tidak menarik atau dirasakan kurang menantang,sehingga mengakibatkan kebosanan bagi pekerjanya.
-
Pekerjaan yang menpunyai resiko tinggi atau dapat membahayakan keselamatan pekerjanya.
-
Waktu kerja
-
Proses kerja, jam istirahat, dan lama kerja.4
Dimana pada scenario ini memerlukan data tambahan untuk mencari apa pajanan yang ada ditempat kerja.
3. Menentukan adanya hubungan pajanan dengan diagnosis klinis
4. Besarnya pajanan - Beban kerja melebihi kapasitasnya - Jam istirahat kurang 5. Peranan faktor individu
Pasien mungkin mendapatkan gangguan secara emosional dikarenakan kematian ibunya 1 bulan yang lalu yang mungkin memperberat kondisinya.
6. Faktor lain diluar pekerjaan Tempat tinggal yang ditinggali pasien berjarak sangat jauh dari tempat kerja di Cibitung dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk sampai tepat waktu di tempat pekerjaan dengan profesi pasien sebagai manajer marketing perusahaan. Hal ini mungkin saja menjadi suatu pajanan/ memperberat keluhan pasien.
7. Diagnosis Okupasi Belum dapat ditegakan, dimana ada beberapa data yang harus dicari seperti sumber pajanan yang ada ditempat kerja seperti lingkungan kerja (pajanan seperti fisika, kimia, ergonomi dsb) , beban kerja (apakah pekerjaan pasien terlalu berat, 7
waktu istirahat sedikit, membosankan dsb) , kapasitas kerja pasien (bagaimana tipe kepribadian pasien dsb).
Mekanisme respon tubuh terhadap stres 5 Secara
fisiologi,
situasi
stres
mengaktivasi
hipotalamus
yang
selanjutnya
mengendalikan dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf simpatik berespons terhadap impuls saraf dari hipotalamus yaitu dengan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya, sebagai contohnya, ia meningkatkan kecepatan denyut jantung dan mendilatasi pupil. Sistem saraf simpatis juga memberi sinyal ke medula adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Sistem korteks adrenal diaktivasi jika hipotalamus mensekresikan CRF, suatu zat kimia yang bekerja pada kelenjar hipofisis yang terletak tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar hipofisis selanjutnya mensekresikan hormon ACTH, yang dibawa melalui aliran darah ke korteks adrenal. Dimana, ia menstimulasi pelepasan sekelompok hormon, termasuk kortisol, yang meregulasi kadar gula darah. ACTH juga memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan sekitar 30 hormon. Efek kombinasi berbagai hormon stres yang dibawa melalui aliran darah ditambah aktivitas neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik berperan dalam respons fight or flight. Stres yang bersifat konstan dan terus menerus mempengaruhi kerja kelenjar adrenal dan tiroid dalam memproduksi hormon. Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai hormon utama stres akan naik jumlahnya dan berpengaruh secara signifikan pada sistem homeostasis. Adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan sistem saraf simpatis berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung, dan tekanan darah. Tiroksin selain meningkatkan Basal Metabolism Rate (BMR), juga menaikkan denyut jantung dan frekuensi nafas.5
Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
1.Psikoterapi 2.Pemberian istirahat kerja atau pemindahan tempat kerja ke bagian lain yang dapat membantu penyembuhan penyakitnya. 8
3.Terapi sosial 4. Pengaturan shift work yang baik,cuti,kerja,berlibur,dan agama 5. Edukasi : Pekerjaanya bisa dilakukan pemindahan tempat yang lebih dekat dengan jarak rumah. 6
Medikamentosa Melakukan terapi simptomatik terhadap gejala pasien seperti pemberian B-blocker, ACE inhibitor dsb untuk membantu pengobatan hipertensi dan pemberian sleeping pills seperti estazolam untuk membantu mengatasi insomnia.
Pencegahan 7 Untuk perorangan : a) Melihat hidup sebagai suatu realita dengan bijak b) Olah raga ringan yang teratur dan terukur c) Cari kesempatan untuk bersantai d) Kendalikan berat badan dengan gizi yang seimbang e) Rekreasi/hobby yang sehat f) Hindari ketergantungan terhadap NARKOBA, kopi dan rokok Untuk kelompok : a) Rekreasi atau olahraga bersama b) Rotasi kerja atau pengaturan kerja c) Pemberian pelatihan basic mentality d) Menyesuaikan beban kerja fisik maupun mental dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing. e) Menyesuaikan jam kerja dengan tuntutan tugas maupun tanggung jawab di luar pekerjaan f) Memberi kesempatan pengembangan karir atau promosi menurut kemampuan dan keahlian tertentu g) Mengupayakan lingkungan sosial yang sehat di tempat kerja h) Mengadakan rotasi tugas untuk pengembangan tigas dan peningkatan karir i) Melakukan penilaian risiko stress 9
j) Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman k) Melakukan meditasi dan relaksasi l) Meningkatkan iman dan takwa 7
Prognosis Baik, apabila pencegahan maupun penatalaksanaan dapat dilakukan dengan baik.7
Kesimpulan Pada skenario ps mengalami kesulitan tidur semenjak 1 tahun yang lalu dan semakin sering ketika ibu ps meninggal diperberat dengan kondisi pekerjaan diamana tempat tinggal ps di Depok sangat jauh dari tempat kerja yang berlokasi di Cibitung dan dalam keseharian ps harus berangkat pukul 06.00 pagi. Dari data-data yang didapat, masih belum dapat ditegakan diagnosis PAK/ bukan PAK sehingga membutuhkan data tambahan.
Daftar Pustaka 1. Kamal K.Penerapan Kesehatan Kerja Praktis bagi Dokter dan Manajemen Perusahaan.Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2011.h.71-3 2. Direktorat Bina Kerja dan Gangguan Kesehatan Akibat Faktor Psikososial di Tempat Kerja.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI;2011.h.11-2. 3. Harrianto R. Buku Ajar Kesehatan Kerja.Jakarta: EGC;2013.h.272-8. 4. Arden JB. Bekerja Tanpa Stress – Cara Mengatasi Berbagai Tekanan Hari Kerja.Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer;2006.h.14. 5. Smith A. The scale of perceived occupational stress.Jakarta:EGC;2007.h.18. 6. J.Jeyaratnam.Buku ajar praktik kedokteran kerja.Jakarta:EGC;2009.h.355 7. National Safety Council. Manajemen stres. Jakarta:EGC;2006.h.8-9.
10