LAPORAN PENDAHULUAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN STROKE HEMOROGIK DI ANGGREK 2 RSUD Dr.MOEWARDI
DISUSUN OLEH : JESI ARSITA FRANSISKA SARI (17052)
AKADEMI KEPERAWATAN GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN PENEUMONIA DI MELATI 3 RSUD Dr.MOEWARDI
DISUSUN OLEH : ALFINA DAMAYANTI (17002)
AKADEMI KEPERAWATAN GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI 2019/2020
A. DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi saluran nafas bagian bawah, penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh mikroorganisme. Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri, yang timbul secara primer atau sekunder setelah infeksi virus.( Brashers, Valentina L. 2010). Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksisus (Brunner & Suddarth.2009). Pneumonia dalah infeksi akut pada jaringan paru-paru (alveoli). (Indriasari,Devi, 2009). Pneumonia adalah penyakit yang menyebabkan konsolidasi pada parenkim paru. (Valentina L. Brashers, 2007).
B. ETIOLOGI 1.
Virus Utama : a. ISPA atas : Rino virus ,Corona Virus,Adeno virus,Entero Virus b. ISPA bawah : RSV,Parainfluensa,1,2,3 corona virus,adeno virus
2.
Bakteri Utama
Streptococus pneumoniae, Haemophilus influenza, Staphylococcus aureus 3.
Pada neonatus dan bayi muda : Chlamidia trachomatis dan pada anak usia sekolah
: Mycoplasma pneumonia 4. Lipid pneumonia : oleh karena aspirasi minyak mineral 5.
Chemical pneumonitis : inhalasi bahan-bahan organic atau uap kimia seperti
berilium 6.
Extrinsik Allergik Alveolitis : inhalasi bahan-bahan debu yang mengandung
allergen, seperti debu dare parik-pabrik gula yang mengandung spora dare actynomicetes thermofilik. 7.
Drug Reaction Pneumonitis : nitrofurantion, busulfan, methotrexate
8.
Pneumonia karena radiasi sinar rontgen
9.Pneumonia yang sebabnya tidak jelas : desquamative interstitial pneumonia, eosinofilik pneumonia
(1)
C. KLASIFIKAS 1. Pneumonia bakteri Ditandai oleh eksudat intra alveolar supuratif disertai konsolidasi. Proses infeksi dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi. Terdapat konsolidasi dare seluruh lobus pada pneumonia
lobaris,
sedangkan
pneumonia
lobularis
atau
broncopneumonia
menunjukkan penyebaran daerah infeksi yang berbecak dengan diameter sekitar 3-4 cm, mengelilingi dan mengenai broncus. 2.
Pneumonia Pneumokokus
Pneumokokus mencapai alveolus-alveolus dalam bentuk percikan mucus atau saliva. Lobus paru bawah paling sering terserrang, karena pengaruh gaya tarik bumi. Bila sudah mencapai dan menetap di alveolus, maka pneumokokus menimbulkan patologis yang khas yang terdiri dare 4 stadium yang berurutan : - Kongesti (4-12 jam pertama)eksudat serusa masuk dalam alveolus-alveolus dare pembuluh darah yang bocor dan dilatasi - Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) paru-paru tampak merah dan tampak bergranula karena sel darah merah, fibrin, dan leukosit polimorfonuklear mengisi alveolus-alveolus - Hepatisasi kelabu (3-8 hari) paru-paru tampak abu-abu karena leukosit dan fibrin mengalami konsolidasi dalam alveolus yang terserang. - Resolusi (7-11 hari) eksudat mengalami lisis dan direabsorbsi oleh mikrofag sehingga jaringan kembali pada strukturnya semula. Timbulnya pneumonia pneumokokus merupakan suatu kejadian yang tiba-tiba, disertai menggigil, demam, rasa sakit pleuritik, batuk dan sputum yang berwarna seperti karat. Pneumonia pneumokokus biasanya tidak disertai komplikasi dan jaringan yang rusak dapat diperbaiki kemabali. Komplikasi tentang sering terjadi adalah efusi plura ringan. Adanya bakterimia mempengaruhi prognosis pneumonia. Adanya bakterimia menduga adanya lokalisasi proses paru-paru yang tidak efektif. Akibat bakterimia mungkin berupa lesi metastatik yang dapat mengakibatkan keadaan seperti meningitis, endokariditis bacterial dan peritonitis. Sudah ada vaksin untuk merlawan pneumonia pneumokokus. Biasanya diberikan pada mereka yang mempunyai resiko fatal yang tinggi, seperti anemia sickle-sell, multiple mietoma, sindroma nefrotik, atau diabetes mellitus.
