Lo 1 Material Restotasi Direct Restorasi direct memiliki pengertian restorasi yang dilakukan pada gigi yang telah dipersiapkan, kondisi gigi masih memiliki struktur pendukung yang cukup sebagai tempat mletakkan material restorai tersebut atau paling tidak struktur gigi yang ada masih dapat mempertahankan bentuk gigi yang alami. Jadi restorasi direct dapat didefenisikan sebagai suatu restorasi gigi dengan material restorasi yang langsung dimasukkan pada kavitas gigi yang telah dipreaparai tanpa
memproses
material
restorasi
tersebut
pada
laboratorium
sehingga
pengerjaannya dapat dilakukan satu kali kunjungan saja. Berikut ini merupakan jenis-jenis bahan Restorasi Direct 1. Amalgam Amalgam sebagai salah satu material restorasi direk yang tidak sewarna gigi dan telah dipakai sejak abad ke-19. Keamanan pemakaian amalgam sebagai material restorasi menjadi kontraversi karena adanya kandungan merkuri pada komposisinya. 1.1 Klasifikasi amalgam A. Berdasarkan bentuk partikel a. Lathe-cut Hingga tahun 1960, komposisi kimia dan mikrostruktur dari amalgam alloy yang tersedia pada dasarnya sama dengan system yang sangat sukses yang diselidiki oleh G.V Black (Black, 1895). Alloy konvensional digunakan oleh dokter gigi sebagai tambalan, yang mana lathe cut dari bentukan batang logam. Sebuah Alloy komersial berkembang menjadi campuran dari ukuran partikel yang berbeda-beda daripada sistem unimodel untuk mengomptimalkan efisiensi pemakaian. dari partikel alloy lathe-cut
berkisar antara 60 sampai 120 µm, ketebalan 10-70 µm dan ketebalan 10-35 µm. Alloy konvensional mengandung 66% sampai 73% Perak, 25-29% Timah dan 6% Tembaga. Zink mungkin dapat ditemukan sampai 2% dan Merkuri 3%. Kelebihannya adalah mudah mencapai kontak proximal karena ketahanan alloy lathe-cut terhadap tekanan kondensasi baik. Kekurangannya, sulit dikondensasi ke area yang sulit diakses, karena membutuhkan tekanan kondensasi yang baik, laju pengerasan lebih lambat dibanding spherical, kasar saat di carving,burnishing, dan polishing. b. Spherical Diperkenalkan sejak tahun 1960, umumnya ukuran partikel 40-50 µm atau kurang, amalgam spherical memerlukan sedikit merkuri dan mengurangi
tekanan
kondensasi.
Kelebihan
alloy
berbentuk
spherical adalah mudah dikondensasi ke area yang sulit untuk di akses karena tidak memerlukan tekanan kondensasi yang besar, dapat mengeras dengan cepat, dan lebih halus saat di carving, burnishing, dan polishing. Kekurangan : sulit mencapai bagian kontak interproximal. B. Berdasarkan kandungan Tembaga (Cu)8 a. Low copper amalgam Alloy ini mengandung kurang dari 6% tembaga. Komposisi dasarnya adalah sebagai berikut : Ag ( Perak ) 69,4%; Sn ( Timah ) 26,2%; Cu ( Tembaga) 3,6%; Zn ( Zink ) 0,8%. b. High copper amalgam Alloy ini mengandung 12% -30% tembaga. Komposisi dasarnya adalah sebagai berikut :Ag ( Perak ) 60%; Sn ( Timah ) 27%; Cu (Tembaga) 13%; Zn ( Zink) 0%.
C. Berdasarkan kandungan Zink8 a. Amalgam yang mengandung zink (1%) b. Amalgam yang tidak mengandung zink (0,2%-1%) D. Berdasarkan ukuran alloy, yaitu: a. Microcut, dengan ukuran 10 – 30 μm. b. Macrocut, dengan ukuran lebih besar dari 30 μm.
