Makalah Asfiksia Neonatrium

  • Uploaded by: Rena septiani
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Asfiksia Neonatrium as PDF for free.

More details

  • Words: 1,329
  • Pages: 4
◦ ◦

Nama=Rena Septiani Nim=B.18.12.044 Laporan Pendahuluan INFUS

A. Definisi Pemasangan infus adalah pemberian sejumlah cairan kedalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan/zat-zat mekanan dari tubuh. Pemasangan infus dilakkan pada pasien yang memerlukan masukan cairan melalui intravena yang mengalami pengeluaran cairan/nutrisi yang berat, dehidrasi, dan syok. B. Tujuan pemasangan infus 1. Mempertahankan/mengantikan cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tdak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral 2. Memperbaiki keseimbangan asam basa 3. Memperbaiki keseimnagan volume komponen-komponen darah. 4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh. 5. Memonitor tekan vena central (CVP) 6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan diistirahatkan C. Indikasi pemsangan infus 1. Pasien dengan keadaan emergency (misalnya pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam intravena. 2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (sperti furosemid, digoxin) 3. Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar terus menerus melalui intravena 4. Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit 5. Pasien yang mendapatkan transfuse darah 6. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat). 7. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, mialnya risiko dehodrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolabs (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus. D. Vena yang boleh dipasang infus Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan ke dalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena safalika basilica dan vena medianan cubiti), pada tungkai (vena saena) atau pada vena yang ada di kepala , seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anka-anak). Pemasangan infus tidak dianjurkan pada daerah yang mengalami luka bakar, lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu), lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan, atau kerusakan kulit. E. Jenis cairan infus 1. Cairan hipotonik Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentraasi ion Na+ lebih rendah disbanding serum) sehingga larut dalam serum dan menurunkan osmalaritasnya serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi. 2. Cairan isotonic Osmolalitasnya cairan mendekati serum sehingga terus berada didalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi. 3. Cairan hipertonik Osmolalitasnya lebih tinggi disbanding serum sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu mensstabilkan tekanan darah,

meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema. Pembagian cairan berdasarkan kelompoknya : 1. Kristaloidbersifaat isotonic, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan ke dalam pembuluh darah dalam waktu ayng singkat dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera, misalnya RL dan garam fisiologis. 2. koloidukuran molekulnya cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membrane kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka siftnya hipertonik dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya albumin dan steroid. Jenis cairan infus : 1. asering indikasi : dehidrasi pada kondisi gastrointestinal akut, demam berdarah dengue, luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat. Keunggulan : a. asetat di metabolism di otot dan maasih dapat ditolerir pada pasien yang mengalami gangguan hati. b. Pada pemberian sebelum operasi sear, mengatasi asidosis laktat lebih baik daripada RL pada neonates c. Mempunyai efek vasodilator. 2. KA-EN 1B Indikasi : sebagai larutan awal pasien belum diketahui, misalnya pada kasus emergency 3. KA-EN 3A Dan KA-EN 3B Indikasi : sebagai larutan untuk memnuhi kebutuhan air dan elektrolit dengan kandungan kalium cukup untuk menggantikan ekskresi harian, pada keadaan asupan oral terbatas. 4. KA-EN MGE Indikasi : untuk kasus dimana suplemen NCP dibutuhkan 400 kcal/L 5. KA-EN 4A Indikasi : larutan infus untuk bayi dan ank-anak, tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik 6. KA-EN 4B Indikasi : larutan infus untuk bayi dan anak-anak usia kurang 3 tahun digunakan untuk dehidrasi hipertonik 7. Otsu-NS Indikasi : untuk resusitasi kehilangan na>cl 8. Otsu –RL Indikasi : resusitasi, asidosis metabolic, suplai ion bikarbonat 9. Martos 10 Indiaksi : suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetic. 10. Amiparen Indiaksi : stress metabolic berat, luka bakar, infeksi berat, kwasiokor. 11. Aminovel-600 Indikasi : nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI, penderita GI yang dipuasakan. 12. Pan-amin G Indikasi : suplai asam amino pada hiponatremia dan stress netabolik ringan, tifoid, nutrisi dini pasca operasi F. Ukuran jarum infus 1. Ukuran 16 Guna : dewasa, bedah mayor, trauma, apabila sejumlah besar cairan perlu diinfuskan Pertimbangan perawat : sakit saat insersi, butuh vena besar 2. Ukuran 18 Guna : anak dan dewasa, untuk darah, komponen darah dan infus kental lainnya Pertimbangan perawat : sakit saat insersi butuh vena besar 3. Ukuran 20 Guna : anak dan dewasa, sesuai untuk kebanyakan cairan infus, darah, komponen darah dan infus kental lainnya. 4. Ukkuran 22 Guna : bayi, anak dan dewasa (terutama usia lanjut), cocok untuk sebagian besar cairan infus.

