Lp-itp-idiopatik-trombositopenia-purpura.docx

  • Uploaded by: Deo Rizkyandri
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp-itp-idiopatik-trombositopenia-purpura.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,954
  • Pages: 20
Laporan Pendahaluan Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP) A. ANATOMI FISIOLOGI 1. Pengertian Darah Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah. Darah memiliki warna merah yang berasal dari kandungan oksigen dan karbon dioksida di dalamnya. Adanya oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas, dan zat ini sangat berguna pada peristiwa pembakaran/metabolisme di dalam tubuh. Viskositas/kekentalan darah lebih kental daripada air yang mempunyai BJ 1,041-1,067, temperature 38°C, dan pH 7,37-7,45. Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, tergantung pada kadar oksigen yang di bawa sel darah merah. Darah pada tubuh manusia mengandung 55% plasma darah (cairan darah) dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah darah pada tubuh orang dewasa sebanyak kira-kira 1/13 dari berat badan atau sekitar 4-5 liter. Jumlah darah tersebut pada setiap orang berbeda-beda. Tergantung kepada umur, ukuran tubuh, dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa pada tubuh. Darah manusia adalah cairan jaringan tubuh. Fungsi utamanya adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel di seluruh tubuh. Darah juga menyuplai jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai penyakit. Hormon-hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah. 2. Fungsi Darah a. Alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh b. Alat pengangkut oksigen dan menyebarkannya ke seluruh tubuh c. Alat pengangkut sari makanan dan menyebarkannya ke seluruh tubuh

d. e. f. g.

Alat pengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi Alat pengangkut getah hormon dari kelenjar buntu Menjaga suhu temperatur tubuh Mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibodi dan sel darah beku. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh, dll

Bagian darah Air Protein Mineral

91% 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinogen) 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat,

Bahan Organik

magnesium, kalsium dan zat besi) 0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino)

3. Komposisi Darah

a. Air : 91% b. Protein : 3% (albumin, globulin, protombin, dan fibrinogen) c. Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium, kalsium, dan zat besi) d. Bahan organic :0,1% (glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol dan asam amino) 4. Bagian-bagian Darah a. Plasma Darah b. Macam-macam Sel Darah 1) Sel Darah Merah (eritrosit) 2) Sel Darah Putih (leukosit) 3) Sel Pembeku Darah (trombosit)/Platelet

4) Plasma + Sel darah : Whole Blood 5. Plasma Darah

a. Pengertian Plasma Darah (Cairan Darah) Plasma darah adalah cairan darah

berbentuk

butiran-

butiran darah yang tidak berwarna dalam darah Di dalamnya

terkandung

benang-benang

fibrin

/

fibrinogen yang berguna untuk menutup luka yang terbuka. Plasma darah juga mengandung berbagai macam zat organik, anorganik, dan air. b. Komponen Penyusun Plasma Darah 1) Air : 91% 2) Protein plasma darah : 7% 3) Komponen lainya Asam amino, lemak, glukosa, urea, garam,0,9% Hormon, antibody.0,1% 6. Macam-macam Sel Darah a. Sel Darah Merah (Eritrosit) Berupa cakram kecil bikonkaf,

cekung

pada

kedua

sisinya,

sehingga

dilihat

dari

samping

namapak seperti dua buah bulan

sabit

bertolak

yang

saling

belakang.

Berdiameter 8 mikron, dan mempunyai ukuran ketebalan sebagai berikut: pada bagian yang paling tebal, tebalnya 2 mikron, sedangkan pada bagian tengah tebalnya 1 mikron atau kurang. Volume rata-rata sel darah merah adalah sebesar 83 mikron kubik. Dalam setiap millimeter kubik darah terdapat 5.000.000 sel darah. Strukturnya terdiri atas pembungkus luar atau stroma, berisi massa hemoglobin. Sel darah merah memerlukan protein karena strukturnya terbentuk dari asam amino. Mereka juga memerlukan zat besi, sehingga

