Lp Tumor Otak.docx

  • Uploaded by: ihihi uhuhu
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Tumor Otak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,371
  • Pages: 11
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Tumor otak bisa primer (50%), bisa sekunder (50%), tumor primer kira – kira 50% adalah glioma, 20% meningioma, 15 % adenoma dan 7% neurinoma. Pada orang dewasa, 60% terletak supratentorial. Pada anak, 70% terletak di infratentorial. Pada anak yang paling sering adalah tumor serebelum, yaitu meduloblastoma dan astrositoma. Tumor primer bisa timbul jaringan otak, meningen, hipofisis dan selaput mielin. Tumor sekunder bisa berasal dari hampir semua tumor di tubuh. Yang paling sering berasal dari tumor paru – paru pada pria dan tumor payudara pada wanita. Tumor otak lebih sering mengenai pria daripada wanita, dengan perbandingan 55:45, kecuali meningioma yang lebih sering timbul pada wanita daripada pria perbandingan 2:1.

B.

Tujuan Penulisan Tujuan penulisan yaitu: 1.

Mengetahui dan memahami pemanahan tentang pengertian tumor otak

2.

Mengetahui tanda dan gejala tumor otak

3.

Mengetahui manifestasi tumor otak

4.

Mengetahui patofisiologi tumor otak

5.

Mengetahui diagnosa keperawatan pada tumor otak

6.

Mengetahui intervensi keperawatan pada tumor otak

BAB BAB II II TINJAUAN TEORI

A.

Pengertian Tumor otak bisa primer (50%), bisa sekunder (50%), tumor primer kira – kira 50% adalah glioma, 20% meningioma, 15 % adenoma dan 7% neurinoma. Pada orang dewasa, 60% terletak supratentorial. Pada anak, 70% terletak di infratentorial. Pada anak yang paling sering adalah tumor serebelum, yaitu meduloblastoma dan astrositoma.(Harsono.1996) Tumor intrakranial (termasuk lesi desak ruang) besifat jinak maupun ganas, timbul dalam otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak berasal dari jaringan neuronal, jaringan otak penyokong, sistem retikuloendotelial, lapisan otak, dan jaringan perkembangan residual, atau dapat bermetastasis dari karsinoma sistemik. Metastasis otak disebabkan oleh keganasan, sistemik dari kanker paru, payudara, melanoma, limfoma, dan colon. (Sylvia A. Price. 2006) Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakranial yang menempati ruang didalam tengkorak. Tumor – tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk ke dalam jaringan (Brenda G Bare. 2002)

B.

Etiologi Penyebab tumor masih sangat sedikit yang diketahui. Meningioma sedikit lebih banyak pada wanita. Neurofibroma. Neurilema dan glioma sering berhubungan dengan neurofibromatosis. Sementara itu neurofibromatosis tergolong pada kelainan perkembangan dari neuroektoderm dan mesoderm yang disebut fakomatosa. Contoh fakomatosa lain misalnya tuberosklerosis yang selalu disertai peningkatan insidensi tumor otak. Radiasi merupakan satu faktor untuk timbulnya tumor otak. Trauma, infeksi dan toksin belum dapat dibuktikan sebagai penyebab timbulnya tumor otak. Tetapi bahan insdustri tertentu seperti nitrosourea adalah karsinogen yang paten, setidak – tidaknya pada kelinci percobaan. Limfoma lebih sering terdapat pada mereka yang mendapat imunosupresan seperti pada transplantasi ginjal, sumsum tulang dan pada AIDS. (Harsono.1996)

C.

Manifestasi Klinis Gambaran klinik ditentukan oleh lokasi tumor dan peningkatan tekanan intrakranial. Tanda penting dari tumot otak ialah adanya gejala neurologi yang progresif. Progresifitas ini bergantung pada lokasi, kecepatan pertumbuhan tumor, dan edema di sekitarnya. Gambaran klinik terpenting adalah sebagai berikut:

1.

