Lp Stroke Sementaraaa.docx

  • Uploaded by: Memeiiyuyun99
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Stroke Sementaraaa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,100
  • Pages: 34
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

1.2 Konsep Penyakit 1.2.1 Definisi Stroke Non Hemoragik Menurut

Corwin

(2009), Stroke

non

hemoragik

adalah

terjadinya penyumbatan arteri akibat thrombus (bekuan darah di arteri serebri) atau embolus (bekuan darah yang berjalan ke otak dari tempat lain di tubuh). Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008). Menurut Price, (2006) stroke non hemoragik (SNH) merupakan gangguan sirkulasi cerebri yang dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh misalnya trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar seperti artero sklerosis dan arteritis yang mengganggu aliran darah cerebral sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke otal menurun yang menyebabkan terjadinya infark. Dari beberapa pengertian stroke diatas, Penyusun menyimpulkan stroke non hemoragik adalah adalah gangguan cerebrovaskular yang disebabakan oleh sumbatnya pembuluh darah akibat penyakit tertentu seperti aterosklerosis, arteritis , trombus dan embolus.

1.1.2 Anatomi Fisiologi 1.1.2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Saraf Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan serta terdiri terutama dari jaringan saraf. Dalam mekanisme

sistem saraf, lingkungan internal dan stimulus eksternal dipantau dan diatur. Kemampuan khusus seperti iritabilitas, atau sensitivitas terhadap stimulus, dan konduktivitas, atau kemampuan untuk mentransmisi suatu respons terhadap stimulasi, diatur oleh sistem saraf dalam tiga cara utama yaitu input sensorik. Sistem saraf menerima sensasi atau stimulus melalui reseptor, yang terletakdi tubuh baik eksternal (reseptor somatik) maupun internal (reseptor viseral).

Reseptor mengubah stimulus menjadi impuls listrik yang

menjalar di sepanjang saraf sampai ke otak dan medulla spinalis, yang kemudian akan menginterpretasi dan mengintegrasi stimulus, sehingga respon terhadap informasi bisa terjadi.Output motorik, dan input dari otak dan medulla spinalis memperoleh respon yang sesuai dari otot dan kelenjar tubuh , yang disebut sebagai efektor. (Smeltzer. 2002). 1) Sistem saraf pusat (SSP) Terdiri dari otak dan medulla spinalis yang dilindungi oleh tulang kranium dan kanal vertebral. A. Otak Merupakan alat tubuh yang sangat vital karena pusat pengatur untuk seluruh alat tubuh,terletak di dalam rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak manusia

mencapai

2%

dari

keseluruhan

berat

tubuh,

mengkonsumsi 25% oksigen dan menerima 1,5% curah jantung. Bagian kranial pada tabung saraf membentuk tiga pembesaran (vesikel) yang berdiferensiasi untuk membentuk otak depan, otak tengah dan otak belakang: a) Otak depan (proensefalon) Terbagi menjadi dua subdivis yaitu telensefalon dan diensefalon. Telensefalon merupakan awal hemisferserebral atau serebrum dan basal ganglia serta korpus striatum (substansi abu-

abu) pada serebrum. Diensefalon menjadi thalamus, hipotalamus dan epitalamus. Otak Besar atau Korteks berdasarkan fungsinya para ahli membagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus (lobe) masing-masing adalah:  Lobus Frontal : Pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, motorik bicara (areabroca di hemisfer kiri), pusat penghirup. Pusat pengontrolan gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer). Didalamnya terdapat area asosiasi motorik (area premotor).  Lobus Parietal : pusat kesadaran sensorik di gyrus post sentralis (area sensorik primer) terdapat area asosiasi sensorik.  Lobus Oksipital : merupakan lobus terkecil sebagai pusat penglihatan dan area asosiasi penglihatan. Berfungsi juga menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf lain dan memori.  Lobus Temporal : sebagai pusat pendengaran dan berperan dalam pembentukan dan perkembangan emosi. b) Otak tengah (mesensefalon) Terus tumbuh dan pada orang dewasa disebut otak tengah. Otak tengah merupakan bagian otak pendek dan terkontriksi yang menghubungkan pons dan serebelum dengan serebrum dan berfungsi sebagai jalur penghantar dan pusat refleks. Otak tengah, pons dan medulla oblongata disebut sebagai batang otak. Pons hampir semuanya terdiri dari substansi putih.