(2)
3. Pneumonia Stafilokokus Mempunyai prognosis jelek walaupun diobati dengan antibiotika. Pneumonia ini menimbulkan kerusakan parenkim paru-paru yang berat dan sering timbul komplikasi seperti abses paru-paru dan empiema. Merupakan infeksi sekunder yang sering menyerang pasien yang dirawat di rumah sakit, pasien lemah dan paling sering menyebabkan broncopneumonia. 4. Pneumonia Klebsiella / Friedlander Penderita ini berhasil mempertahankan hidupnya, akhirnya menderita pneumonia kronik disertai obstruksi progresif paru-paru yang akhirnya menimbulkan kelumpuhan pernafasannya. Jenis ini yang khas yaitu, pembentukan sputum kental seperti sele kismis merah (red currant jelly). Kebanyakan terjadi pada lelaki usia pertengahan atau tua, pecandu alcohol kronik atau yang menderita penyakit kronik lainnya. 5. Pneumonia pseudomonas Sering ditemukan pada orang yang sakit parah yang dirawat di rumah sakit atau yang mnenderita supresi system pertahanan tubuh (misalnya mereka yang menderita leukemia atau transplantasi ginjal yang menerima obat imunosupresif dosis tinggi). Seringkali disebabkan karena terkontaminasi peralatan ventilasi. 6. Pneumonia Virus Ditandai dengan peradangan interstisial disertai penimbunan infiltrat dalam dinding alveolus meskipun rongga alveolar sendiri bebas dare eksudat dan tidak ada konsolidasi. Pneumonia virus 50 % dare semua pneuminia akut ditandai oleh gejala sakit kepala, demam dan rasa sakit pada otot-otot yang menyeluruh, rasa lelah sekali dan batuk kering. Kebanyakan pneumonia ini ringan dan tidak membutuhkan perawatan di rumah sakit dan tidak mengakibatkan kerusakan paru-paru yang permanen. Pengobatan pneumonia virus bersifat sympomatik dan paliatif, karena antibiotik tidak efektif terhadap virus. Juga dapat mengakibatkan pneumonitis berbecak yang fatal atau pneumonitis difus. 7. Pneumonia Mikoplasma Serupa dengan pneumonia virus influenza, disertai adanya pneumonitis interstitial. Sangat mudah menular tidak seperti pneumonia virus, dapat memberikan respon terhadap tetrasiklin atau eritromisin.
(3)
8. Pneumonia Aspirasi Merupakan pneumonia yang disebabkan oleh aspirasi isi lambung. Pneumonia yang diakibatkannya sebagian bersifat kimia, karena diakibatkan oleh reaksi terhadap asam lambung, dan sebagian bersifat bacterial, karena disebabkan oleh organisme yang mendiami mulut atau lambung. Aspirasi paling sering terjadi selama atau sesudah anestesi (terutama pada pasien obstretik dan pembedahan darurat karena kurang persiapan pembedahan), pada anak-anak dan pada setiap pasien yang disertai penekanan reflek batuk atau reflek muntah. Inhalasi isi lambung dalam jumlah yang cukup banyak dapat menimbulkan kematian yang tiba-tiba, karena adanya obstruksi, sedangkan aspirasi isi lambung dalam jumlah yang sedikit dapat mengakibatkan oedema paru-paru yang menyebar luas dan kegagalan pernafasan. Beratnya respon peradangan lebih tergantung dare pH dare zaat yang diaspirasikan. Aspirasi pneumonia selalu terjadi apabila pH dan zat yang diaspirasi 2,5 atau kurang. Aspirasi pneumpnia sering menimbulkan kompliokasi abses, bronchiectase, dan gangrean. Muntah bukan sarat masuknya isi lambung kedalam cabang tracheobronchial, karena regurgitasi dapat juga terjadi secara diam-diam pada pasien yang diberi anestesi. Paling penting pasien harus ditempatkan pada posisi yang tepat agar secret orofarengeal dapat keluar dare mulut. 9. Pneumonia Hypostatik Pneumonia yang sering timbul pada dasar paru yang disebabkan oleh nafas yang dangkal dan terus menerus dalam posisi yang sama. Daya tarik bumi menyebabkan darah tertimbun pada bagian bawah paru dan infeksi membantu timbulnya pneumonia yang sesungguhnya 10. Pneumonia Jamur Tidak sesering bakteri. Beberapa jamur dapat menyebabkan penyakit paru supuratif granulomentosa yang seringkali disalah tafsirkan sebagai TBC. Banyak dare infeksi jamur bersifat endemic pada daerah tertentu. Contohnya di US, hystoplasmosis (barat bagian tengah dan timur), koksibiodomikosis (barat daya) dan blastomikosis (tenggara). Spora jamur ini ditemukan dalam tanah dan terinhalasi.
