LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA 1. KONSEP TEORI 1.1 DEFINISI Definisi kimiawi dari hipoglokemia adalah glukosa darah kurang dari 2,2 mmol/L, walaupun gejala dapat timbul pada tingkat gula darah yang lebih tinggi. (Petter Patresia A,1997). Hipoglikemia= Hipoglikemia murni=True hypoglicemy= gejala hipoglikemia apabila gula darah <60 mg/dL. (Dr Soetomo ,1998). Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa (true glucose) adalah 60 mg % dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa darah di bawah 60 mg%. (Wiyono, 1999). Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009). Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa) yang rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 70110 mg/dL ( Aina Abata, 2014). 1.2 KLASIFIKASI Menurut Setyohadi (2012) dan Thompson (2011) Hipoglikemia dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Hipoglikemi Ringan (glukosa 50-60 mg/dL) Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar. 2) Hipoglikemi Sedang (glukosa <50 mg/dL) Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. 3) Hipoglikemi Berat (glukosa <35 mg /dL) Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran. 1.3 ETIOLOGI Hipoglikemia bisa disebabkan oleh: a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.
Adapun penyebab Hipoglikemia yaitu : a. Dosis suntikan insulin terlalu banyak Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri. b. Lupa makan atau makan terlalu sedikit Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia. c. Aktifitas terlalu berat Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin. d. Minum alkohol tanpa disertai makan Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun. e. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia. f. Penebalan di lokasi suntikan Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat. g. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang. h. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya. i. Gangguan hormonal Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu. j. Pemakaian aspirin dosis tinggi Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
k. Riwayat hipoglikemia sebelumnya Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi. 1.4 PATOFISIOLOGI (Pathway) Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam sistem saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut. Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dL (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dL (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma. Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis. 1. dehidrasi 2. kehilangan elektrolit 3. asidosis Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula, di samping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua factor ini akan menimbulkan hipoglikemia. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang di tandai oleh urinaria berlebihan (poliuria) ini akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam. Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi asamasam lemak bebas dan gliseral asam lemak bebas akan di ubah menjadi badan keton oleh hati, pada keton asidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut, badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolik. Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar. Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala,vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,
penglihatan ganda dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergik) dapat terjadi pada hipoglikemia sedang. Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat, sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang di deritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001). Pathway Hipoglikemia
1.5 MANIFESTASI KLINIS Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain. Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan
gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat. Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain: 1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.) 2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi otak, gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya ketrampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa darah 20 mg%). Adapun gejala- gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain : Adrenergik Pucat Keringat dingin Takikardi Gemetar Lapar Cemas Gelisah Sakit kepala Mengantuk
Neuroglikopenia Bingung Bicara tidak jelas Perubahan sikap perilaku Lemah Disorientasi Penurunan kesadaran Kejang
1.6 PEMERIKSAAAN PENUNJANG 1) Gula darah puasa 2) Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl. 3) Gula darah 2 jam post prandial 4) Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam 5) HBA1c 6) Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi. 7) Elektrolit, tejadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu. 8) Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi. 1.7 PENATALAKSANAAN 1) Glukosa Oral Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10- 20 gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150- 200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10- 20 gram karbohidrat kompleks.Bila pasien mengalami kesulitan menelan
dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat dicoba. 2) Glukosa Intramuskular Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10 menit. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk mempertahankan pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang singkat (awitannya 8 hingga 10 menit dengan kerja yang berlangsung selama 12 hingga 27 menit). Reaksi insulin dapt pulih dalam waktu5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemi yang diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi. 3) Glukosa Intravena Glukosa intravena harus dberikan dengan berhati- hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi 40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai infuse dekstrosa 10 % 6 kolf/jam. PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN HIPOGLIKEMIA Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.