Pons menghubungkan medulla yang panjang dengan berbagai bagian otak melalui pedunkulus serebral. Pusat respirasi terletak dalam pons dan mengatur frekwensi dan kedalaman pernapasan. Nuclei saraf cranial V, VI dan VII terletak dalam pons, yang juga menerima informasi dari saraf cranial VIII. c) Otak belakang (rombensefalon) Terbagi menjadi dua subdivisi yaitu metensefalon dan mielensefalon. Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan serebelum. Mielensefalon menjadi medulla oblongata. Rongga pada tabung saraf tidak berubah dan berkembang menjadi ventrikel otak dan kanal sentral medulla spinalis. Lapisan pelindung otak terdiri dari rangka tulang bagian luar dan tiga lapisan jaringan ikat yang disebut meninges. Lapisan meningeal terdiri dari pia meter, lapisan araknoid dan durameter. Pia meter adalah lapisan terdalam yang halus dan tipis, serta melekat erat pada otak. Lapisan araknoid terletak di bagian eksternal piameter dan mengandung sedikit pembuluh darah. Runga araknoid memisahkan lapisan araknoid dari piameter dan mengandung cairan cerebrospinalis, pembuluh darah serta jaringan penghubung serta selaput yang mempertahankan posisi araknoid terhadap piameter di bawahnya. Durameter, lapisan terluar adalah lapisan yang tebal dan terdiri dari dua lapisan. Lapisan ini biasanya terus bersambungan tetapi terputus pada beberapa sisi spesifik. Cairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis terhadap trauma atau gangguan dari luar. Pada orang dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume cairan serebrospinal 52162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml. 80% dari

jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel. Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau 500 ml/hari, sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam sewaktu.

Meningen adalah selaput otak yang

merupakan bagian dari susunan saraf yang bersifat non neural. Meningen terdiri dari jarningan ikat berupa membran yang menyelubungi seluruh permukaan otak, batang otak dan medula spinalis. a. Medulla Spinalis Medulla spinalis memiliki peran untuk mengendalikan berbagai

aktivitas

refleks

dalam

tubuh.

Bagian

ini

mentransmisi impuls ke dan dari otak melalui traktus asenden dan desenden. Medulla spinalis berbentuk silinder berongga dan agak pipih. Panjang rata-rata 42 cm. Dua pembesaran, pembesaran lumbal dan serviks menandai sisi keluar saraf spinal besar yang mensuplai lengan dan tungkai. Tiga puluh satu pasang saraf spinal keluar dari area urutan korda melalui foramina intervertebral. Terdiri dari sebuah inti substansi abuabu yang diselubungi substansi putih. Kanal sentral berukuran kecil dikelilingi oleh substansi abu-abu bentuknya seperti huruf H. Tanduk dorsal adalah batang vertical atas substansi abuabu. Tanduk ventral adalah batang vertical bawah. Tanduk lateral adalah protrusi di antara tanduk posterior dan anterior pada area toraks dan lumbal sistem saraf perifer. Komisura abu-abu menghubungkan substansi abu-abu di sisi kiri dan kanan medulla spinalis.Setiap saraf spinal memiliki satu radiks dorsal dan satu radiks ventral. Traktus Spinal substansi putih korda yang terdiri dari akson termielinisasi, dibagi menjadi funikulus anterior,posterior dan lateral. Dalam funikulus

terdapat fasiukulu atau traktus. Traktus diberi nama sesuai dengan lokasi, asal dan tujuannya. 2) Sistem Saraf Perifer Meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam tubuh. Sistem ini

terdiri

dari

saraf

kranial

dan

saraf

spinal

yang

menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan reseptor dan efektor. Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan sistem eferen. Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik ke SSP. Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan kelenjar. 3) Saraf Cranial Dua pasang saraf cranial muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa saraf cranial hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagaian besar tersusun dari serabut sensorik dan serabut motorik dan gabungan dari serabut sensorik dan motorik. a)

Bagian saraf dari serabut sensorik:

b)

Saraf Olfaktorius

Merupakan saraf sensorik. Saraf ini berasal dari epithelium olfaktori mukosa nasal. Berkas serabut sensorik mengarah ke bulbus olfaktori dan menjalar melalui traktus olfaktori sampai ke ujung lobus temporal (girus olfaktori), tempat persepsi indera penciuman berada. 4) Saraf Optik Merupakan saraf sensorik. Impuls dari batang dan kerucut retina di bawa ke badan sel aksonyang membentuk saraf optik.Setiap saraf optik keluar dari bola mata pada bintik buta dan masuk ke rongga

cranial

melaui

foramen

optik.

Seluruh

serabut

memanjang saat traktus optik, bersinapsis pada sisi lateral nuclei

genikulasi thalamus dan menonjol ke atas sampai ke area visual lobus oksipital untuk persepsi indera penglihatan. 5) Saraf Vestibulokoklearis Hanya

terdiri

dari

saraf

sensorik

dan

memiliki

dua

divisi.Cabang koklear atau auditori menyampaikan informasi dari reseptor untuk indera pendengaran dalam organ korti telinga dalam ke nuclei koklear pada medulla, ke kolikuli inferior, ke bagian medial nuclei genikulasi pada thalamus dan kemudian ke area auditori pada lobus temporal. B. Bagian saraf dari serabut motorik: a) Saraf Abdusen Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik berasal dari sebuah nucleus pada pons yang menginervasi otot rektus lateral mata. Serabut sensorik membawa pesan proprioseptif dari otot rektus lateral ke pons. b) Saraf Fasial Merupakan saraf motorik dimana neuron motorik terletak dalam nuclei pons. Neuron ini menginervasi otot ekspresi wajah, termasuk kelenjar air mata dan kelenjar saliva. c) Saraf Aksesori Spinal Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari serabut motorik. Neuron motorik berasal dari dua area