1.2 Komposisi Amalgam Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam, salah satunya adalah merkuri. Dental amalgam dihasilkan dengan mencampur Merkuri(Hg) dengan partikel padat beberapa logam seperti Perak(Ag), Timah(Sn), Tembaga(Cu), dan kadangkala Zink(Zn), Palladium(Pd), Indium(In), dan Selenium. Menurut American Dental Association (ADA) amalgam adalah logam campuran dari Merkuri, Perak, Timah dan Tembaga serta logam lainnya untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanikal. A. Perak a) Meningkatkan strength b) Meningkatkan setting expansion B. Timah a) Mengurangi strength dan hardness b) Mengurangi ekspansi c) Meningkatkan setting time C. Tembaga a) Meningkatkan strength dan hardness b) Menghambat pembentukan fase gamma 2 c) Mengurangi tarnish dan korosi d) Mengurangi terjadinya pengerutan dan kebocoran tepi
D. Zink a) Zink berperan sebagai penghambat oksidasi selama dalam proses pembuatan, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur-unsur yang penting seperti perak, tembaga, maupun timah. b) Zink dapat menyebabkan ekspansi yang tertunda pada low copper E. Palladium Palladium berguna untuk mengurangi korosi. F. Indium a) Meningkatkan strength b) Mengurangi jumlah pemakaian merkuri c) Mengurangi terjadinya kerusakan marginal
1.3. Sifat A. Sifat Fisikal Amalgam a. Perubahan Dimensi Sejumlah kecil kontraksi terjadi pada setengah jam pertama setelah triturasi karena merkuri berdifusi kedalam perak dan timah sehingga campuran ini larut didalam merkuri. Setelah itu, ekspansi terjadi karena proses kristalisasi pada fase baru. Menurut ADA no.1 perubahan dimensional terbatas pada 20 mikron/cm yang diukur antara 5 menit sampai 24 jam setelah triturasi. b. Kekuatan Kekuatan amalgam berkembang dengan lambat. Memerlukan waktu 24 jam untuk mencapai maksimum. Pada jam pertama, hanya 40%-60% dari kekuatan kompresif maksimal yang dicapai. c. Korosi Restorasi amalgam menghasilkan tarnis dan korosi selama periode waktu
tertentu.
Meskipun
korosi
mengakibatkan
berkurangnya
kekuatan restorasi sekitar 50% dalam waktu 5 tahun, fakta yang
menguntungkan dari korosi adalah bahwa hal ini dapat memperkuat marginpreparasi dan memperkuat amalgam itu sendiri. d. Biokompatibilitas Meskipun terdapat perdebatan yang hebat tentang toksisitas merkuri, tetapi jika penggunaannya secara hati-hati, maka amalgam akan menjadi material yang biokompatibel. e. Konduktivitas Termal Karena memiliki konduktivitas termal yang baik, amalgam dapat menghantarkan perubahan temperatur secara langsung ke pulpa. Maka, amalgam harus dihindari dari pulpa jika tanpa pelindung pulpa yang baik. f. Koofisien Ekspansi Termal Koofisien ekspansi termal ini tiga kali lebih besar dibandingkan dentin. Perbedaan yang besar ini dapat menyebabkan mikroleakage. Mikroleakage pada Amalgam Mikroleakage terjadi ketika adanya celah yang besar yaitu 2 sampai 20 mikron antara amalgam dan struktur gigi.
2. Resin Komposit Resin komposit merupakan salah satu bahan tambalan sewarna gigi yang banyak digunakan saat ini karena memiliki nilai estetis yang tinggi dibandingkan dengan bahan tumpatan warna gigi yang lain. Bahan tersebut merupakan salah satu polimer yang mengeras melalui polimerisasi. Istilah resin komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan dua atau lebih bahan yang berbeda dengan sifatsifat yang unggul sehingga akan menghasilkan sifat yang lebih baik dari pada bahan itu sendiri. Saat ini resin komposit digunakan untuk merestorasi gigi anterior dan gigi posterior dengan kavitas yang berukuran kecil hingga sedang tanpa
tekanan kunyah yang besar, walaupun bahan ini tidak cukup kuat dan tahan bila dibandingkan dengan restorasi bahan metal.
