Lp Rpk 2010.docx

  • Uploaded by: Muhammad MaghfuRi
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Rpk 2010.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,929
  • Pages: 37
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA PERILAKU KEKERASAN DI RUANG RIPD RSJ Dr. Amino Gondohutomo Semarang Di Susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa

Baca juga askep kusta

Di Susun oleh : 1. 2. 3. 4.

Ahmad Muarif Fitri Wulansari Ratna Sekar Sari Tutut

5. Ulil Absor Al- Jazuli

( 1205004 ) ( 1105034 ) ( 1205065 ) ( 1205092 ) ( 1205080 )

AKADEMI KEPERAWATAN WIDYA HUSADA SEMARANG TAHUN 2015

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat , taufiq dan hidayah-Nya kepada kita semua , sehingga dalam kesempatan ini kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul: Asuhan Keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan Maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan jiwa.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna dan tidak lepas dari kekurangan , karena kurangnya pengetahuan dan referensi yang kami dapatkan, sehingga kami me merlukan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya . Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pengetahuan bag i para pembaca umumnya dan penyusun khususnya .

Semarang,

Maret 2015 Penyusun

Artikel terkait: BACA JUGA CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKOM 2017 TERBARU KUMPULAN JURNAL KEPERAWATAN terbaru 2017

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB II TINJAUAN TEORI A. PROSES TERJADINYA MASALAH b. Tanda dan gejala c. Etiologi d. Asuhan Keperawatan 2. Pohon Masalah 3. Diagnosa Keperawatan 4. Tindakan keperawatan A. Evaluasi BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian 1. Identitas 2. Alasan Masuk

3. Faktor Predisposisi 4. Pemeriksaan fisik 5. Psikososial 6. Status Mental 7. Mekanisme Koping 8. Aspek Medis 9. Daftar Masalah Dan Pohon Masalah A. Diagnosa Keperawatan B. Prioritas Keperawatan C. Intervensi D. Implementasi E. Catatan Perkembangan BAB IV PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku kekerassan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrem dari marah atau ketakutan/panik. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai rentang dimana agresiv verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) disisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah. Hal ini kan mempengaruhi perilaku seseorang berdasarkan keadaan emosi secara mendalam tersebut terkadang perillaku menjadi agresif atau melukai karena penggunaan koping yang kurang bagus (Wati, 2010). Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang di ekspresikan dengan melakukan ancaman mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor.Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.Melihat dampak dari kerugian yang di timbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu di lakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga professional (Keliat, Model praktik keperawatan profesional jiwa, 2012).

Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai orang lain atau secara fisik maupun psikologis ( Berkowitz dalam Hernawati 1993. Hasil riset WHO dan World Bank menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 %, saat ini gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penyakit infeksi dengan 11,5 % (Dayly lost (1998) dalam Rasmun,2001). WHO menyatakan satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental atau jiwa.Who memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan kesehatan jiwa. Dalam hal ini, Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes) mengatakan angka itu menunjukan jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas, setress, depresi, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja, sampai skizofrenia (Yosep, 2007). Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku kekerasan secara verbal dan fisik ( Ketner et al., 1995 dalam Keliat, Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas, 2012). Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga profesional. . Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa individu yang sakit jiwa adalah aib dan memalukan, tidak bermoral bahkan tidak beriman.Pada umumnya pasien gangguan jiwa di bawa keluarga ke rumah sakit jiwa atau unit pelayanan kesehatan jiwa lainnya karena keluarga tidak mampu merawat dan terganggu perilaku pasien. Masalah tindakan kekerasan perilaku agresi merupakan kejadian kompleks yang bukan hanya mencakup aspaek perilaku (behavior) tapi merupakan suatu problema kesehatan jiwa yang dapat dialami oleh siapapun. Fenomena social yang terjadi beberapa tahun belakangan ini seperti krisis berkepanjangan, adakan penduduk yang tidak merata karena sulitnya mencari kehidupan layak sehingga penduduk melakukan migrasi (urbanisasi) ke wilayah yang lebih menjanjikan pendapatan layak secara ekonomi seperti di negara Indonesia banyak terjadi PHK, antara lapangan pekerjaan yang sedikit . Berdasarkan latar belakang di atas mengenai gangguan kesehatan jiwa yang salah satunya merupakan perilaku kekerasan maka penulis tertarik untuk menulis makalah dengan judul asuhan keperawatan dengan perilaku kekerasan, guna membantu klien dan keluarga dalam menangani masalah kesehatan yang di hadapi melalui penerapan asuhan keperawatan jiwa. B. Tujuan 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu mengetahui konsep teori dan memberikanAsuhan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan pada pasien dengan perilaku kekerasan.

2. a. b. c. d.

Tujuan khusus Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan pengertian perilaku kekerasan Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi dari Perilaku Kekerasan Mahasiswa mampu mengetahui Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan Mahasiswa mampu memberikan Asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan meliputi pengkajian, pohon masalah, diagnosa keperawatan serta tindakan keperawatan

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PROSES TERJADINYA MASALAH a. Pengertian Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang dimana melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Wati, 2010). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi ini, perilaku kekerasan dapat di lakukan secara verbal di arahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu perilaku kekrasan saat sedang berlangsung atau perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).(Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas, 2012) Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi oleh seseorang yang di tunjukan dengan perilaku actual melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Menurut Berkowizt dalam buku Yosep 2011). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang individu mengalami perilaku yang dapat melukai secara fisik baik terhadap diri sendiri atau orang lain ( Menurut Towsend dalam buku Yosep 2011). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perilaku yang dapat membahayakan di klien sendiri, lingkungan termasuk orang lain dan barang-barang (Menurut Maramis dalam buku Yosep 2011).