(4)
Spora yang terbawa masuk kebagian paru yang lebih difagositosis terjadi reaksi peradangan disertai pembentukan kaverne. Semua perubahan patologis ini mirip sekali dengan TBC sehingga perbedaan kurang dapat ditentukan dengan menemukan dan pembiakan jamur dare jaringan paru.tes serologi serta tes hypersensitifitas kulit yang lambat belum menunjukan tanda positif sampai beberapa minggu sesudah terjadi infeksi, bahkan pada penyakit yang berat tes mungkin negatif. Pneumonia jamur sering menimbulkan komplikasi pada stadium terakhir penyakit tersebut, terutama pada penyakit yang sangat berat, misalnya Ca atau leukemia, candida alicans adalah sejenis ragi yang sering ditemukan pada sputum orang yang sehat dan dapat menyerang jaringan paru. Penggunaan antibiotik yang lama juga dapat mengubah flora normal tubuh dan memungkinkan infasi candida. Amfotinsin B merupakan obat terpilih untuk infeksi jamur pada paru.
D. PATOFISIOLOGI Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu : 1. Tahap prepatogenesis Penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa 2.
Tahap inkubasi
Virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah. 3.
Tahap dini penyakit
Dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul gejala demam dan batuk. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan meninggal akibat pneumonia.
E. MANIFESTASI KLINIS Menurut Misnadiarly 2008, tanda dan gejala pneumonia secara umum dapat dibagi menjadi: 1. Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang, keluhan gastrointestinal. 2. Gejala umum : demam, sesak napas, nadi berdenyut lebih cepat, dan dahak berwarna kehijauan seperti karet. (5)
3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dam ronki 4. Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul), kaku kuduk/meningismus (iritasi meningen tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). 5. Tanda infeksi ekstrapulmonal
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Rontgen Pemeriksaan ini dapat menunjukkan kelainan sebelum hal ini dapat ditemukan secara pemeriksaan fisik. Pada bronchopneumonia bercak – bercak infiltrat didapatkan pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsosolidasi pada satu atau beberapa lobus. Pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi pada satu atau beberapa lobus. Foto rongent dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, abses paru, perikarditis dll. 2. Pemeriksaan laboratorium Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/mm3dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiakkan dari usapan tenggorokan dan 30% dari darah. Urine biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria ringan karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin.
(6)
G. PHATWAY
(7)
H. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji : 1.
Riwayat penyakit
Demam, batuk, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah, riwayat penyakit pernapasan, pengobatan yang dilakukan di rumah dan penyakit yang menyertai. 2.
Tanda fisik
Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan tambahan, faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan. 3.
Faktor perkembangan : umum , tingkat perkembangan, kebiasaan sehari-hari,
mekanisme koping, kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan. 4.
Pengetahuan pasien/ keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan jalan napas tidak efektif kemungkinan b.d inflamasi trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum 2. Gangguan pertukaran gas kemungkinan b.d perubahan membran alveolar-kapiler 3. Hipertermi kemungkinan b.d. proses infeksi 4. Resiko Infeksi kemungkinan b.d. ketidakadekuatan pertahanan utama ( penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan), tidak adekuatnya pertahanan sekunder, penyakit kronis 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan b.d.peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi 6.
Resiko kekurangan volume cairan kemungkinan b.d. intake cairan oral tidak
adekuat, kehilangan cairan aktif 7.
Intoleransi aktifitas kemungkinan b.d. ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, kelemahan umum. (Herdman, T. Heather. 2012,NANDA Internasional 2012-2014)
(8)
J. INTERVENSI KEPERAWATAN (Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013 Aplikasi NANDA NIC NOC) Diagnosa Keperawatan 1 Bersihan jalan nafas tak efektif kemungkinan berhubungan dengan inflamasi trakeabranchial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum. 1. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas bersih, dengan kriteria hasil : a.
RR batas normal 20-24x/m
b.
Sesak (-)
c.
Jalan napas aten dengan bunyi napas bersih
d.
Batuk (-)
e.
Pasien dapat mengeluarkan sputum
2.
Tindakan / intervensi : Mandiri a. Monitor dan auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi nafas, misalnya : krekels, mengi.
Rasional : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan, bunyi nafas bronchial ( normal pada bronchus ) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels dan ronchi dan mengi terdengar pada inspirasi dan / atau ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan cairan, secret kental dan spasme jalan nafas / obstruksi. b.