bagian

cranial

berawal

dari

medulla

dan

menginervasi otot volunteer faring dan laring, bagian spinal muncul dari medulla spinalis serviks dan menginervasi otot trapezius dan sternokleidomastoideus. Neuron sensorik membawa informasi dari otot yang sama yang terinervasi oleh saraf motorik, misalnya otot laring, faring, trapezius dan otot sternokleidomastoid.

d) Saraf Okulomotorius Merupakan saraf gabungan, tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik berasal dari otak tengah dan membawa impuls ke seluruh otot bola mata (kecuali otot oblik superior dan rektus lateral), ke otot yang membuka kelopak mata dan ke otot polos tertentu pada mata. e) Saraf Hipoglosal Terdiri dari saraf motorik. Neuron motorik berawal dari medulla dan mensuplai otot lidah. C. Bagian saraf dari serabut gabungan sensorik dan motorik: a) Saraf Glosofaringeal Merupakan saraf gabungan.Neuron motorik berawal dari medulla dan menginervasi otot untuk wicara dan menelan serta kelenjar saliva parotid. Neuron sensorik membawa informasi yang berkaitan dengan rasa dari sepertiga bagian posterior lidah dan sensasi umum dari faring dan laring ; neuron ini juga membawa informasi mengenai tekanan darah dari reseptor sensorik dalam pembuluh darah tertentu. Saraf Vagus. Merupakan saraf gabungan. Neuron motorik berasal dari dalam medulla dan menginervasi hampir semua organ toraks dan abdomen. Neuron sensorik membawa informasi dari faring, laring, trakea, esophagus, jantung dan visera abdomen ke medulla dan pons. b) Saraf Traklear Saraf Traklear adalah saraf gabungan , tetapi sebagian besar terdiri dari saraf motorik dan merupakan saraf terkecil dalam saraf cranial. Neuron motorik berasal dari

langit-langit otak tengah dan membawa impuls ke otot oblik superior bola mata.Serabut sensorik dari spindle otot menyampaikan informasi indera otot dari otot oblik superior ke otak. c) Saraf Trigeminal Saraf cranial terbesar, merupakan saraf gabungan tetapi sebagian besar terdiri dari saraf sensorik. Bagian ini membentuk saraf sensorik utama pada wajah dan rongga nasal serta rongga oral. Neuron motorik berasal dari pons dan menginervasi otot mastikasi kecuali otot buksinator. Badan sel neuron sensorik terletak dalam ganglia trigeminal. Serabut ini bercabang ke arah distal menjadi 3 divisi yaitu cabang optalmik membawa informasi dari kelopak mata, bola mata, kelenjar air mata, sisi hidung, rongga nasal dan kulit dahi serta kepala. Cabang maksilar membawa informasi dari kulit wajah, rongga oral (gigi atas, gusi dan bibir) dan palatum. Cabang mandibular membawa informasi dari gigi bawah, gusi, bibir, kulit rahang dan area temporal kulit kepala d) Saraf Spinal Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui rasiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Pada bagian distal radiks dorsal ganglion, dua radiks bergabung membentuk satu saraf spinal. Semua saraf tersebut adalah saraf gabungan (motorik dan sensorik), membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan korda melalui neuron eferen. Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna bertebra tempat munculnya saraf tersebut.

Saraf serviks 8 pasang, C1 – C8. Saraf toraks 12 pasang, T1 – T12. Saraf lumbal 5 pasang, L1 – L5. Saraf sacral 5 pasang, S1 – S5. Saraf koksigis, 1 pasang. Sistem saraf tepi terdiri dari 12 pasang saraf serabut otak (saraf cranial) yang terdiri dari 3 pasang saraf sensorik, 5 pasang saraf motorik dan 4 pasang saraf gabungan.31 pasang saraf sumsum tulang belakang (saraf spinal) yang terdiri dari 8 pasang saraf leher,12 pasang saraf punggung,5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul dan 1 pasang saraf ekor. Otak dan sumsum tulang belakang berkomunikasi dengan seluruh bagian tubuh melalui cranial nerves (saraf-saraf kepala) dan spinal nerves (saraf-saraf tulang belakang). Sarafsaraftersebut adalah bagian dari sistem saraf perifer yang membawa informasi sensoris ke sistem saraf pusat dan membawa pesan-pesan dari sistem saraf pusat ke otot-otot dan kelenjar-kelenjar di seluruh tubuh atau disebut juga dengan sistem saraf somatik. D. Sistem Saraf Somatik Saraf-saraf Tulang Belakang (Spinal Nerves). Saraf tulang belakang yang merupakan bagian dari sistem saraf somatik dimulai dari ujung saraf dorsal dan ventral dari sumsum tulang belakang (bagian di luar sumsum tulang belakang). Sarafsaraf tersebut mengarah keluar rongga dan bercabang-cabang di sepanjang perjalanannya menuju otot atau reseptor sensoris yang hendak dicapainya. Cabang-cabang saraf tulang belakang ini umumnya disertai oleh pembuluh-pembuluh darah, terutama cabang-cabang yang menuju otot-otot kepala (skeletal muscle). Mekanisme input masuknya informasi-informasi sensoris ke sumsum tulang belakang) dan output dari proses tersebut yang menghasilkan informasi-informasi motorik yaitu soma sel dari axon-axon saraf tulang belakang yang membawa informasi sensoris ke otak dan sumsum tulang belakang terletak di luar

