Lporan Pestisida Pengenalan Alat.docx

  • Uploaded by: Elisa Apriliani
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lporan Pestisida Pengenalan Alat.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,764
  • Pages: 16
LAPORAN PRAKTIKUM V PESTISIDA DAN APLIKASI “PENGENALAN ALAT DAN CARA APLIKASI PESTISIDA”

OLEH: ELISA APRILIANI 1406120549

ASISTEN PRAKTIKUM: M. ADRIAN ZULIANVANI

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2017

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pestisida berasal dari kata pestyang berarti hama (jazat pengganggu) sedangkan cide yang berati membunuh Menurut The United States Environmental Pesticide Control Actdan peraturan pemerintah RI no.7 Tahun 1973. Pestisida adalah semuazat atau campuran zat yang khusus dipergunakan untuk memberantas, mengendalikan,mencegah atau menangkis gangguan serangga serta binatang pengerat, nematoda, jamur, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang atau semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman (Triharso,2004). Pestisida terbagi atas tiga bagian yaitu pertama pestisida organik alamiah atau disebut pestisida botanik, kedua yaitu pestisida organik biologi dan yang ketiga yaitu pestisida organik sintesis yang merupakan senyawa kimia sintetik yang sangat beracun. Pada tahun 1763 pestisida yang dipergunakan adalah pestisida organik yaitu menggunakan nikotin dari tembakau yang berfungsi sebagai insektisida (Isnaini,2006). Pada abad ke 19 diintroduksi dua jenis pestisida alami yaitu, pyretrum yang diekstrak dari chrysantheumdan rotenonyang diekstrak dari akar tuba Derris eliptica. Paul Herman Mullermenemukan DDT yang sangat efektif sebagai insektisida. Organoklorin menjadi dominan, namun segera digantikan oleh organofosfat dan karbamat pada tahun 1975 di negara maju. Senyawa piretrin menjadi insektisida dominan. Pemakaian pestisida memerlukan alat penyemprot yang disebut sprayer. Sprayer sangat diperlukan dalam rangka pemberantasan dan pengendalian hama dan penyakit tumbuhan. Kinerja sprayer sangat ditentukan oleh kesesuaian ukuran droplet aplikasi yang dapat dikeluarkan dalam satuan waktu tertentu sehingga sesuai dengan ketentuan penggunaan dosis pestisida yang akan disemprotkan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis sprayer yang banyak digunakan petani di lapangan adalah jenis hand sprayer tipe pompa, namun hasilnya kurang efektif, tidak efisien dan mudah rusak.

Selain itu, alat semprot yang dalam perkembangannya lebih maju antara lain adalah alat semprot centrifugal dan alat semprot fogging yang biasanya digunakan untuk pengendalian nyamuk penyebab DBD (demam berdarah). Micronizer atau Atomizer atau spinning disc sprayer masih jarang digunakan pada kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman karena petani lebih memilih sprayer manual yang sudah banyak beredar di pasaran dengan harga relatif murah. Mikronizer termasuk dalam jenis sprayer yang menggunakan tenaga listrik. Rancangan sprayer ini perlu dimodifikasi terutama pada bagian pola sebaran dropletnya agar pengeluarannya bisa lebih terkontrol sesuai dengan kebutuhan dilapangan. Selain itu juga memiliki lebar kerja yang relatif lebih besar, sehingga dapat lebih efisien dalam pengoprasiannya Untuk memodifikasi mikronizer ini perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh faktor rancang bangun piringan putar terhadap hasil sebaran, khususnya variasi bentuk profil permukaan cakram/piringan putar mikronizer terhadap pola dan jangkauan sebaran butir cairan kimianya.

1.2. Tujuan Tujuan dari pelaksanaan praktikum pengenalan alat pestisida adalah agar praktikan mengetahui alat-alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida, bagianbagiannya dan cara pengaplikasiannya.

