Departemen Keperawatan Jiwa
LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH
I.
Kasus (Masalah Utama) Harga Diri Rendah
II.
Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap diri sendiri dan kemampuan diri (Budi Anna Keliat, 2007). Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan (Keliat, dalam Fitria, 2009). Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang dirinya (Barry, dalam Yosep, 2009). Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan (Towsend, 1998). 2. Klasifikasi Menurut Fitria (2009), harga diri rendah dibedakan menjadi 2, yaitu: a. Harga diri rendah situasional adalah keadaan dimana individu yang sebelumnya memiliki harga diri positif mengalami perasaan negatif mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
1
Departemen Keperawatan Jiwa
b. Harga diri rendah kronik adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan dalam waktu lama. 3. Etiologi Harga diri rendah dapat terjadi secara : a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh korupsi, dipenjara tiba-tiba).Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena : 1) Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal). 2) Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat/sakit/penyakit. 3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa persetujuan. b. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif. 4. Proses terjadinya Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart & Sunden, 1995). Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
2
Departemen Keperawatan Jiwa
Konsep diri terdiri atas komponen : citra diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran dan identitas personal. Respons individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladatif. Salah satu komponen konsep diri yaitu harga diri dimana harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri (Keliat, 1999). Sedangkan harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri. Jika individu sering gagal maka cenderung harga diri rendah. Harga diri rendah jika kehilangan kasih sayang dan penghargaan orang lain. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain, aspek utama adalah diterima dan menerima penghargaan dari orang lain. Harga diri rendah di gambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, destruktif yang diarahkan pada orang lain, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial. Faktor yang mempegaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak relistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Sedangkan stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti : a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menaksirkan kejadian yang mengancam.
Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
3
Departemen Keperawatan Jiwa
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu mengalami frustrasi. Ada tiga jenis transisi peran, yaitu : 1) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan normanorma budaya, nilai-nilai tekanan untuk peyesuaian diri. 2) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian. 3) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan
fungsi
tubuh,
perubahan
fisik,
prosedur
medis
dan
keperawatan. Sedangkan menurut hasil riset Malhi (2008, dalam Yosep, 2009), menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya citacita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan Life Span Teori (Yosep, 2009), penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal sekolah, pekerjaan dan pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya. Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
4
Departemen Keperawatan Jiwa
5. Faktor predisposisi Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis (Fitria, 2009). 6. Faktor presipitasi Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas (Fitria, 2009).
7. Rentang Respon Respon adaptif
Respon mal adaptif
Konsep Diri
Kekacauan Identitas Harga Diri Rendah
Aktualisasi Diri
Depersonalisasi
Penjelasan : 1. Aktualisasi diri Yaitu pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima. 2. Konsep diri
Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
5
Departemen Keperawatan Jiwa
Yaitu apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya. 3. Kekacauan identitas Yaitu kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis. 4. Depersonalisasi Yaitu perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain. 8. Penatalaksanaan Medis Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan konsep diri yang mengarah pada diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga diri rendah, yaitu: a. Psikofarmakologi Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu: 1) Golongan generasi pertama (typical) Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine
HCL
(Largactil,
Promactil,
Meprosetil),
Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace). Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
6
Departemen Keperawatan Jiwa
2) Golongan kedua (atypical) Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal,
Rizodal,
Noprenia),
Olonzapine
(Zyprexa),
Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril). b. Psikotherapi Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.Psikotherapi pada klien dengan gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok (TAK). c. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy) ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. (Maramis, 2005) d. Therapy Modalitas Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata. (Kaplan dan Sadock,1998:728). Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
7
Departemen Keperawatan Jiwa
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan therapy aktivitas kelompok sosialisasi (Keliat dan Akemat, 2005:13). Dari empat jenis therapy aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat dan Akemat, 2005:49). e. Terapi somatik Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009).Beberapa jenis terapi somatik, yaitu: 1) Restrain Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009). 2) Seklusi Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus (Riyadi dan Purwanto, 2009). 3) Foto therapy atau therapi cahaya Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
8
Departemen Keperawatan Jiwa
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan Purwanto, 2009). 4) ECT (Electro Convulsif Therapie) ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan Purwanto, 2009). f. Rehabilitasi Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi). III. Pohon Masalah Menurut Fitria (2009) dan Yosep (2009), pohon masalah pada pasien dengan harga diri rendah adalah sebagai berikut: Efek
: isolasi social : menarik diri
CP
: gangguan konsep diri : harga diri rendah
Etiologi
: koping tidak efektif
Masalah Dan Data Yang Perlu Dikaji 1. Isolasi social : menarik diri a. Data objektif : Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang.
Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
9
Departemen Keperawatan Jiwa
b. Data subjektif : Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau tidak. 2. Harga diri rendah a. Data objektif : Pasien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin mencederai diri. b. Data subjektif : Pasien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh atau tidak tahu apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri IV. Diagnosa Keperawatan 1. Isolasi Social : Menarik Diri 2. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
10
Departemen Keperawatan Jiwa
A. Rencana Keperawatan RENCANA
TINDAKAN
KEPERAWATAN
DENGANHARGA DIRI RENDAH DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN TUJUAN KRITERIA EVALUASI Harga Diri Rendah TUM : Klien memiliki konsep diri yang positif Setelah 1. TUK 1 Klien dapat interaksi membina selama 1 x 15 hubungan saling menit percaya. diharapkan: Ekspresi wajah kliena. bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan,mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi
PADA
KLIEN
TINDAKAN RASIONAL KEPERAWATAN
Bina hubungan1. saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik : a. Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal. b. Perkenalkan diri dengan sopan. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien. Jelaskan tujuan pertemuan Jujur dan menepati janji Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya. Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar
Hubungan saling percaya menjadi dasar keterbukaan klien kepada perawat. Memulai pertemuan dengan menyapa klien dengan sopan. Saling berkenalan akan menimbulkan rasa keakraban dengan klien. Menimbulkan rasa kenyamanan klien saat berinteraksi. Klien mengerti maksud perawat melakukan interaksi dengannya. Menambah rasa percaya klien kepada perawat. Menimbulkan kenyamanan klien karena perawat menerima keadaan mereka. Dengan memberi perhatian, klien akan merasa nyaman saat berinteraksi.
Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
11
Departemen Keperawatan Jiwa
Setelah interaksi selama 1x15 menit diharapkan klien menyebutkan aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. Bersama klien buat daftar tentang aspek positif dan kemampuan yang dimiliki klien. Beri pujian yang realistik dan hirdarkan memberi penilaian yang negatif.
Mengetahui kemampuan yang dimiliki klien Mengetahui berbagai macam kemampuan yang dimiliki klien. Pujian akan menambah motivasi klien untuk mengungkapkan kemampuannya.
Setelah 1. interaksi selama 1x15 menit diharapkan klien menilai kemampuan yang dapat digunakan di RSJ, klien menilai kemampuan yang dapat digunakan dirumah Setelah TUK 4 Klien dapat interaksi menetapkan dan selama 1 x 15 merencanakan menit kegiatan sesuai diharapkan dengan klien kemampuan memiliki yang dimiliki. kemampuan yang akan dilatih, klien mencoba sesuai jadwal harian.
Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit. Diskusikan kemampuan yang dapat dilajutkan di rumah sakit Beri reinforcement positif
Mengetahui kemampuan apa saja yang masih bisa dilakukan selama dirawat. Merencanakan kemampuan yang akan dilakukan di rumah Pujian akan menambah notivasi klien beraktifitas.
Meminta klien untuk memilih satu kegiatan yang mau dilakukan di rumah sakit. Bantu klien melakukannya jika perlu beri contoh. Beri pujian atas keberhasilan klien. Diskusikan jadwal kegiatan harian atas kegiatan yang telah dilatih.