sistem saraf pusat kecuali untuk system visual karena retina mata adalah bagian dari otak. Axon-axon yang datang membawa informasi sensoris ke susunan saraf pusat ini adalah saraf-saraf afferent. E. Sistem Saraf Autonom (Autonomic Nervous System) Autonomic Nervous System (sistem saraf autonom) mengatur fungsi otot-otot halus, otot jantung, dan kelenjarkelenjar tubuh (autonom berarti mengatur diri sendiri). Otot-otot halus terdapat di bagian kulit berkaitan dengan folikel-folikel rambut di tubuh, di pembuluh-pembuluh darah, di mata mengatur ukuran pupil dan akomodasi lensa mata, di dinding serta jonjot usus, di kantung empedu dan di kandung kemih. Jadi dapat disimpulkan bahwa organ-organ yang dikontrol oleh sistem saraf autonom memiliki fungsi untuk melangsungkan "proses vegetatif' (proses mandiri dan paling dasar) di dalam tubuh. F. Saraf Simpatis Syaraf bermyelin yang keluar dari syaraf spinal torakal 1 sampai dengan lumbal 2 atau 3. Neuron neuron preganglionik dan post ganglilonik simpatis .Setiap jaras simpatis dari medulla. Jaringan yang terangsang terdiri atas dua neuron yakni neuronpreganglionik dan neuron postganglionic. G. Saraf Parasimpatis Serat-serat syaraf parasimpatis meninggalkan sistem syaraf pusat melalui syaraf cranial III,VII,IX,X, Syaraf sakral spinal ke 2 dan ke 3 dan kadangkala syaraf sakral 1 dan 4 . Sifatsifat dasar fungsi simpatis dan parasimpatis. Serat simpatis dan parasimpatis mensekresi salah satu dari neurotarnsmitter asetilkolin atau norepinefrin. Serat yang mensekresi asetilkolin

disebut serat kolinerjik, serat yang mensekresi norepinefrin disebut serat adrenergik (dari adrenalin sama dengan epinefrin). Semua neuron preganglionik simpatis dan parasimpatis bersifat kolinerjik. Hampir semua neuron post ganglionik parasimpatis bersifat kolinergik dan Hampir semua neuron post ganglionik simpatis bersifat adrenerjik. Karena itu asetilkolin disebut transmitter parasimpatis dan norepinefrin disebut transmitter simpatis.

H. Sel-sel pada sistem saraf Neuron adalah unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma.

a) Badan sel atau perikarion Suatu

neuron

mengendalikan

metabolisme

keseluruhan

neuron. Bagian ini tersusun dari komponen berikut : satu nucleus tunggal, nucleolus yang menanjol dan organel lain seperti konpleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini tidak memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi. b) Dendrit Perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi untuk menghantar impuls ke sel tubuh. c) Akson Suatu prosesus tunggal, yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit. Bagian ini menghantar impuls menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke badan sel neuron yang menjadi asal akson.

1.1.3

Etiologi Menurut Arif Muttaqin (2008) penyebab Stroke non hemoragik

diakibatkan oleh: 1.1.3.1 Trombosis yang terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga

menyebabkan

iskemia

jaringan

otak

yang

dapat

menimbulkanoedema dan kongesti disekitarnya.Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak: Ateroskelosis, hiperkoagulasi pada polisetimia, arthritis dan emboli. 1.1.3.2 Embolisme Serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak, dan udara. Faktor – faktor resiko stroke non hemoragik adalah: Hipertensi, Diabetes Mellitus, merokok, minum alkohol, strees dan gaya hidup yang salah, Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi), Kolesterol tinggi, Penyalahgunaan obat (kokain), makanan lemak dan faktor usia (Arif Muttaqin, 2008). Pendapat lain dikemukakan oleh Junaidi, 2006 yang menyatakan ada beberapa etiologi lain yang dapat menyebabkan terjadinya stroke non hemorhagik, antara lain : 1) Aterosklerosis Terbentuknya aterosklerosis berawal dari endapan ateroma (endapan lemak) yang kadarnya berlebihan dalam pembuluh darah. Endapan yang terbentuk menyebabkan penyempitan lumen pembuluh darah sehingga mengganggu aliran darah. 2) Emboli Benda asing yang tersangkut pada suatu tempat dalam sirkulasi darah. Biasanya benda asing ini berasal dari trombus yang terlepas dari perlekatannya dalam pembuluh darah jantung, arteri atau vena