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 10 Mei 2017 pukul 08:00 sampai dengan selesai yang dilaksanakan di laboratorium hama tanaman Fakultas Pertanian Universitas Riau

3.2. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam pelaksanaan praktikum adalah , sprayer solo cap, buku tulis, dan alat dokumentasi Bahan yang digunkan dalam praktikum adalah air

3.3. Prosedur Kerja 1. Pengenalan alat-alat pestisida oleh asisten praktikum 2. Kemudian, adanya penjelasan fungsi dari masing-masing bagian alat pestisida 3. Setelah tahap penjelasan, dilakukan peragaan dalam aplikasi pestisida di lapangan menggunakan alat solo cap 425 dengan baik dan benar

IV. PEMBAHASAN

4.1. Alat Pestisida 1. Semi Automatic Sprayer

Gambar 1. Alat Semi Automatic Sprayer Prinsip kerja alat ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni tekanan dalam tabung khusus dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut bersama dengan cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus. Dari hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa jenis sprayer yang banyak digunakan petani di lapangan adalah jenis ini, namun hasilnya kurang efektif, tidak efisien dan mudah rusak. Hasil studi yang dilakukan oleh Departemen Pertanian pada tahun 1977 di beberapa tempat di Indonesia menunjukkan bahwa sprayer tipe gendong sering mengalami kerusakan. Komponen-komponen sprayer yang sering mengalami kerusakan tersebut antara lain : tabung pompa bocor, batang torak mudah patah, katup bocor, paking karet sering sobek, ulir aus, selang

penyalur pecah, nozzle dan kran sprayer mudah rusak, tali gendong putus, sambungan las korosi, dsb. Di samping masalah pada perangkat alatnya, masalah lain adalah kebanyakan pest yang direkomendasikan dan ini salah satunya disebabkan oleh disain sprayer yang kurang menunjang aplikasi. Bagian-bagian alat semprot semi otomatis antara lain tuas penyemprot, noozle, batang semprot, mult tangki, memiliki satu tabung untuk menampung cairan pestisida sekaligus menampung tekanan udara serta tali untuk menggendong alat. Kapasitas atau daya tampung alat 17 liter dan terbuat dari logam besi. 2. Mist Duster

Gambar 2. Alat Mist Duster Alat ini digunakan untuk aplikasi pestisida padat atau serbuk. pestisida dalam bentuk debu terdiri dari bahan pembawa yang kering dan halus, yang mengandung bahan aktif 1 -10 persen, ukuran partikelnya berkisar lebih kecil dari 75 mikron. Aplikasinya tanpa dicampur dengan bahan lain dan dimanfaatkan untuk mengatasi pertanaman yang berdaun rimbun/lebat, karena partikel debu dapat masuk keseluruh bagian pohon. Penggunaan

sprayer

didasarkan

pada

tujuan.

Kemudian

dalam

pengaplikasian pestisida, diperlukan pengetahuan yang baik agar penggunaan pestisida tidak menyebabkan kerugian atau dalam kata lain boros. Pengetahuan ini lebih tergantung kepada jenis pestisida dan dosis yang digunakan. Dalam hal ini, dosis yang digunakan baiknya tepat atau mendekati tepat dalam pengaplikasiannya. Dengan demikian efek atau keampuhan pestisida yang digunakan dapat dibuat seoptimal mungkin. Pestisida berwujud cairan (EC) atau bentuk tepung yang dilarutkan (WP atau SP) memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkannya. Sedangkan pestisida

yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat penghembus. Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat penyuntik, misalnya alat penyuntik tanah untuk nematisida atau penyuntik pohon kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang (Djojosumarto, 2000). Tingkat penutupan dinyatakan dengan angka kepadatan droplet (droplet density), yakni jumlah droplet yang terdapat pada setiap satuan luas bidang sasaran. Tingkat peliputan (coverage) atau kepadatan droplet dipengaruhi oleh faktor butiran semprot dan volume aplikasi. Makin halus ukuran butiran semprot, semakin baik tingkat penutupannya. Volume aplikasi yang terlampau sedikit dapat menyebabkan tingkat penutupan yang buruk dan volume aplikasi yang terlampau banyak menyebabkan run off. Curah (flow rate, output) adalah banyaknya cairan semprot yang dikeluarkan oleh nozzle per satuan waktu, yang umumnya dihitung dalam liter per menit. Angka flow rate dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut ukuran lubang nozzle, jumlah nozzle, jumlah lubang pada nozzle dan kecepatan aliran cairan yang melewati nozzle. Setiap nozzel mempunyai angka flow ratenya sendiri. Syarat agar penyemprotan merata lainnya adalah mempertahankan kecepatan berjalan pada saat menyemprot (disebut kecepatan aplikasi). Bila kecepatan berjalan saat menyemprot berubah-ubah, maka coverage juga akan berubah, sehingga distribusi secara keseluruhan tidak sama. Kalibrasi merupakan kunci untuk menyeragamkan setiap perlakuan pestisida. Jika dosis rekomendasi tidak diaplikasikan secara merata, karena cara aplikasi yang tidak benar, maka akan terjadi dua hal yang tidak diinginkan, yaitu: OPT tidak akan mampu dikendalikan di areal yang teralikasi dengan dosis yang lebih sedikit dari dosis rekomendasi dan OPT dan tanaman budidaya akan mati di areal yang teraplikasi dengan dosis lebih tinggi dari dosis rekomendasi. Ada tiga faktor yang menentukan keberhasilan kalibrasi, yaitu ukuran lubang nozel (nozel curah), tekanan dalam tangki alat semprot, dan kecepatan berjalan ( ke depan) aplikator.