2.1. Klasifikasi Resin Komposit A. Resin Komposit Makrofil/ Tradisional Resin komposit tradisional adalah resin komposit yang erasal dari resin akrilik yang ditambah filler anorganik seperti glass, quartz, boron glass, bahan dengan 12 ukuran partikel rata-rata 10-40 µm. Resin komposit tradisional memiliki derajat keausan yang sangat tinggi karena matriks resin yang lunak cenderung terlepas dari partikel keras yang lebih resisten. B. Resin Komposit Mikrofiller Diperkenalkan pada akhir tahun 1970 dengan ukuran partikel 0.04-0.2µm dan berat filler 50-60%. Partikel yang digunakan adalah amorphous silica atau sillica coloidal. Premukaannya serupa dengan tambahalan resin akrilik tanpa bahan pengisi, lebih estetis namun lebih cepat aus, karena
silika
koloidal
cenderung
menggumpal
dengan
ukuran
0,04-0,4µm. Kekuatan kompresif dan tensilnya lebih tinggi daripada resin komposit konvensional C. Resin Komposit Hibrid Dengan berat filler 77-84%, dan partike pengisinya adalah gabungan dari karofiller dan mikrofiller. Sifat fisik dan mekanik terletak antara resin komposit konvensional dan mikrohibrid. Permukaannya halus dan kekuatannya cukup baik. Oelh karena itu sering digunakan untuk tambalan gigi anterior dan posterior. D. Resin Komposit Mikrohibrid Komposit mikrohibrid mengandung distribusi dari dua atau lebih bentuk tidak teratur, tapi diameter yang agak seragam, '' glass '' atau partikel
quarts 0,2 sampai 3 mm ditambah 5% sampai 15% partikel microfine yang berukuran 0.04 mm. E. Resin Komposit Nano Kategori terbaru dari resin komposit adalah resin komposit tipe nanofilled composite. Resin komposit ini mengandung dua jenis partikel filler yaitu nanomer dan nanocluste.
2.2. Komposisi Resin Komposit Komposisi resin komposit terdiri atas filler (bahan pengisi) anorganik, matriks resin dan coupling agent. Filler anorganik berperan terhadap kekuatan resin komposit. Matriks resin digunakan untuk membentuk fisik resin komposit agar dapat diaplikasikan. Coupling agent berfungsi untuk menyatukan filler dan matriks resin. Selain ketiga komponen tersebut, komposisi resin komposit juga dapat ditambahkan dengan aktivator, inisiator, pigmen dan ultraviolet absorben. Tambahan komponen tersebut dapat berfungsi saat proses polimerisasi dan warna resin komposit sesuai dengan warna gigi (Anusavice, 2003). Penambahan komponen bahan pengisi ke dalam matriks resin secara signifikan dapat meningkatkan sifat mekanis resin komposit.
2.3. Sifat Resin Komposit A. Sifat Fisik a. Warna Resin komposit resisten terhadap perubahan warna yang disebabkan oleh oksidasi tetapi sensitive pada penodaan. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh pencelupan berbagai noda seperti kopi, teh, jus anggur, arak dan minyak wijen.
b. Strength Tensile dan compressive strength resin komposit ini lebih rendah dari amalgam, hal ini memungkinkan bahan ini digunakan untuk pembuatan restorasi pada pembuatan insisal. c. Setting Dari aspek klinis setting komposit ini terjadi selama 20-60 detik sedikitnya waktu yang diperlukan setelah penyinaran. Pencampuran dan setting bahan dengan light cured dalam beberapa detik setelah aplikasi sinar. Sedangkan pada bahan yang diaktifkan secara kimia memerlukan setting time 30 detik selama pengadukan. Apabila resin komposit telah mengeras tidak dapat dicarving dengan instrument yang tajam tetapi dengan menggunakan abrasive rotary. B. Sifat Mekanis a. Adhesi Adhesi terjadi apabila dua subtansi yang berbeda melekat sewaktu berkontak disebabkan adanya gaya tarik – menarik yang timbul antara kedua benda tersebut. Resin komposit tidak berikatan secara kimia dengan email. b. Kekuatan dan keausan Kekuatan kompresif dan kekuatan tensil resin komposit lebih unggul dibandingkan resin akrilik. Kekuatan tensil komposit dan daya tahan terhadap fraktur memungkinkannya digunakan bahan restorasi ini untuk penumpatan sudut insisal.