Bantu pasien latihan nafas sering. Tunjukkan / bantu pasien
mempelajari melakukan batuk, misal menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi. Rasional : Nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan nafas lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan jalan nafas paten. c.
Anjurkan
pada
pasien cairan hangat sedikitnya
keluarga 2500
untuk ml
ml/hari
memberi (kecuali
kontraindikasi). Rasional : Cairan khususnya yang hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret. Kolaborasi
(9)
d.
Pengisapan sesuai indikasi.
Rasional : Merangsang batuk atau pembersihan jalan nafas secara mekanik pada pasien yang tak mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran. e.
Berikan obat sesuai indikasi, mukoliti, ekspentoran, bronchodilator & analgesik.
Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronchus dengan mobilisasi sekret. Analgesik untuk memperbaiki batuk dengan menurunkan ketidaknyaman tapi harus digunakan secara hati-hati karena dapat menekan pernafasan.
Diagnosa Keperawatan 2 Gangguan pertukaran gas dapat dihubungkan dengan ; perubahan membran alveolar – kapiler ( efek inflamasi ), gangguan kapasitas pembawa oksigen darah. 1.
Tujuan : menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan kriteria
hasil : GDA dalam rentang normal, tak ada gejala distress pernafasan dan warna kulit tidak pucat. 2.
Tindakan / intervensi :
Mandiri : a.
Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas. Rasional : manifestasi distress pernafasan tergantung pada indikasi derajat keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
b.
Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku, catat adanya sianosis perifer
( kuku ) atau sianosis sentral. Rasional : Sianosis kuku menunjukkan vasokontriksi atau espon tubuh terhadap demam / menggigil. c. Awasi suhu tubuh sesuai indikasi Rasional : Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi selular. d.
Beri posisi yang nyaman misal semifowler atau fowler. Rasional : posisi yang nyaman meningkatkan masuknya suplai O2 ke dalam tubuh.
(10)
Kolaborasi e. Berikan terapi oksigen sesuai terapi dari dokter. Rasional : Tujuan terapi oksigen adalah mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg. Oksigen diberikan dengan metode yang memberikan pengiriman tepat dalam toleransi pasien.
Diagnosa Keperawatan 3 Hipertermi kemungkinan berhubungan dengan proses infeksi penyakit 1.Tujuan : Diharapkan termoregulasi pada pasien stabil dan dalam batas normal, dengan kriteria hasil : a. Suhu tubuh pasien turun dan bertahan dalam batas normal 35,6037,40C b. Badan pasien teraba hangat c. TTV dalam batas normal 2. Intervensi : a. Kaji faktor pencetus kenaikan suhu tubuh. Rasional : b. Observasi TTV terutama suhu tiap 4 jam. Rasional : c. Beri minum yang cukup. Rasional : d. Libatkan keluarga untuk memberikan kompres air hangat. Rasional : e. Pakaikan baju yang tipis dan menyerap keringat. Rasional : f.Kolaborasi denagn dokter mengenai obat antipiretik penurun panas.Rasional : g. Kolaborasi dengan dokter mengenai pemberian cairan IV . Rasional:
Diagnosa Keperawatan 4 Resiko Infeksi kemungkinan berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama ( penurunan kerja silia, perlengketan sekret pernafasan), tidak adekuatnya pertahanan sekunder, penyakit kronis. 1. Tujuan
:Mencapai
waktu
perbaikan
infeksi
berulang
tanpa
komplikasi,mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.
(11)
2. Tindakan / intervensi : Mandiri a. Pantau tanda vital dengan ketat, khusus selama awal terapi. Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal dapat terjadi. b. Ubah posisi dengan sering dan berikan pembuangan paru yang baik. Rasional : meningkatkan pengeluaran, pembersihan infeksi. c. Batasi pengunjung sesuai indikasi. Rasional : menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain. d. Lakukan isolasi pencegahan sesuai individual. Rasional : mencegah penyebaran / melindungi pasien dari proses infeksi lain. e. Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret. Rasional : Pengeluaran sputum amat penting, perubahan karakteristik sputum menunjukkan perbaikan pneumonia atau terjadinya infeksi sekunder. f. Ajarkan tehnik mencuci tangan yang baik. Rasional : Efektif berarti menurunkan penyebaran / tambahan infeksi g. Kolaborasi pamberian antimikrobial sesuai indikasi dengan hasil kultur sputum / darah, misalnya penicillin, eritromisin, tetrasiklin, amikain, sepalosporin & amantadin. Rasional : untuk membunuh kebanyakan microbial. Komplikasi antiviral dan antijamur mungkin digunakan bila pneumonia diakibatkan oleh organisme campuran.
