Lp Halusinasi

  • Uploaded by: EllyaFitriani
  • 0
  • 0
  • August 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lp Halusinasi as PDF for free.

More details

  • Words: 2,996
  • Pages: 17
LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DI RSJD. Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

Oleh : SAMSUDIN 1408006

PRODI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 2014

LAPORAN PENDAHULUAN 1. Kasus a. Pengertian Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada keadaan kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas.(Keliat, 2009) Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan kenyataan ( Sheila L Vidheak, 2001). Halusinasi

merupakan

gangguan

persepsi

dimana

klien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998). Jadi, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada rangsangan dari luar ekternal. b. Tanda dan Gejala: 1. Bicara, senyum, tertawa sendiri 2. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup (mencium) dan merasa suatu yang tidak nyata. 3. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya 4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata 5. Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi. 6. Sikap curiga dan saling bermusuhan. 7. Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal. 8. Menarik diri menghindar dari orang lain. 9. Sulit membuat keputusan. 10. Ketakutan. 11. Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian, berhias yang rapi. 12. Mudah tersinggung, jengkel, marah. 13. Menyalahkan diri atau orang lain. 14. Muka marah kadang pucat. 15. Ekspresi wajah tegang. 16. Tekanan darah meningkat.

17. Nafas terengah-engah. 18. Nadi cepat 19. Banyak keringat. 2. Proses Terjadinya Masalah a. Penyebab Rangsangan primer dari halusinasi adalah kebutuhan perlindungan otak dari psikologik terhadap kejadian traumatik, sehubungan dengan rasa bersalah, rasa sepi, marah, rasa takut mati, ditinggalkan oleh orang yang dicintai, tidak dapat mengendalikan dorongan ego, dan perasaannya sendiri. Ada beberapa penyebab halusinasi adalah : Faktor pendukung : a. Faktor Biologis. Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologist yang maladaptive. b. Faktor Psikologis. Orang tua yang salah mendidik anak, konflik perkawinan, koping menghadapi stress tidak konstruktif. c. Faktor Sosial Budaya. Ketidak harmonisan social budaya, hidup terisolasi, stress yang menumpuk. Faktor Pencetus. a. Biologis. Stresor biologis yang berhubungan dengan respon neurologist yang mal adaptif termasuk ganguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi dan abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidak mampuan. b. Stres Lingkungan. Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan, untuk menentukan terjadinya ganguan perilaku. c. Pemicu Gejala.

Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurologi yang mal adaptif berhubungan dengan kesehatan lingkungan dan sikap individu. ( Stuart dan Sundeen, 1998 : 305 – 310 ). 3. Pohon masalah Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Perubahan sensori perseptual: halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

(Keliat, 2009)

4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji 1. Masalah keperawatan a.

Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b.

Perubahan sensori perseptual : halusinasi

c.

Isolasi sosial : menarik diri

2. Data yang perlu dikaji a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan Data Subyektif : 

Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.



Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah.



Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif : 

Mata merah, wajah agak merah.



Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain.



Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.



Merusak dan melempar barang-barang.

b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi Data Subjektif :



Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata



Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata



Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus



Klien merasa makan sesuatu



Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya



Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar



Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif : 

Klien berbicara dan tertawa sendiri



Klien

bersikap

seperti

mendengar/melihat

sesuatu 

Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu



Disorientasi

c. Isolasi sosial : menarik diri Data Subyektif : Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri. Data Obyektif : Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan.

5. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul a. Perubahan sensori persepsi : halusinasi b. Isolasi sosial : menarik diri

6. Intervensi Diagnosa I

: perubahan sensori persepsi halusinasi

Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Tujuan khusus : 1.

Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan interaksi seanjutnya Tindakan : 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan cara : a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai d. Jelaskan tujuan pertemuan e. Jujur dan menepati janji f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2.

Klien

dapat

mengenal

halusinasinya Tindakan : 2.1

Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap

2.2

Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara

2.3

Bantu klien mengenal halusinasinya a.

Tanyakan apakah ada suara yang didengar

b.