untuk membentuk penggantinya diperlukan diet seimbang yang berisi zat besi. Pembentukan sel darah merah. Sel darah merah di bentuk di dalam sumsum tulang, terutama dari tulang pendek, pipih dan tak beraturan, dari jaringan kanselus pada ujung tulang pipa dan dari sumsum dalam batang iga-iga dan dari sternum. Di dalam sumsum tulang terdapat banyak sel pluripoten hemopoietik stem yang dapat membentuk berbagai jenis sel darah. Sel-sel ini akan terus menerus direproduksikan selama hidup manusia, walaupun jumlahnya akan semakin berkurang sesuai dengan bertambahnya usia. Sel pertama yang akan dapat diketahui termasuk ke dalam rangkaian selsel darah merah dapat disebut sebagai proeritroblas. Dengan rangsangan yang sesuai maka dari sel-sel stem ini dapat dibentuk banyak sekali selsel. Sekali proeritroblas ini terbentuk, maka ia akan membelah beberapa kali sampai akhirnya akan terbentuk 8 sampai 16 sel-sel darah merah yang matur. Sel-sel baru dari generasi pertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat di cat dengan zat warna basa; dan sel-sel ini pada saat ini akan mengumpulkan sedikit sekali hemoglobin. Tetapi pada generasi berikutnya yang disebut sebagai polikromatofil eritroblas akan mulai terbentuk cukup hemoglobin sehingga sel-sel ini mempunyai gambaran polikromatofil. Sesudah terjadi pembelahan lainnya atau selebihnya, maka akan terbentuk lebih banyak lagi hemoglobin dan selsel ini lalu disebut sebagai ortokromatik eritroblas dimana warnanya sekarang dapat menjadi merah oleh karena adanya hemoglobin. Akhirnya, bila sitoplasma dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh hemoglobin sehingga mencapai konsentrasi ±34%, maka nukleus akan memadat sampai ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari sel. Pada saat yang sama retikulum endoplasma akan mereabsorbsi. Dimana pada tahap ini sel tersebut disebut sebagai retikulosit oleh karena masih mengandung sedikit bahan-bahan basofilik mengandung sisa-sisa Golgi, mitokondria dan sedikit organela sitoplamik yang lain. Pada tahap retikulosit ini sel-sel tersebut akan berjalan masuk ke dalam darah kapiler dengan cara diapedesis (terperas melalui pori-pori membran). Bahan-bahan basofilik yang tesisa di dalam retikulosit tada dalam keadaan normalnya akan menghilang dalam waktu satu sampai dua hari dan sel ini lalu disebut

sebagai eritrosit matur. Oleh karena waktu hidup eritrosit ini pendek, maka pada umumnya konsentrasi seluruh sel-sel darah merah dalam darah itu pada keadaan normal jumlahnya kurang dari 1%. Rata-rata panjang hidup darah merah kira-kira 115 hari. Sel menjadi usang, dan dihancurkan dalam sistema retikulo-endotelia, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalm jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (pigmen kuning) dan biliverdin yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar. Konsentrasi sel-sel darah merah di dalam darah, pada pria normal jumlah rata-rata sel-sel darah merah per millimeter kubik adalah 5.200.000 (± 300.000) dan pada wanita normal jumlahnya 4.700.000 (±300.000). Jumlah sel-sel darah merah ini bervariasi pada kedua jenis kelamin dan pada perbedaan umur, pada ketinggian tempat seseorang itu tinggal akan mempengaruhi jumlah sel darah merah. Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru.

Kadar normal hemoglobin Kadar hemoglobin menggunakan satuan gram/dl. Yang artinya banyaknya gram hemoglobin dalam 100 mililiter darah. Nilai normal hemoglobin tergantung dari umur pasien :      

Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl Anak anak : 11-13 gram/dl Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl Perempuan dewasa : 12-16

 

gram/dl Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl Eritroposis Pembentukan

sel

darah

merah (eritroposis) adalah subyek pengaturan “feedback”. Eritroposis diatur oleh suatu hormone glikoprotein yang beredar yang dinamakan eritropoeitin yang dibentuk oleh kerja dari faktor ginjal pada globulin plasma. Hormone ini mempermudah diferensiasi sistem sel menjadi proeritroblast. Kerapuhan sel darah merah. Faktor penghambat pembentukan eritroposis adalah kenaikan sel darah merah dalam sirkulasi yang mencapai nilai diatas normal sedangkan pembentukan eritroposis dirangsang oleh anemia, hipoksia, dan kenaikan jumlah sel darah merah yang beredar adalah gambaran yang menonjol dari aklimanisasi pada dataran tinggi. Sel-sel darah merah, seperti sel-sel lainnya , mengkerut dalam larutan dengan tekanan osmotic yang lebih tinggi dari tekanan osmotik plasma. Pada larutan yang tekanan osmotiknya lebih rendah sel darah merah akan membengkak, menjadi cembung dan kemudian kehilangan hemoglobinnya (hemolisis). Haemoglobin eritrosit yang hemolisis larut dalam plasma, member warna merah pada plasma. Bila kerapuhan osmotiknya normal, sel darah merah mulai hemolisis bila dimasukkan dalam larutan NaCl 0,48% dan pada larutan NaCl 0,33% hemolisis adalah

sempurna.