Baca juga askep anak dengan diare b. Tanda dan gejala Data subyektif : 1. mengatakan mudah kesal dan jengkel , 2. merasa semua barang tidak ada harganya sehingga dibanting-banting. ( keliat, proses keperawatan kesehatan jiwa, 1998 ) Data obyektif : 1. Muka merah dan tegang 2. Pandangan tajam 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Mengatupkan rahang dengan kuat Menegepalkan tangan Jalan mondar-mandir Bicara kasar Suara tinggi, menjerit atau berteriak Mengancam secara verbal atau fisik

9. Melempar atau memukul benda/ orang lain 10. Merusak barang atau benda 11. Tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan (Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas, 2012). Menurut Fitria (2009) tanda dan gejala perilaku kekerasan diantaranya adalah : 1. Fisik : mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang serta postur tubuh kaku. 2. Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, bicara dengan nada keras, kasar dan ketus. 3. Perilaku : menyerang orang lain, melukai diri sendiri, atau orang lain, merusak lingkungan, amuk atau agresif. 4. Emosi : tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut. 5. Intelektual : mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme. 6. Spiritual : merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreatifitas terhambat.

7. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran. 8. Perhatian : bolos, melarikan diri dan melakukan penyimpangan seksual. Menurut Direja (2011) tanda dan gejala pada pasien data yang perlu dikaji adalah : masalah keperawatan Perilaku kekerasan

data yang perlu dikaji Subjektif 1. Klien mengancam. 2. Klien mengumpat dengan kata-kata kotor. 3. Klien mengatakan dendam dan jengkel. 4. Klien mengatakan ingin berkelahi. 5. Klien menyalahkan dan menuntut. 6. Klien meremehkan. Objektif 1. Mata melotot/pandangan tajam. 2. Tangan mengepal. 3. 4. 5. 6.

c.

Rahang mengatup. Wajah memerah dan tegang. Postur tubuh kaku. Suara keras.

Etiologi

1. Faktor predisposisi a) Teori biologi Beardasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus ternyata menimbulkan prilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbic (untuk emosi dan perilaku) lobus frontal (untuk pemikiran rasional), lobius temporal (untuk interprestasi indra penciuman dan memori) akan menimbulakn mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada disekitarnya. 1) Neurologic faktor, beragam komponen dari sistem saraf seperti synap, neurotransmitter, dendrit, axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau menghambat rangsangan dan pesan-pesan yamg akan mempengaruhi sifat agresif. Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respons agresif. 2) Genetic faktor, adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia terdapat dormant (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh faktor eksternal.

Menurut penelitian genetik tipe karkotype XYY, pada umumnya dimiliki oleh penghuni pelaku tindak kriminal serta orang-orang yang tersangkut hukum akibat perilaku agresif. 3) Cyrcardian Rhytm (irama sirkardian tubuh), memegang peranan pada individu. Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia menghalangi peningkatan cortisol terutama pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang berakhirnya pkerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah terstimulasi untul bersikap agresif. 4) Biochemistry faktor (Faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmiter di otak (epinephrin, norepinephrin, dopamin, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya stimulus dari luar tubuh yang di anggap mengancam atau membahayakan akan dihantar melalui implus neurotransmitter ke otak dan meresponnya melalui serabut efferent. Peningkatan hormon androgen dan norephinephrin serta penurunan serotonin dan GABA pada cairan cerebospinal vertebra dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya perilaku agresif. 5) Brain Area dirsorder, gangguan pada sistem imbik dan lobus temporal, sindrom otak organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilesi ditemukan sangat berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan. b) Faktor psikologis 1) Teori Psikoanalisa Agresif dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh kembang seseorang (life span hystori).Teori ini menjelaskan bahwa adanya ketidakpusan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapatkan kasih sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cendurung mengembangkan sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai kompesasi adanya ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah.Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaanya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan. 2) Imitation, modeling, and information processing theory: Menurut teori ini perilaku kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang menolelir kekerasan.Adanya contoh, model dan perilaku yang ditiru dari madia atau lingkungan sekitar memungkinkan individu meniru perilaku tersebut. Dalam suatu penelitian beberapa anak dikumpulkan untuk menonton tayangan pamukulan pada boneka dengan raward positif (makin keras pukulanya akan diberi coklat), anak lain menonton tayangan cara mengasihii dan mencium boneka tersebut dengan reward positif pula (makin baik belainya mendapat hadiah coklat). Setelah anak-anak keluar dan diberi boneka ternyata masing-masing anak berperilaku sesuai dengan tontonan yang pernah dialaminya. 3) Learning Theory

Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap lingkungan terdekatnya.Ia mengamati bagaimana respon ayah saat menerima kekecewaan dan mengamati bagaimana respons ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa dengan agresifitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan. (Yosep, 2011) Menurut Farida (2010)faktor predisposisi berdasarkan faktor psikologis perilaku kekerasan meliputi : 1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan untuk maengalami hambatan 2) 3) 4) c)

akan timbul dorongan agresif yang memotivasi PK. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak menyanangkan. Frustasi Kekerasan dalam rumah atau keluarga. Factor sosial budaya. Dalam budaya tertentu seperti rebutan berkah, rebutan uang receh, sesaji atau kotoran kerbau di keraton, serta ritual-ritual yang cenderung mengarah pada kemusyrikan secara tidak langsung turut memupuk sikap agresif dan ingin menang sendiri.Kontrol masyarakat yang rendah dan kecenderungan menerima merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan. Hal ini dipicu dengan maraknya demontrasi,film-film kekerasan, mistik tahayul dan perdukunan (santet, teluh) dalam tayangan televisi (Yosep, 2011). Seseorang akan berespon terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respons yang dipelajari. Sesuai dengan teori menurut bandura bahwa agresi tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Factor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan potdapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.(Wati, 2010).