Diagnosa Keperawatan 5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan kemungkinan berhubungan denganpeningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi. 1.Tujuan:menunjukkan peningkatan nafsu makan, mempertahankan/meningkatkan berat badan.
(12)
a. Tindakan / intervensi : Mandiri 1)
Indentifikasi factor yang menyebabkan mual / muntah misalnya : sputum banyak,
pengobatan aerosol, dispnoe berat, nyeri. Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebaran masalah 2)
Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin. Rasional : Menghilangkan tanda bahaya, rasa, bau dari lingkungan pasien dan dapat menurunkan mual.
3)
Auskultasi bunyi usus , observasi / palpasi distensi abdomen. Rasional : Bunyi usus mungkin menurun / tak ada bila proses infeksi berat/memanjang.
4)
Berikan makan porsi kecil tapi sering termasuk makanan kering. Rasional : Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
Diagnosa Keperawatan 6 Resiko kekurangan volume cairan b.d intake cairan oral tidak adekuat, kehilangan cairan aktif 1. Tujuan : Mempertahankan masukan cairan secara adekuat 2.
Kriteria hasil : a. Mempertahankan berat jenis urine dalam batas normal b. Tanda-tanda vital normal c. Tidak terlihat mata cekung, kulit lembab, membran mukosa lembat
3. Intervensi : a. Kaji faktor penyebab resiko kekurangan cairan. Rasional : mengetahui penyebab akan menentukan intervensi yang akan dilakukan selanjutnya. b. Monitor status hidrasi (mukosa baik, nadi normal, tekanan darah normal). Rasional : status hidrasi yang buruk menunjukkan tanda dan gejala terjadinya kekurangan cairan.
(13)
c. Monitor hasil laborat yang tepat (BUN ↑, ↓ HCl, kepekatan urine). Rasional : menunjukkan tanda dan gejala terjadinya kekurangan cairan. d. Berikan cairan yang disukai dalam batas diit. Rasional : cairan yang disukai meningkatkan asupan cairan yang masuk dalam tubuh, intake cairan tercukupi. e. Ajarkan pada keluarga bahwa kopi, teh, jus buah anggur menyebabkan diuresis dan menambah kehilangan cairan. Rasional : keluarga paham meningkatkan kerjasama untuk menghindari terjadinya kekurangan cairan pada pasien. f. Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai terapi dokter. Rasional : mencukupi cairan yang tidak bisa masuk melalu oral.
Diagnosa Keperawatan 7 Intoleransi aktifitas kemungkinan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum. 1. Tujuan : Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnoe, kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal. 2. Tindakan / intervensi : Mandiri a. Monitor respons pasien terhadap aktivitas. Rasional
:
menetapkan
kemampuan, kebutuhan
pasien
dan
memudahkan pilihan intervensi. b. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Rasional
:
menurunkan
stress
dan
rangsangan
berlebihan,
meningkatkan istirahat. c. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat. Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan
kebutuhan
metabolic,
penyembuhan.
(14)
menghemat
energi
untuk
d. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan / atau tidur. Rasional : Pasien mungkin nyaman dengan kepala lebih tinggi. e. Kolaborasi dengan fisioterapi jika perlu. Rasional : Meningkatkan kemampuan aktivitas pasien sesuai kemampuan maksimal.
K. EVALUASI KEPERAWATAN 1. DX 1 Bersihan jalan napas tidak efektif Bersihan jalan nafas, menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tidak ada dispnoe. 2. DX 2 Gangguan pertukaran gas Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentangnormal dan tak ada gejala distress pernafasan. 3. DX 3 Hipertermi Termoregulasi pada pasien stabil dan dalam batas normal 4. DX 4 Resiko Infeksi Perbaikan infeksi berulang tanpa komplikas. 5. DX 5 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan Menunjukkan peningkatan nafsu makan, mempertahankan/meningkatkan berat badan. 6. DX 6 Resiko kekurangan volume cairan Mempertahankan masukan cairan secara adekuat 6. DX 7 Intoleransi aktivitas Peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan tak adanya dispnoe, kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal
(15)
DAFTAR PUSTAKA
Brashers, Valentina L. 2010. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan & Manajemen Edisi 2. Jakarta : EGC
Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2009
Indriasari, Devi. 2009. 100% Sembuh Tanpa Dokter A-Z Deteksi, Obati dan Cegah Penyakit. Yogyakarta : Pustaka Grhatama
Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Balita, Orang Dewasa, Usia Lanjut. Pustaka Obor Populer : Jakarta
Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan & Manajemen Edisi 2. Jakarta : EGC
Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media Action Publishing