3) Infeksi Peradangan

juga

dapat

menyebabkan

menyempitnya

pembuluh darah, terutama yang menuju otak. Yang mampu berperan sebagai faktor risiko stroke adalah tuberkulosis, malaria, lues, leptospirosis, dan in feksi cacing. 4) Obat-obatan Ada beberapa obat-obatan yang justru dapat menyebabkan stroke

seperti

amfetamin

dan

kokain

dengan

jalan

mempersempit lumen pembuluh darah otak. 1.1.3.3 Hipotensi atau hipertensi. Penurunan

tekanan

darah

yang

tiba-tiba

bisa

menyebabkan

berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika hipotensi ini sangat parah dan menahun.

Sedangkan Hipertensi

dapat

mengakibatkan

pecahnya

maupun menyempitnya pembuluh darah otak. Apabila pembuluh darah otak pecah maka timbullah perdarahan otak dan apabila pembuluh darah otak menyempit maka aliran darah ke otak akan terganggu dan sel – sel otak akan mengalami kematian.

1.1.4

Klasifikasi Klasifikasi Stroke Non Haemoragik menurut Tarwoto dkk, (2007) adalah: 1.1.4.1 Transient Ischemic Attack (TIA) TIA adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak sepintas dan menghilang lagi tanpa sisa dengan cepat dalam waktu tidak lebih dari 24 jam. 1.1.4.2 Reversible Iscemic Neurological Deficit (RIND) RIND adalah defisit neurologik fokal akut yang timbul karena iskemia otak berlangsung lebih dari 24 jam dan menghilang tanpa sisa dalam waktu 1-3 minggu.

1.1.4.3 Stroke in Evolution (Progressing Stroke) Stroke in evolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah otak yang berlangsung progresif dan mencapai maksimal dalam beberapa jam sampe bebrapa hari. 1.1.4.4 Stroke in Resolution Stroke in resolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan peredaran darah otak yang memperlihatkan perbaikan dan mencapai maksimal dalam beberapa jam sampai bbrapa hari 1.1.4.5 Completed Stroke (infark serebri) Completed stroke adalah defisit neurologi fokal akut karena oklusi atau gangguan peredaran darah otak yang secara cepat menjadi stabil tanpa memburuk lagi. 1.1.5 Patofisiologi (Pathway) Perdarahan

Oklusi

Penurunan perfusi jaringan

Hipoksia

Iskemia

Metabolisme anaerob aktivitas elektrolit terganggu

Penurunan asam laktat pompa Na dan K gagal

Asidosis lokal, H meningkat, PCO meningkat, PCO2 menurun

edema serebral TIK meningkat

Gangguan perfusi jaringan serebral

defisit neurologis

Intoleransi aktivitas

Defisit perawatan diri

Gangguan mobilisasi

1.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala) Manifestasi klinis Stroke Non Hemoragik menurut Misbach (2011) antara lain : 1.1.6.1 Hipertensi 1.1.6.2 Gangguan motorik (kelemahan otot, hemiparese) 1.1.6.3 Gangguan sensorik 1.1.6.4 Gangguan visual 1.1.6.5 Gangguan keseimbangan 1.1.6.6 Nyeri kepala (migran, vertigo) 1.1.6.7 Muntah 1.1.6.8 Disatria (kesulitan berbicara) 1.1.6.9 Perubahan

mendadak

status mental

(apatis,

somnolen, delirium, suppor, koma)

1.1.7 Komplikasi Komplikasi stroke menurut Sudoyo (2006) meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cidera, embolisme. 1.1.7.1 Hipoksia serebral 1.1.7.2 Penurunan aliran darah serebral 1.1.7.3 Luasnya area cidera 1.1.7.4 Distritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan penghentian trombus lokal. 1.1.8 Pemeriksaan Penunjang Menurut Muttaqin, (2008), pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ialah sebagai berikut : 1.1.8.1 Angiografi serebral

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vascular 1.1.8.2 Lumbal pungsi Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada carran lumbal menunjukkan adanya hernoragi pada subaraknoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom) sewaktu hari-hari pertama. 1) CT scan. Pemindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. 2) MRI MRI (Magnetic Imaging Resonance) menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik. 3) USG Doppler Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis). 4) EEG Pemeriksaan ini berturuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak. 5) Pemeriksaan Laboraturium

a.

