Makalah Antro.docx

  • Uploaded by: Andoko Suryo Cahyono
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Antro.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,839
  • Pages: 26
MAKALAH ANTROPOLOGI KEPERAWATAN PROSES KEPERAWATAN TRANSKULUTURAL NURSING PADA SUKU BALI DI INDONESIA

DISUSUN OLEH KELOMPOK V ADITHYA REINHARDT

PO.62.20.1.17.200

ANDOKO SURYO CAHYONO

PO.62.20.1.17.204

ANISA NORHADIATI

PO.62.20.1.17.205

NAYUNDA ENDANG TRININGSIH

PO.62.20.1.17.226

RAYGITA NADYA AUDINA

PO.62.20.1.17.230

PEMBIMBING Yongwan Nyamin, SKM., MM NIP: 195609261981021001

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA DII KEPERAWATAN REGULER XX 2019

HALAMAN JUDUL PROSES KEPERAWATAN TRANSKULUTURAL NURSING PADA SUKU BALI DI INDONESIA

DISUSUN OLEH KELOMPOK V

ADITHYA REINHARDT

PO.62.20.1.17.200

ANDOKO SURYO CAHYONO

PO.62.20.1.17.204

ANISA NORHADIATI

PO.62.20.1.17.205

NAYUNDA ENDANG TRININGSIH

PO.62.20.1.17.226

RAYGITA NADYA AUDINA

PO.62.20.1.17.230

PEMBIMBING Yongwan Nyamin, SKM., MM NIP: 195609261981021001

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA DII KEPERAWATAN REGULER XX 2019

i

KATA PENGANTAR

Asslamualaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan pembuatan makalah tugas dari mata kuliah Antropologi Keperawatan dengan judul “Proses Keperawatan Transcultural Nursing”. Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Untung Halanjur, S.SiT, S.Pd, M.Kes dan Bapak Yongwan Nyamin SKM., MM yang telah membimbing kami, serta pihak yang membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Palangka Raya, 13 Maret 2019

Penulis

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ ii DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1 A.

Latar Belakang Masalah.......................................................................................................... 1

B.

Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2

C.

Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3 A.

Konsep Transkultural Nursing ................................................................................................ 3

B.

Konsep Kebudayaan Bali ........................................................................................................ 9

C.

Tinjauan Keperawatan .......................................................................................................... 13

BAB III ASKEP TRANSKULTURAL PADA SUKU BALI .............................................................. 15 A.

Gambaran Kasus ................................................................................................................... 15

BAB III PENUTUP .............................................................................................................................. 21 A.

Kesimpulan ........................................................................................................................... 21

B.

Saran ..................................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 22

iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal sejarahnya, keperawatan dikenal sebagai bentuk pelayanan komunitas dan pembentukannya berkaitan erat dengan dorongan alami untuk melayani dan melindungi keluarga (Donahue,1995). Keperawatan merupakan suatu disiplin ilmu yang pengetahuannya bersumber dari ilmu fisika, ilmu manusia, ilmu social dan kompetensi klinis yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan individual klien. Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Perkembangan teori keperawatan tebagi menjadi 4 level perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory. Salah

satu

teori

yang

diungkapkan

pada

midle

range

theory

adalah

Transcultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan keperawatan

dalam yang

konteks

didasari

kultural

yang

melekat

penting

memperhatikan

keperawatan.

oleh

dalam

pemahaman

masyarakat.

keanekaragaman

Teori tentang

Leininger

budaya

dan

ini

menjabarkan

adanya

perbedaan

beranggapan nilai-nilai

bahwa dalam

konsep nilai-nilai sangatlah penerapan

asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akan mengakibatkan terjadinya cultural shock. Budaya adalah keyakinan dan perilaku yang diturunkan atau diajarkan manusia kepada generasi berikutnya (Taylor, 1989). Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar, beserta keseluruhan hasil budi dan karyanya (Kuntjaraningrat, 1928 dalam Napitupulu, 1988). Sehingga dari budaya tersebut jika dilanggar dipercaya dapat memberikan mala petaka bagi orang yang melanggar aturan dan nilai-nilai budaya. Terdapat lebih dari 300 kelompok etnik atau suku bangsa di Indonesia lebih tepatnya 1.340 suku bangsa menurut sensus BPS tahun 2010 yang masih sangat kental unsur budayanya. Setiap daerah memilki ciri khas budayanya masing-masing. Begitu juga pada daerah Bali, Bali memiliki kebiasaan, budaya dan ciri khasnya sendiri. Masyarakat Bali hingga kini masih mempertahankan nilai-nilai dan kepercayaan yang diturunkan oleh nenek moyang mereka. Dalam bidang kesehatan masyarakat Bali mengenal bidang penyembuhan sebagai Usadha Bali, dimana Balian sebagai dokternya. Usadha disini merupakan semua tata cara untuk penyembuhan penyakit, cara pengobatan, pencegahan, memeperkirakan jenis penyakit dan diagnosa, perjalanan penyakit dan pemulihannya. Balian usadha adalah seseorang yang sadar belajar tentang ilmu pengobatan, baik melalui guru waktra, belajar pada balian, maupun belajar

