MAKALAH “BAHAN KIMIA ALKOHOL DAN SOLVFENT”
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Farmakologi
Disusun Oleh : Kelompok 5 1. 2. 3. 4. 5.
Isnaini Khadijah Nur Vinta Arnella Ilmuvida Asy Syams Ridho O. E. Vidya Karunia Moerti Adinda Shalmawati
17410173027 17410173039 17410173043 17410174057 17410174063
DIII PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN JURUSAN KESEHATAN TERAPAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG 2018
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya yang tak ternilai dan tak dapat dihitung sehingga kami bisa menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Makalah yang berjudul “Bahan Kimia Alkohol dan Solvfent” ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi. Adapun, penyusunan makalah ini kiranya masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami menghaturkan permohonan maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini. Kamu pun berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan sarannya kepada kami agar di kemudian hari kami bisa membuat makalah yang lebih sempurna lagi. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada segala pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu atas bantuannya dalam penyusunan makalah ini.
Malang,
Oktober 2018
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2 2.1
Pengertian Alkohol...........................................................................................2
2.2
Manfaat Alkohol Dalam Obat Sirup...............................................................3
2.3
Farmakokinetik................................................................................................4
2.4
Farmakodinamik..............................................................................................6
2.5
Dampak Pemakain Alkohol...........................................................................10
2.6
Komplikasi Pemakaian Alkohol....................................................................11
2
BAB I PENDAHULUAN
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Alkohol Alkohol adalah istilah yang dipakai untuk menyebut etanol, yang juga disebut “grain alkohol” dan kadang untuk minuman yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi. Alkohol yang dimaksudkan adalah etanol. Ada tiga jenis alkohol, alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol tersier. Etanol dan metanol adalah alkohol primer. Alkohol skunder yang paling sederhana adalah propan-2-ol, dan alkohol tersier sederhana adalah 2-metilpropan-2-ol. Alkohol merupakan senyawa yang penting dalam kehidupan seharihari karena dapat digunakan sebagai zat pembunuh kuman, bahan bakar maupun pelarut. Ada lagi alkohol yang digunakan secara bebas, yaitu yang dikenal di masyarakat sebagai spiritus. Awalnya alkohol digunakan secara bebas sebagai bahan bakar. Namun untuk mencegah penyalahgunaannya untuk makanan dan minuman, maka alkohol tersebut didenaturasi. Dalam laboratorium dan industri, alkohol digunakan sebagai pelarut dan reagensia (Suminar, 1990). Turunan alkohol terutama digunakan untuk: (Anwar, 2008) 1) Antiseptik pada pembedahan dan pada kulit, misalnya etanol dan isopropyl alkohol. 2) Pengawet, contohnya benzyl alkohol, fenitil alkohol dan klorbutano. 3) Mensterilkan udara dalam bentuk aerosol, contohnya etilen glikol, propilen glikol dan trimetilen glikol.
2
Alkohol yang terkandung dalam obat terutama sirup kebanyakan digunakan sebagai pelarut. Dilingkungan sekitar diketahui bahwa sebagian besar obat batuk sirup mengandung kadar alkohol. Sebgaian besar produsen obat batuk baik dari dalam negeri maupun luar negeri menggunakan bahan ini dalam produknya. Beberapa produk memiliki kandungan alkohol lebih dari 1% dalam setiap volume kemasannya, seperti Wood’s, Vicky Formula 44, OBH Combi, Benadryl, Alphardryl Expectorant, Alerin, Caladryl, Eksedryl, Inadryl hingga Bisolvon. 2.2 Manfaat Alkohol Dalam Obat Sirup 1) Meningkatkan kelarutan obat, beberapa zat aktif yang terkandung dalam sirup sukar larut dalam pelarut air, sehingga penggunaan alkohol dibutuhkan untuk meningkatkan kelarutan zat aktif. Dengan demikian obat lebih homogen, sehingga dosis yang diberikan lebih tepat. 2) Menjaga kestabilan, sirup yang mengandung alkohol akan memiliki daya simpan yang lebih lama, hal ini karena alkohol dapat bertindak sebagai pengawet. Sirup tanpa alkohol biasanya membutuhkakn waktu yang singkat saat disimpan, yaitu berkisar 7 hari setelah tutup dibuka. Sehingga sirup non alkohol terkadang mengandung tamabahn pengawet. 3) Menyegarkan, alkohol juga memiliki efek menyegarkan pada tenggorokan, sehingga ketika meminum sirup dengan alkohol dibanding dengan sirup non alkohol lebih segar sirup dengan alkohol. Menurut pakar farmasi Drs. Chilwan Pandji, Apt., Msc., fungsi alkohol dalam adalah untuk melarutkan atau mencampurkan zat-zat aktif, selain sebagai pengawet agar obat lebih tahan lama. Dan berdasarakan penelitian di laboratorium yang dilakukannya diketahu bahwa alkohol dalam obat batuk tidak memiliki efektivitas terhadap proses penyembuhan batuk, sehingga dapat dikatakan bahwa alkohol tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan frekuensi batuk yang dialami penderita.