3. Microu Ulva

Gambar 3. Micron Ulva Micron Ulva merupakan alat semprot pestisida yang sangat efektif dan efisien dalam mengendalikan Organisme pengganggu Tanaman. Alat tersebut di beri nama ULVA+. Dengan teknologi CDA (controller Droplet Applicator) maka alat ini mampu menyemprot pestisida dengan volume semprot berkisar antara 20 s.d 40 ltr/ha. ULVA+ yang bertenaga baterei juga sangat ringan dengan bobot kosong hanya 1.6 kg sehingga akan memudahkan petani dalam mengaplikasikan pestisida. Karena hanya membutuhkan volume larutan yang sedikit maka penggunaan ULVA+ juga akan mempercepat proses penyemprotan menjadi hanya 2 s.d 3 jam/ha di bandingkan dengan alat semprot biasa yang mencapai 5 s.d 6 jam/ha. Beberapa keunggulan yang di tawarkan oleh alat semprot ULVA+ ini antara lain ; Hemat air sampai dengan 80%, Hemat pestisida (bahan) sampai dengan 40%, Hemat waktu dan biaya tenaga kerja sampai dengan 50%, dan Ringan bahkan mudah digunakan oleh wanita.

4. Swing Fog

Gambar 4. Alat Swing Fog

Swingfog adalah pengasapan insektisida dengan mesin swingfog dilaksanakan dengan cara menyemprotkan insektisida ke dalam bangunan rumah atau lingkungan sekitar rumah diharapkan nyamuk yang berada dihalaman maupun didalam rumah terpapar dengan isektisida dan dapat dibasmi. Upaya untuk menekan laju penularan penyakit DBD salah satunya ditunjukkan untuk mengurangi kepadatan vektor DBD secara kimiawi yang dikenal dengan istilah pengasapan (fogging) yaitu menggunakan alat yang diberi nama swingfog. Fogging adalah untuk membunuh sebagian besar vektor infektife dengan cepat, sehingga rantai penularan segera dapat diputuskan. Selain itu kegiatan ini juga bertujuan untuk menekan kepadatan vektor selama waktu yang cukup

sampai dimana

pembawa virus tumbuh sendiri. Alat yang digunakan untuk fogging terdiri dari portable thermal fog machine dan ultra low volume ground sprayer mounted.

5. Automatic Sprayer

Gambar 5. Alat Automatic Sprayer Prinsip kerja alat penyemprot ini adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni cairan di dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikelpartikel yang sangat halus.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaannya adalah isi tangki cairan pestisida harus disisakan kurang lebih 1/5 bagian ruangan tangki untuk udara. Setelah diisi cairan, tangki dipompa kurang lebih sebanyak 50 – 80 kali pemompaan. Untuk mengetahui intensitas tekanan udara di dalam tangki dapat diamati melalui manometer. Beberapa persyaratan lainnya adalah bahan konstruksi terbuat dari plat tahan karat, bagian konstruksi pompa mudah dilepas untuk dibersihkan, selang terbuat dari karet atau plastik, nosel dapat dilepas dan dapat diganti baik tipe maupun ukuran lubangnya. Persyaratan lain yang berkaitan efektivitas aplikasi pestisida dalam pengoperasian alat penyemprot adalah kondisi kecepatan angin tidak melebihi 10 km/jam. Perbedaan antara sprayer otomatis dan sprayer semi otomatis adalah pada komponen dalam kedua alat tersebut. Pada alat sprayer otomatis tidak ada tabung khusus yang digunakan sebagai tempat cadangan tekanan karena seluruh tekanan memenuhi tangki sprayer. Oleh karena itu tangki sprayer otomatis harus terbuat dari bahan yang kuat dengan tekanan. Dengan perbedaan tersebut maka cara aplikasinya pun sedikit berbeda. Jika sprayer otomatis harus dipompa hingga penuh sebelum aplikasi, sprayer semi otomatis harus dipompa selama aplikasi hingga volume pestisida habis. Oleh karena itulah ada perbedaan ukuran droplet pada keduanya. Ukuran droplet sprayer otomatis lebih kecil dari sprayer semi otomatis akibat adanya perbedaan tekanan yang diberikan. Ada beberapa keuntungan dan kerugian dengan penggunaan tekanan atau energi hidrolik antara lain keuntunganya seperti Komponen yang digunakan relatif sederhana untuk dioperasikan. Peralatan fleksibel dan dengan perubahan sedikit dapat digunakan untuk sasaran yang berbeda. Untuk kerugiannya seperti Droplet dihasilkan dalam kisaran diameter yang luas mengakibatkan banyak pestisida yang terbuang (droplet dengan optimum diameter tidak mengenai sasaran). Penggunaan yang bervariasi dan komponen dapat mengakibatkan variasi penutupan. Penggunaan komponen