Kenaikan tekanan intrakranial yang terdapat pada sebagian besar tumor otak menyebabkan cefalgia, mual, dan muntah. Nyeri kepala pada orang dewasa yang timbul berulang – ulang, sedangkan sebelumnya tidak menderita cefalgia kronis, harus dicurigai adanya tumor otak. Edema papil nervus optikus terdapat hanya pada sebagian kecil tumor otak, jadi lebih banyak tumor otak tanpa edema papil.

2.

Menifestasi klinik fokal seperti hemiparesis, afasia dan gangguan visus, bergantung pada lokasi tumor dan edema otak di sekitarnya. Tumor pada silent region bisa hanya memberi gejala edema papil atau gangguan mental.

3.

Konvulsi fokal. Konvulsi umum atau keduanya terdapat pada sepertiga penderita tumor otak. Epilepsi dapat disebabkan oleh supratentorial dan lebih sering pada tumor dengan pertumbuhan lambat.

4.

Perdarahan pada tumor yang kaya akan pembuluh darah bisa disangka sebagai GPDO. Pada glioblastoma multiforme, metastasis dari kariokarsinoma, melanoma dan karsinoma paru anaplastik, sering terjadi perdarahan spontan. (Harsono.1996)

D.

Patofisiologi Tumor otak menyebabkan timbulnya ganguan neurologik progresif. Gejala-gejalanya timbul dalam rangkaian kesatuan sehingga menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan penderita. Gejala-gejala sebaiknya dibicarakan dalam suatu perspektif waktu. Gangguan neurologik pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh dua faktor : gangguan fokal akibat tumor dan kenaikan tekanan intra kranial. Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau infasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neural. Disfungsi terbesar terjadi pada tumor infiltratif yang tumbuh paling cepat (glioblastoma multiforma). Perubahan suplai darah akibat tekanan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai hilangnya fungsi secara akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskuler primer. Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, infasi, dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Bebrapa tumor membentuk kista yang juga menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.

E.

Pathway

Tumor Otak

Oedema Otak

Penigkatan massa otak

Obstruksi cairan cerebrospinal

Perubahan suplai darah ke Otak

Kompensasi vasokontriksi pembuluh darah otak mempercepat absorbsi cairan serebrospinalis

Nekrosis jaringan

Gejala peningkatan tekanan intrakranial, Kehilangan

Kejang

fungsi secara

nyeri kepala, mual, muntah provektif, hipertensi, bradikardi, kesadaran menurun

akut Resiko cidera

Operasi

Resiko

Kelemahan mobilitas

terjadinya

fisik, resiko terjadi

perdarahan,

peningkatan tekanan

gangguan

intrakranial,

rasa nyaman

gangguan

(nyeri), resiko

pemenuhan

terjadi infeksi

kebutuhan nutrisi

Hidrosefalus

F.

Penatalaksanaan Tumor otak yang tidak terobati menunjukan arah kematian, salah satu akibat dari peningkatan TIK (Tekanan intra kranial) atau dari kerusakan otak yang disebabkan tumor. Pasien dengan kemungkinan tumor otak harus dievaluasi dan diobati segera bila memungkinkan sebelum kerusakan neurologis tidak dapat diubah. Tujuannya adalah mengangkat dan memusnahkan semua tumor atau banyak kemungkinan tanpa meningkatnya penurunan neurologik (paralisis, kebutaan) atau tercapainya gejala-gejala dengan mengangkat sebagian (dekompresi). Salah satu variasi pengobatan dapat digunakan : pendekatan spesifik bergantung pada tipe tumor, lokasinya dan kemampuan untuk dicapai dengan mudah. Pendekatan pembedahan komfensional memrlukan insisi tulangn (kraniotomi). Pendekatan ini digunakan umum untuk mengobati pasien meningioma, neuroma akustik, askrositoma kistik pada sereblum, kistakoloid pada fentrikel ke tiga, tumor kongenital seperti kista dermoid dan beberapa glanuloma. Tindakan terhadap kanker otak adalah paliatif dan melibatkan penghilangan atau mengurangi simtomatologi serius. Meringankan dengan pasti adalah tujuan, menekan tanda dan gejala, dalam usaha untuk meningkatkan kualitas kehidupan bagi pasien maupun keluarga. Pasien dengan metastase intra serebral dan yang tidak terobati mengalami keadaan yang naik turun dengan waktu kelangsungan hidup yang sangat terbatas sedangkan pengobatannya berlangsung untuk periode waktu singkat. Pemdekatan teraupetik ini mencakup radiasi, yang menjadi dasar pengobatan, pembedahan (biasanya pada metastase intra kranial tunggal) atau kombinasi metode ini. Kortikosteroid dapat membantu mengurangi sakit kepala dan perubahan kesadaran. Hal ini dianggap bahwa kortikosteroid (dexametason, brednison) menurunkan radang sekitar pusat metastase dan edema sekitarnya, obat-obatan lain mencakup agen-agen osmotik (manitol, gliserol) untuk menurunkan cairan pada otak. Obat-obat anti kejang (fenitoin) digunakan untuk mencegah dan mengobati kejang.

