Lp Sc.docx

  • Uploaded by: hidayatul umroh
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Sc.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,595
  • Pages: 21
LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESARIA A. Defenisi Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim ( Mochtar, 1998 ). Sedangkan Wiknjosastro (2010), mengatakan bahwa Sectio caesaria (SC) adalah membuka perut dengan sayatan pada dinding perut dan uterus yang dilakukan secara vertical atau mediana, dari kulit sampai fasia (Wiknjosastro, 2010). Pendapat lain mengatakan bahwa SC adalah pembedahan untuk mengeluarkan anak dari rongga rahim dengan mengiris dinding perut dan dinding rahim (Angraini, 2008). SC adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut serta dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Harnawatiaj, 2008). Prawirohardjo (2005), berpendapat bahwa SC adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sectio Caesarea merupakan suatu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. B. Anatomi Fisiologi Menurut Syaifuddin ( 2009 : 312 ) , anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita : 1.

Genitalia eksterna Genitalia eksterna sering dinamakan vulva, yang artinya pembungkus atau penutup vulva terdiri dari :

a. Mons pubis

Merupakan bantalan jaringan lemak yang terletak di atas simpisis pubis b. Labia mayora Terdiri dari 2 buah lipatan kulit dengan jaringan lemak di bawah nya yang berlanjut ke bawah sebagai perluasan dari mons pubis dan menyatu menjadi perinium c. Labia minora Merupakan 2 buah lipatan tipis kulit yang terletak di sebelah dalam labia mayora, labia minora tidak memiliki lemak subkutan. d. Klitori Merupakan tonjolan kecil jaringan erektif yang terletak pada titik temu

labia

minora di sebelah anterior , sebagai salah satu zona erotik yang utama pada wanita. e. Vestibulum Adalah rongga yang di kelilingi oleh labia minora f.

Perinium Struktur ini membentang dari fourchette ( titik temu labia minora di sebelah posterioranus

2. Genitalia interna a.

Vagina Merupakan saluran fibromuskuler elastis yang membentang ke atas dan ke belakang dari vulva hingga uterus. Dinding anterior vagina memiliki panjang 7,5 cm dan dinding posteriornya 9 cm. Fungsi vagina :

- Lintasan bagi spermatozoa - Saluran keluar bagi janin dan produk pembuahan lainnya saat persalinan - Saluran keluar darah haid b. Uterus Berbentuk seperti buah advokat, sebesar telur ayam. Terdiri dari fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri. Korpus uteri merupakan bagian uterus terbesar dan sebagai tempat janin berkembang. Uterus terdiri dari : - Fundus uteri - Korpus uteri Fungsi uterus adalah : -

Menyediakan tempat yang sesuai bagi ovum yang suadah di buahi untuk menanamkan diri.

-

Jika korpus luteum tidak berdegenerasi, yaitu jika korpus luteum dipertahankan oleh kehamilan, maka estrogen akan terus di produksi sehingga kadar nya tetap berada di atas nilai ambang perdarahan haid dan amenorea merupakan salah satu tanda pertama untuk kehamilan.

-

Memberikan perlindungan dan nutrisi pada embrio atau janin sampai matur.

-

Mendorong keluar janin dan plasenta pada persalinan.

-

Mengendalikan perdarahan dari tempat perlekatan plasenta melalui kontraksi otot-otot.

c. Tuba fallopi Disebut juga dengan oviduct, saluran ini terdapat pada setiap sisi uterus dan membentang dari kornu uteri ke arah dinding lateral pelvis. d. Ovarium Merupakan kelenjar kelamin. Ada 2 buah ovarim yang masing-masing terdapat pada tiap sisi dan berada di dalam kavum abdomen di belakang ligamentum latum dekat ujung fibria tuba falopi.Fungsi ovarium adalah untuk produksi hormon dan ovulasi. C. Etiologi Manuaba (2002), indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut: a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion ) Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.