Pada

sferositosis

herediterb(ikterus

hemolitik

congenital) sel-sel adalah sferositik dalam plasma normal dan lebih

banyak terjadi hemolisis daripada sel-sel normal pada larutan natrium khlorida hipotonik (kerapuhan sel darah merah abnormal) Sel darah merah juga dapat dilisiskan oleh obat-obatan dan infeksi. Mudahnya hemolisis sel darah merah terhadap zat-zat ini meningkat pada defisiensi enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase (G6PD) , yaitu enzim yang mengkatalisis langkah permulaan oksidasi glukosa melalui heksosa monofosfat shunt. Jalan ini menghasilkan NAPDH, yang diperlukan pada beberapa jalan untuk memperahankan kerapuhan sel darah merah. Defisiensi aktivasi G6DP congenital dalam sel darah merah

disebabkan

adanya

variant-variant

enzim

sering

terjadi.

Sebenarnya defisiensi G6DP adalah abnormalitas enzim yang secara genetik paling sering ditemukan pada manusia. Lebih dari 80 variant genetik G6DP telah ditemukan, 40 diantaranya tidak menyebabkan penurunan aktivitas enzim yang banyak, tetapi lainnya menyebabkan penurunan aktivitas dan peningkatan sensitivitas terhadap zat-zat hemolitik dan anemia hemolitik. Defisiensi G6DP yang berat juga menghambat daya bunuh granulosit terhadap bakteri dan merupakan predisposial terhadap infeksi berat. b. Sel Darah Putih (Leukosit)

Rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Leukosit merupakan unit yang mobil/aktif dari sistem pertahanan tubuh. Sistem perthanan ini sebagian

dibentuk di dalam sumsum tulang (granulosit dan monosit dan sedikit limfosit) dan sebagian lagi di salam jaringan limfe (limfosit dan sel-sel plasma), tapi setelah dibentuk sel-sel ini kana diangkut didalam darah menuju ke bermacam-macam bagian tubuh untuk dipergunakan. Granulosit atau sel polimorfonuklear merupakan hampir 75% dari seluruh jumlah sel darah putih. Mereka terbentuk dalam sumsum merah tulang. Sel ini berisi sebuah nukleus yang berbelah banyak dan protoplasmanya berbulir. Karena itu disebut sel berbulir atau granulosit. Kekurangan granulosit disebut granulositopenia. Sedangkan tidak adanya granulosit disebut agranulositosis yang timbul setelah makan obat tertentu, termasuk juga beberapa antibiotika. Fungsi sel darah putih , granulosit dan monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadap mikroorganisme. Dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago-saya makan), mereka memakan bakteri-bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia dapat bergerak bebas di dalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan mengitari seluruh bagian tubuh. Dengan demikian sel darah putih mempunyai fungsi : 1. 2. 3.

Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera Menangkap organisme hidup dan menghancurkannya Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran,

serpihan kayu, benang jahitan (catgut), dll dengan cara yang sama. Sebagai tambahan granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan merusak jaringan tubuh, menghancurkan dan membuangnya. Dengan ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan dimungkinkan sembuh. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak dapat berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah berisi “jenazah” dari kawan dan lawan. Fagosit yang terbunuh dalam perjuangannya melawan kuman yang menyerbu masuk disebut sel nanah. Klasifikasi leukosit. Ada lima jenis leukosit dalam sirkulasi darah, yang di bedakan berdasarkan ukuran, bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang mempunyai granula sitoplasma disebut granulosit, dan sel yang tidak mempunyai granula disebut agranulosit. Komponen Sel Darah Putih

Sel

Sel

/µL

(rata-

Kisaran normal

Persen sel darah

rata) Sel darah putih

putih total

9000

4000-11000

….

Granulosit

5400

3000-6000

50-70

Netrofil

275

150-300

1-4

Eosinofil

35

0-100

0,4

Limfosit

2750

1500-4000

20-40

Monosit

540

300-600

2-8

Eritrosit

4,8 x 10⁶

….

….