khususnya noozle yang mengharuskan seringnya

penggantian alat yang bersangkutan.

6. Soil Injector

Gambar 7. Alat Soil Injector Bagian-bagiannya: Pegangan, Tangki dan Pipa runcing/ injector. Alat ini diaplikasikan ke dalam tanah langsung bisa diguanakan untuk pestisida dengan formulasi EC. Prinsip kerjanya yakni seperti jarum suntik, namun yang menjadi objek bidikan adalah tanah yang terkena hama yang terdapat dalam tanah.

4.2. Knapsack Sprayer Knapsack sprayer atau dikenal dengan alat semprot punggung. Sprayer ini paling umum digunakan oleh petani hampir di semua areal pertanian padi, sayuran, atau diperkebunan.

Gambar 8. Alat Knapsack Sprayer Prinsip kerjanya adalah : Larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan penyemprot. Pada waktu gagang pompa digerakan, larutan keluar dari tangki menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung meningkat. Keadaan ini menyebabkan larutan pestisida dalam tangki dipaksa keluar melalui klep dan

selanjutnya diarahkan oleh nozzlebidang sasaran semprot.Tekanan udara yang dihasilkan oleh pompa diusahakan konstant, yaitu sebesar 0,7 –1,0 kg/cm2 atau 10-15 Psi. Tekanan sebesar itu diperoleh dengan cara mempompa sebanyak 8 kali. Untuk menjaga tekanan tetap stabil, pemompaan dilakukan setiap berjalan 2 langkah pompa harus digerakan sekali naik-turun Adapun bagian-bagian beserta fungsi dari masing-masing komponen Knapsack Sprayer tersebut adalah :

Gambar 9. Bagian-bagian Knapsack Sprayer 1. Tangki (tank), Merupakan tempat herbisida atau larutan lainnya diisikan. Volumenya dapat berbeda-beda tergantung dengan tipe dari sprayer masingmasing. Dari bahan plat tahan karat, untuk menampung cairan. 2. Pengaduk (agitator), Untuk mengaduk larutan herbisida yang ada di dalam tangki. Pengadukan dimaksukan agar suspensi atau campuran larutan herbisida dapat tersebar meratadan tidak mengendap, sehingga tidak menyumbat nozzle. 3. Unit pompa (pump), Terdiri dari silinder pompa, dan piston dari kulit. Untuk memberikan tekanan kepada larutan herbisida, sehingga larutan dapat dikeluarkan dari tangki dan mengalir melalui selang dan keluar pada nozzle. 4. Pengatur tekanan (pressure gauge), Untuk mengatur tekanan terhadap besar kecilnya volume cairan yang dikeluarkan, sesuai dengan kebutuhan.