1

sendiri melalui lontar usadha. Balian ini tidak terbatas pada pengobatan dengan ramuan obat, tetapi termasuk balian lung (patah tulang), uut, manak (melahirkan) dan sebagainya. Seperti halnya sorang dokter dalam dunia medis, saat tamat pendidikan dokter harus disumpah. Balian pun sama setelah mempelajari harus melakukan upacara aguru waktra. Sehingga jika balian melanggar dipercaya akan menerima hukuman secata niskala dan hidupnya akan sengsara sampai keturunannya. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana konsep transkultural nursing? 2. Bagaimana tinjauan keperawatan pada suku Bali? 3. Bagaimana tinjauan asuhan keperawatan pada suku Bali? C. Tujuan Penulisan 1. Memahami konsep transkultural nursing 2. Memahami tinjauan sosial budaya pada suku Bali 3. Memahami tinjauan asuhan keperawatan pada suku Bali

2

BAB II PEMBAHASAN A. Konsep Transkultural Nursing 1. Definisi transcultural nursing Transcultural

Nursing adalah

suatu

area/wilayah

keilmuwan

budaya

pada

proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002).

2. Tujuan transcultural nursing Menurut

Leniger

tujuan

penggunaan

keperawatan

transkultural

adalah dalam

pengembangan sains dan ilmu yang humanis sehingga tercipta praktek keperawatan padakebudayaan yang spesifik. Kebudayaan yang spesifik adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang spesifik yang tidak dimiliki oleh kelompok lain contohnya suku Osing, Tengger dan Dayak. Sedangkan, kebudayaan yang universal adalah kebudayaan dengan nilai dan norma yang diyakini dan dilakukan oleh hampir semua kebudayaan seperti budaya olahraga untuk mempertahankan kesehatan. Dengan adanya keperawatan transkultural dapat membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatannya. Perawat juga dapat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan status kesehatan. Misalnya, jika klien yang sedang hamil mempunyai pantangan untuk makan makanan yang berbau amis seperti akan, maka klien tersebut dapat mengganti ikan dengan sumber protein nabati yang lain. Seluruh perencanaan dan implementasi keperawatan dirancang sesuai latar belakang budaya sehingga budaya dipandang sebagai rencana hidup yang lebih baik setiap saat. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.

3. Konsep trancultural nursing Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam

3

suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya. Keberlangsungan terus-menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai-nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir, pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan (cultural nursing approach). Selain itu ada beberapa konsep lagi yang terkandung dalam transkultural nursing: a)

Budaya Adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yang dipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak dan mengambil keputusan.

b)

Nilai budaya Adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkan atau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu dan melandasi tindakan dan keputusan.

c)

Perbedaan budaya Dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang optimal dari pemberian asuhankeperawatan, mengacu pada kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

d)

Etnosentris Diantara budaya-budaya yang dimiliki oleh orang lain adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggap bahwa budayanya adalah yang terbaik.

e)

Etnis Berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yang digolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

f)

Ras Adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal muasal manusia.

g)

Etnografi Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan saling memberikan timbal balik diantara keduanya.

h)

Care Adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan, dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadian untuk memenuhi kebutuhan

4

baikactual maupun potensial untuk meningkatkan kondisi dan kualitas kehidupan manusia. i)

Caring Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing, mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia.

j)

Cultural Care Berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk membimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

k)

Cultural imposition Berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

4. Paradigma transcultural nursing Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuaidengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan (Andrew andBoyle, 1995), yaitu manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan. a) Manusia Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan normanorma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995). b) Sehat Kesehatan

adalah

keseluruhan

aktifitas

yang

dimiliki

klien

dalam

mengisi

kehidupannya,terletak pada rentang sehat dan sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, polakegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaanseimbang/sehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawatmempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentangsehat-sakit yang adaptif (Andrew and Boyle, 1995). c) Lingkungan Lingkungan

didefinisikan

sebagai

keseluruhan

fenomena

yang

mempengaruhi

perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu

5

totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu: fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Es kimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku dilingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan. d) Keperawatan Asuhan keperawatan

adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalammelaksanakan asuhan keperawatan (Leininger, 1991) adalah:  Strategi I, Perlindungan/mempertahankan budaya Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilainilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau mempertahankan statuskesehatannya, misalnya budaya berolah raga setiap pagi.  Strategi II, Mengakomodasi/negoasiasi budaya Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani.  Strategi III, Mengubah/mengganti budaya klien Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya merokok menjadi tidakmerokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuaidengan keyakinan yang dianut.