3
Penggunaan alkohol berlebih akan menimbulkan efek samping. Konsumsi alkohol berlebih akan menimbulkan efek fisiologis bagi kesehatan tubuh, yaitu mematikan sel-sel baru yang terbentuk dalam tubuh. Selain itu juga efek sirosis dalam hati, dimana jika dalam tubuh manusia terdapat virus maka virus tersebut bereaksi dan menimbulkan penyakit hati (kuning). Setelah perkembangannya kini alkohol dalam sirup sudah jarang ditemukan. Beberapa telah menggantinya dengan propilenglikol atau pelarut lain yang lebih aman. 2.3 Farmakokinetik a) Absorpsi Absorbsi alkohol bermula pada lambung dalam waktu 5 sampai 10 menit setelah alkohol dikonsumsi, tetapi alkohol terutama diabsorpsi di duodenum. Konsentrasi puncak dalam plasma dicapai 30 sampai 90 setelah alkohol terakhir diminum. b) Distribusi Berlangsung cepat, alkohol tersebar secara merata keseluruh jaringan dan cairan tubuh. Volume of distribution (Vd) alkohol kira-kira sama dengan total cairan tubuh (0,5-0,7 L/kg). Pada sistem SSP (Sistem Saraf Pusat), kadar alkohol meningkat secara cepat sebab otak menerima aliran darah yang banyak dan alkohol dapat menembus sawar uri dan masuk ke janin. c) Metabolisme Alkohol yang dikonsumsi 90% akan dimetabolisme oleh tubuh terutama dalam hati oleh enzim alkoholdehidrogenase (ADH) dan koenzim nikotinamid-adenin-dinukleotida (NAD) menjadi asetaldehid dan kemudian oleh enzim aldehida dehidrogenase (ALDH) diubah menjadi asam asetat. Asam asetat dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Piruvat, levulosa (fruktosa), gliseraldehida (metabolit dari levulosa)dan alanina akan mempercepat metabolism alkohol. Sebenarnya didalam tubuh ditemukan juga mekanisme pemecahan alkohol yang lain, yaitu hydrogen peroksida katalase dan sistem oksidasi etanol mikrosomal, namun kurang berperan. Kadar alkohol darah 4
kemudian akan menurun dengan kecepatan yang sangat bervariasi (12-20 mg% per jam), biasanya penurunan kadar tersebut dianggap rata-rata 15 mg% (Knight, 1987) atau 14 mg% (Freudenberg, 1966) setiap jam. Pada alkohol kronik, yang telah dipercepat metabolismenya, eliminasi alkohol dapat mencapai 40 mg% per jam. Hepatosit memiliki tiga jalur metabolisme alkohol, yang masing-masing terletak pada bagian yang berlainan. Jalur yang pertama adalah jalur alkohol dehidrogenase (ADH) yang terletak pada sitosol atau bagian cair dari sel. Dalam keadaan fisiologik, ADH memetabolisir alkohol yang berasal dari fermentasi dalam saluran cerna dan juga untuk proses dehidrogenase steroid dan omega oksidasi asam lemak. ADH memecah alkohol menjadi hidrogen dan asetaldehida, yang selanjutnya akan diuraikan menjadi asetat. Asetat akan terurai lebih lanjut menjadi H2O dan CO2. Jalur kedua ialah melalui Microsomal Ethanol Oxydizing System (MEOS) yang terletak dalam retikulum endoplasma. Dengan pertolongan tiga komponen mikrosom yaitu sitokrom P-450, reduktase, dan lesitin, alkohol diuraikan menjadi asetaldehida. Jalur ketiga melalui enzim katalase yang terdapat dalam peroksisom (peroxysome). Hidrogen yang dihasilkan dari metabolisme alkohol dapat mengubah keadaan redoks, yang pada pemakaian alkohol yang lama dapat mengecil. Perubahan ini dapat menimbulkan perubahan metabolisme lemak dan karbohidrat, mungkin menyebabkan bertambahnya jaringan kolagen dan dalam keadaan tertentu dapat menghambat sintesa protein. Perubahan redoks menimbulkan perubahan dari piruvat ke laktat yang menyebabkan terjadinya hiperlaktasidemia. Bila sebelumnya sudah terdapat kadar laktat yang tinggi karena sebab lain, bisa terjadi hiperurikemia. Serangan kejang pada delirium tremens juga meningkatkan kadar asam urat dalam darah. Pada pasien gout, alkohol dapat meningkatkan produksi asam urat sehingga kadarnya dalam darah makin meningkat. Meningkatnya rasio NADH/NAD akan meningkatkan pula konsentrasi alfa gliserofosfat yang akan meningkatkan akumulasi trigliserida dengan menangkap asam lemak