5. Saringan (strainer), Untuk menyaring larutan yang akan dimasukkan ke dalam tangki. Hal ini dilakukan supaya tidak ada zat lain yang terikut sehingga dapat merusak dan menyumbat nozzle. 6. Penutup, Untuk menutup tangki, supaya pada saat dikerjakan tidak tumpah dan untuk menjaga tekanan udara di dalam tangki. 7. Tangkai pompa, Untuk memompa cairan. 8. Saluran penyemprot, Terdiri dari kran, selang karet, katup serta pipa yang bagian ujungnya dilengkapi nozel. 9. Sabuk penggendong, Digunakan untuk menyandang sprayer pada punggung. 10. Selang karet, Untuk menyalurkan larutan dari tangki ke nozzle. 11. Piston pompa 12. Katup pengatur aliran cairan keluar dari tangki. 13. Katup pengendali aliran cairan bertekanan yang ke luar dari selang karet. 14. Laras pipa penyalur aliran cairan bertekanan dari selang menuju ke nosel. 15. Nozel, Untuk memecah cairan menjadi partikel halus dan memperhalus larutan yang dikeluarkan pada saat penyemprotan, sehingga dihasilkan daya jangkau yang luas dan merata.

4.3. Syarat Penggunaan Alat Pestisida 1. Perhatikan dengan teliti bagian-bagian dari sprayer sebelum penggunaan. Jika terdapat kerusakan pada satu bagian sprayer maka diharuskan dengan secepatnya untuk memperbaikinya atau gantilah dengan spart part baru supaya kerusakan tersebut tidak mengakibatkan kerusakan pada bagian lainnya. Jangan biarkan kerusakan kecil menjadi besar. 2. Hal-hal yang harus sering diperhatikan, yaitu kurangnya pemberian pelumas yang membuat katup sering macet, seringnya penggunaan yang membuat spuyer membesar sendiri, sering terjadi aus serta kotor pada kran atau pengatur, sering terjadi aus pada packing atau segel, waspada akan terjadinya kebocoran, telitilah pada semua bagian sprayer yang rentan akan terjadinya kerusakan.

3. Bijaklah dalam pemakaian sprayer yaitu sesuai kegunaannya saja. Jangan gunakan sprayer untuk keperluan lain, seperti tangki sprayer digoyang dengan keras agar pelarut tercampur atau memakai stik sprayer untuk mengaduk. 4. Sebaiknya ketika menyemprot pakailah air bersih sebagai pelarutnya. 5. Setelah selesai digunakan cucilah sprayer beberapa kali, pertama cuci dengan cara mengocok dengan air bersih kemudian buang air tersebut, pencucian selanjutnya dengan membuang airnya melalui spuyer, pencucian terakhir dengan memberi setengah tutup AERO 810 disertai dengan air bersih, kocok sedikit dan keluarkan melalui spuyer, buang air sisa yang ada di dalam tangki. Setelah sprayer sudah cukup kering berilah minyak kelapa sebagai pelumasnya, bagian yang perlu dilumasi adalah bagian yang melakukan gerakan misalnya piston. Sprayer sudah siap disimpan dengan posisi terbalik ataupun miring. 6. Selalu lakukan perawatan karena tanpa perawatan sprayer akan lebih mudah rusak. 4.4. Pengaruh Air Jernih Terhadap Bahan Aktif Pestisida Air digunakan untuk pelarutan pestisida dalam aplikasi penyemprotan, Air yang digunakan sebagai pelarutan tersebut haruslah air yang terjamin kebersihannya. Apabila air yang digunkan dalam keadaan keruh atau kotor, maka di kawatirkan air tersebut mengandung logam berat yang akan bereaksi dengan bahan aktif pestisida, yang akan menyebabkan efikasi pestisida tersebut menurun. Selain itu, air kotor mungkin juga sudah tercemar oleh patogen penyakit yang akan membahayakan bagi tanaman yang dibudidayakan.

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan Knapsack sprayer atau dikenal dengan alat semprot punggung. Sprayer jenis ini paling umum digunakan oleh petani hampir di semua areal pertanian padi, sayuran, atau diperkebunan. Prinsip kerjanya, larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan penyemprot. Pada waktu gagang pompa digerakan, larutan keluar dari tangki menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung meningkat. Keadaan ini menyebabkan larutan pestisida dalam tangki dipaksa keluar melalui klep dan selanjutnya diarahkan oleh nozzlebidang sasaran semprot 5.2. Saran Penggunaan alat pestisida solo cap di lapangan memerlukan peralatan keselamatan seperti masker dan sarung tangan.

DOKUMENTASI

Related Documents

Lporan Inovasi.docx
November 2019 18
Lporan Analisis.docx
December 2019 26
Residu Pestisida
December 2019 31
Pengenalan
October 2019 67

More Documents from ""