5. Proses transcultural nursing Teori yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew and Boyle,1995).

6

Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. a) Pengkajian Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada yaitu : 1)

Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors) Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi parapemeluknya.

Agama

memberikan

motivasi

yang

sangat

kuat

untuk

menempatkankebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yangharus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandangklien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan. 2)

Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors) Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.

3)

Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways) Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baikatau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan membersihkan diri.

4)

Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors) Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995).Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk klien yang dirawat.

5)

Faktor ekonomi (economical factors) Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan

7

yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga. 6)

Faktor pendidikan (educational factors) tentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali. Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klienmaka keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri.

b) Diagnosa keperawatan Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang dapatdicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar,1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhankeperawatan transkultural yaitu: 1)

Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur.

2)

Gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural.

3)

Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

c) Perencanaan dan Pelaksanaan Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien (GigerandDavidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew andBoyle, 1995) yaitu : 1)

Mempertahankan

budaya

yang

dimiliki

klien

bila

budaya

klien

tidak

bertentangandengan kesehatan, 2)

Mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan kesehatan dan

3)

Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan kesehatan. a. Cultural care preservation/maintenance  Identifikasi perbedaan konsep antaraklien dan perawat tentang proses melahirkan dan perawatan bayi.  Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien  Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat b. Cultural care accomodation/negotiation  Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien

8

 Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan  Apabila

konflik

tidak

terselesaikan,

lakukan

negosiasi

dimana

kesepakatanberdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik. c. Cultural care repartening/reconstruction  Beri kesempatan pada klien untukmemahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya.  Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok  Gunakan pihak ketiga bila perlu  Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasakesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan keluarga  Berikan informasipada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing-masing melaluiproses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yangakhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budayaklien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawatdengan klien akan terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitaskeberhasilan menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik. d) Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan kliententang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkinsangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

B. Konsep Kebudayaan Bali Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti "Kekuatan", dan "Bali" berarti "Pengorbanan" yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Suku Bali adalah suku bangsa yang mendiami pulau Bali, menggunakan bahasa Bali dan mengikuti budaya Bali. Bali mempunyai 2 pahlawan nasional yang sangat berperan dalam mempertahankan daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik. Suku Bali dibagi menjadi 2 yaitu: Bali Aga (penduduk asli Bali biasa tinggal di daerah turunannya), dan Bali Mojopahit (Bali Hindu / keturunan Bali Mojopahit)

9

1)

Kebudayaan Bali a. Bahasa Bali sebagian besar menggunakan bahasa Bali dan bahasa Indonesia. Sebagian besar masyarakat Bali adalah bilingual atau bahkan trilingual. Bahasa Inggris adalah bahasa ketiga dan bahasa asing utama bagi masyarakat Bali yang dipengaruhi oleh kebutuhan industri pariwisata. Bahasa Bali di bagi menjadi 2 yaitu, bahasa Aga dan bahasa Bali Mojopahit. Bahasa Aga yaitu bahasa Bali yang pengucapannya lebih kasar, dan bahasa Bali Mojopahit yaitu bahasa yang pengucapannya lebih halus. b. Bentuk desa Banjar atau bisa disebut sebagai desa adalah suatu bentuk kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah. Kesatuan sosial tersebut diperkuat oleh kesatuan adat dan upacara keagamaan. Banjar dikepalahi oleh klian banjar yang bertugas sebagai menyangkut segala urusan dalam lapangan kehidupan sosial dan keagamaan, tetapi sering kali juga harus memecahkan persoalan yang mencakup hukum adat tanah, dan hal-hal yang sifatnya administrasi pemerintahan. c. Teknologi Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. d. Organisasi sosial  Perkawinan Penarikan garis keturunan dalam masyarakat Bali adalah mengarah pada patrilineal. System kasta sangat mempengaruhi proses berlangsungnya suatu perkawinan, karena seorang wanita yang kastanya lebih tinggi kawin dengan pria yang kastanya lebih rendah tidak dibenarkan karena terjadi suatu penyimpangan, yaitu akan membuat malu keluarga dan menjatuhkan gengsi seluruh kasta dari anak wanita. Di beberapa daerah Bali (tidak semua daerah), berlaku pula adat penyerahan mas kawin, tetapi sekarang ini terutama diantara keluarga orang-orang terpelajar, sudah menghilang.  Kekerabatan Adat menetap di Bali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam – macam adat menetap yang sering berlaku di Bali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin baru menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami, dan adat neolokal adalah adat yang