Lumbal pungsi : pemeriksaan likuor merah biasanya

dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. b.

Pemeriksaan darah rutin.

Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. c.

Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.

1.1.9 Penatalaksanaan Medis Target managemen stroke non hemoragik akut adalah untuk menstabilkan pasien dan menyelesaikan evaluasi dan pemeriksaan termasuk diantaranya pencitraan dan pemeriksaan laboratorium dalam jangka waktu 60 menit setelah pasien tiba. Keputusan penting pada manajemen akut ini mencakup perlu tidaknya intubasi, pengontrolan tekanan darah, dan menentukan resiko atau keuntungan dari pemberian terapi trombolitik. 1.1.9.1 Penatalaksanaan Umum 1) Airway and breathing Pasien dengan GCS ≤ 8 atau memiliki jalan napas yang tidak adekuat atau paten memerlukan intubasi. Jika terdapat tandatanda peningkatan tekanan eficitnial (TIK) maka pemberian induksi dilakukan untuk mencegah efek samping dari intubasi. Pada kasus dimana kemungkinan terjadinya herniasi otak besar maka target Pco2 arteri adalah 32-36 mmHg. Dapat pula diberikan manitol intravena untuk mengurangi edema serebri. Pasien harus mendapatkan bantuan oksigen jika pulse oxymetri atau pemeriksaan analisa gas darah menunjukkan

terjadinya hipoksia. Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hipoksia pada stroke non hemoragik adalah adanya obstruksi jalan napas parsial, hipoventilasi, atelektasis ataupun GERD. 2) Circulation Pasien dengan stroke non hemoragik akut membutuhkat terapi intravena dan pengawasan jantung. Pasien dengan stroke akut berisiko tinggi mengalami aritmia jantung dan peningkatan biomarker jantung. Sebaliknya, atrial fibrilasi juga dapat menyebabkan terjadinya stroke. 1.1.9.2 Penatalaksanaan Non Farmakologi (Arif Muttaqin, 2008). 1) Terapi antikoagulan Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan pada klien dengan riwayat ulkus, uremia dan kegagalan hepar. 2) Penytonin (dilantin) dapat di gunakan untuk mencegah kejang . 3) Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk menghancurkan trombotik dan embolik 4) Epsilon-aminocaproic acid (amicar) dapat digunakan untuk stabilkan bekuan di atas anurisma yang ruptur. 5) Calcium channel blocker (nimodipine) dapat di berikan untuk mengatasi vasospasme pembuluh darah 1.1.9.3 Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan: 1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu pernafasan. 2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi. 3) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung. 4) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.

5) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif. 1.1.9.4 Penatalaksanaan Farmakologi (Arif Muttaqin, 2008). 1)

Karotid

endarterektomi

untuk

mengangkat

plaque

atherosclerosis. 2)

Superior

temporal

arteri-middle

serebral

arteri

anastomisis dengan melalui daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran darah pada daerah yang di pengaruhi.

1.2 Kebutuhan Dasar Manusia Mobilisasi Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008). Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam. Immobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak, 2008). 1.3Manajemen Asuhan Keperawatan 1.3.1

Pengkajian Keperawatan 1.3.1.1 Aspek biologis 1) Usia. Faktor usia berpengaruh terhadap kemampuan melakukan aktifitas, terkait dengan kekuatan muskuloskeletal. Hal yang perlu

dikaji diantaranya adalah postur tubuh yang sesuai dengan tahap pekembangan individu. 2) Riwayat keperawatan. Hal yang perlu dikaji diantaranya adalah riwayat

adanya

gangguan

pada

sistem

muskuloskeletal,

ketergantungan terhadap orang lain dalam melakukan aktivitas, jenis latihan atau olahraga yang sering dilakukan klien dan lain-lain. 3) Pemeriksaan fisik, meliputi rentang gerak, kekuatan otot, sikap tubuh, dan dampak imobilisasi terhadap sistem tubuh.

1.3.1.2 Aspek psikologis Aspek psikologis yang perlu dikaji di antaranya adalah bagaimana respons psikologis klien terhadap masalah gangguan aktivitas yang dialaminya, mekanisme koping yang digunakan klien dalam menghadapi gangguan aktivitas dan lain-lain. 1.3.1.3 Aspek sosial cultural Pengkajian pada aspek sosial kultural ini dilakukan untuk mengidentifikasi dampak yang terjadi akibat gangguan aktifitas yang dialami klien terhadap kehidupan sosialnya, misalnya bagaimana pengaruhnya terhadap pekerjaan, peran diri baik dirumah, kantor maupun sosial dan lain-lain. 1.3.1.4 Aspek spiritual Hal yang perlu dikaji pada aspek ini adalah bagaimana keyakinan dan nilai yang dianut klien dengan kondisi kesehatan yang dialaminya

sekarang,

keputusasaannya?

seperti

apakah

klien

menunjukan

Bagaimana pelaksanaan ibadah klien dengan

keterbatasan kemampuan fisiknya? Dan lain-lain (Asmadi, 2008).