b. PEB (Pre-Eklamsi Berat) Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi. c. KPD (Ketuban Pecah Dini) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu. d. Bayi Kembar Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal. e. Faktor Hambatan Jalan Lahir Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas. f. Kelainan Letak Janin 1. Kelainan pada letak kepala a) Letak kepala tengadah

Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul. b) Presentasi muka Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %. c) Presentasi dahi Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala. 2. Letak Sungsang Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna (Saifuddin, 2002). D. Patofisiologi Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC). Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi aktivitas. Adanya

kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi. E. Manifestasi Klinis Persalinan dengan Sectio Caesaria , memerlukan perawatan yang lebih koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan post partum.Manifestasi klinis sectio caesarea menurut Doenges (2001),antara lain : a.

Nyeri akibat ada luka pembedahan

g. Biasanya terpasang kateter urinarius h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar i.

Pengaruh anestesi dapat menimbulkan mual dan muntah

j.

Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler

k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur l.

Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.

F. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo,2008 : a.

Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.

b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi c.

Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah

d. Urinalisis / kultur urine e.

Pemeriksaan elektrolit.

G. Penatalaksanaan Penatalakanaan yang diberikan pada pasien Post SC menurut (Prawirohardjo, 2007) diantaranya: 1. Penatalaksanaan secara medis a.

Analgesik diberikan setiap 3 – 4 jam atau bila diperlukan seperti Asam Mefenamat,

Ketorolak, Tramadol. b. Pemberian tranfusi darah bila terjadi perdarahan partum yang hebat. c.

Pemberian antibiotik seperti Cefotaxim, Ceftriaxon dan lain-lain. Walaupun pemberian

antibiotika sesudah Sectio Caesaria efektif dapat dipersoalkan, namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan. d. Pemberian cairan parenteral seperti Ringer Laktat dan NaCl. 2. Penatalaksanaan secara keperawatan a.

Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30 menit

pada 4 jam kemudian. b. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat

c.

Mobilisasi Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur

dengan dibantu paling sedikit 2 kali. Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan bantuan. d. Pemulangan Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima setelah operasi. H. Kompliksi Kemungkinan komplikasi dilakukannya pembedahan SC menurut Wiknjosastro (2002) : 1.

Infeksi puerperal Komplikasi yang bersifat ringan seperti kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas yang bersifat berat seperti peritonitis, sepsis.

2. Perdarahan Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri. 3. Komplikasi lain seperti luka kandung kemih, kurang kuatnya jaringan parut pada dinding uterus sehingga bisa terjadi ruptur uteri pada kehamilan berikutnya.

Asuhan Keperawatan Teoritis A. Pengkajian Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pusat, abrupsio plasenta dan plasenta previa. 1.

Identitas atau biodata klien Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.

2. Keluhan utama Biasanya klien mengeluh sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak. 3.

Riwayat kesehatan a) Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus. b) Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-tanda persalinan. c) Riwayat kesehatan keluarga:

Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada klien. 4. Pola-pola fungsi kesehatan a) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya b) Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari keinginan untuk menyusui bayinya. c) Pola aktifitas Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri. d) Pola eleminasi Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk melakukan BAB. e) Istirahat dan tidur

Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan f) Pola hubungan dan peran Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain. g) Pola penagulangan stres Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas h) Pola sensori dan kognitif Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat bayinya i) Pola persepsi dan konsep diri Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri j) Pola reproduksi dan sosial Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. 5. Pemeriksaan fisik a) Kepala Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

b) Leher Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid, karena adanya proses menerang yang salah c) Mata Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing d) Telinga Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga. e) Hidung Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-kadang ditemukan pernapasan cuping hidung f) Dada Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila mamae g) Abdomen Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat. h) Genitalia Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.

i) Anus Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptu j) Ekstermitas Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal. k) Tanda-tanda vital Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun. B. Keperawatan Dengan SC Diagnosa yang mungkin muncul menurut ( doengoes marylin, 2001 ): 1. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC 2. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC. 3. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan/ luka post op 4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi penyakit 5. Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan tekanan darah 6. Konstipasi berhubungan dengan ketidakmampuan eleminasi 7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kondisi diri menurun 8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri atau ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran melelahkan.