10

menentukan pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman yang baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama (triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai pemimpin upacara, Ksatria yaitu: kelompok-klompok khusus seperti arya Kepakisan dan Jaba yaitu sebagai pemimpin keagamaan.  Kemasyarakatan Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali mencakup pada 2 pengertian yaitu: desa adat dan desa dinas (administratif). Keduanya merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan keagamaan atau pun adat istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan admistratif. Kegiatan desa adat terpusat pada bidang upacara adat dan keagamaan, sedangkan desa dinas terpusat pada bidang administrasi, pemerintahan dan pembangunan. e. Agama Sebagaian besar orang Bali menganut agama Hindu – Bali. sekitar 90%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 10% adalah penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir dan batin. Orang Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa (sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut pura. Tempat-tempat pemujaan leluhur disebut sangga. Kitab suci agama Hindu adalah weda yang berasal dari India. Orang yang meninggal dunia pada orang Hindu diadakan upacara Ngaben yang dianggap sanggat penting untuk membebaskan arwah orang yang telah meninggal dunia dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri adalah upacara pembakaran mayat. Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang pelaksanaannya pada perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek landep, tumpek uduh, dan siwa ratri. Pedoman dalam ajaran agama Hindu yakni :tattwa (filsafat agama), Etika (susila), Upacara (yadnya). Dibali ada 5 macam upacara (panca yadnya), yaitu Manusia Yadnya yaitu upacara masa kehamilan sampai masa dewasa. Pitra Yadnya yaitu upacara yang ditujukan kepada roh-roh leluhur. Dewa Yadnya yaitu upacara yang diadakan di pura / kuil keluarga. Rsi yadnya yaitu upacara dalam rangka pelantikan seorang pendeta. Bhuta yadnya yaitu upacara untuk roh-roh halus disekitar manusia yang mengganggu manusia. f. Kesenian

11

Kebudayaan kesenian di bali di golongkan 3 golongan utama yaitu seni rupa misalnya seni lukis, seni patung, seni arsistektur, seni pertunjukan misalnya seni tari, seni sastra, seni drama, seni musik. g. Nilai-nilai budaya Bali  Tata krama: kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia didalam kelompoknya.  Nguopin: gotong-royong.  Ngayah atau ngayang: kerja bakti untuk keperluan agama  Sopan santun: adat hubungan dalam sopan pergaulan terhadap orang-orang yang berbeda suku atau ras. 2)

Mata Pencaharian Pada umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas bercocok tanam, peternaka, perikanan, dan kerajinan. a. Berocok tanam Mata pencarian pokok dari orang Bali adalah bercocok tanam. Dapat dikatakan 70% dari mereka berpenghidupan bercocok tanam, dan 30% hidup di perternakan, berdagang, menjadi buru, pegawai, atau lainnya. Di Bali utara manyoritas perkebunan buah-buahan seperti jeruk, salak, palawija, kopi dan kelapa. Sedangkan di daerah Bali selatan yang merupakan daerah dataran yang lebih luas, pada umumnya daerah hujan yang cukup baik penduduk mengusahakan bercocok tanam di sawah. b. Peternakan Selain bercocok tanam, peterakan juga merupakan usaha yang penting dalam masyrakat perdesaan Bali. Binatang piaraan yang terutama adalah babi dan sapi. Babi di pelihara terutama oleh para wanita biasanya sebagai sambilan dalam kehidupan rumah tanggah, sedangkan sapi digunakan sebagai hubungan dengan pertanian, sebagai tenaga bantu disawah atau diladang dan sebagai peliharaan untuk dagingnya. c. Perikanan Suatu mata pencarian lain adalah perikanan, baik perikanan darat maupun perikanan laut. Perikanan darat boleh dikatakan umunya merupakan mata pencarian sambilan dari penanaman padi disawah, terutama di daerah-daerah dengan cukup air, artinya airnya sepanjang masa itu ada. Jenis ikan yang di pelihara adalah ikan mas, karper dan mujair. d. Kerajinan Di Bali terdapat pula cukup banyak industri dan kerajinan rumah tanggah usaha perseorangan, atau usaha setengah besar, yang meliputi meliputi kerajinan pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakaan, pabrik kopi, pabrik rokok, dll.

