Bagian Keperawatan Medikal Bedah II Program Profesi Ners Universitas Mega Rezky Makassar LAPORAN PENDAHULUAN
CLOSE FRAKTUR HUMERUS
Disusun Oleh: MIFTAHUL JANNAH, S.Kep 18 3145 901 070
CI LAHAN
(
CI INSTITUSI
)
(
Dibuat Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Keperawatan Medikal Bedah II Program Studi PendidikanProfesiNers Universitas Mega Rezky Makassar 2019
)
I. KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa, trauma yang menyebabkan tulang patah, dapat berupa trauma langsung dan dapat berupa trauma tidak langsung (Hoppenfield, 2011). Fraktur humerus adalah fraktur pada tulang humerus yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung (de Jong, 2010).
B. KLASIFIKASI Fraktur / patah tulang humerus terbagi atas : 1. Fraktur Suprakondilar Humerus Jenis fraktur ini dapat dibedakan menjadi : a. Jenis ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan pada siku dan lengan bawah pada posisi supinasi dan lengan siku dalam posisi ekstensi dengan tangan terfiksasi. b. Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalamposisi sedikit fleksi. 2. Fraktur Interkondiler Humerus Fraktur yang sering terjadi pada anak adalah fraktur kondiler lateralis dan fraktur kondiler medialis humerus. 3. Fraktur Batang Humerus Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur transvesal atau gaya memutar tak langsung yang mengakibatkan fraktur spiral (fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi) 4. Fraktur Kolum Humerus Fraktur ini dapat terjadi pada kolum anatomikum ( terletak di bawah kaput humeri) dan kolum sirurgikum ( terletak di bawah tuberkulum ).
C. ETIOLOGI Menurut Reksoprodjo (2010) fraktur humerus disebabkan oleh trauma di ana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Trauma ada 2 jenis yaitu : 1. Trauma langsung, yaitu terjadi benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu
2. Trauma tidak langsung yaitu terjadi benturan pada tulang dan titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
D. MANIFESTASI KLINIK Menurut Smeltzer & Bare (2009) tanda dan gejala dari fraktur humerus adalah : 1. Nyeri Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. 2. Deformitas Pergeseran fragmen pada fraktur menyebakan deformitas (terlihat maupun terasa), deformitas dapat diketahui dengan membandingkan ekstremitas yang normal. 3. Krepitus Saat ekstremitas diperiksa, terasa adanya derik tulang dinamakan krepitus yang terasa akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. 4. Pembengkakan dan perubahan warna. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi pembengkakan dan perubahan warna lokal yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.
E. KOMPLIKASI Adapun komplikasi yang dapat terjadi: 1. Kekakuan sendi bahu (ankilosis). Lesi pada n.Sirkumfleksi aksilaris menyebabkan paralisis m.Deltoid. 2. Apabila pada fraktur medial humerus disertai komplikasi cdera n.Radialis, harus dilakukan operasi reduksi dan internal fiksasi dengan plate screw untuk humerus disertai eksplorasi n.Radialis. 3. Sindroma kompartemen yang biasa disebut dalam 5 P (Pain, Pallor, Pulselesness, Paraesthesia, Paralysis), terjepitnya a. Brakhialis yang akan menyebabkan nekrosis otot-otot dan saraf. 4. Mal union cubiti varus (carrying angle berubah) dimana siku berbentuk O, secara fungis baik, tapi kosmetik kurang baik. Perlu dilakukan koreksi dengan operasi meluruskan siku dengan teknik French osteotomy.
F. PATOFISIOLOGI Trauma yang terjadi pada tulang humerus dapat menyebabkan fraktur. Fraktur dapat berupa fraktur tertutup ataupun terbuka. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan jaringan lunak di sekitarnya sedangkan fraktur terbuka biasanya disertai kerusakan jaringan lunak seperti otot tendon, ligamen, dan pembuluh darah. Tekanan yang kuat dan berlebihan dapat mengakibatkan fraktur terbuka karena dapat menyebabkan fragmen tulang keluar menembus kulit sehingga akan menjadikan luka terbuka dan akan menyebabkan peradangan dan kemungkinan terjadinya infeksi. Keluarnya darah dari luka terbuka dapat mempercepat pertumbuhan bakteri. Tertariknya segmen tulang disebabkan karena adanya kejang otot pada daerah fraktur menyebabkan disposisi pada tulang sebab tulang berada pada posisi yang kaku.
G. PATHWAYS (TERLAMPIR)
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan rontgen Menentukan lokasi tempat terjadinya fraktur ini pada lateral atau medial dsb. 2. Scan tulang, temogram, scan CT/MRI Memperlihatkan fraktur, juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi jaringan lunak. 3. Hitung darah lengkap Hematokrit mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). Peningkatan jumlah sel darah putih adalah respon stres normal steelah trauma. 4. Kratinin Trauma pada otot meningkat beban kreatinin untuk klirens ginjal. 5. Profil koagulasi Perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfuse multiple atau cedera hati.