Apa yang dikatakan halusinasinya

c.

Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri tidak mendengarnya.

2.4

d.

Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu

e.

Katakan bahwa perawat akan membantu klien Diskusikan dengan klien :

a.

Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi

b.

Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)

2.5

Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya

3.

Klien

dapat

mengontrol

halusinasinya Tindakan : 3.1 Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll) 3.2 Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian 3.3 Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi: a.

Katakan “ saya tidak mau dengar”

b.

Menemui orang lain

c.

Membuat jadwal kegiatan sehari-hari

d.

Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri

3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap 3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih 3.6 Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil 3.7 Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi 4.

Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya Tindakan : 4.1

Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi

4.2

Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):

a.

Gejala halusinasi yang dialami klien

b.

Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi

c.

Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama

d.

Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain

5.

Klien memanfaatkan obat dengan baik Tindakan : 5.1

Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum obat

5.2

Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya

5.3

Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat yang dirasakan

5.4

Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi

5.5

Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi Tujuan khusus : 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan : 1.1.

Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang topik, tempat dan waktu.

1.2.

Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.

1.3.

Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri Tindakan : 2.1

Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tandatandanya

2.1. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau mau bergaul 2.1. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang muncul 2.1. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya 3. 3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain. Tindakan : 3.1

Kaji

pengetahuan

klien

tentang

manfaat

dan

keuntungan

berhubungan dengan orang lain a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan prang lain b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain 3.2

Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial Tindakan : 4.1 Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain 4.2 Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :  K–P  K – P – P lain  K – P – P lain – K lain  K – Kel/Klp/Masy 4.3 Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai 4.4 Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan 4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu 4.6 Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan 4.7 Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan 5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain Tindakan : 5.1 Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain 5.2 Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain 5.3 Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat berhubungan dengan oranglain 6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga Tindakan : 6.1

6.2

Bina hubungan saling percaya dengan keluarga : 

Salam, perkenalan diri



Jelaskan tujuan



Buat kontrak



Eksplorasi perasaan klien

Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

6.3



Perilaku menarik diri



Penyebab perilaku menarik diri



Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi



Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain

6.4

Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu

6.5

Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Daftar Pustaka Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003 Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC, 2009 Stuart GW, Sundeen. 1998.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.). St.Louis Mosby Year Book Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000 Townsend, M.C. 1998. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC.

7. Lampiran Strategi Pelaksanaan a. Kondisi klien : 1. Bicara, senyum, tertawa sendiri 2. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup (mencium) dan merasa suatu yang tidak nyata. 3. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya b. Tujuan 1. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya 2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya 3. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal c. Tindakan SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik halusinasi ORIENTASI: ”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan dari Stikes Karya Husada Semarang yang akan merawat bapak Nama Saya Deni Maslikah, biasa dipanggil Deni. Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil apa?” ”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini” ”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit” KERJA: ”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?” ” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak mendengar suara-suara

tersebut? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri atau saat bersama dengan orang lain?” ” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?” ”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul? ” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik atau membentak suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.” ”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik membentak”. ”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak sudah bisa” TERMINASI: ”Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suarasuara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa pak? Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya” ”Baiklah, sampai jumpa.”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua : bercakapcakap dengan orang lain Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suarasuaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih? Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja? Kerja: “Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suarasuara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suarasuara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak soalnya bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!” Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00? Mau di mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: Melaksanakan aktivitas terjadwal Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suarasuaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.” Kerja: “Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan. Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 ?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur Orientasi: “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suarasuaranya masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya bapak?” Kerja: “bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari” Terminasi: “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan!

Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”

Related Documents

Lp Halusinasi
August 2019 49
Lp-halusinasi (1).doc
June 2020 24
Lp Halusinasi Indrh.docx
April 2020 29
Lp Halusinasi-1.docx
October 2019 36

More Documents from "sekti linda"

Lp
October 2019 102
Lp-dpd
October 2019 66
Lp Halusinasi
August 2019 49
Lp Waham.docx
October 2019 46