12

Usaha dalam bidang ini tentu memberikan lapangan kerja yang agak luas kepada penduduk. Oleh karenanya Bali sangat menarik dalam bidang pemandangannya, aktivitasaktivitas adat istiadatnya, upacara dan kesenian, maka banyaklah wisatawan baik dari dalam negri atau luar negri mengujugi Bali. Untuk menjaga kepariwisataan, maka timbullah perusahaan-perusahaan seperti perhotelan, taxi, travel, toko kesenian dan sebagainya, terutama di daerah-daerah Denpasar, Gianyar, Bangli dan Tabanan. Kepariwisataan tela merangsang adanya perkembangan kreasi-kreasi kesenian baik seni tabuh, seni tari, maupun seni rupa. C. Tinjauan Keperawatan Unsur kebudayaan yang lebih mudah dikenal dipahami dan diyakini oleh masyarakat dalam pengobatan tradisional Bali adalah ucapan dukun (balian), yang berhubungan dengan diagnosis, prognosis, terapi tentang tanaman obat yang bernilai sosioreligiusmagis, maupun bernilai obat. Hal ini salah satu persoalan penting dalam era global yang bukan hanya sebagai masalah identitas,sosioekonomi, pemertahanan budaya, eksistensi dari etnik itu sendiri, tetapi juga merupakan benteng pemertahanan budaya bangsa, yang secara spesifik memiliki nilai religi. Implementasi pengobatan tradisional sebagai subbudaya sastra lisan merupakan salah satu identitas etnik masyarakat Bali. Interaksi individu dalam pengobatan tradisional antara dukunpasien atau keluarganya saat ini telah digeser oleh interaksi individu (dokter, perawat, bidan)– pasien dan keluarganya dalam pengobatan modern yang cenderung melakukan komunikasi terbatas karena obat dibeli di apotek. Berbeda dengan pengobatan tradisional, yang bahannya harus dicari dari alam, sehingga memerlukan komunikasi yang intensif. Dalam kitab suci Veda Smerti agama Hindu, Ayurweda yang banyak dikutip oleh para balian (dukun) di Bali disebutkan bahwa wyadhi (penyakit) menurut penyebabnya dibagi atas: 1) Adyatmika (dalam diri) Penyakit yang penyebabnya berasal dari diri sendiri, yang dibagi menjadi: a). adibala prawrta(penyakit keturunan) seperti kencing manis, buta warna, b). Janmabala prawrta (penyakit yangdiperoleh ketika dalam kandungan), seperti kurang gizi, sehingga tubuh tidak normal, dan c). doshabala prawrta, penyakit akibat gangguan ketidakseimbangan unsur, angin, api, dan air didalam tubuh. Akibatnya organ tubuh mengalami kelainan, sehingga fungsinya tidak optimal yangmenyebabkan tubuh menjadi filek, batuk, alergi demam. 2) Adhidaiwika (pengaruh lingkungan) Penyakit akibat pengaruh lingkungan di luar tubuh, yang dibagi menjadi: a) kalabala parwrta (penyakit akibat pengaruh musim, seperti pilek, demam ; b) daiwabala prawrta (penyakit

13

akibat gangguan supranatural ; c) swabawa bala prawrta (penyakit akibat gangguan yang nampak seperti, benjol akibat lemparan batu. 3) Adhibautika (benda tajam) Penyakit yang diakibatkan oleh benda tajam seperti goresan pisau atau gigitan binatang (Nala,2006: 93-94) Di Bali, obat dibagi menurut khasiatnya menjadi tiga macam, yakni obat anget (hangat), tis (dingin), dan dumalada (sedang, netral). Tanaman obat berkhasiat hangat seperti kulit pohonbelimbing, daun pare. Tanaman obat berkhasiat dingin seperti akar dan daun kayu manis. Dan tanamanyang berkhasiat sedang, netral seperti akar delima, akar kenanga, getah kenari daun sembung (Nala,2006 : 94). Secara umum penyakit ada tiga jenis, yakni penyakit panes (panas), nyem (dingin), dan sebaa (panas-dingin). Demikian pula tentang obatnya. Ada obat yang berkasihat anget (hangat), tis (sejuk), dan dumelada (sedang). Untuk melaksanakan semua aktifitas ini adalah Brahma, Wisnu, dan Iswara. Disebut juga dengan Sang Hyang Tri Purusa atau Tri Murti atau Tri Sakti wujud Beliau adalah api, airdan udara. Penyakit panes dan obat yang berkasihat anget, menjadi wewenang Bhatara Brahma. Bhatara Wisnu bertugas untuk mengadakan penyakit nyem dan obat yang berkasihat tis. Bhatara Iswara mengadakan penyaki sebaa dan obat yang berkasihat dumelada. Penyakit seperti kita ketahui, tidaklah hanya merupakan gejala biologi saja,tetapi memiliki dimensi yang lain yakni sosial budaya. Menyembuhkan suatu penyakit tidaklah cukup hanya ditangani masalah biologinya saja, tetapi harus digarap masalah sosial budayanya. Masyarakat pada umumnya mencari pertolongan pengobatan bukanlah karena penyakit yang patogen, tetapi kebanyakan akibat adanya kelainan fungsi dari tubuhnya. Masyarakat di Bali masih percaya bahwa pengobatan dengan usada banyak maanfaatnya untuk menyembuhkan orang sakit. Walaupun telah banyak ada Puskesmas tersebar merata di setiap kecamatan,tetap berobat ke pengobat tradisional Bali (balian) masih merupakan pilihan yang tidak dapat dikesampingkan begitu saja baik bagi orang desa maupun orang kota.