Pertimbangan perawat : lebih mudah menginsersi ke vena yang kecil, tipis dan rapuh, sulit insersi melalui kulit yagn keras. 5. Ukuran 24, 26 Guna : neonates, bayi, ank, dewasa (terutama usia lanjut), sesuai untuk sebagian cairan infus tetapi kecepatan tetesannya lebih lambat Pertimbangan perawat : untuk vena yang sangat kecil, sulit insersi melalui kulit keras. G. Prosedur pemasangan infus 1. Alat : a. Standart infus b. Set infus c. Cairan sesuai program medic d. Jarum infus untuk ukuran yang sesuai e. Pengalas f. Tornikuet g. Kapas alcohol h. Plester i. Gunting j. Kasa steril k. Betadin l. Sarung tangan 2. Prosedur : a. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan b. Cuci tanagn c. Hubungkan cairan dan infus set dengan memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke botol infus. d. Isi cairan ke dalam set infus dengan menekan ruang tetesan hingga terisi sebagian dan buka klem selang sehingga cairan memenuhi selang dan udara keluar. e. Letakkan pengaas dibawah tempat (vena) yang akan dilakukan penginfusan f. Lakukan pembendungan dengan tornikuet 10-12 cm diatas tempat penusukkan dan anjurkan pasien untuk menggenggam dengna gerakan sirkular g. Gunakan sarung tangan steril h. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk dengan kapas alcohol i. Lakukan penusukkan pada vena dengan meletakkan ibu jari di bagian bawah vena dengan posisi jarum mengarah keatas j. Perhatikan keluarnya darah melalui jarum maka tarik keluar bagian dalam sambil meneruskan tusukkan ke dalam vena k. Setelah jarum infus bagian dalam dilepas atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena dengan menekan menggunakan jari tangan agar darah tidak keluar. Kemudian bagian infus dihubungkan/disambungkan dengan selang infus l. Buka pengatur tetesan dan atur kecepatan sesuai dengan dosis yang diberikan m. Lakukan fiksasi dengan kasa steril n. Tuliskantanggal dan waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum o. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan H. Prinsip pemasangan infus 1. Pada ank/paediatrik a. Karena vena klien sangat rapuh hindari tempat-tempat yang mudah digerakkan/digeser dan gunakan alt pelindung sesuai kebutuhan b. Vena-vena kluit kepalasangt mudah pecah dan memerlukan perlindungan agr tidak mudah mengalami infiltrasi. 2. Pada lansia a. Pada lansia sedapat mengkin gunakan kateter/jarum dengan ukuran paling kecil (24-26). Ukuran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinkan aliran kecil mengurangi trauma pada vena dan memungkinnkan aliran darah lebih lancer. b. Kestabilan vena menjadi hilang dan vena akan bergeser dari jarum c. Penggunaan sudut 5-15o saat memasukkan jarum. I. Kontra indikasi dan peringatan pada pemasangan infus 1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi dilokasi pemasangan infus

2. Daerah pada lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk pemasangan A-V shut pada tindakan hemodialisa 3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vean kecil yang aliran darahnya lambat (misalnya pembuluh vena ditungkai dan kaki) J. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pemasangan infus 1. Hematoma : darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena atau kapiler terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan h=jarum 2. Infiltrasi : masuknya cairan infus kedala jaringan sekitar akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah 3. Tromboflebitis : bengkak pada pembuluh darah vena, terjadi akibat infus yang dipassang tidak dipantau secara ketet dan benar 4. Emboli udara : amsuknya udara kedalam sirkulasi darah terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.

Related Documents

Makalah Asfiksia Neonatrium
October 2019 25
Asfiksia Paper.pptx
April 2020 20
Asfiksia Neonatorum
June 2020 15
Asfiksia Neonatorum
November 2019 22
Asfiksia Um Final
December 2019 17

More Documents from ""

Makalah Asfiksia Neonatrium
October 2019 25
Penyuluhan Pertanian.docx
November 2019 29
Eq
November 2019 39
Laporan Kerja 05 April 2019
October 2019 24
Instrumen Deriv.doc
June 2020 14