5
dalam hepar. (NAD= Nicotinamide Adenine Dinucleotide; NADH = reduced NAD.) lemak dalam hepar berasal dari tiga sumber: dari makanan, dari jaringan lemak yang diangkut ke hepar sebagai Free Fatty Acid (FFA), dan dari hasil sintesis oleh hepar sendiri. Oksidasi alkohol dalam hepar menyebabkan berkurangnya oksidasi lemak dan meningkatnya lipogenesis dalam hepar. Pemakaian alkohol yang lama juga akan menimbulkan perubahan pada mitokondria, yang menyebabkan berkurangnya kapasitas untuk oksidasi lemak. Semua yang tersebut di atas menyebabkan terjadinya perlemakan hati (fatty lever). Perubahan pada MEOS yang disebabkan pemakaian alkohol yang berlangsung lama dapat menginduksi dan meningkatkan metabolisme obat-obatan, meningkatkan lipoprotein dan menyebabkan hiperlipidemia, berkurangnya penimbunan vitamin A dalam hepar, meningkatkan aktivasi senyawa hepatotoksik, termasuk obatobatan dan zat karsinogen. Walaupun jarang, alkohol juga dapat menyebabkan
terjadinya
hipoglikemia
(karena
menghambat
glukoneogenesis) dan ketoasidosis. Alkohol juga menghambat sintesis protein. Asetaldehida mempengaruhi mikrotubulus sehingga hapatosit menggembung.
Sebaliknya,
sintesis
kolagen
bertambah
sehingga
menambah jaringan fibrotik. Itulah sebabnya 8-20% peminum alkohol yang kronik dalam jumlah banyak mengalami sirosis hepatis. d) Ekskresi Alkohol yang dikonsumsi 10% akan dikeluarkan dalam bentuk utuh melalui urin, keringat dan udara napas. Dari jumlah ini sebagian besar dikeluarkan melalui urin (90%). 2.4 Farmakodinamik Alkohol menyebabkan presipitasi dan dehidrasi sitoplasma sel sehingga bersifat sebagai astringen. Makin tinggi kadar alkohol makin besar efek tersebut. Pada kulit alkohol menyebabkan penurunan temperatur akibat
6
penguapan, sedangkan pada mukosa, alkohol akan menyebabkan iritasi dan inflamasi. a) Susunan Saraf Pusat Susunan saraf pusat sangat dipengaruhi pada konsumsi alkohol akut. Alkohol dapat menyebabkan sedasi dan menghilangkan kecemasan, ngoceh tidak karuan, ataksia, kemampuan menyatakan pendapat, terganggu, tingkah laku tidak terkontrol dan biasanya disebut mabuk. Gejala ini menonjol bia kadar dalam darah meningkat. Etanol dapat mempengaruhi sejumlah besar proses molekular, tetapi sekarang pada umunya diterima bahwa dua dari banyak tempat kerjanya ialah membran sel dan enzim yang ada di otak. Etanol mungkin memiliki efek langsung pada saluran ion yang dikendalikan reseptor dan molekulmolekul transpor yang berhubungan dengan membran sel. Sebagai contoh, paparan etanol yang akut telah dilaporkan untuk meningkatkan jumlah reseptor GABA, yang konsisten dengan kemampuan GABA mimetik untuk meningkatkan banyak efek akut dari alkohol. b) Jantung Suatu depresi yang bermakna pada kontraktilitas otot jantung telah di observasi pada individu yang menkonsumsi alkohol dalam jumlah sedang yaitu konsentrasi dalam darah di atas 100mg/dL. Biopsi otot jantung pada manusia sebelum dan sesudah diinfus dengan sejumlah kecil alkohol menampakkan perubahan ultra struktur yang mungkin disertai dengan kelemahan otot jantung. Asetaldehid terlihat sebagai penyebab kelainan jantung dnegan mengubah simpanan katekolamin pada otot jantung. c) Otot Polos Etanol adalah suatu vasodilator, mungkin sebagai hasil efek pada susunan saraf pusat (depresi pada pusat vasomotor) dan relaksasi langsung pada otot polos disebabkan oleh metabolitnya, asetaldehid. Dalam kasus kelebihan dosis yang hebat, hipotermia sebagai akibat vasodiatasi mungkin jelas pada lingkungan dingin etanol merelaksasi uterus dan pernah
7