G.

Diagnosa keperawatan 1.

Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan kehilangan atau kerusakan fungsi motorik dan sensori serta penurunan kemampuan kognitif.

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan asupan makanan dan malabsorpsi

3.

Ansietas yang berhubungan dengan kemungkinan kematian, ketidakpastian, perubahan dalam penampilan, perubahan gaya hidup

4. Potensial terhadap perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan kemungkinan berduka dan beban yang ditimbulkan oleh perawatan terhadap individu sakit terminal.

H.

Intervensi keperawatan 1.

Mengompensasi kurang perawatan diri. Mengompensasi

kurang

perawatan

diri.

Pasien

dapat

mengalami

kesukaran

berpartisipasi dalam berbentuk tujuan, akibat metastase tumor dan pengaruh fungsi berpikir. Untuk itu penting mendukung keluarga untuk tetap memobilisasi pasien dan melakukan fungsi pada tingkat tertinggi bila memungkinkan. Peningkatan bantuan dengan aktifitas merawat diri akan diperlukan. Pasien dengan metastase serebral dan keluarga hidup dengan ketidakpastian. Pasien dibantu untuk membuat rencana setiap hari dan membuat perhitungan hari. Tugastugas dan tantangan untuk membantu pasien mendapatkan penggunaan mekanisme koping, adaptasi dan kompensasi dalam meningkatkan pemecahan masalah-masalah. Ini membantu pasien mempertahankan dalam mengontrol perasaan. Program latihan individu membantu mempertahankan kekuatan, daya tahan dan gerakan sendi. Kadang-kadang diperlukan bantuan perawatan kesehatan dirumah. 2.

Meningkatkan nutrisi Meningkatkan nutrisi. Pasien mual dan muntah, sukar bernafas dan nyeri jarang berminat pada makan. Gejala-gejala ini harus diatasi atau dikontrol melalui pengkajian, perencanaan dan intervensi medis dan keperawatan yang tepat. Perawatan mengajarkan keluarga bagaimana posisi yang nyaman selama makan. Makanan ditawarkan bila pasien lebih tenang dan hilangnya tekanan nyeri atau pengaruh pengobatan. Hal ini mermerlukan perencanaan untuk meminimalkan serangan cahaya, suarasuara dan bau-bauan. Kepandaian perawat mencakup membuat makan lezat, memberikan cairan yang cukup dan meningkatkan kesempatan bersosialisasi, selain itu mungkin diperlukan untuk mencatat kuantitas yang dimakan untuk menentukan jumlah kalori tiap hari. Suplemen gizi, sesuai kesukaan pasien dapat membantu untuk mendapat makanan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan kalori. Jika pasien menolak untuk memakan makanan yang diperlukan, mungkin dilakukan syarat apapun yang dapat diterima pasien. Bila pasien memperlihatkan bentuk kemunduran sebagai hasil pertumbuhan tumor dan pengaruhnya, beberapa diantaranya bentuk bantuan makanan (pipa makanan, pemberian makan melalui total parenteral) menjadi diperlukan sekali.

3.

