LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI
DISUSUN OLEH: NAMA
: HENI RAHMAWATI
NIM
: N520184027
PRODI
: PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS 2018/2019
PENGERTIAN Halusinasi adalah suatu keadaan dimana sesorang mengalami pe-rubahan pada stimulus yang mendekat (diprakarsai secara internal dan ekstrenal) disertai dengan suatu pengurangan berlebihan atau kelainan berespon terhadap stimulus (Fitria 2010). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Kusumawati dan Hartono, 2012). Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsang dari luar. Halusinasi merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang terepsesi. Halusinasi dapat terjadi karena dasar-dasar organik fungsional, psikotik maupun histerik (Yosep, 2007). Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik (Maramis, 2004). RENTANG RESPON HALUSINASI Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologist (Stuart dan Laraia, 2005). Ini merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika individu yang sehat persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterprestasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), pasien dengan halusinasi mem-persepsikan suatu stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai ilusi. Pasien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.
Gambar 2.1 Rentang Respon Neurobiologi (Stuart dan Laraia, 2005) Respon Adaptif –
Pikiran logis
Respon Maladaptif –
Pikiran kadang
–
Kelainan pikiran
–
Halusinasi
–
Tidak mampu emosi
menyimpang –
Persepsi akurat –
–
Ilusi
Emosi konsisten –
Emosional berlebih
– –
dengan pengalaman kurang –
Ketidakteraturan
–
Perilaku ganjil
–
Perilaku ganjil
–
Menarik diri
–
Isolasi Sosial
Perilaku sosial Hubungan sosial
Keterangan gambar: 1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial budaya yang berlaku, dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut meliputi: 1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan 2. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan 3. Emosi konsisten dengan pengalaman ahli 4. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkash laku yang masih dalam batas kewajaran 5. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan 2. Respon Psikososial meliputi: 3. Proses pikir terganggu proses pikir yang menimbulkan gangguan 4. Ilusi adalah penilaian yang salah tentang yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra 5. Emosi berlebihan atau kurang 6. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas untuk menghindari interaksi dengan orang lain. 7. Respon Maladaptif adalah respon indikasi dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial, budaya dan lingkungan, meliputi: 8. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
9. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi ekstrenal yang tidak realita atau tidak ada 10. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati 11. Perilaku tak terorganisir merupakan perilaku yang tidak teratur 12. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam. Jenis-jenis halusinasi Halusinasi terdiri dari beberapa jenis dengan masing-masing gejala yang ditunjukkan dijabarkan dalam tabel berikut ini: Tabel 2.1. Jenis Halusinasi serta ciri pada klien halusinasi Jenis Halusinasi
Data Objektif –
Bicara atau tertawa
Data subjektif – Mendengar suara-
sendiri
suara atau kegaduhan
–
–
Halusinasi Dengar (klien mendengar suara/ bunyi
Marah-marah tanpa
sebab
yang tidak ada hubungannya
Mendengar suara
yang menagajak bercakap-cakap
dengan stimulus yang nyata/
–
Mendekatkan telinga
lingkungan)
kearah tertentu
–
Mendengarkan suara
menyuruh melakukan – Halusinasi Penglihatan (klien melihat gambaran yang
Menutup telinga
sesuatu yang berbahaya.
– Menujuk-nujuk kea rah tertentu
melihat bayangan, sinar
jelas/samar terhadap adanya
– Ketakutan pada
bentuk geometris,
stimulus yang nyata dari
sesuatu yang tidak jelas
kartun, melihat hantu,
lingkungan dan orang lain
atau monster.
tidak melihatnya Halusinasi penciuman (klien merasakan suatu bau
–
Mengendus-endus
Membau-bauan seperti
seperti sedang membau-
bau darah, urine, feses,
bauan tertentu.
dan terkadang bau-bau
yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus nyata) –
Menutup hidung
Halusinasi pengecapan
Sering meludah
–
tersebut menyenangkan bagi mereka. Merasakan rasa seperti
(klien merasakan sesuatu yang tidak nyata, biasanya merasakan rasa makanan yang
–
Muntah
darah, urine, atau feses
tidak enak)
Halusinasi Perabaan –
(klien merasakan sesuatu pada
serangga dipermukaan
kulitnya tanpa ada stimulus yang nyata.
mengatakan ada
Mengaruk-garuk permukaan kulitnya
kulit. –
Merasa seperti
tersengat listrik
Jenis Halusinasi Halusinasi kinestetik (klien merasa badannya bergerak dalam suatu ruangan atau anggota badannya
Data Objektif
Data subjektif
Memegang kakinya yang Mengatakan badannya dianggap bergerak sendiri melayang di udara
bergerak) Halusinasi visceral (perasaan tertentu timbul dalam tubuhnya)
Memegang badannya yang dianggapnya berubah bentuk dan tidak normal seperti biasanya.