c) Aspek Religiusitas Dalam tinjauan religiusitas, kemarahan dan agresifitas merupakan dorongan dan bisikan syetan yang menyukai kerusakan agar menusia menyesal (devil support). Semua bentuk kekerasan adalah bisikan syetan yang dituruti masunia sebagai bentuk kompensasi bahwa kebutuhan dirinya terancam dan segera dipenuhi tetapi tanpa melibatkan akal (ego) dan norma agama (super ego) (Yosep, 2011). 2. Faktor presipitasi

a) b) c) d) e)

Menurut Yosep (2011) Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan: Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi. kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuati dalam keluarga serta tidak membisakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik. ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa. adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak

mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi. f) kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga. Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa reancam, baik berupa imjury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa factor pencetus injury perilkau kekerassan adalah sebagai berikut(Wati, 2010) : a) Klien: kelemahan fisik, keputasasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan. b) Interaksi: penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, mersa terancam baik internal dari permasalan diri klien sendiri maupun eksternal dari lingkungan. c) Lingkungan:

panas,

padat,

dan

bising.

Baca juga askep dengan gangguan pencernaan

d. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang di hadapi oleh seseorang.Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.Melihat dampak dari kerugian yang di timbulkan, penanganan pasien perilaku kekerasan perlu di lakukan secara tepat dan cepat oleh tenaga yang professional(Wati, 2010). Kaji Faktor predisposisi dan presipitasi, serta kondisi klien sekarang. Kaji riwayat keluarga dan masalah yang dihadapi klien. Jelaskan tanda dan geala klien pada tahap marah, krisis atau perilaku kekerasan, dan kemungkinan bunuh diri.Muka merah, tergang, pandangan mata tajam, mondar mandir, memukul, memaksa, irritable, sensitive dan agresif.

Fokus pengkajian pada pasien dengan perilaku kekerasan meliputi : 1) Pengumpulan data Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan psiritual. a) Aspek biologis Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, taki kardi, muka merah, pupil menebal, pengeluaran urine meningkat. Paad gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatuk tangan di kepel, tubuh kaku dan reflek cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang di keluarkan saat marah bertambah. b) Aspek emosional Individu yang marah karena tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, ngamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut. c) Aspek intelektual Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran pasca indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya di olah dalam proses intelaktual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara pasien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan bagai mana informasi di proses, di klarifikasi dan di integrasikan. d) Aspek sosial Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep, rasa percaya, dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien sering kali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku orang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan. e) Aspek spiritual Kepercayaan nilai moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang di manifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat dilukiskan sebagai berikut; aspek fisik terdiri dari muka merah, pandangan tajam, napas pendek, dan cepat, berkeringat sakit fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi: tidak adekuat, tidak aman, debdam, jengkel. Aspek intelektual : mendominasi bawel , sarkasme, berdebat, meremehkan. Aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.

Perawat perlu memahami dan membedakan berbagai perilaku yang ditampilkan klien. Hal ini dapat di analisa dariperbandingan berikut(Yosep, 2011) : Aspek

Pasif

Asertif

Agresif

Isi pembicaraan

Negatif merendahkan diri misalnya : “bisakah saya melakukan hal itu ? bisakah anda melakukannya ?”.

Positif menawarkan diri misalnya : “saya mampu, saya bisa, anda boleh, anda dapat”.

Menyombongkan diri, merendahkan orang lain, misalnya : “kamu pasti tidak bisa, kamu selalu melanggar, kamu tidak pernah menurut, kamu tidak akan pernah bisa”.

Tekanan suara

Lambat. Mengeluh

Sedang

Keras ngotot

Posisi badan

Menunduhkan kepala

Tegap dan santai

Kaku condong kedepan

Jarak

Menjaga jarak dengan Mempertahankan sikap mengabaikan jarak yang nyaman

Siap dengan jarak akan menyerang orang lain

Penampilan

Loyo tidak tenang

dapat Sikap tenang

Mengancam, posisi menyerang

Kontak mata

Sedikit/sama tidak

sekali Mempertahankan Mata meletot dan kontak mata sesuai dipertahankan dengan hubungan

Format pengkajian pada pasien risiko perilaku kekerasan Berikan tanda centang pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien Pelaku/ usia

korban/usia

1. Aniaya fisik 2. Aniaya seksual [ ] [ ] [ ] 3. Penolakan

saksi/usia [ ][ ] [ [ ][ ]

]

[ ][ ] [ ]

[ ] [ ]

[ ][ ]

[ ][ ]

[

]

4. Kekerasan dalam keluarga [ ][ ] 5. Tindakan criminal [ ][ ] 6. Aktivitas motoric [ ] lesu [ ] tegang [ ] gelisah [ ] agitasi [ ] tik [ ] grimasen [ ] tremor [ ] kompulsif 7. Interaksi selama wawancara [ ] bermusuhan [ ] kontak mata kurang [ ] tidak kooperatif [ ] defensif [ ] mudah tersinggung [ ] curiga

[ ][ ] [ ][ ]

[ ][ ] [ ][ ]

Baca juga contok kti dengan CKS (cidera kepala sedang)

2. Pohon Masalah Stuart dan Sundeen (1997) dalam buku Iyus Yosep, 20111 mengidentifikasikan pohon masalah perilaku kekerasan sebagai berikut : Koping keluarga tidak efektif Inefektif proses terapi Berduka disfungsional Isolasi sosial Gangguan harga diri kronis Perubahan persepsi sensori halusinasi Perilaku kekerasan Risiko tinggi mencederai orang lain

3. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan di tetapkan sesuai dengan data yang di dapat. Diagnose keperawatan risiko perilaku kekerasan di rumuskan jika pasien saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan, tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan danbelum mempunyi kemampuan menecegah/mengendalikan perilaku kekerasan tersebut. Diagnose keperawatan yang biasa muncul pada pasien dengan perilaku kekerasan, Menurut(Wati, 2010)Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan 1. Resiko cedera 2. Perubahan sensori dan persepsi: halusinasi 3. Koping individu inefektif