digunakan secara intravena untuk mencegah kelhiran muda. Namun, keracunan etanol akut pada ibu dan berbahaya bagi janin mengharuskan penghentian penggunaan obat ini, karena obat lain (penghambat kalsium, ion magnesium, perangsang adrenoseptor-β2 dan obat-obat lain) tampaknya lebih efektif d) Hati dan Saluran Gastrointestinal Keracunan akut alkohol umunya tidak menyebabkan gangguan fungsi hati menetap. Konsumsi secara kronik akan menyebabkan berbagai kerusakan yang berhubungan dengan dosis. Efek dapat berupa terjadinya infiltrasi lemak, hepatitis dan sirosis. Penumpukan lemak di hati merupakan gejala dini pada alkoholisme, terjadi akibat penghambatan siklus trikarboksilat dan oksidasi lemak, yang sebagian berhubungan dengan adanya NADH berlebih yang dihasilkan enzim alkohol dehidrogenase (ADH). Pecandu alkohol kronis cenderung mengalami gastritis yang akan meningkatkan kepekaan kehilangan darah dan protein plasma selama minum alkohol, yang dapat menyokong timbulnya anemia dan kekurangan protein. Juga merusak usus halus secara tidak permanen, memyebabkan diare, kehilangan berat badan, dan kekurangan vitamin. e) Sistem Saraf Konsumsi
alkohol
kronis
menyebabkan
toleransi
dan
ketergantungan fisik; bila pengurangan atau penghentian dilakukan dengan paksa, maka yang bersangkutan akan mengalami gejala-gejala putus obat berupa hiperaksitabilitas pada kasus ringan dan kejang-kejang, psikosis toksik, serta tremens delirium pada kasus yang berat. Kelainan neurologis yang aling sering dijumpai pada pevandu alkohol kronis adalah kerusakan saraf perifer simetris yang merata, dimulai dengan parestesia pada bagian distal tangan dan kaki. Bila tidak ada penyebab yang lain yang diketahui yang menyebabkan neuropati perifer,
8
maka neuropati seperti ini biasanya berhubungan dengan penggunaan alkohol yang kronis. f) Darah Anemia ringan yang terjadi karena defisiensi asam folat akibat penggunaan alkohol, merupakan kelainan darah yang sering dijumpai pada penyalahgunaan alkohol kronis. Anemia defisiensi zat besi dapat terjadi karena erdarahan lambung, tetapi sideroblastik pernah dijumpai pada pasien pecandu alkohol. Alkohol menghambat langsung proliferasi semua elemen sel dalam sumsum tulang. Kelainan pada trombosit dan leukosit telah dijumpai pada pecandu alkhol. Efek ini dapat menyebabkan gangguan hemostatik dan peningkatan frekuensi infeksi pada individu tersebut. g) Sistem Kardiovaskuler Efek langsung alkohol terhadap sirkulasi sangat kecil. Depresi kardiovaskuler yang terjadi pada keracunan akut alkohol yang berat disebabkan oleh faktor sentral dan depresi nafas. Alkohol dosis sedang menimbulkan rasa hangat dan kulit memerah. Penggunaan alkohol berlebih jangka panjang menyebabkan kerusakan jantung menetap dan merupakan penyebab utama kardiomiopati di negara barat. Vasidilatasi ini terjadi karena hambatan vasomotor secraa sentral. Efek vasodilatasi ini tidak berguna untuk meningkatkan vasodilatasi koroner. Pada pasien angina stabil yang jelas menderita penyakit koroner, alkohol menurunkan uji toleransi fisik. h) Sistem Endokrin Penggunaan alkohol kronis mempunyai efek yang penting pada sistem endokrin, keseimbangan mineral dan elektrolit. Laporan klinik ginekomastia dan atropi testis pada pecandu alkohol dengan sirosis hati menyokong adanya kekacauan keseimbangan hormon steroid. i) Sistem Imun
9
Sejumlah penelitian telah menunjukkan behwa konsumsi alkohol kronis dapat mengubah fungsi imun. Hal ini dapat menjadi faktor utama yang mendasari peningkatan insidens jenis kaknker tertentu pada pecandu alkohol. Perubahan-perubahan yang terjadi dilaporkan meliputi kemotaksis granulosit, respon limfosit terhadap mitogen, jumlah sel T, aktivitas natural sel pembunuh, dan kadar faktor nekrosis tumor.