C. ntervensi Keperawatan

No Diagnosa 1 Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC    





 

NOC Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama  3x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan indicator: Pain Level, Pain control,  Comfort level Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi  untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)  Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan  menggunakan manajemen nyeri Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,  frekuensi dan tanda nyeri) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Tanda vital dalam rentang normal  

      

NIC Pain Management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Kurangi faktor presipitasi nyeri Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi Ajarkan tentang teknik non farmakologi Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Evaluasi keefektifan kontrol nyeri Tingkatkan istirahat Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil Monitor penerimaan pasien

tentang manajemen nyeri    

     

2

Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan trauma pembedahan post op SC.     

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan  indicator: Pain Level, Pain control, Comfort level  Klien tampak rileks Klien terlihat istirahat 



Analgesic Administration Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping) Tentukan karakteristik dan lokasi ketidaaknyamanan. Perhatikan isyarat verbal dan non verbal seperti meringis, kaku dan gerakan melindungi atau terbatas. Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab ketidaknyamanan dan intervensi yg tepat Evaluasi tekanan darah (TD) dan nadi: perhatikan perubahan prilaku (bedakan antara kegelisahan karena kehilangan darah berlebihan dan arena nyeri) Perhatikan nyeri tekan uterus

3

Risiko infeksi b.d tindakan invasif, paparan lingkungan patogen

    

dan adanya/ karakteristik nyeri penyerta: perhatikan infuse oksitosin pasca operasi.  Ubah posisi klien, kurangi rangsangan yang berbahaya, dan berikan gosokan punggung. Anjurkan penggunaan teknik pernapasan dan relaksasi dan distraksi. Seperti dipelajari pada kelas melahirkan anak anjurkan keberadaan dan partisipasi pasangan bila tepat.  Lakukan latihan nafas dalam dan batuk dengan menggunakan prosedurprosedur pembebatan dengan tepat, 30 menit setelah pemberian analgesic Kolaborasi  Berikan analgesic setiap 3-4 jam, berlanjut dari rute IV / intramuslular sampai ke rute oral.  Berikan obat pada klien yang menyusui 48-60 menit sebelum menyusui.  Tinjau ulang / pantau penggunan analgesia yang dikontrol pasien (PCA) sesuai indikasi. Setelah dilakuakan Infection Control (Kontrol asuhan keperawatan infeksi) selama 3x24 jam  Bersihkan lingkungan setelah diharapkan resiko infeksi dipakai pasien lain terkontrol dengan  Pertahankan teknik isolasi indicator:  Batasi pengunjung bila perlu Immune Status  Instruksikan pada pengunjung Knowledge : Infection untuk mencuci tangan saat control berkunjung dan setelah Risk control berkunjung meninggalkan Klien bebas dari tanda dan pasien gejala infeksi  Gunakan sabun antimikrobia Mendeskripsikan proses untuk cuci tangan penularan penyakit,  Cuci tangan setiap sebelum factor yang dan sesudah tindakan mempengaruhi penularan kperawtan serta  Gunakan baju, sarung tangan penatalaksanaannya, sebagai alat pelindung

 Menunjukkan kemampuan  untuk mencegah timbulnya infeksiJumlah leukosit dalam batas  normal  Menunjukkan perilaku hidup sehat                    

4

Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber

  Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing Tingktkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik bila perlu Infection Protection (Proteksi Terhadap Infeksi) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal Monitor hitung granulosit, WBC Monitor kerentanan terhadap infeksi Batasi pengunjung Saring pengunjung terhadap penyakit menular Partahankan teknik aspesis pada pasien yang beresiko Pertahankan teknik isolasi k/p Berikan perawatan kuliat pada area epidema Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase Ispeksi kondisi luka / insisi bedah Dorong masukkan nutrisi yang cukup Dorong masukan cairan Dorong istirahat Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi Ajarkan cara menghindari infeksi Laporkan kecurigaan infeksi Laporkan kultur positif Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar. Bantu klien / pasangan dalam

informasi penyakit

tingkat pengetahuan meningkat dengan indicator :  Knowledge increase  Mampu menjelaskan patologi penyakit