4. Tindakan keperawatan Setelah menegakan diagnosa keperawatan perawat melakukan beberapa tindakan keperawatan, baik pada pasien maupun keluarganya.  Tindakan keperawatan pada pasien  Tujuan keperawatan 1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan 2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan 3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah di lakukannya 4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang di lakukannya 5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan 6) Pasien dapat mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, social dan dengan terapi psikofarmaka  Tindakan keperawatan 1) Mengucapkan salam terapeutik Dalam membina hubungan saling percaya pasien harus merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam rangka membina hubungan saling percaya adalah : a) Mengucapkan salam terapeutik b) Berjabat tangan c) Menjelaskan tujuan interaksi d) Membuat kontrak topic, waktu, dan tempat setiap kali ketemu pasien 2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan sekarang dan yang lalu

3) Diskusikan perasaan, tanda, dan gejala yang di rasakan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara social d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekeraan secara spiritual e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual 4) Diskusikan bersama pasien tentang perilaku kekerasan yang biasa di lakukan pada saat marah : a) Verbal b) c) d) 5) 6) a) b) c) d) 7) a) b) 8) a) b) 9) a) b)

Terhadap orang lain Terhadap diri sendiri Terhadap lingkungan Diskusikan bersama pasien akibat perilaku kekerasan yang ia lakukan Diskusikan bersama pasien cara mengendalikan perilaku kekerasan yaitu dengan cara berikut : Fisik : pukul Kasur/ bantal, Tarik napas dalam Obat Social / verbal : menyatakan secar aserif rasa marahnya Spiritual : beribadah sesuai keyakinan pasien Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik : Latihan napas dalam dan pukul/ bantal Susun jadwal latihan dalam dan pukul Kasur/ bantal Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara social/ verbal : Bantu mengungkapkan rasa marah secara verbal : menolak dan meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal Bantu pasien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual : Bantu pasien mengendalikan marah secara spiritual : kegiatan ibadah yang biasa di lakukan Buat jadwal latihan ibadah dan berdoa

10) Bantu pasien mengendalikan perilaku kekerasan degngan patuh minum obat : a) Bantu pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama pasien, benar nama obat, benar cara pemberian, benear dosis, dan benar obat) di sertai penjelasan mengenai keguanaan obat dan akibat berhenti b) Susun jadwal minum obat secara tertr 11) Ikut sertakan pasien dalam TAK stimulasi persepsi untuk mengendalikan perilaku kekerasan. (Keliat, Keperawatan kesehatan jiwa komunitas, 2012)  Tindakan keperawatan pada keluarga

  1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)

Tujuan keperawatan Keluarga dapat merawat pasien dirumah. Tindakan keperawatan Diskusikan maslah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien Diskusikan bersama keluarga tentan perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gejala, perilaku yang muncul, dan akibat dari perilaku tersebut) Diskusikan bersama keluarga tentang kondisi pasien yang perlu segera dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain. Bantu latihan keluarga dalam merawat pasien perilaku kekerasan. Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah diajarkan oleh perawat. Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien jika pasien dapat melakukan kegiatan tersebut secara tepat. Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan jika pasien menunjukan gejalagejala perilaku kekerasan Buat perencanaan bersama keluarga. (Keliat, Model praktik keperawatan profesional jiwa, 2012)

A. Evaluasi Evaluasi terhadap kemampuan pasien dan keluarga dan kemampuan perawat.Berikut merupakan table evaluasi pada pasien dengan perilaku kekerasan (Keliat, Model praktik keperawatan profesional jiwa, 2012).

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Tanggal pengkajian

: 10 Maret 2015

Tanggal masuk

: 5 Maret 2015

No. CM

: 10.30.84

Ruang Rawat

: RIPD

1. Identitas a.

Klien Nama

: Tn. R

Umur

: 23 tahun

Jenis kelamin

: laki-laki

Status Perkawinan

: Belum kawin

Agama

: Islam

Pekerjaan

: -

Pendidikan Alamat

: SMA : Semarang

b. Penanggung jawab Nama

: Tn. M

Umur

: 49 tahun

Pendidikan Pekerjaan

: SLTA : swasta

Hub. dengan klien: Paman Alamat

: Semarang

2. Alasan Masuk Keluarga mengatakan, klien 10 hari pasien mulai diam, bicara kacau, susah tidur, mandi harus di suruh, ± 1 hari membentur badannya ke tembok, mengancam bapaknya dan membentak. Kemudian oleh keluarga di bawa ke UGD RSJD dr. Amino Gondho Hutomo dan di rawat diruang RIPD . 3. Faktor Predisposisi Klien rawat inap pertama kali di RSJD Dr Amino Gondohutomo Semarang. ± 10 hari pasien mulai diam, bicara kacau, susah tidur, mandi harus di suruh, ± 1 hari membentur badannya ke tembok, mengancam bapaknya dan membentak. Keluarga pasien mengatakan dulu pasien adalah seorang pemabuk. Keluarga pasien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. 4. Pemeriksaan fisik

a.

b.

Tanda – tanda vital TD

: 110/70 mmHg

Suhu

: 36,5 ºC

Nadi

: 80 x/menit

RR

: 18 x/menit

: 50 kg

Tinggi badan : 159 cm

Antropometri Berat badan

c.

Keluhan fisik

: tidak ada keluhan

5. Psikososial a.

Genogram

Keterangan : = Laki-laki = perempuan = tinggal serumah = klien = orang terdekat

Arikel terkait: Jurnal askep anak dengan diare

Dalam keluarga tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti klien, klien tinggal serumah dengan kedua orang tua dan seorang adik perempuannya, hubungan dengan anggota keluarga baik, komunikasi terbuka, jika ada masalah pengambil keputusan adalah ayah klien sebagai kepala rumah tangga. b. 1)

Konsep Diri Citra Diri Klien merasa puas dengan anggota tubuhnya yang normal, terutama bentuk tubuh.