Wanita

5,4 x 10⁶

….

….

300.000

200.000

total

Basofil

Pria Trombosit



….

500.000 c. Sel Pembeku Darah (Trombosit)/ Platelet Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat ada juga yang berbentuk lonjong, memilik warna putih. Pada orang dewasa terdapat 200.000300.000 trombosit per millimeter kubik. Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika banyaknya kurang dari normal, maka apabila terdapat luka dan darah tidak segera membeku sehingga timbul pendarahan yang terus menerus. Trombosit lebih dari 300.000 disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut trombositopenia. Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.

B. DEFINISI Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP) merupakan suatu kelainan yang berupa gangguan autoimun yang menetap (angka trombosit darah perifer kurang dari 150.000 / ml) akibat autoantibody yang mengikat antigen trombosit menyebabkan destruksi premature trombosit dalam system retikuloendotel terutama limpa (Sudoyo Aru. dkk, 2009) Idiopatik

Trombotopenik

Purpura

adalah

suatu

kondisi

yang

didalamnya terdapat penurunan hitung trombosit yang bersikulasi dalam keadaan sumsum normal (Cecily, 2009) Trombositopenia bermanifestasi sebagai memar, perdarahan dan petekia dalam beberapa hari sampai dengan beberapa minggu terisolasi pada individu dalam keadaan lainnya sehat (Hoffbrand. dkk, 2005). C. ETIOLOGI Sindrom ITP disebabkan oleh antibody trombosit spesifik yang berkaitan dengan trombosit autolog kemudian dengan cepat dibersihkan dari sirkulasi oleh system fagosit monokuler melalui reseptor FC makrofak. Masa normal trombosit sekitar 7 hari, tetapi memendek pada ITP menjadi 2 – 3 hari sampai beberapa menit. Pasien yang trombositopenia ringan sampai sedang mempunyai masa hidup terukur yang lebih lama dibandingkan dengan pasien dengan trombositopenia berat (Sudoyo Aru. Dkk, 2009) D. MANIFESTASI KLINIK Cecily (2009) mengatakan manifestasi klinis pada idiopatik trombositopenia purpura adalah sebagai berikut : 1. Secara spontan timbul peteki dan ekimosis pada kulit 2. Mudah memar 3. Epistaksis (gejala awal sepertitiga anak) 4. Menoragia 5. Hematuria(jarang terjadi) 6. Perdarahan dari ringga mulut 7. Melena E. PATOFISIOLOGI

Trombositopenia terjadi akibat kerusakan trombosit melalui antibodi. Pada umumnya, gangguan ini didahului oleh penyakit dengan demam ringan 1 sampai 6 minggu sebelum timbul awitan gejala. Manifestasi klinisnya sangat bervariasi. ITP dapat digolongkan menjadi tiga jenis: akut, kronis dan kambuhan. Pada anak – anak mula – mula terdapat gejala seperti demam, perdarahan,

petekie,

purpura

dengan

trombositopenia,

dan

anemia.

Prognosis baik, terutama pada anak-anak dengan gangguan akut. (Cecily, 2009) IgG antitrombosit reaktif dengan glikoprotein permukaan sel telah diidentifikasi dalam serum kebanyakan kasus ITP. Dengan teknik–teknik khusus, immunoglobulin juga dapat ditunjukan terikat pada permukaan trombosit. Limpa memainkan peran penting dalam patogenesis kelainan ini. Limpa merupakan tempat utama produksi antibodi antitrombosit dan destruksi trombosit yang dilapisi IgG. Pada lebih dari dua pertiga penderita, splenektomi akan dikuti kembalinya hitung trombosit menjadi normal dan remisi lengkap penyakitnya. Limpa biasanya nampak normal sekali, atau mungkin disertai sedikit pembesaran saja. Splenomegali demikian yang mungkin terjadi sebagai akibat bendungan sinusoid dan pembesaran folikel – folikel limfoid, yang memiliki sentra germina mencolok. Secara histologi sumsum tampak normal, tetapi biasanya dapat menunjukan peningkatan jumlah megakariosit, kebanyakan megakariosit hanya berinti satu dan diduga masih muda. Gambaran sumsum serupa dicatat dalam berbagai bentuk trombositopeni sebagai akibat perusakan trombosit yang dipercepat. Kepentingan pemeriksaan susmsum ialah untuk menyimgkirkan trombositopeni sebagai akibat kegagalan sumsum. Tentu saja temuan penting pada umumnya terbatas pada perdarahan sekunder. Perdarahan dapat tampak menyebar ke seluruh tubuh, khususnya dalan lapisan – lapisan serosa dan mukus. (Cecily & Sowden, 2009).

