LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN WAHAM DI RSJD. Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG
Disusun Oleh :
WINATI ALIYAH
PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG 2018
1
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terusmenerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2013) Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (Aziz R, 2008). Rentang respon Rentang perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon sehingga perawat dapat menilai apakah repson klien adaptif atau maladaptive. Perilaku yang berhubungan dengan respon biologis maladaptif : 1. Delusi a. waham meruypakan pikiran ( pandangan yang tidak rasional ) b. berwujud sipat kemegahan diri c. pandangan yang tidak berdasarkan kenyataan d. gangguan berpikir, daya ingat, disorientasi, afek labil 2. Halusinasi a. pengalaman indera tanpa perangsang pada alat indera yang bersangkutan b. perasaan ada sesuatu tanpa adanya reangsangan sensorik, misalnya penglihatan, rasa, bau, atau sensorium yang sepenuhnya merupakan imajinasi c. mengalami dunia seperti dalam mimpi 3. Kerusakan proses emosi a. luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat b. keadaan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan c. marah, amuk, depresi, tidak berespon 4. Perilaku yang tidak terorganisir a. tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan / lingkungan yang tidak teratur b. kehilangan kendali terhadap impuls 2
5. Isolasi sosial a. menarik diri secara sosial b. menyendiri / mengasingkan diri dari kelompok
B. Jenis-Jenis Waham 1. Waham agama Kenyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulangulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. contoh : “ kalau saya mau masuk surga saya harus mengunakan pakaian putih setiap hari “, atau klien mengatakan bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat mengendalikan mahkluk nya 2. Waham kebesaran Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kekuatan khusus atau kelebihan yang berbeda dengan orang lain, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : “ saya ini pejabat di departemen kesehatan lhooooo........” “ saya punya tambang emas !” 3. Waham curiga Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau mencederai diri nya, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh : “ saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang di alami saya”. 4. Waham somatik Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau terserang penyakit, di ucapkan berulag-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh :” klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah di lakukan pemeriksaa laboraturium tidak di temuka ada nya sel kanker pada tubuh nya. 5. Waham nihilistik Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai denga kenyataan Contoh :” ini akan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”. 3
6. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan ke dalam pikirannya. 7. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut 8. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh kekuatan di luar dirinya. C. Kategori Waham 1. Waham sistematis: konsisten, berdasarkan pemikiran mungkin terjadi walaupun hanya secara teoritis. 2. Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak mungkin
D. Fase- Fase Tejadinya Waham Proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu : 1. Fase of human needm Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi 2. Fase lack of self esteem Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. 3. Fase control internal external Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam 4
hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain. 4. Fase envinment support Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong 5. Fase comforting Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial). 6. Fase improving Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhankebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. E. Penyebab 1. Factor predisposisi a. Faktor perkembangan Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan presepsi, klien menekankan perasaan nya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif. 5
b. Faktor sosial budaya Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya waham. c. Faktor psikologi Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan. d. Faktor biologis Waham di yakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran ventrikel di otak atau perubahan pada sel kortikal dan lindik. 2. Factor presipitasi a. Faktor sosial budaya Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti atau di asingkan dari kelompok. b. Faktor biokimia Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi penyebab waham pada seseorang. c. Faktor psikologis Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang menyenagkan. F. Tanda dan Gejala 1. Data subbyektif Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan(Keliat, 2009). 2. Data obyektif a. Menolak makan b. Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri c. Ekspresi muka sedih/ gembira/ ketakutan d. Gerakan tidak terkontrol e. Mudah tersinggung f.
Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan 6
h. Menghindar dari orang lain i.
Mendominasi pembicaraan
j.
Berbicara kasar
k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan. G. Akibat Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal. Tanda dan gejala: Pikiran tidak realistik, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Tanda dan gejala: 1. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang. 2. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal atau marah. 3. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. 4. Mata merah, wajah agak merah. 5. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang lain. 6. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam. 7. Merusak dan melempar barang-barang. Kerusakan komunikasi verbal H. Psikopatologi
Resiko tinggi menciderai diri sendiri dan orang lain
Perubahan isi pikir : Waham
Harga diri rendah
Faktor predisposisi :
Faktor biokimia Factor psikologis Factor sosial budaya
Faktor presipitasi: 7
Faktor perkembangan Faktor biologis Faktor psikologis Faktor sosial budaya
I. Diagnose keperawatan utama Perubahan isi pikir : waham
J. Fokus intervensi keperawatan 1. Mandiri a. Klien dapat membina hubungan saling percaya. b. Bina hubungan saling percaya dengan menerapkan prinsip komunikasi terapeutik : 1) Sapa klien dengan ramah secara verbal dan nonverbal 2) Perkenalkan diri dengan sopan 3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien 4) Jelaskan tujuan pertemuan 5) Jujur dan menepati janji 6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 7) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien c. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien. 2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien. 3) Utamakan memberi pujian yang realistik. d. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan. 1) Diskusikan kemampuan yang masih dapat dilakukan. 2) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya. e. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 1) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari. 2) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien. 3) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat klien lakukan. f. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kemampuannya. 1) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan. 2) Diskusikan pelaksanaan kegiatan dirumah 8
g. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. 1) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harag diri rendah. 2) Bantu keluarga memberiakn dukungan selama klien dirawat. 3) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah.
1. Kolaboratif Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat penting karena setelah mendapatkan perawatan di BPK RSJ Propinsi Bali dan klien dinyatakan boleh pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat klien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat (Maramis,2005, hal 213-232) a. Farmakoterapi 1) Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi bermanfaat pada penderita dengan psikomotorik yang meningkat. 2) Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizoprenia yang menahun, hasilnya lebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun penyakit. b. Terapi kejang listrik Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall secara artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizoprenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik. c. Psikoterapi dan Rehabilitasi d. Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena berhubungan dengan praktis dengan maksud mempersiapkan klien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti therapy modalitas yang terdiri dari : 9
1) Therapy aktivitas a) Therapy music Focus : mendengar,memainkan alat musik, bernyanyi. Yaitu menikmati dengan relaksasi musik yang disukai klien. b) Therapy seni Focus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni. c) Therapy menari Focus pada : ekspresi perasaan melalui gerakan tubuh d) Therapy relaksasi Belajar
dan
praktek
relaksasi
dalam
kelompok
Rasional : untuk koping / prilaku mal adaptif / deskriptif, meningkatkan partisipasi dan kesenanga klien dalam kehidupan. 2) Therapy social Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain 3) Therapy kelompok Group therapy (therapy kelompok) a) Therapy group (kelompok terapiutik) b) Adjunctive group activity therapy (therapy aktivitas kelompok)
10
DAFTAR PUSTAKA
Keliat Budi A. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. EGC : Jakarta Keliat, Budi Anna dkk. 2013. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.Jakarta: EGC Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika
Nurjannah 2008. Buku Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa edisi 2 Moco Media Stuart dan Sundeen . 2009 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC . Suliswati 2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC : Jakarta
11