Merencanakan kegiatan yang dapat dilakukan di rumah sakit. Mempermudah klien dalam memahami kegiatannya. Menambah motivasi klien untuk melakukan kegiatan lain Membuat jadwal kegiatan sesuai kemampuan klien.
TUK 2 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di milikinya.
TUK 3 Klien dapat menilai kemapauan yang digunakan.
Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
12
Departemen Keperawatan Jiwa
Setelah interaksi selama 1x30 menit diharapkan Klien melakukan kegiatan yang telah dilatih, mampu melakukan beberapa kegiatan secara mandiri Setelah TUK 6 Klien dapat interaksi memanfaatkan selama 1 x 15 sistem menit pendukung yang diharapkan ada. Keluarga memberi dukungan dan pujian, keluarga memahami jadwal kegiatan harian klien TUK 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.
Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. Beri pujian atas keberhasilan klien. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.
Mengetahui kemampuan klien dalam melakukan suatu kegiatan. Menambah motivasi klien untuk melalakuan kegiatan lain. Bertukar pikiran tentang kegiatan yang akan dilakukan dirumah.
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat. Jelaskan cara pelaksanaan jadwal kegiatan klien di rumah. Anjurkan keluarga memberi pujian pada klien setiap berhasil.
Menambah pengetahuan keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah. Membantu keluarga untuk memotivasi klein selama dirawat di rumah sakit jiwa. Keluarga mengerti tentang beberapa kegiatan yang akan dilakukan klien dirumah Pujian akan menambah motivasi klien untuk melakukan berbagai aktifitas lain.
Rencana Tindakan Keperawatan 1. Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untuk membantu pasien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih dimilikiya, perawat dapat melakukan hal-hal berikut ini : Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
13
Departemen Keperawatan Jiwa
a. Diskusikan tentang jumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dan dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien. b. Beri pujian yang realistic dan hindarkan penilaian yang negative. 2. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara berikut: a. Diskuskan dengan pasien mengenai kemampuannya yang masih dapat digunakan saat ini. b. Bantu pasien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien. c. Perlihatkan respon yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang aktif 3. Membantu pasien untuk memilih/ menetapkan kemapuan yag akan dilatih. Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut a. Diskusikan dengan pasien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari b. Bantu pasien untuk memilih kegiatan yang dapat pasien lakukan dengan mandiri atau dengan bantuan minimal. 4. Latih kemampuan yang dipilih pasien dengan cara berikut: a. Diskusikan dengan pasien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan. b. Bersama pasien, peragakan kegiatan yang ditetapkan c. Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien 5. Bantu pasien menyusun jadwal pelaksaan kemampuan yang dilatih a. Beri kesempatan kepada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan. Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
14
Departemen Keperawatan Jiwa
b. Beri pujian atas kegiatan yang dapat dialakukan pasien setiap hari. c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan. d. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih e. Berikan
pasien
kesempatan
mengungkapkan
perasaannya
setelah
pelaksanaan kegiatan. SP 1 pasien : mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/ menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian. Orientasi : “Selamat pagi! Bagaimana keadaan T hari ini? T terlihat segar” “bagaimana kalo kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T lakukan? Setalh itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T lakukan dirumah sakit. Setelah itu kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.” “Dimana kita duduk? Bagaimana kalau diruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?” Kerja “T, apakah saja kemampuan yang dimiliki T? bagus,apalagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula keguatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapikan kamar? Menyapu? Mencuci piring dan seterusnya. Wah, bagus sekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang T miliki!” “T, dari kelima kegiatan/kemampuan ini, yang masih di kerjakan dirumah sakit? (missal ada tiga yang masih dapat dilakukan). Bagus sekali ada tiga kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirmah sakit ini!” Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
15
Departemen Keperawatan Jiwa
“sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan dirumah sakit ini. Baik, yang nomer satu, merapikan tempat tidur? Kalau begitu bagaimana kalau sekarang kita latihan merapikan tempat tidur. T, mari kita lihat tempat tidur T! coba lihat, sudah rapikah tempat tidurnya?” “nah, kalau kita mau merapikan tempat, kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus! Sekranag kita angkat seprainya dan kasurnya kita balik. Nah, sekarang kita pasang lagi seprainya, kita mulai dari arah atas, ya bagus! Sekarang sebelah kaki, Tarik dan masukan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan disebelah atas atau kepala. Mari kita lipat selimut! Bagus!” “T sudah bisa merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakan dengan sebelum dirapikan! Bagus!” “Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda di kertas daftar kegiatan, tulis M (mandiri) kalau T lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) kalau melakukan dengan dibantu, dan tulis T (tidak kalau T tidak melakukan) perawat memberi kertas berisi daftar data kegiatan harian. Terminasi “Bagaimana perasaan T setalah kita bercakap-cakap dan latian merapikan tempat tidur? Ya, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan dirumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur yang sudah T praktikan dengan baik sekali. Nah, kemampuan ini dapat dilakukan juga dirumah setelah pulang. Sekarang mari kita masukan pada jadwal harian. T mau berapa hari sekali merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi jam berapa? Lalu sehabis istirahat, jam 4 sore.” “Besok pagi kita latihan pagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apalagi yang mampu dilakukan dirumah sakit selain merapikan tempat tidur? Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
16
Departemen Keperawatan Jiwa
Ya bagus, cuci piring. Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi didapur ruangan ini sehabis makan pagi. Sampai jumpa ya!. SP2 Pasien : Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien. Latihan dapat dilanjutkan untuk kemapuan lain sampai semua kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan meningkatkan harga diri pasien. Ragakan komunikasi dibawah ini. Orientasi “Selamat pagi, bagaimana perasaan T pagi ini? Wah, T tampak cerah! Bagaimana T, sudah mencoba merapikan tempat tidur tadi pagi bagus kalau sudah dilakukan ( kita pasien belum mampu melakukanya, ulang dan bantu kembali) sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T ? “ “Ya benar, sekarang kita akan latihan cuci piring di dapur.” “waktunya sekitar 15 menit, mari kita kedapur!” Kerja “T, sebe;um mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapanya, yaitu sabun/spon untuk membersihakan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas, T dapat menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya, jangan lipa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa makanan.” “sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya. Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil 1 piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T membersihkan piring tersebut dengan menggunakan spon yang sudah diberikan sabun pencuci piring setelah selesai di sabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun
Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
17
Departemen Keperawatan Jiwa
sedikitpun dipiring tersebut. Setelah itu, T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah selesai…!” “Sekarang coba T yang melakukan…” “Bagus sekali, T dapat mempraktikkan mencuci piring dengan baik ! sekarang di lap tangannya.” Terminasi “bagaimana perasaan T setelah latihan mencuci piring ?” “bagaimana jika kegiatan mencuci piring ini di masukkan menjadi kegiatan sehari-hari.” “T. mau berapa kali T mencuci piring ? bagus sekali T mencuci piring 3 kali setelah makan.” “besok kita akan latihan untuk kemampuan ke 3, seteah merapikan tempat tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu ? ya benar kita akan latihan mengepel.” “ mau jam berapa ? sama seperti sekarang ? sampai jumpa?”
B. Evaluasi Adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien (Keliat, dkk 1998). Evaluasi dibagi 2 : 1. Evaluasi proses (Formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan 2. Evaluasi hasil (Sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan dengan perawatan SOAP. Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan kerusakan interaksi sosial (menarik diri ) yaitu :Dapat menunjukkan peningkatan harga diri
Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
18
Departemen Keperawatan Jiwa
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, N. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika. Hawari, D. 2003. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa: Skizofrenia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC. Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu. Stuart & Sundden. 1995. Principle & Praktice of Psychiatric Nursing, ed. Ke-5. St Louis: Mosby Year Book. Townsed, M. C. 1998. Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC. Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.
Nur Ridha Sasmitha, S.Kep. (70900118026) Program Studi Profesi Ners Angkatan XVI UIN Alauddin Makassar 2019
19