2)

Identitas Diri Klien Mengatakan dia seorang perempuan berusia 23 tahun, belum menikah, belum memiliki pekerjaan tetap.

3)

Peran Diri Klien aktif dalam mengikuti kegiatan kemasyarakatan seperti gotong royong dan pemuda.

4)

Ideal Diri Klien mengatakan menerima statusnya sebagai seorang anak, dan ingin cepat pulang dan bebas biar bisa bekerja dan menjadi orang sukses.

5)

Harga Diri Klien mengatakan hubungan yang paling dekat, di sayang dan dapat di percaya adalah ibunya.

Masalah Keperawatan : koping individu tidak efektive c.

Hubungan Sosial

a)

Orang yang terdekat Klien mengatakan mengatakan mempunyai orang yang berarti yaitu ibunya, apabila ada masalah klien memilih diam diri dan memendamnya. Didalam keluarganya ibu adalah orang yang dipercaya oleh klien. b) Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat Keluarga klien mengatakan dalam masyarakat klien mengikuti kegiatan gotong royong,, pemuda. c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Keluarga klien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, setelah di rumah sakit hubungan klien dengan klien yang satu tidak ada masalah.

d.

Spiritual Klien beragama islam, Klien saat di rumah sakit tidak rutin beribadah.

6. Status Mental a.

Penampilan Klien

Kebersihan dan kerapian cukup terawat, kebersihan kulit terjaga, gigi dan mulut tampak bersih. b.

Pembicaraan Kontak mata klien tidak bisa dipertahankan,mata melotot, bicara kacau, klien berbicara berbelit-belit tetapi dapat menjawab pertanyaan perawat.

c.

Aktivitas Motorik Klien gelisah, tidak bisa tenang, klien suka mondar-mandir, dan tangan mengepal.

d.

Alam Perasaan Alam perasaan klien sesuai dengan keadaan.

e.

Afek Emosi klien terlihat labil

f.

Interaksi Selama Wawancara Kontak mata tidak dapat dipertahankan, tatapan mata tajam, suara keras, muka memerah dan tangan mengepal.

g.

Persepsi Sampai saat dikaji klien mengatakan tidak mendengarkan suara-suara.

h.

Proses Pikir Klien berbicara berbelit-belit tetapi dapat menjawab pertanyaan perawat ( Sirkumstansial ).

i.

Tingkat kesadaran Klien tampak bingung, orientasi terhadap orang, waktu dan tempat sesuai.

j.

Memori Klien ingat yang membawanya ke RSJ, klien masih ingat siapa saja saudaranya.

k.

Tingkat Konsentrasi dan berhitung Klien dapat berhitung sederhana 5+5=10, 2x5=10

l.

Kemampuan penilaian

Klien dapat mengambil keputusan sederhana seperti menentukan untuk makan atau mandi terlebih dahulu. m.

Daya Tilik diri Klien tahu bahwa dirinya sedang sakit dan membutuhkan pengobatan agar cepat sembuh.

7. Mekanisme Koping Klien mengatakan jika ada masalah klien memendamnya sendiri dan berusaha menyelesaikannya sendiri, klien mampu berkomunikasi dengan orang lain. 8. Aspek Medis 

Diagnosa medis



Therapy

9. Daftar Masalah Dan Pohon Masalah a. 1) 2) 3) 4)

Daftar masalah: Prilaku kekerasan Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Disstres spiritual Deficit perawatan diri

b. Pohon masalah Akibat

Resiko menciderai diri dan orang lain

Cord Problem Penyebab Analisa Data

Perilaku kekerasan Koping Individu Tidak Efektif

MASALAH No DATA FOKUS

TTD KEPERAWATAN

1.

Subyektif : - Keluarga rumah

Perilaku kekerasan mengatakan

suka

klien

menyendiri,

di jika

keinginan klien tidak terpenuhi klien bicara dengan nada keras dan kasar, marah– marah, mengancam dan mengumpat dengan kata-kata kotor. Obyektif : - Kontak

mata

tidak

bisa

dipertahankan, Tatapan mata tajam - Bicara cepat dan suara keras - Gelisah - muka memerah - tangan mengepal.

2.

Subyektif:

Koping

Individu

- klien mengatakan saat mempunyai Tidak Efektif masalah dipendam sendiri, tidak mau bercerita. Obyektif: - pasien tidak banyak bicara, pasien berdiam diri

Deficit perawatan diri Subyektif : - klien tidak mau mandi.

Obyektif : - klien tampak kotor, rambut tidak rapi.

A. Diagnosa Keperawatan 1. Perilaku Kekerasan 2. Deficit perawatan diri.

B. Prioritas Keperawatan 1. Perilaku kekerasan

C. Intervensi RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN Nama Klien : ................................... Dx Medis : .............................. No CM : .................................... Ruangan : .............................. Tgl