1.3.2 Diagnosis Keperawatan 1.3.2.1 Intoleransi aktivitas Batasan karakteristik

Faktor yang berhubungan

a.

Menyatakan merasa letih

a. Tirah baring

b.

Menyatakan merasa lemah

b. Kelemahan umum’

c.

Ketidaknyamanan setelah

c. Ketidakseimbangan suplai

beraktivitas d.

Respon tekanan darah

dan kebutuhan oksigen d. Imobilitas

abnormal terhadap aktivitas e.

Perubahan EKG yang mecerminkan iskemia

1.3.2.2 Gangguan mobilitas fisik Batasan karakteristik a. Kesulitan membolak balik posisi

Faktor yang berhubungan a. Intoleransi aktivitas b. Penurunan kekuatan otot

b. Penurunan waktu reaksi

c. Gangguan neuromuskuler

c. Keterbatasan

d. Penurunan ketahanan tubuh

kemampuan melakukan motorik halus dan kasar d. Dispnea setelah beraktivitas

1.3.2.3 Defisit perawatan diri

Batasan karakteristik

Faktor yang berhubungan

a. Ketidakmampuan mengakses kamar mandi b. Ketidakmampuan mendapatkan pakain

a. Penurunan motivasi b. Kendala lingkungan c. Gangguan neuromuscular d. Kelemahan umum

c. Ketidakmampuan mengambil makanan dan memasukkan ke mulut

1.3.3 Intervensi Keperawatan 1.3.3.1 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Kelemahan umum No

Diagnosa

Tujuan Keperawatan

Rencana Tindakan

( NOC )

(NIC )

Keperawatan Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Asuhan berhubungan

keperawatan selama 3 x 24

dengan Kelemahan

jam :

umum

Managemen Energi a. Tentukan penyebab keletihan: :nyeri, aktifitas, perawatan ,

a. Klien mampu mengidentifikasi aktifitas dan situasi yang menimbulkan kecemasan yang berkonstribusi pada intoleransi aktifitas.

pengobatan b. Evaluasi motivasi dan keinginan klien untuk meningkatkan aktifitas. c. Monitor respon

b. Klien mampu

kardiorespirasi

berpartisipasi dalam

terhadap aktifitas :

aktifitas fisik tanpa disertai

takikardi, disritmia,

peningkatan TD, N, RR

dispnea, diaforesis,

dan perubahan ECG

pucat.

c. Klien mengungkapkan

d. Monitor respon

secara verbal, pemahaman

terhadap pemberian

tentang kebutuhan

oksigen : nadi, irama

oksigen, pengobatan dan

jantung, frekuensi

atau alat yang dapat

Respirasi terhadap

meningkatkan toleransi

aktifitas perawatan

terhadap aktifitas.

diri

d. Klien mampu

e. Kaji pola istirahat

berpartisipasi dalam

klien dan adanya

perawatan diri tanpa

faktor yang

bantuan atau dengan

menyebabkan

bantuan minimal tanpa

kelelahan.

menunjukkan kelelahan

Terapi Aktivitas a. Bantu klien melakukan ambulasi yang dapat ditoleransi. b. Rencanakan jadwal antara aktifitas dan istirahat. c. Bantu dengan aktifitas fisik teratur :

misal: ambulasi, berubah posisi, perawatan personal, sesuai kebutuhan. d. Minimalkan anxietas dan stress, dan berikan istirahat yang adekuat e. Kolaborasi dengan medis untuk pemberian terapi, sesuai indikasi

2.3.3.2 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan : Kerusakan sensori persepsi. No

Diagnosa

Tujuan Keperawatan

Rencana Tindakan

( NOC )

(NIC )

Gangguan

Setelah dilakukan asuhan

Latihan untuk ambulasi

mobilitas fisik

keperawatan selama 4 x 24

berhubungan

jam klien menunjukkan:

Keperawatan

Ambulasi &

dengan : Kerusakan sensori persepsi.

a. Ajarkan teknik

a. Mampu mandiri total

perpindahan yang aman

b. Membutuhkan alat bantu

kepada klien dan

c. Membutuhkan bantuan

keluarga.

orang lain d. Penampilan posisi tubuh

b. Sediakan alat bantu untuk klien seperti

yang benar e. Pergerakan sendi dan otot f.

kruk, kursi roda, dan walker

Melakukan perpindahan/

c. Beri penguatan positif

ambulasi : miring kanan-

untuk berlatih mandiri

kiri, berjalan, kursi roda

dalam batasan yang aman. Latihan mobilisasi dengan kursi roda d. Ajarkan pada klien & keluarga tentang cara pemakaian kursi roda & cara berpindah dari kursi roda ke tempat tidur atau sebaliknya. e. Dorong klien melakukan latihan untuk memperkuat anggota tubuh f. Ajarkan pada klien/ keluarga tentang cara penggunaan kursi roda Perbaikan Posisi Tubuh yang Benar g. Ajarkan pada klien/ keluarga untuk mem perhatikan postur tubuh yg benar untuk

menghindari kelelahan, keram & cedera. h. Kolaborasi ke ahli terapi fisik untuk program latihan.