2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 2.1 PENGKAJIAN Pengkajian Primer a. Airway Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan : Chin lift/ Jaw thrust Suction Guedel Airway Instubasi Trakea b. Breathing Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan: Beri oksigen Posisikan semifowler c. Circulation Menilai sirkulasi / peredaran darah Cek capillary refill Auskultasi adanya suara nafas tambahan Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik. Cek Frekuensi Pernafasan Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan Cek tekanan darah Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil d. Disability Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien. Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi. Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter. Pengkajian sekunder a. Keluhan utama Sering tidak jelas tetapi bisanya simptomatis, dan lebih sering hipoglikemi merupakan diagnosa sekunder yang menyertai keluhan lain sebelumnya seperti asfiksia, kejang, sepsis. b. Riwayat penyakit dahulu - ANC - Perinatal - Post natal - Imunisasi - Diabetes melitus pada orang tua/ keluarga - Pemakaian parenteral nutrition - Sepsis - Enteral feeding - Pemakaian Corticosteroid therapy - Ibu yang memakai atau ketergantungan narkotika - Kanker
c. Riwayat penyakit sekarang Status metabolik : intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori,infeksi atau penyakitpenyakit akut lain, stress yang berhubungandengan faktor-faktor psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lainyang mempengaruhi glikosa darah, penghentian insulin atau obat antihiperglikemik oral. 2.2 PEMERIKSAAN FISIK a. Aktivitas / Istirahat Gejala: Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus ototmenurun, gangguan istrahat/tidur Tanda: Takikardia dan takipnea pada keadaan istrahat atau aktifitasLetargi/disorientasi, koma. b. Sirkulasi Gejala: Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dankesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yanglama, takikardia. Tanda: Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yangmenurun/tidak ada, disritmia, krekels, distensi vena jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung c. Integritas/ Ego Gejala: Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi. Tanda: Ansietas, peka rangsang d. Eliminasi Gejala: Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasanyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang, nyeritekan abdomen, diare. Tanda: Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembangmenjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemahdan menurun, hiperaktif (diare) e. Nutrisi/Cairan Gejala: Hilang nafsu makan, mual/muntah, tidak mematuhi diet, peningkatan masukan glukosa/karbohidrat, penurunan berat badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (Thiazid) Tanda: Kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhanmetabolik dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton) f. Neurosensori Gejala: Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesi, gangguan penglihatan Tanda: Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut),gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendondalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA). g. Nyeri/kenyamanan Gejala: Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat) Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan Gejala: Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak) Tanda: Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat i. Keamanan Gejala: Kulit kering, gatal, ulkus kulit Tanda: Demam, diaphoresis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnyakekuatan umum/rentang gerak, parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam) j. Seksualitas Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita 2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1) Gangguan perfusi jaringan serebral berhubugan dengan disfungsi sistem saraf pusat akibat hipoglikemia 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan metabolisme, dan kurang asupan makanan 3) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan nyeri kepala akibat iskemik jaringan otak 4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan muskuloskeletal 2.4 INTERVENSI KEPERAWATAN 1) Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan disfungsi sistem saraf pusat akibat hipoglikemia Kriteria hasil: - Tingkat kesadaran komposmentis - Disorientasi tempat, waktu, orang secara tepat - TTV dalam batas normal (suhu 35,5ºC – 37,5ºC, nadi 60-100 x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg) Intervensi keperawatan: - Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan - Pertahankan posisi tirah baring dengan posisi kepala head up - Bantu pasien untuk berkemih, membatasi batuk, muntah, mengejan, anjurkan pasien napas dalam selama pergerakan - Pantau status neurologis dengan teratur - Pantau TTV 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan perubahan metabolisme, dan kurang asupan makanan Kriteria hasil: - Intake nutrisi tercukupi - Makan habis 1 porsi - BB normal Intervensi keperawatan: - Kaji status nutrisi pasien - Jaga kebersihan mulut, anjurkan untukmelakukan oral hygiene
- Kaji makanan kesukaan dan makanan yg tidak disukai klien - Monitor berat badan klien secara rutin. - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. 3) Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan nyeri kepala akibat iskemik jaringan otak Kriteria hasil: - Mampu mengontrol kecemasan - Mengontrol nyeri - Respon terhadap pengobatan - Kualitas istirahat dan tidur adekuat - Kontrol gejala Intervensi keperawatan: - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurasi rasa takut - Gunakan pendekatan terapeutik - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien - Jelaskan semua prosedur dan tindakan yang dirasakan selama prosedur - Berikan obat untuk mengurangi rasa nyeri/cemas 4) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan muskuloskeletal Kriteria hasil: - Tanda-tanda vital normal - Status kardiopulmonari adekuat - Status sirkulasi baik - Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat Intervensi keperawatan: - Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medis dalam merencanakan program terapi yang tepat - Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual - Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi dan penguatan
DAFTAR PUSTAKA Herdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC Jevon, Philip. 2010. Basic Guide To Medical Emergencies In The Dental Practice. Inggris: Wiley Blackwell Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department: Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus. Yogyakarta : Aulia Publishing Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Hadiatma, Mega. 2012. Nursing Care In Hypoglycemia In Patients With Diabetes Mellitus In The Installation Emergency Hospital. Naskah Publikasi Ums.Pdf.
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN NON TRAUMA KASUS HIPOGLIKEMIA PADA PASIEN TN. A DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RSUD DR. SOEDONO KOTA MADIUN Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Mata Kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan Non Trauma
Oleh: Sa’adatus Salamah 1501470043
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN LAWANG TAHUN 2019
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan yang berjudul Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan Non Trauma dengan diagnosa Hipoglikemia+Sepsis dengan Penurunan Kesadaran pada Pasien Tn. A. Dan laporan pendahuluan ini telah diperiksa dan disetujui oleh
Madiun, 13 April 2019 Mahasiswa
Sa’adatus Salamah NIM. 1501470043
Pembimbing Klinik
Pembimbing Institusi