No Dx Dx Keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan

Perencanaan Tujuan TUM : klien dapat mengontrol perilaku

Kriteria Evaluasi

Intervensi

1. Setelah ...X 1. Bina hubungan saling pertemuan klien percaya dengan : menunjukan tanda-□ Beri salam setiap tanda percaya berinteraksi

kepada perawat : □ Perkenalkan nama, o Wajah cerah, nama panggilan TUK : tersenyum perawat dan tujuan 1. Klien dapat perawat berinteraksi o Mau berkenalan membina o Ada kontak mata □ Tanyakan dan panggil hubungan saling o Bersedia nama kesukaan klien percaya □ Tunjukan sikap empati, menceritakan jujur dan menepati perasaan janji setiap kali berinteraksi □ Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien □ Buat kontrak interaksi yang jelas □ Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien 2. Klien dapat 2. Setelah ....X 2. Bantu klien mengidentifikasi pertemuan klien mengungkapkan penyebab menceritakan perasaan marahnya : perilaku penyebab perilaku □ Motivasi klien untuk kekerasan yang kekerasan yang menceritakan dilakukannya dilakukannya : penyebab rasa kesal o Menceritakan atau jengkelnya penyebab perasaan □ Dengarkan tanpa jengkel/kesal baik menyela atau memberi dari diri sendiri penilaian setiap maupun unkapan perasaan klien lingkungannya 3. Klien dapat 3. Setelah ...X 3. Bantu klien mengidentifikasi pertemuan klien mengungkapkan tandatanda-tanda menceritakan tanda perilaku perilaku tanda-tanda saat kekerasan yang kekerasan terjadi perilaku dialaminya : kekerasan □ Motivasi klien o Tanda fisik :mata menceritakan kondisi merah, tangan fisik (tanda-tanda fisik) mengepal, ekspresi saat perilaku kekersan tegang, dan lainyang terjadi lain □ Motivasi klien o Tanda emosional : menceritakan kondisi perasaan marah, emosinya (tanda-tanda jengkel, bicara emosional) saat terjadi kasar. perilaku kekerasan o Tanda sosial : □ Motivasi klien bermusuhan yang menceritakan kondisi dialami saat terjadi hubungan dengan kekerasan

perilaku kekerasan

orang lain (tanda-tanda sosial) saat terjadi perilaku kekerasan 4. Klien dapat 4. Setelah ...X 4. Diskusikan dengan mengidentifikasi pertemuan klien klien perilaku jenis perilaku menjelaskan : kekerasan yang kekerasan yang o Jenis-jenis ekspresi dilakukannya selama pernah ini : kemarahan yang dilakukannya □ Motivasi klien selama ini telah dilakukannya menceritakan jenisjenis tindak kekerasan o Perasaannya saat yang selama ini pernah melakukan dilakukannya kekerasan □ Motivasi klien o Efektifitas cara yang dipakai dalam menceritakan perasaan klien setelah tindak menyelesaiakan kekerasan tersebut masalah terjadi □ Diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan yang dilakukannya masalah yang dialami teratasi 5. Klien dapat 5. Setelah ...X 5. Diskusikan dengan mengidentifikasi pertemuan klien klien akibat negatif akibat perilaku menjelaskan: (kerugian) cara yang kekerasan dilakukan pada : o Diri sendiri : luka, dijauhi teman, dll □ Diri sendiri o Orang lain/keluarga□ Orang lain/keluarga : luka, tersinggung,□ Lingkungan ketakutan, dll o Lingkungan : barang atau benda rusak, dll 6. klien dapat 6. setelah ....X 6. diskusikan dengan mengidentifikasi pertemuan klien : klien ; cara konstruktif o menjelaskan cara- □ apakah klien mau dalam cara sehat mempelajari cara baru mengungkapkan mengungkapkan mengungkapkan marah kemarahan marah yang sehat □ jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien □ jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah

 cara fisik : nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olahraga  verbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain  sosial : latihan asertif dengan orang lain  spiritual : sembahyang/doa, dzikir, meditasi, dsb sesuai keyakinan agamanya masingmasing 7. klien dapat 7. setelah ....X 7. 1 Diskusikan cara mendemonstrasik pertemuan klien yang mungkin dipilih an cara memperagakan dan anjurkan klien mengontrol cara mengontrol memilih cara yang perilaku perilaku kekerasan mungkin untuk kekerasan mengungkapkan o fisik : tarik nafas kemarahan dalam, memukul 7.2 latih klien bantal/ kasur melaksanakan cara o verbal : yang dipilih : mengungkapkan □ peragakan perasaan kesal/jengkel pada caramelaksanakan cara yang dipilih orang lain tanpa □ jelaskan manfaat cara menyakiti tersebut o spiritual : dzikir/ □ anjurkan klien doa, meditasi sesuai agamanya menirukan peragaan yang sudah dilakukan □ beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum sempurna 7.3 anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/jengkel 8. klien 8. Setelah ...X 8. 1 diskusikan mendapatkan pertemuan pentingnya peran serta dukungan keluarga : keluarga sebagai keluarga untuk o Menjelaskan cara pendukung klien mengontrol mengatsi perilaku merawat klien perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan 8.2 diskusikan potensi kekerasan keluarga untuk o Mengungkapkan

rasa puas dalam merawat klien

membantu klien mengatasi perilaku kekerasan 8.3 jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga 8.4 peragakan cara merawat klien(menangani perilaku kekerasan) 8.5 beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang 8.6 beri pujian kepada keluarga setelah peragaan 8.7 tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan 9. klien 9. 1 Setelah ...X 9. 1 jelaskan manfaat menggunakan pertemuan klien menggunakan obat obat sesuai menjelaskan : secara teratur dan program yang o Manfaat minum kerugian jika tidak telah ditetapkan menggunakan obat obat 9.2 jelaskan kepada klien : o Kerugian tidak □ jenis obat (nama, warna minum obat dan bentuk obat) o Nama obat o Bentuk dan warna □ dosis yang tepat untuk klien obat □ waktu pemakaian o Dosis yang □ cara pemakaian diberikan □ efek yang dirasakan kepadanya klien o Waktu pemakaian 9.3 anjurkan klien : o Cara pemakaian □ minta dan efek yang menggunakan obat dirasakan tepat waktu 9.2 Setelah ...X pertemuan klien □ lapor ke perawat/dokter menggunakan obat jika mengalami efek sesuai program yang tidak biasa □ bari pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat

D. Implementasi NoDx Implementasi 1 Selasa,

Evaluasi (SOAP)

TTD

S:

Djati

10 maret 2015

Jam 09.00 WIB

Jam 09.00 WIB

- Klien klien diam.