Menghilangkan ansietas Menghilangkan ansietas. Orang-orang dengan metastase serebral mungkin gelisah, dengan perubahan suasana hati yang mencakup depresi, euforia, paranoid, dan cemas berat. Respons pasien dengan penyakit terminal merefleksikan pola mereka dalam bereaksi terhadap

situasi krisis. Pemberian perawatan perlu bersikap sensitif terhadap kekawatiran yang dinyatakan pasien. Pasien membutuhkan kesempatan untuk latihan mengontrol beberapa keadaan mereka. Perasaan menguasai dapat ditingkatkan saat mereka belajar memahami dan pengobatanya dan bagaimana menghadai perasaan mereka. Dukungan kelompok seperti kelompok penderita kanker otak dapat memberi dukungan dan kekuatan. Menyediakan

waktu

untuk

mendampingi

pasien

untuk

membicarakan

dan

mengomunikasikan rasa takut dan kekawatiran mereka. Komunikasi terbuka dan menerima rasa takut mereka merupakan terapi yang sering diberikan. Situasi ini lebih dapat diterima ketika orang lain berbagai pengalaman tentang menjelang ajal, jika reaksi emosi pasien sangat tegang atau lama, bantuan tambahan dari rohaniawan, pekerja sosial, profesional kesehatan mental, terapi okupasi, atau terapi rekreasi mungkin diperlukan. 4.

Meningkatkan koping keluarga Keluarga perlu diyakinkan kembali bahwa orang yang mereka cintai menerima perawatan optimal dan bahwa perhatikan akan diberikan pada perubahan gejala pasien dan terhadap masalah mereka. Bila pasien tidak dapat melakukan perawatan diri sendiri, maka keluarga dibantu dalam perawatan fisik pasien yang diperlukan dan bantuan yang didapat berupa sistem dukungan (pekerja sosial, bantuan kesehatan di rumah, komunikasi kesehatan, dan perawat perawatan dan kesehatan komunitas, perawatan hospice). Sasaran keperawatan adalah untuk mempertahankan ansietas dalam tingkat dapat diatasi.

5.

Pendidikan Pasien dan Pertimbangan Perawatan di Rumah Penting untuk mengkaji perubahan kebutuhan pasien dan keluarga dan untuk diinformasikan kepada mereka tentang sumber dan bantuan yang dapat membantu anggota keluarga untuk menentukan perubahan keadaan pasien. Kebutuhan penyuluhan pada pasien dan keluarga sesuai dengan perkembangan penyakit. Pelayanan keperawatan dirumah dan pelayanan hospice merupakan sumber –sumber yang bermanfaat, yang disediakan untuk pasien dan keluarga. Dengan mengantisipasi kebutuhan sebelum kebutuhan tersebut terjadi dapat membantu dalam memperlancar pemenuhan. Kontak personal dan telepon antara perawat dengan pasien dan keluarga merupakan pendekatan yang dapat membantu.

6.

Hospice Care Pasien dan keluarga yang memilih untuk merawat pasien di rumah sesuai kemajuan penyakit mendapat keuntungan dari perawatan dan dukungan yang diberikan pada perawatan hospice. Langkah – langkah untuk melakukan perawatan hospice, termasuk pembahasan pemilihan perawatan hospice, tidak boleh ditunda sampai kematian pasien mengancam. Penggalian perawatan hospice sebagai suatu pilihan harus dimulai ketika perawatan hospice

dapat memberikan dukunga kepada pasien dan keluarga, dan dapat membantu dalam perjalanan munuju kematian.

I.

Evaluasi Hasil yang diharapkan 1.

Melakukan aktivitas merawat diri sepanjang waktu yang memungkinkan: a. Menggunakan alat – alat bantu atau menerima bantuan. b. Jadwal periode istirahat berkala untuk memberikan partisipasi dalam perawatan diri.

2.

Mempertahankan status nutrisi yang optimal bila memungkinkan: a. Makan dan menerima makanan dalam keterbatasan kondisi. b. Menerima bantuan untuk makan bila diindikasikan.

3.

Melaporkan ansietas berkurang a. Gelisah berkurang dan tidur lebih baik. b. Mengungkapkan kekuatiran tentang kematian. c. Berpartisipasi dalam aktivitas pribadi yang penting selama mungkin.

4.

Anggota keluarga mencari bantuan sesuai kebutuhan a. Menunjukan kemampuan untuk mandi, makan dan perawatan untuk pasien. b. Mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran pada tenaga kesehatan yang tepat. c. Mendiskusikan dan mencari perawatan hospice sebagai pilihan.