5

Resiko terjadinya cidera berhubungan dengan vasospasme dan peningkatan tekanan darah



Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan menurunkan faktorfaktor resiko dan perlindungan diri dengan indicator : klien bebas dari  komplikasi



 

mengidentifikasi kebutuhankebutuhan Berikan rencana penyuluhan tertulis dengan menggunakan format yang standarisasi atau ceklis,dokumentasi informasi yang diberikan dan respon klien. Berikan informasi yang berhubungan dengan perubahan fisiologis dan psikologis yang normal berkenaan dengan kelahiran sesar dan kebutuhan berkenaan dengan periode pascapartum Diskusikan rencana-rencana untuk penatalaksanaan dirumah : membantu pekerjaan rumah, susunan fisik rumah,pengaturan tidur bayi. Berikan atau kuatkan informasi yang berhubungan dengan pemeriksaan pascapartum lanjutan. Tinjau ulang catan prenatal dan intra partal terhadap faktor-faktor yang mempredisposisikan klien pada komplikasi.catat kadar HB dan kehilangan darah operatif. Pantau TD,nadi,dan suhu.catat kulit dingin, basah: nadi lemah dan halus : perubahan prilaku : pelambatan pengisian kapiler : atau sianosis. Inspeksi balutan terhadap pendarahan berlebihan. Catat tanggal drainase pada balutan beritahu dokter bila rembesan berlanjut Perhatikan karakter dan jumlah aliran lokhea dan konsistgensi fundus. Pantau masukan cairan dan haluaran urin perhatikan penampilan warna, konsistensi dan berat jenis urin.



6

Konstipasi berhubungan dengan ketidakmampuan ealeminasi  

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan eleminasi klien lancar dengan indicator :  Bising usus kembali normal  Pola komunikasi kembali normal

 

 

Anjurkan latihan kaki/pergelangan kaki dan ambulasi dini. Auskultasi terhadap adanya bising usus pada keempat kuadran setiap 4 jam setelah kelahiran sesarea Palpasi abdomen, perhatikan distensi atau ketidaknyamanan Anjurkan cairan oral yang adekuat bila masukan oral sudah mulai kembali. Anjurkan peningkatan diet makanan kasar dan buahbuahan dan sayuran dan bijinya. Anjurkan latihan kaki dan pengencangan abdominal, tingkatkan ambulasi dini Identifikasi aktifitas-aktifitas dimana klien dapat menggunakannnya dirumah untuk merangsang kerja usus. KolaborasiBerikan analgesic 30 menit sebelum ambulasi Beikan pelunak feses atau katartik ringan.

DAFTAR PUSTAKA Bobak, L.J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 (Terjemahan). Jakarta: EGC. Carpenito, 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 21. Alih Bahasa : Yasmin Asih, S.Kp. Jakarta : EGC Cunningham, G.R. 2006. Obstetri Williams, Edisi 21, Alih Bahasa : Andry Hartono dan Joko Suyono. Jakarta: EGC. Doengoes, M.E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih Bahasa I Made Kariasi, S.Kp. Ni Made Sumawarti, S.Kp. Jakarta: EGC. Hutahaean, S. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi. Jakarta: Trans Info Media. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika. NANDA. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa Budi Santoso. Jakarta: Prima Medika. Oxorn H dan Forte W.R. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan. Editor Dr. Mohammad Hakimi, Ph.D. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika (YEM). Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Editor Prof. dr. Hanifa Wiknjosastro, SpOG. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Saifuddin. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Editor, Gulardi Hanifa Winknjosastro, Biran Affandi, Djoko Waspodo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Yongki, Mohamad Juda, Rodiyah dan Sudarti. 2010. Asuhan Pertumbuhan Kehamilan Persalinan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Muha Medika.

Related Documents

Lp
August 2019 105
Lp
November 2019 101
Lp
May 2020 74
Lp
October 2019 102
Lp
October 2019 96
Lp Pneumoia.docx
December 2019 0

More Documents from "imam masrukin"