F. PATHWAY

Trombositopenia

Terbentuk antibodi yang merusak trombosit

Menyerang platelet dalam darah

Jumlah platelet menurun Dihancurkan oleh makrofak dalam jaringan

Molekul Ig G reaktif dalam sirkulasi trombosit

Platelet mengalami gangguan agresi

Penghancuran dan pembuangan trombosit meningkat Menyumbat kapiler – kapiler darah

Ketidak efektifan perfusi jaringan perifer

Dinding kapiler rusak

Penumpukan darah intra dermal Menekan saraf nyeri

Resiko Perdarahan Suplai darah ke perifer menurun

Kapiler pecah Perdarahan intra dermal

Kapiler bawah kulit pecah Tumbuh bintik merah

Kerusakan integritas kulit

Merangsang SSP Muncul sensasi nyeri Nyeri

Penurunan metabolism anaerob

Penurunan transport O2 dan zat nutrisi lain kejaringan

Kelemahan Intoleransi aktivitas

G. KOMPLIKASI Komplikasi yang dialami penderita idiopatik trombositopenia purpura menurut Cecily (2009) adalah sebagai berikut : 1. Reaksi transfusi 2. Kekambuhan 3. Perdarahan susunan saraf pusat ( kurang dari 1% individu yang terkena) H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Cecily (2009) untuk menegakkan diagnosa pasti dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti dibawah ini : 1. Jumlah trombosit – menurun sampai kurang dari 40.000/ mm3. 2. Hitung darah lengkap (CBC) : anemia karena ketidakmampuan sel darah merah (SDM) menggunakan zat besi. 3. Aspirasi susmsum tulang : peningkatan megakariosit. 4. Jumlah leukosit-leukosits ringan sampai sedang : eosinofilia ringan. 5. Uji antibodi trombosit : dilakukan bila diagnosis diragukan. a. Biopsi jaringan pada kulit dan gusi-diagnostik. b. Uji antibodi antinuklir : untuk menyingkirkan kemungkinan Lupus Eritematosus Sistemik (SLE). c. Pemeriksaan dengan slit lamp : untuk melihat adanya uveitis. d. Biopsi ginjal : untuk mendiagnosis keterlibatan ginjal. e. Foto toraks dan uji fungsi paru : diagnostik untuk manifestasi paru (efusi, fibrosis interstitial paru). I.

PENATALAKSANAAN MEDIS Tujuan pengobatan pada ITP adalah mengurangi produksi antibody dan destruksi trombosit, serta meningkatkan dan mempertahankan hitung trombosit. Kortikosteroid sering kali digunakan pada awal terapi ITP. Jika anak tidak berespon terhadap kortikosteroid, diberikan imunoglobulin secara IV(IVIG). IVIG ini menstimulsi peningkatan hitung trombosit dengan pesat dalam 24 jam setelah pemberian. (Cecily, 2009)

J. ASUHAN KEPERAWATAN Asuhan keperawatan menurut Santosa (2006) adalah sebagai berikut : 1.

Pengkajian a) Asimtomatik sampai jumlah trombosit menurun di bawah 20.000. b) Tanda-tanda perdarahan. - Petekie terjadi spontan. - Ekimosis terjadi pada daerah trauma minor. - Perdarahan dari mukosa gusi, hidung, saluran pernafasan. - Hematuria. (seperti kencing darah) - Perdarahan gastrointestinal. c) Perdarahan berlebih setelah prosedur bedah.

d) Aktivitas / istirahat. Gejala : - keletihan, kelemahan, malaise umum. - toleransi terhadap latihan rendah. Tanda : - takikardia / takipnea (pernapasan yang sangat cepat), dispnea pada beraktivitas / istirahat. - kelemahan otot dan penurunan kekuatan. e) Sirkulasi. Gejala : - riwayat kehilangan darah kronis, misalnya perdarahan GI kronis, - palpitasi (takikardia kompensasi). Tanda : – TD: peningkatan sistolik dengan diastolic stabil. f)