2.5 Dampak Pemakain Alkohol 1. Pengaruh terhadap tubuh (Fisik dan Mental) Pengaruh alkohol terhadap tubuh bervariasi, tergantung pada beberapa faktor yaitu :
Jenis dan jumlah alkohol yang dikonsumsi:
Usia, berat badan dan jenis kelamin
Makanan yang ada di dalam lambung
Pengalaman seseorang yang minum-minuman beralkohol
Situasi dimana orang minum-minuman beralkohol
2. Pengaruh jangka pendek Walaupun pengaruh terhadap individu-individu berbeda hubungan antara konsentrasi alkohol di dalam darah (Blood Alkohol Concentration – BAC) dan efeknya. Euphoria ringan dan stimulasi terhadap perilaku lebih aktif seiring dengan meningkatnya konsentrasi alkohol di dalam darah. Sayangnya orang banyak beranggapan bahwa penampilan mereka menjadi lebih baik dan mereka mengabaikan efek buruknya. 3. Resiko Intoksikasi (mabuk) Gejala intoksikasi alkohol yang paling umum adalah ”mabuk”, sehingga dapat menyebabkan cedera dan kematian. Penurunan kesadaran seperti koma dapat terjadi pada keracunan alkohol yang berat demikian juga henti nafas dan kematian. Selain kematian, efek jangka pendek alkohol dapat menyebabkan hilangnya produktifitas kerja (misalnya ”teler, 10
kecelakaan akibat ngebut). Sebagai tambahan, alkohol dapat menyebabkan perilaku kriminal. 70 % dari narapidana menggunakan alkohol sebelum melakukan tindak kekerasan dan lebih dari 40 % kekerasan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh alkohol. 4. Pengaruh Jangka Panjang Menkonsumsi alkohol berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan :
Kerusakan jantung
Tekanan darah tingi
Stroke
Kerusakan hati
Kanker saluran pencernaan dan gangguan pencernaan lainnya
Impotensi dan berkurangnya kesuburan
Meningkatnya resiko terkena kanker payudara
5. Pengaruh terhadap Ibu Hamil Miras merupakan salah satu faktor utama terjadinya keguguran. Hal ini dapat menyebabkan seorang ibu mengalami komplikasi2 berbahaya yg bisa membuat meninggal dunia. Jika seorang bayi selamat dari kematian saat ia masih barupa janin di dalam rahim, itu tidak berarti ia telah terbebas dari bahaya-bahaya miras yg disebabkan kedua orang tuanya. Sebaliknya, ia akan manuai busuk yg mereka tanam untuknya, serta menderita karena tekanan gangguan berbahaya 7 penyakit mematikan yg ingin mereka timpakan kepadanya. Anak ini akan menjadi orang menderita, yang tidak mengerjakan dosa dan tidak minum racun. 6. Toleransi dan Ketergantungan Pengguna alkohol yang terus menerus dapat mengalami toleransi dan ketergantungan. Toleransi adalah peningkatan penggunaan alkohol dari jumlah yang kecil menjadi lebih besar untuk mendapatkan pengaruh yang sama. Sedangkan ketergantungan adalah keadaan dimana alkohol
11
menjadi bagian yang penting dalam kehidupannya, banyak waktu yang terbuang karena memikirkan (cara mendapatkan, mengkonsumsi dan bagaimana cara berhenti). Pengguna alkohol akan mengalami kesulitan cara menghentikan atau mengendalikan jumlah alkohol yang dikonsumsi. 2.6 Komplikasi Pemakaian Alkohol
Sosial
Pada waktu, pecandu alkohol ingin meneriama bantuan , keaadaanya sudah berat. Sering berganti pekerjaan atau tak bekerja, perkawinan tak bahagia atau bercerai, memiliki masalah keuangan dan perubahan, gali lubang tutup lubang. Fisik 1) Keracuan akut, koma dsb. 2) Sindroma putus alkohol ; “ gemetar”, delerium tremens. 3) Defisiensi atau sindroma gizi ; neuropati tepi , psikosis Korsakoff, enselopati Wernicke ( konfuksi, ataksia, gerakaan mata- nistagmus paralisis rectus ) 4) Epilepsi, lazzim pada berbagai tahap alkoholisme , terutama selama putus alkoholisme. Komplikasi lain mencakup miopati , penyakit jantung, serosis , penyakit pankreas, kelainan malabsorbsi , hipoglikomia, hiperlipemia, defisiensi magnesium.
12