J.

Asuhan Keperawatan 1.

Pengumpulan data a.

Identitas Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, alamat, no. register, tanggal MRS diagnosa medis.

b. Keluhan utama Pada penderita tumor otak mengalami nyeri kepala yang hebat, mual muntah kadang disertai kejang. c.

Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit tumor biasanya terjadi tanpa diketahui oleh penderita. Biasanya penderita mengeluh nyeri keala yang hebat terus menerus dan semakin bertambah berat saat melakukan aktivitas dan disertai mual muntah dan kadang ada juga yang mengalami kejang.

d. Riwayat penyakit dahulu Penderita biasanya sering mengeluhkan nyeri kepala.

e.

Riwayat penyakit keluarga Biasanya ada salah satu anggota keluarga yang menderita tumor atau kanker.

f.

Pola-pola fungsi kesehatan a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Pada pasien tumor otak kebanyakan bandres total sehingga personal hygiene mengalami gangguan. b) Pola nutrisi dan metabilisme Px mengalami muntah karena adanya nyeri hebat sehingga mengakibatkan asam lambung meningkat. c)

Pola eliminasi Pada pola eliminasi tidak terjadi gangguan.

d) Pola istirahat tidur Px mengalami gangguan pada pola istirahat tidur karena adanya nyeri hebat pada kepala. e) Pola aktivitas dan latihan Pada Px tumor otak terjadi gangguan pola aktivitas karena nyeri kepala yang dirasakan oleh Px. f)

Pola persepsi dan konsep diri Pada pola ini mengalami gangguan persepsi dan konsep diri karena px merasa sudah tidak berguna lagi dan merasa dirinya orang lemah

g) Pola sensori dan kognitif Px mengalami nyeri kepala yang terus menerus dan biasanya Px tidak mengerti tentang penyabab rasa nyeri kepala yang dialaminya. h) Pola reproduksi Tidak ada gangguan pada pola reproduksi. i)

Pola hubungan peran Tidak ada gangguan pada pola hubungan peran.

j)

Pola penanggulangan stress Tidak ada gangguan pada pola penanggulangan stress.

k)

Pola tata nilai kepercayaan Tidak ada gangguan pada pola tata nilai kepercayaan.

g. Pemeriksaan Fisik a) Status kesehatan umum Pada Px tumor otak terjadi peningkatan tekanan darah, bradicardi, penurunan kesadaran, juga kaji frekuensi pernafasan, iramanya dan suhu tubuh

b) Kepala dan leher Pada Px tumor otak Px merasa nyeri kepala yang hebat terus menerus dan pada daerah muka mengalami penebalan atau oedem, dan pada mata biasanya juga mengalami gangguan mata kabur, dan pada telinga, hidung, mulut dan faring tidak mengalami gangguan dan biasanya terjadi nyeri pada sisi wajah yang sama c)

Thoraks (paru dan jantung) Pada paru biasanya mengalami gangguan yaitu sesak karena peningkatan tekanan intrakranial dan pada jantung tidak mengalami gangguan.

d) Abdomen Pada Px tumor otak tidak terjadi gangguan pada abdomen e) Inguinal, genital dan anus Pada Px tumor otak tidak terjadi gangguan pada inguinal, genital dan anus f)

Integumen Integumen pada tumor otak permukaan kulit kering, kasar, turgor kulit menurun.

g) Ekstrimitas dan neurologis Mengalami gangguan neurologis

DAFTAR PUSTAKA

Harsono.1996. “Buku Ajar Neurologi Klinis, Edisi Pertama”. Jakarta : EGC Sylvia A. Price. 2006. “Patofisiologi ”. Jakarta : EGC Smeltzer. 2002. “Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8”. Jakarta : EGC

Related Documents

Lp Tumor Paru.docx
October 2019 21
Lp Tumor Abdomen.docx
May 2020 17
Lp Tumor Paru Fix.docx
December 2019 20
Lp Askep Tumor Tulang.docx
December 2019 23
Lp Tumor Otak Aster.docx
December 2019 20

More Documents from "Tri Ayu Laksana"