Integritas ego. Gejala

:

keyakinan

agama

/

budaya

mempengaruhi

pilihan

pengobatan: penolakan transfuse darah. Tanda : DEPRESI. g) Eliminasi. Gejala : Hematemesis, feses dengan darah segar, melena, diare, konstipasi. Tanda : distensi abdomen. h) Makanan / cairan. Gejala : - penurunan masukan diet. - mual dan muntah. Tanda : turgor kulit buruk, tampak kusut, hilang elastisitas. i)

Neurosensori. Gejala : – sakit kepala, pusing. - kelemahan, penurunan penglihatan. Tanda : - epistaksis. - mental: tak mampu berespons (lambat dan dangkal).

j)

Nyeri / kenyamanan. Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala. Tanda : takipnea, dispnea.

k) Pernafasan. Gejala : nafas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea, dispnea. l)

Keamanan

Gejala : penyembuhan luka buruk sering infeksi, transfuse darah sebelumnya. Tanda : petekie, ekimosis 2.

Riwayat Keperawatan a) Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat penyakit sekarang pada pasien dengan ITP bervariasi tingkat keparahannya. Gejala biasanya perlahan – lahan dengan riwayat mudah berdarah dengan trauma maupun tanpa trauma. b) Riwayat Penyakit Dahulu Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu mencakup penyakit yang pernah diderita oleh pasien sebelumnya. c) Riwayat Penyakit Keluarga Pengkajian ini mencakup penyakit keluarga atau penyakit keturunan yang diderita oleh keluarga pasien. d) Riwayat Tumbuh Kembang Setiap usia mengalami tumbuh kembang yang berbeda – beda. Remaja adalah usia transisi karena meninggalkan usia anak – anak yang lemah dan penuh ketergantungan akan tetapi belum mampu keusia yang kuat dan penuh tanggung jawab. Dalam tahap perkembangan remaja ini mengalami perkembangan fisik seperti pertumbuhan tinggi badan yang pesat, payudara mulai muncul pada remaja perempuan, tumbuhnya rambut di badan. Perkembangan pada remaja perempuan juga akan mengalami menstruasi dan remaja akan mengalami perubahan emosional.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan sirkulasi (ekimosis ). 2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum 4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka. 5. Resiko pendarahan L.

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa 1

keperawatan Kerusakan integritas

Perencanaan keperawatan Tujuan dan kriteria hasil (NOC) Setelah

dilakukan

asuhan

kulit keperawatan selama 1x24 jam

berhubungan

diharapkan

integritas

kulit

dengan

dapat teratasi dengan kriteria

penurunan

hasil :

sirkulasi

Tissue Integrity : Skin and

(ekimosis ).

Mucous Membranes dipertahankan,

tidak

ada luka / lesi pada kuit, dan pemahaman

dalam proses perbaikan kulit dan

mencegah

terjadinya

cedera beerulang. 3. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban

menggunakan

pakaian

yang longgar 2. Hindari kerutan

pada

tempat tidur 3. Jaga kebersihan

kulit

kulit

kering 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali 5. Monitor kulit akan adanya

perfusi jarinngan baik. 2. Menunjukan

Pressure Management 1. Anjurkan pasien untuk

agar tetap bersih dan

1. Integritas kulit yang baik bisa

Intervensi (NIC)

dan

perawatan alami.

kemerahan 6. Oleskan lotion

atau

minyak/baby

pada

oil

daerah yang tertekan 7. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien 8. Monitor status

nutrisi

pasien 9. Memandikan

pasien

dengan sabun dan air hangat 2

Ketidakefektifa n

Setelah

dilakukan

asuhan

perfusi keperawatan selama 1 x 24

jaringan perifer jam diharapkan tekanan darah berhubungan

pada

dengan

pengisian kapiler baik dengan

penurunan

kriteria hasil :

komponen

Circulation status

seluler

yang

diperlukan

normal

dan

systole dalam

dan rentang

yang diharapkan 2. Tidak ada ortostatik

pengiriman dan

Sensation

Management 1. Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas/dingin/tajam/tump

1. Tekanan diastole

untuk oksigen

pasien

Peripheral

hipertensi 3. Tidak ada

tanda

tanda

ul 2. Monitor adanya paretese 3. lnstruksikan keluarga untuk

mengobservasi

kulit jika ada isi atau laserasi 4. Gunakan sarung tangan

nutrisi ke sel.