1.3.3.3 Defisit perawatan diri berhubungan dengan : Kerusakan neurovaskuler No Diagnosa

Tujuan Keperawatan

Rencana Tindakan

( NOC )

(NIC )

Defisit perawatan

Setelah dilakukan asuhan

Bantuan Perawatan Diri:

diri berhubungan

keperawatan selama 4x24

Mandi, higiene mulut,

dengan :Kerusakan

jam. Klien mampu :

penil/vulva, rambut, kulit

a. Melakukan ADL

a. Kaji kebersihan kulit, kuku,

Keperawatan

neurovaskuler mandiri : mandi,

rambut, gigi, mulut, perineal,

hygiene mulut ,kuku,

anus

penis/vulva, rambut,

b. Bantu klien untuk mandi,

berpakaian, toileting,

tawarkan pemakaian lotion,

makan-minum,

perawatan kuku, rambut, gigi

ambulasi

dan mulut, perineal dan anus,

b. Mandi sendiri atau dengan bantuan tanpa kecemasan c. Terbebas dari bau badan dan mempertahankan kulit

sesuai kondisi c. Anjurkan klien dan keluarga untuk melakukan oral hygiene sesudah makan dan bila perlu d. Kolaborasi dgn Tim Medis /

utuh d. Mempertahankan

dokter gigi bila ada lesi, iritasi, kekeringan mukosa

kebersihan area

mulut, dan gangguan

perineal dan anus

integritas kulit.

e. Berpakaian dan melepaskan pakaian sendiri f. Melakukan keramas, bersisir, bercukur, membersihkan kuku, berdandan g. Makan dan minum sendiri, meminta bantuan bila perlu h. Mengosongkan kandung kemih dan bowel

Bantuan perawatan diri : berpakaian a. Kaji dan dukung kemampuan klien untuk berpakaian sendiri b. Ganti pakaian klien setelah personal hygiene, dan pakaikan pada ektremitas yang sakit/ terbatas terlebih dahulu, Gunakan pakaian yang longgar c. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri sebelum melakukan aktivitas berpakaian sesuai indikasi Bantuan perawatan diri : Makan-minum a. Kaji kemampuan klien untuk makan : mengunyah dan menelan makanan b. Fasilitasi alat bantu yg mudah digunakan klien c. Dampingi dan dorong

keluarga untuk membantu klien saat makan Bantuan Perawatan Diri: Toileting a. Kaji kemampuan toileting: defisit sensorik (inkontinensia),kognitif(mena han untuk toileting), fisik (kelemahan fungsi/ aktivitas) b. Ciptakan lingkungan yang aman(tersedia pegangan dinding/ bel), nyaman dan jaga privasi selama toileting c. Sediakan alat bantu (pispot, urinal) di tempat yang mudah dijangkau b. - Ajarkan pada klien dan keluarga untuk melakukan toileting secara teratur

1.3.2

Implementasi Keperawatan Merupakan aplikasi dari intervensi yang telah ditetapkan pada tahap intervensi.

1.3.3

Evaluasi Keperawatan 1.3.4.1 S : Klien mengatakan kekakuan sendinya mulai berkurang 1.3.4.2 O : Klien tampak berusaha dan mulai bias untuk menggerakkan tubuhnya 1.3.4.3 A : Tujuan tercapai sebagian 1.3.4.4 P : Intervensi Dilanjutkan

BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Jadi, Stroke non hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008). Menurut Price, (2006) stroke non hemoragik (SNH) merupakan gangguan sirkulasi cerebri yang dapat timbul sekunder dari proses patologis pada pembuluh misalnya trombus, embolus atau penyakit vaskuler dasar seperti artero sklerosis dan arteritis yang mengganggu aliran darah cerebral sehingga suplai nutrisi dan oksigen ke otal menurun yang menyebabkan terjadinya infark. Dari beberapa pengertian stroke diatas, Penyusun menyimpulkan stroke non hemoragik adalah adalah gangguan cerebrovaskular yang disebabakan oleh sumbatnya pembuluh darah akibat penyakit tertentu seperti aterosklerosis, arteritis , trombus dan embolus.

3.2 Saran Saya menyadari bahwa Laporan dan Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan saya. Besar harapan saya kepada para pembaca untuk bisa memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih sempurna.

Related Documents

Lp Stroke Non Hemoragik.docx
November 2019 20
Stroke
November 2019 39
Stroke
December 2019 32

More Documents from ""