- Membina hubungan saling - Klien tidak mau menjawab nama dan asal. percaya - Mendiskusikan penyebab marah

- Klien

mengatakan

jika

kesal/jengkel,

tentang jantungnya berdebar-debar, kepalanya pusing, muka merah, mata melotot

- Mengidentifikasi tanda dan - Klien mengatakan capek, pusing, malas gejala marah

ngobrol dan ingin ke kamar

Jam 12.30 WIB

Jam 12.30 WIB

- Memvalidasi perasaan dan - Klien mengatakan jika marah yang dilakukan masalah klien

teriak-teriak

- Mengidentifikasi

marah O :

yang dilakukan - Mendiskusikan

Jam 09.00 WIB akibat - Kontak

marah

mata

tidak

bisa

dipertahankan, Tatapan mata tajam

- Mengajarkan

cara - Bicara cepat, bicara kacau dan nada keras.

mengontrol marah

- Klien tampak gelisah

- Melatih cara mengontrol - Tangan mengepal marah fisik 1 (nafas dalam) - Klien meminta perbincangan di akhiri dan - Membimbing menuliskan dalam harian

klien langsung meninggalkan perawat kegiatan

jadwal

ke Jam 12.30 WIB

kegiatan - Kontak

mata

tidak

bisa

dipertahankan, Tatapan mata tajam - Bicara cepat, bicara kacau. - Klien tampak gelisah - Tangan mengepal

A: Secara

kognitif

klien

belum

mampu

mengontrol marah dengan baik, P: Perawat : Evaluasi BHSP, penyebab, tanda dan gejala, marah yang dilakukan, bantu klien mengenal

marah, dan melatih cara mengontrol marah yang asertif Klien : Terapkan cara mengontrol marah yang telah diajarkan, masukan kedalam jadwal kegiatan harian 1

Rabu,

S:

11 Maret 2015

Jam 09.00 WIB

Jam 09.00 WIB - Menanyakan klien

- Klien mengatakan perasaanya hari ini jengkel. perasaan Keinginan harus terpenuhi dan tidak bisa ditahan.

- Membina hubungan saling - Klien mengatakan nama saya Tn.R dan asal percaya - Mendiskusikan penyebab marah

semarang. tentang - Klien

mengatakan

jika

kesal/jengkel,

jantungnya berdebar-debar, kepalanya pusing,

- Mengidentifikasi tanda dan muka merah, mata melotot gejala marah Jam 12.30

Jam 12.30 WIB - Klien mengatakan sudah merasa lebih tenang

- Memvalidasi perasaan dan dan mau melanjutkan perbincangan masalah klien - Mengidentifikasi yang dilakukan - Mendiskusikan marah - Mengajarkan mengontrol marah

- Klien mengatakan jika marah yang dilakukan marah teriak-teriak,

memarahi

semua

orang,

mengancam, mengumpat dengan kata-kata akibat kotor - Klien mengatakan jika marah akibatnya cara dikurung di dalam kamar, di jauhi orangorang dan akhirnya dibawa ke RSJ

- Melatih cara mengontrol - Klien

mengatakan

mau

mencoba

cara

marah fisik 1 (nafas dalam) - Membimbing menuliskan dalam harian

mengontrol marah fisik 1 (nafas dalam)

klien - Klien mengatakan akan memasukan ke kegiatan

jadwal

ke jadwal kegiatan harian

kegiatan O : Jam 09.00 WIB - Kontak

mata

tidak

bisa

dipertahankan, Tatapan mata tajam - Bicara cepat, nada bicara keras - Klien tampak gelisah - Tangan mengepal - Klien meminta perbincangan di akhiri dan langsung meninggalkan perawat Jam 12.30 WIB - Klien

tampak

lebih

tenang

dan

mau

melanjutkan perbincangan untuk mengontrol marah - Klien mengungkapkan perasaanya - Klien mau mencoba cara mengontrol marah (nafas dalam) yang diajarkan perawat dan memasukan kedalam jadwal kegiatan harian A: Secara

kognitif

klien

belum

mampu

mengontrol marah dengan baik, P: Perawat : Evaluasi penyebab, tanda dan gejala, marah yang dilakukan, bantu klien mengenal marah, dan melatih cara mengontrol marah yang

asertif Klien : Terapkan cara mengontrol marah yang telah diajarkan, masukan kedalam jadwal kegiatan harian 1

Kamis,

S:

12 Maret 2015

Jam 09.00 WIB

Jam 09.00 WIB

- Klien mengatakan perasaanya hari ini senang

- Menanyakan

perasaan dan tidak jengkel

klien

- Klien mengatakan sudah berlatih mengontrol

- Memvalidasi masalah dan marah latihan sebelumnya

dengan

cara

nafas

dalam

dan

memasukan ke dalam jadwal kegiatan harian

- Melatih cara mengontrol - Klien

mengatakan

mau

berlatih

cara

marah fisik 2 (pukul bantal, mengontrol marah yang lain, yaitu pukul kasur atau konversi energi) - Membimbing

bantal dan memasukkan kedalam jadwal

klien kegiatan harian

memasukan kedalam jadwal Jam 12.30 WIB kegiatan harian

- Klien mengatakan jika jengkel akan tarik

Jam 12.30

nafas dalam dan pukul bantal, dan tidak akan

- Memvalidasi masalah dan marah-marah agar tidak dikurung dan di jauhi latihan sebelumnya - Menjelaskan