14

BAB III ASKEP TRANSKULTURAL PADA SUKU BALI A. Gambaran Kasus Tn A berumur 67 tahun bekerja sebagai tukang ojek dengan latar belakang pendidikan SD. Istri Tn A bernama Ny B bekerja sebagai penjual kue dan dikaruniai 2 orang anak an. C dan an. D. Suatu hari Tn A terjatuh dari tangga saat memperbaiki atap rumah menyebabkan kaki Tn A mati rasa. Tn A hanya di rawat dirumah oleh istri dan kedua anaknya. Setelah beberapa hari kaki Tn A menjadi bengkak dan kebiruan, Ny B memutuskan membawa Tn A ke balian. Orang balian mengatakan bahwa sakit Tn A akibat diserang orang jauh. Balian mengatakan sudah menghilangkan mantranya dna menganjurkan Ny B agar tidak melakukan apa-apa agar karena dapat menghilangkan kekuatan orang balian. 2 hari kemudian kaki Tn. A membengkak dan memar berwarna biru dan sakit saat digerakkan. Akhirnya Ny. B memutuskan untuk membawa nyake puskesmas di desanya. Setelah diperiksa oleh perawat bahwa klien mengalami patah tulang (fraktur). Akhirnya perawat, memutuskan untuk segera operasi di RS. Ny. B menyetujui saran perawat setelah operasi, Tn.A boleh pulang dan beristirahat. Perawat memberikan edukasi tentang penyakit patah tulang dan menyarankan agar Tn. A diberi terapi air hangat seperti di kompres tetapi Ny. B tidak selalu menggunakan terapi tersebut karena Ny. B takut Tn. A diserang lagi. 1. Pengkajian a) Faktor Teknologi Karena Tn. A tidak kunjung sembuh dan kakinya tambah bengkak akhirnya Ny. B memutuskan untuk membawanya ke puskesmas terdekat. Walapun puskesmas tersebut tidak memiliki alat untuk operasi dan menyarankan untuk pergi ke rumah sakit. b) Faktor Agama dan Filosofi Faktor agama dan filosofi ini dapat dikaji mulai Ny. B membawa Tn. A diserang oleh orang jauh dengan kekuatan gaibnya. Dan setelah itu diberi mantera. c) Faktor Kekeluargaan dan Sosial Nama

: Tn. A

Umur

: 40 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Tipe keluarga

: tinggal dalam satu rumah yang terdiri dari suami, istri dan 2 anak.

15

Ket :

= satu rumah = Tn. A = Ny. B = anak Tn. A dan Ny. B

Nilai-Nilai Budaya, Kepercayaan dan Gaya Hidup Faktor ini dapat dikaji berdasarkan nilai budaya dan kepercayaan yang diyakini oleh keluarga Tn. A tersebut. Nilai budaya dan kepercayaan yang dianut oleh keluarga tersebut terlihat sangat kental dilihat dari kepercayaan dimana saat Tn.A jatuh dari atap rumah dan mengalami patah tulang Ny. B beranggapan bahwa Tn. A diserang oleh orang lain dengan kekuatan gaib. Hal ini tidak sesuai dengan konsep kesehatan, karena menurut Zaidin Ali (1998) definisi sakit adalah keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis (jasmani), psikologis (mental), sosial dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, produktivitas dan kemandirian individu baik secara keseluruhan maupun sebagian. d) Faktor Kebijakan dan Peraturan Faktor ini dapat dikaji berdasarkan ekonomi keluarga Tn. A yang tergolong cukup dikarenakan Tn A bekerja sebagai tukang ojek sedangkan Ny. B bekerja sebagai penjual kue di desanya. Faktor ini juga tidak terlalu berpengaruh terhadap periilaku ketidakpatuhan dalam pengobatan. e) Faktor Pendidikan Faktor Ini dapat dikaji berdasarkan tingkat pendidikan dari keluarga Tn. A dan Ny. B. Mereka hidup di Bali dengan kentalnya budaya disana. Di Bali ada orang yang mempunyai kekuatan dan bisa menyembuhkan penyakit disebut orang balian. Mereka dipercayai oleh masyarakat di sana bahwa semua perkataannya benar. Hal ini sangat mempengaruhi perilaku ketidakpatuhan dalam pengobatan keluarga Tn. A terkait kesehatan yang berhubungan dengan adat yang dimiliki oleh keluarga Tn. A.