peningkatan

tekanan

intrakranial (tidak lebih dari

untuk proteksi 5. Batasi gerakan kepala,

15 mmHg)

leher

pada dan

punggung 6. Monitor kemampuan BAB 7. Kolaborasi pemberian analgetik 8. Monitor 3

tromboplebitis asuhan Activity Therapy

Intoleransi

Setelah

dilakukan

aktivitas

keperawatan selama 1 x 24

berhubungan

jam

dengan

aktivitas dapat teratasi dengan

dalam

kelemahan

kriteria hasil :

program

umum

Activity tolerance

diharapkan

intoleransi

1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik

adanya

tanpa

disertai

1. Kolaborasikan

dengan

tenaga rehabilitasi medik

tepat 2. Bantu

merencanakan terapi klien

yang untuk

mengidentifikasi aktivitas

peningkatan tekanan darah,

yang mampu dilakukan 3. Bantu untuk memilih

nadi dan RR 2. Mampu melakukan aktivitas

aktivitas konsisten yang

sehari-hari

(ADLs)

secara

mandiri 3. Tanda-tanda vital normal 4. Energy psikomotor 5. Level kelemahan

sesuai

dengan

kemampuan

fisik,

psikologi dan social 4. Bantu untuk mengidentifikasi mendapatkan yang

diperlukan

dan sumber untuk

aktivitas yang diinginkan 5. Bantu untuk mendapatkan

alat

bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek 6. Bantu

untuk

mengidentifikasi aktivitas yang disukai

4

Nyeri

Akut Setelah dilakukan perawatan Pain Management

berhubungan dengan

selama

1x2jam

diharapkan

agen nyeri berkurang dengan kriteria

cedera biologis

1. Monitor TTV 2. Lakukan

pengkajian

nyeri yang komprehensif

hasil :

meliputi

Pain level 1. Mampu mengontrol nyeri 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang menggunakan

dengan manajemen

lokasi,

karakteristik, awitan dan durasi,

frekuensi,

kualitas, intensitas atau keparahan

nyeri,

dan

nyeri 3. Menyatakan rasa nyaman

faktor presipitasinya. 3. Observasi isyarat non

setelah nyeri berkurang 4. Tanda tanda vital dalam

verbal ketidaknyamanan,

rentang normal BP : 110-140/70-

khususnya pada mereka yang

tidak

mampu

berkomunikasi efektif. 4. Berikan informasi

90mmhg RR : 12-20x/menit F : 60-90 x/m

tentang

o

nyeri,

seperti

penyebab nyeri, berapa

T : 36,5-37,5 C

lama akan berlangsung, dan

antisipasi

ketidaknyamanan akibat prosedur. 5. Batasi aktifitas 6. Kolabrasi dengan dokter pemberian vasodilator 7. Kolaboras dengan tenaga 5

dilakukan

medis

pemasanga PCI. asuhan Bleeding precautions

Resiko

Setelah

pendarahan

keperawatan selama 1 x 24

1. Monitor ketat tanda-

jam

tanda perdarahan 2. Catat nilai Hb dan HT

diharapkan

pendarahan

tidak terjadi dengan kriteria

sebelum dan sesudah

hasil :

terjadìnya perdarahan 3. Monitor nilai lab

Blood lose severity 1. Tidak ada hematuria dan hematemesis 2. Kehilangan darah terlihat

yang

(koagulasi) meliputi trombosit

yang PT,

PTT,

3. Tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastole 4. Tidak ada perdarahan pervagina 5. Tidak ada

distensi

abdominal 6. Hemoglobin

4. Monitor TTV ortostatik 5. Pertahankan bed rest selama aktif 6. Kolaborasi

dalam

pemberian

produk

dan

hematrokrit dalam batas

perdarahan

darah (platelet atau fresh frozen plasma) 7. Lindungi pasien dari trauma

yang

dapat

menyebabkan perdarahan 8. Hindari mengukur suhu lewat rectal 9. Hindari pemberian aspirin anticoagulant

DAFTAR PUSTAKA Behrman. 2006. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15. EGC: Jakarta Cecily Lynn Betz dan Lindia A, Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik alih bahasa Eni Meiliya Edisi 5. Jakarta: EGC Elizabeth, J, Corwin. 2009. Biku saku Fatofisiologi. Jakarta: EGC Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika. Pierce, A. Grace dan Neil R, Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah. Jakarta: Erlangga Santosa, Budi. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Prima Medika

dan

Hoffbrand, A.V, Petit, J.E, Moss, P.A.H. 2005. Kapita Selekta Hematologi, Jakarta : EGC

More Documents from "Deo Rizkyandri"