I. PENATALAKSANAAN Menurut Sjamsuhidajat (2010) prinsip pengelolaan patah tulang adalah reposisi dan immobilisasi. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan antara lain: 1. Proteksi saja, misal mitela untuk fraktur dengan kedudukan baik
2. Immobilisasi dengan fiksasi atau immobilisasi luar tanpa reposisi, tetapi tetap memerlukan immobilisasi agar tidak terjadi diskolasi fragmen 3. Reposisi diikuti immobilisasi 4. Reposisi dengan traksi terus-menerus selama masa tertentu, diikuti immobilisasi 5. Reposisi diikuti immobilisasi fiksasi luar 6. Reposisi secara non operatif diikuti dengan pemasangan fiksasi dalam pada tulang secara operatif 7. Reposisi secara operatif diikuti dengan fiksasi patahan tulang dengan pemasangan fiksasi internal 8. Eksisi fragmen patahan tulang dan menggantinya dengan prostetis
Pada prinsipnya pengobatan pada fraktur humerus dapat dilakukan secara tertutup yaitu dengan cara : 1. Fragmen-fragmen dikembalikan pada posisi anatomis (reposisi) 2. Dilakukan imobilisasi sampai terjadi penyambungan fragmen-fragmen tersebut (fiksasi atau immobilisasi) 3. Pemulihan fungsi (restorasi)
Hal diatas dilakukan karena toleransi yang baik terhadap pemendekan, serta rotasi fragmen patahan tulang. Pengobatan secara tertutup dapat dilakukan dengan traksi skelet. Secara umum tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan fraktur tertutup antara lain : 1. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas seperti biasa segera mungkin sepanjang memungkinkan 2. Ajarkan pasien dalam mengontrol pembengkakan dan nyeri 3. Dorong pasien untuk aktif sebatas kemampuan dalam situasi immobilisasi fraktur 4. Lakukan latihan untuk mempertahankan kondisi otot yang tidak rusak dan untuk meningkatkan kekuatan otot 5. Ajarkan pasien cara penggunaan alat bantu secara aman 6. Bantu pasien dalam memodifikasi lingkungan rumah mereka 7. Ajarkan pasien untuk perawatan mandiri, informasi pengobatan, monitor potensial komplikasi dan kebutuhan pengawasan pelayanan kesehatan lanjutan.
II. ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN. 1. Identitas klien, meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor registrasi, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS) dan diagnose medis. Pada umumnya, keluhan utama pada kasus fraktur humerus adalah nyeri yang bersifat menusuk. Pengkajian nyeri PQRST : Provoking Incedent : Hal yang menjadi faktor presipitas nyeri adalah trauma pada lengan atas. Quality Of Plain: Klien yang merasakan nyeri yang menusuk. Region, Radiation, Relief: Nyeri terjadi dilengan atas. Nyeri dapat redah dengan imobilitas atau istirahat. Nyeri tidak dapat menjalar atau menyebar. Severity (Scale) of Plain: secara subjektif, klien merasakan nyeri dengan skala 2-4 pada rentang 0-4. Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.
2. Pemeriksaan fisik a. Aktivitas/istirahat Tanda : keterbatasan/kehilangan fungsi pada tulang humerus (mungkin segera, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri) b. Sirkulasi Tanda : takikardi (respons stress, hipovolemia), penurunan/tak ada nadi pada bagian yang cedera, pengisian kapiler lambat, pucat pada tulang humerus, pembekakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera. c. Neurosensori Gejala : hilang gerakan/sensasi, spasme ott, kebas/kesemutan (oarestesis) Tanda : deformitas lokal : angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berederik), spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi. Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain) d. Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri berat tiba-tiba pada saat ciderea (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang humerus, dapat berkurang pada immabilisasi, tak ada nyeri akibat kerusakan saraf)
Spasme/kram otot (setelah immobilisasi) e. Keamanan Tanda : laserasi kulit, avulasi jaringan, perdarahan, perubahan warna pembekakan lokal (dapat meningkat secara tertahap atau tiba-tiba)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri akut yang berhubungan dengan pergerakan fragmen tulang, kompresi saraf, cedera neuromuscular, trauma jaringan, dan reflex spasme otot sekunder. 2. Resiko disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah. 3. Resiko trauma berhubungan dengan kehilangan intergritas tulang (fraktur) 4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, akan menjalani operasi, status ekonomi, dan perubahan fungsi peran. 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi mengenai pengobatan dan penatalaksanaan perawatan dirumah. 6. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan diskontinuitas jaringan tulang, nyeri sekunder akibat pergerakan fragmen tulang. 7. Resiko kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik. 8. Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya port de entrée luka operasi pada lengan atas. 9. Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular dan penurunan kekuatan lengan atas.
LAMPIRAN PATHWAYS TRAUMA Fraktur terbuka/tertutup Fraktur humerus Gerakan ligament tulang Nyeri
Kerusakan jarinagan tubuh
Defisit pengetahuan
Perdarahan masif
Pembedahan Ansietas
Kehilangan integritas kulit
Peningkatan tekan berlebihan
Trombus terbawa Ketekolamin merangsang aliran darah pembebasan asam lemak Lemak dilepaskan ditulang Penurunan aliran darah Resiko tinggi disfungsi neurovaskuler Immobilasi fisik
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit
Resiko tinggi terhadap trauma
DAFTAR PUSTAKA
De Jong.2010.Buku Ajar Ilmu Bedah. Editor : Sjamsuhidajat. Jakarta:EGC. Hoppenfield, Stanley.2011.Treatment and Rehabilitation of Fractures.Jakarta: EGC. Reksoprodjo, S.2010.Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah Bagian Ilmu Bedah.Fakultas Kedokteran UI.Jakarta Smeltzer, S.C & Bare,B.G.2009.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.Jakarta:EGC.