2. Diagnosa Keperawatan Ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini atau tradisi yang dianut.

3. Rencana Keperawatan a) Mempertahankan budaya

16

NO 1

Diagnosa Keperawatan Ketidakpahaman

Intervensi

dalam Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5

pengobatan b.d. sistem kali jam kunjung, klien menunjukan kepatuhan nilai yang diyakini atau terkait dengan pengobatan. Dengan kriteria hasil: tradisi yang dianut.

1. Informasi saat ini bergantung pada tenaga kesehatan 2. Menerima diagnosis promosi kesehatan 3. Memodifikasi aturan atau regimen yang diarahkan oleh tenaga kesehatan

Mempertahankan Budaya: 1. Beri informasi yang tepat mengenai kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil pada awal kehamilan. Seperti makanan yang baik untuk dikonsumsi dan pentingnya minum vitamin dan susu. 2. Kaji pemahaman klien mengenai alasan ketidakpatuhan dalam pengobatan. 3. Tentukan

perbedaan

persepsi

klien

dan

perawat terkait dengan masalah kesehatan yang diderita klien. 4. Kembangkan diskusi terbuka terkait dengan persamaan dan perbedaan budaya. 5. Diskusikan perbedaan dengan terbuka dan klarifikasi konfliknya.

b) Negoisasi budaya NO 1

Diagnosa Keperawatan Ketidakpahaman

Intervensi

dalam Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5

pengobatan b.d. sistem kali jam kunjung, klien menunjukan kepatuhan nilai yang diyakini atau terkait dengan pengobatan. Dengan kriteria hasil: tradisi yang dianut.

1. Informasi saat ini bergantung pada tenaga kesehatan 2. Menerima diagnosis promosi kesehatan 3. Memodifikasi aturan atau regimen yang diarahkan oleh tenaga kesehatan

17

Negoisasi Budaya: 1. Lakukan

negoisasi

dan

kompromi

ketidakpatuhan yang dapat diterima sesuai dengan ilmu modis, keyakinan klien dan standart etik. 2. Berikan waktu untuk proses informasi dan mengambil keputusan. 3. Relax dan jangan tergesa-gesa saat interaksi dengan klien.

c) Restruktirisasi budaya NO 1

Diagnosa Keperawatan Ketidakpahaman

Intervensi

dalam Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5

pengobatan b.d. sistem kali jam kunjung, klien menunjukan kepatuhan nilai yang diyakini atau terkait dengan pengobatan. Dengan kriteria hasil: tradisi yang dianut.

1. Informasi saat ini bergantung pada tenaga kesehatan 2. Menerima diagnosis promosi kesehatan 3. Memodifikasi aturan atau regimen yang diarahkan oleh tenaga kesehatan

restrukturisasi Budaya: 1. Libatkan keluarga untuk membantu kataatan dari rencana yang telah dibuat. 2. Fasilitasi interaksi antara budaya. 3. Sediakan informasi ke pada klien mengenai perawatan kesehatan. 4. Ubah asupan pola makan klien sesuai dengan kebutuhan gizi ibu hamil.

4. Implementasi Keperawatan a) Mempertahankan budaya NO 1

Diagnosa Keperawatan Ketidakpahaman

dalam

Implementasi Mempertahankan budaya:

pengobatan b.d. sistem

1. Memberikan infoemasi yang tapat mengenaik

nilai yang diyakini atau

kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil pada awal

18

tradisi yang dianut.

kehamilan. Seperti makanan yang baik untuk dikonsumsi dan pentingnya minum vitamin dan susu. 2. Mengkaji ketidakpatuhan dengan menggali informasi klien, diketahui klien memiliki keyakinan tentang makanan pantangan saat kehamilan. 3. Menentukan perbedaan persepsi klien dengan perawat, bahwa persepsi klien mengkonsumsi makanan

pantangan

yang

sesuai

dapat

mempersulit persalinan. 4. Melakukan diskusi terbuka dengan cara timbal-balik atau komunikasi 2 arah, sehingga klien memberikan banyak informasi yang sebanyak-banyaknya. 5. Mendiskusikan

persediaab

persepsi

klien

menyadari dan mengklarifikasi masalahnya.