teman-teman. cara - Klien mengatakan sudah berlatih mengontrol

mengontrol marah dengan emosinya dengan cara tarik nafas dalam pukul minum

obat

(prinsip

benar minum obat) Membimbing

5 bantal - Klien mengatakan minum obat harus teratur

klien agar cepat sembuh dan tidak marah-marah

memasukan kedalam jadwal - Klien mengatakan akan memasukan ke

kegiatan harian

jadwal kegiatan harian O: - Klien tampak tenang. - Klien tampak antusias dan mempraktekan cara mengontrol marah (nafas dalam dan pukul bantal) - Klien mau minum obat - Klien menulis di jadwal kegiatan harian A: - Kemampuan kognitif dan psikomotor klien sudah menunjukan perkembangan. P: Perawat : - Evaluasi kemampuan klien mengontrol marah baik secara kognitif maupun psikomotor - Latih cara mengontrol marah yang asertif - Libatkan klien dalam TAK : stimulasi persepsi pencegahan perilaku kekerasan Klien : - Ulang kembali apa yang telah didiskusikan dan diajarkan - Lakukan yang telah diajarkan jika merasa jengkel/marah Masukan kedalam jadwal kegiatan harian

Jumat,

S:

13 Maret 2015

Jam 09.00 WIB

Jam 09.00 WIB

- Klien mengatakan jika marah/jengkel klien

- Memvalidasi masalah dan tarik nafas dalam dan pukul bantal

latihan sebelumnya - Melatih

- Klien mengatakan sudah minum obat

klien

cara - Klien

mengatakan

mengontrol marah secara mengontrol

marah

mau

berlatih

dengan

cara

cara verbal

verbal (meminta, menolak (meminta, menolak, dan mengungkapkan dan mengungkapkan secara secara baik) baik)

Jam 10.15 WIB

Jam 10.15 WIB

- Klien mengatakan senang mengikuti TAK

- Mengikut sertakan klien Jam 11.50 WIB dalam

TAK

persepsi

stimulasi - Klien

mau

diajarkan

cara

pencegahan mengontrol marah dengan cara spiritual

perilaku kekerasan

(berdoa, berwudhu, sholat)

Jam 11.50 WIB - Melatih

mengatakan

- Klien mengatakan akan memasukan kedalam

pasien

cara jadwal kegiatan harian

mengontrol marah secara O : spiritual (berdoa, berwudhu, - Klien tampak tenang sholat)

- Klien tampak mengungkapkan apa yang telah

- Membimbing memasukan

klien diajarkan sebelumnya ke

dalam - Klien mencoba cara mengontrol marah secara

jadwal kegiatan harian

verbal

(meminta,

menolak

dan

mengungkapkan secara baik) - Klien mengikuti TAK - Klien menulis dijadwal kegiatan harian A: Kemampuan klien sudah sampai pada tahapan kognitif, psikomotor dan afektif. P: Perawat : - Evaluasi kemampuan kognitif dan psikomotor

klien - Evaluasi sejauhmana tingkat kemampuan klien mengontrol marah Klien : - Lakukan cara mengatasi masalah secara asertif dan cara mengontrol marah yang telah diajarkan - Masukkan kedalam jadwal kegiatan harian

E. Catatan Perkembangan No. Catatan Perkembangan Dx 1 Sabtu, 14 Maret 2015

TTD

Jam 11.00 WIB S: -

Klien mengatakan sudah bisa mengontrol marah

-

Klien mengatakan sudah tidak jengkel

-

Klien mengatakan jika merasa jengkel dirinya akan melakukan cara mengontrol marah yang telah diajarkan perawat yaitu tarik nafas dalam dan pukul bantal

-

Klien

mengatakan

akan

meminta,

menolak

mengungkapkan sesuatu dengan baik tanpa marah-marah -

Klien mengatakan akan minum obat teratur

-

Klien mengatakan sekarang sering berdoa dan sholat

O:

dan

-

Klien tampak tenang,

-

Wajah sudah tidak tegang,

-

Nada bicara tidak keras,

A: Secara umum kemampuan klien sudah baik karena sudah sampai ke tahapan kognitif, psikomotor dan afektif. P: Perawat : -

Pertahankan cara mengungkapkan marah secara asertif

-

Pertahankan kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif klien Klien :

-

Lakukan apa yang telah diajarkan perawat

-

Ungkapkan marah secara asertif Masukan kedalam jadwal kegiatan harian

BAB IV

PENUTUP A.

Kesimpulan Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah yang di ekspresikan dengan melakukan ancaman mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respon tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor.Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.Melihat dampak dari kerugian yang di timbulkan, maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan perlu di lakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga professional. Perilaku kekerasan (PK) adalah suatu keadaan dimana seseorang dimana melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang

lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol. Dengan tanda dan gejala meliputi : Muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang dengan kuat, menegepalkan tangan , jalan mondar-mandir, bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul benda/ orang lain, merusak barang atau benda, tidak memiliki kemampuan mencegah/ mengendalikan perilaku kekerasan. B. Saran 1. Hindarkan klien dari faktor predisposisi maupun presipitasi yang bisa menyebabkan perilaku kekerasan 2. Beritahu keluarga untuk membantu klien selama masa penyembuhan

DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. (2011). Buku ajar keperawatan jiwa. Yogyakarta: Nuha medika. Keliat, B. A. (2012). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. jakarta: EGC. Keliat, B. A. (2012). Model praktik keperawatan profesional jiwa. jakarta: EGC. Wati, F. K. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. jakarta: Salemba Medika. Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. jakarta: revita aditama.

Related Documents

Lp Rpk 2010.docx
November 2019 15
3. Lp Rpk
August 2019 40
Rpk Kelompok.docx
June 2020 19
Rpk Terbaru
October 2019 29
Rpk Kepegawaian Juli.docx
November 2019 16

More Documents from "nindyacarolina"

Askep Hdr.docx
November 2019 12
Sp Rpk.docx
November 2019 6
Askep Klompk Jiwa.docx
November 2019 9
Lp Rpk 2010.docx
November 2019 15
Askep Kasus Hdr.docx
November 2019 26