Mengatakan perutnya menjadi mengecil setelah minum soft drink
Sumber : Stuart dan sundeen, 1998 dalam Fitria (2010) FASE-FASE HALUSINASI Halusinasi berkembang melalui empat fase (Kusumawati dan Hartono, 2012), yaitu: 1. Fase Comforting yaitu fase menyenangkan. Tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik: klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai memikiran hal-hal yang menyenangkan. Perilaku klien: tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, mengerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya, dan suka menyendiri.
2. Fase Condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi menjijikan. Termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik: pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas, klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya. Perilaku: meningkatnya tanda sistem saraf otonom seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. 3. Fase Controlling atau fase ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik. Karakteristik: bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai, dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya. Perilaku: kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik. Tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor, dan tidak mampu mematuhi perintah. 4. Fase conquering atau panic yaitu klien lebur dengan halusinasinya, termasuk dalam psikotik berat. Karakteristik: halusinasi berubah menjadi mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan. Perilaku: perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
Asuhan Keperawatan 1. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji 1. Faktor Predisposisi
Faktor Genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan melalui kromosom tertentu. Diduga letak gen skizofrenia ada di kromosom nomor 6 dengan kontribusi gen tambahan no. 4, 8, 15, dan 22 ( Buchanan dan Charpenter, 2000 ). Anak kembar identik mungkin mengalami skizofrenia 50 %, jika saudara kembar mengalaminya.
Faktor Neurologi
Ditemukan pada klien skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang normal. Neurotransmiter juga ditemukan tak normal, khususnya dopamin, serotonin dan glutamat.
Studi Neurotransmiter
Dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
Teori Visus
Paparan visus influensinya pada trimester ke-3 kehamilan dapat menjadi faktor predisposisi.
Psikologis
Antara lain anak yang diperlakukan ibu yang pencemas, terlalu melindungi, dingin dan tak berperasaan, ayah yang mengambil jarak dengan anaknya. 1. Faktor Presipitasi Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis : 1. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu 2. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku 1. Mekanisme Koping Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi : 1. Regresi, menjadi malas beraktivitas sehari-hari 2. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda. 3. Menarik diri, sulit mencari orang lain dan asyik denga stimulus internal 4. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien. 1. Perilaku Halusinasi benar-benar riil dirasakan oleh klien yang mengalaminya, seperti mimpi saat tidur.memfasiltasi pasien halusinasi, klien perlu dibuat nyaman ntuk menceritakan perihal halusinasinya. Kita ( perawat ) perlu memvalidasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan : 1. Isi halusinasi yang dialami oleh klien. Dikaji dengan suara siapa yang didengar, berkata apa bila halusinasi datang 2. Waktu dan frekuensi halusinasi
Dikaji dengan kapan halusinasi muncul, setiap apa ( pagi, siang, malam ), berapa kali sehari, sebulan, setahun. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan menentukan bilamana klien perlu diperhatikabn saat mengalami halusinasi. 1. Situasi pencetus halusinasi Mengkaji peristiwa apa yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu perawat juga bisa mengobservasi apa yang dialami klien menjelang muncul halusinasi untuk memvalidasi pernyataan klien. 1. Respon klien Menetukan sejauh mana halusinasi telah memepengaruhi klien. Bisa dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus atau sudah tidak berdaya lagi terhadap halusinasi. 1. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang mungkin muncul pada klien halusinasi : 1. Resiko mencederai diri sendiri orang lain dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi 2. Perubahan sesnsori persepsi halusinasi berhubungan menarik diri 3. isolasi sosial menarik diri berhubungan diri rendah.
1. Rencana Asuhan Keperawatan Tgl/ No
Tindakan Keperawatan Untuk Pasien
Dx SP 1
Tindakan Keperawatan untuk keluarga SP 1
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
1. Menjelaskan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi 2. Menjelaskan pengertian, 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien serta proses
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien 5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi terjadinya
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi
3. Menjelaskan cara merawat pasien dengan halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi 8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan SP 2
SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
1. Melatih keluarga
pasien
mempraktekkan cara merawat pasien dengan
2. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
3. Menganjurkan pasien memasukkan
pasien halusinasi
dalam jadwal kegiatan harian SP 3 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien dirumah) 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian SP 4
SP 3 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas di rumah termasuk minum obat (dischange planning) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
DAFTAR PUSTAKA Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika. Kusumawati & Hartono, 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Maramis, Willy F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Cetakan 8. Surabaya: Airlangga University Press. Stuart & Laraia. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing Eight Edition. USA: Elsevier Mosby Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Penerbit Refika Aditama.