b) Negosiasi budaya NO 1

Diagnosa Keperawatan Ketidakpahaman

dalam

pengobatan b.d. sistem

Implementasi Negosiasi budaya: 1. Melakukan

negosiasi

dan

kompromi

nilai yang diyakini atau

ketidakpahaman yang dapat diterima sesuai

tradisi yang dianut.

dengan ilmu medis, klien menginginkan perubahan. 2. Memberikan waktu mengambil keputusan dengan memberikan klien kesempatan untuk mengetahui atau menanyakan ketidak tahuan. 3. Melakukan dengan santai sehingga klien merasa tenang dan siap melakikan perubahan..

c) Restrukturisasi Budaya NO 1

Diagnosa Keperawatan Ketidakpahaman

dalam

pengobatan b.d. sistem

Implementasi Restukturisasi budaya: 1. Melibatkan keluarga dengan mengikutsertakan

19

nilai yang diyakini atau

keluarga dalam proses perencanaan, klien

tradisi yang dianut.

merasa tidak ada perubahan . 2. Memfasilitasi interaksi antar budaya dengan memberikan

berbagai

informasib,

klien

merasa memiliki wawasan yang luas. 3. Menyediakan informasi perawat kesehatan, klien sesuai dengan gizi kebutuham sesuai ibu hamil.

d) Evaluasi NO 1

Diagnosa Keperawatan Ketidakpahaman

Implementasi

dalam  S:

pengobatan b.d. sistem

mengatakan

ingin

melakukan

perubahan.

nilai yang diyakini atau  O: tradisi yang dianut.

klien

klien terlihat melakukan pengobatan

dengan merubah pola asupan gizi.  A:

masalah

ketidakpahaman

pengubahan teratasi.  P: hentikan intervensi.

20

dalam

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan l)

Transcultural

Nursing adalah

suatu

area/wilayah

keilmuwan

budaya

pada

proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (Leininger, 2002). Selain itu ada beberapa konsep lagi yang terkandung dalam transkultural nursing: budaya, nilai budaya, perbedaan budaya, Etnosentris, etnis, ras, etnografi, care, caring, cultural case, cultural imposition. 2) Unsur kebudayaan yang lebih mudah dikenal dipahami dan diyakini oleh masyarakat dalam pengobatan tradisional Bali adalah ucapan dukun (balian), yang berhubungan dengan

diagnosis,

prognosis,

terapi

tentang

tanaman

obat

yang

bernilai

sosioreligiusmagis, maupun bernilai obat. Hal ini salah satu persoalan penting dalam era global yang bukan hanya sebagai masalah identitas,sosioekonomi, pemertahanan budaya, eksistensi dari etnik itu sendiri, tetapi juga merupakan benteng pemertahanan budaya bangsa, yang secara spesifik memiliki nilai religi. B. Saran Perawat diharapkan memahami betapa pentingnya peran agama dalam keperawatan, karena perawat dituntut untuk bisa melayani kebutuhan klien sesuai dengan ajaran ajaran agama. Kami sebagai penulis makalah ini menyatakan siapapun yang membaca makalah ini dapat memahami pengertian dan memahami model dan konsep dari Peranan Agama dan Kepercayaan dalam Keperawatan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menciptakan pemilihihan kepemimpinan yang baik,dan semoga makalah ini memberikan dorongan, semangat, bahkan pemikiran para pembaca,dengan makalah ini menjadi pedoman kaidah yang baik.

21

DAFTAR PUSTAKA Academia. “Makalah Transkultural Nursing”. https://www.academia.edu/6525238/Makalah_transcultural_nursing Christian, Febri. Academia. “Makalah Transkultural Nursing”.

https://www.academia.edu/6525238/Makalah_transcultural_nursing Elvini, Nur & Kusnadi Jaya. Academia. “Trancultural nursing”. http://www.academia.edu/29064772/Transcultural_Nursing.docx Vheer,

Yani.

Academia.

“Konsep

Budaya

dan

Anropoli

Kesehatan”.

http://www.academia.edu/31345091/KONSEP_BUDAYA_DAN_ANTROPOLOGI_KESEHA TAN

22

Related Documents

Makalah
June 2020 40
Makalah
July 2020 39
Makalah
October 2019 94
Makalah
July 2020 62
Makalah
November 2019 85
Makalah
October 2019 95

More Documents from ""