3. Glass Ionomer Cement Glass Ionomer Semen adalah material restorasi yang swearna gigi dan dapat digunakan untuk merestorasi kavitas dengan tekanan kunyah yang
rendah. Material glass ionomer semen terbukti aman dengan sedikit kecendrungan iritasi terhadap jaringan lunak. 3.1.
Klasifikasi GIC
A. Tipe I ― Luting Digunakan untuk merekatkan mahkota, jembatan, dan veneer. Secara kimiawi berikatan dengan enamel. dentin, dan restorasi porselen (Craig, 2004). B. Tipe II ― Restorasi Digunakan untuk tumpatan estetika. Kebanyakan bersifat radiolusen namun memiliki reaksi pengerasan yang panjang sehingga dapat mengakibatkan kontaminasi cairan (water-in, water-out) selama 24 jarn setelah pengaplikasian. C. Tipe III ― Liner dan Basis Jenis
ini
digunakan
sebagai
liner
pada
teknik
sandwich.
Kemampuannya dalam berikatan dengan dentin dan enamel serta melepas fluor dapat meminimalisir terbentuknya karies sekunder dan merangsang pembentukan dentin sekunder (Anusavice, 2003). 3.2.
Komposisi GIC
A. Bubuk calcium/ strontium fluoroaluminiosilikat glass Ukuran partikel bubuk berkisar antara 4-50 µm, dimana tergantung dari tujuan aplikasi klinis. B. Flouride C. Liquid (Larutan Poliasam) Asam poliakrilat, asam polimeleat, kopolimer asam akrilat-asam itakonat,
kopolimer
asam-asam
meleat,
kopolimer
akrilat-asam2-buten dikarbonat dan vinyl phosponic acid.
asam
3.3.
Sifat GIC GIC memiliki kekuatan tekan yang lebih rendah dibandingkan bahan restorasi lainnya, namun GIC tergolong memiliki kekuatan yang cukup untuk menjadi bahan restorasi. a. pelepasan fluorida baik (bakteriostatik, mencegah karies) b. tidak mengalami shrinkage c. biokompabilitas terhadap dentin baik, tidak mengiritasi pulpa d. melekat pada enamel dan dentin dengan baik
4.
Glass Ionomer Modifikasi Resin Glass Ionomer modifikasi resin mirip dengan glass ionomer konvensional, tetapi mempinyai berbagai sifat yang lebih baik dalam cara penangannya. Resin yang digunakan untuk modifikasi mirip dengan komposit resin yang penambahannya dimaksudkan untuk mengurangi sensitivitas pada saat pengerasan dan memberi kekmampuan bagi material untuk lebih cepat menjadi keras. 4.1. Komposisi Glass Ionomer Modifikasi Resin SIKMR (Semen Ionomer Kaca Modifikasi Resin) terdiri dari bubuk dan cairan. Bubuk dari SIKMR berisi partikel kaca fluoro-alumino silikat yang bersifat radiopak dan cairannya harus disimpan dalam botol
gelap
ataupun
kapsul
untuk
mencegah
adanya
pengaruh sinar terhadap cairan. Menurut McCabe dan Walls SIKMR terdiri dari 4 komposisi utama : A.
Resin
metakrilat
yang
bisa
polimerisasi dengan cara penyinaran.
memungkinkan
terjadinya
B.
Polyacid
pelepas ion C.
yang
apabila
bereaksi
partikel
kaca
dapat membawa ke dalam reaksi asam-basa.
Hydroxyethylmethacrylate
memungkinkan dalam
dengan
resin
larutan.
(HEMA)
dan gugus
HEMA
juga
asam
merupakan
yang
akan
untuk
menyatu
bagian penting
dalam polimerisasi. D.
Air yang menjadi komponen esensial supaya reaksi asam-basa
bisa terjadi. 4.2.
Sifat Glass Ionomer Modifikasi Resin Sifat
yang
meningkat
pada
SIKMR
dari
semen
ionomer kaca konvensional adalah peningkatan translucency karena monomer membawa indeks bias
pada
cairan
tertutup
dari
terhadap
SIKMR
ini
partikel. Penambahan bahan
resin
diharapkan
keuntungan
dapat
menambah
dari pemakaian bahan
ini seperti kemungkinan perlekatan pada dentin yang lebih baik, adanya pelepasan fluorida, waktu kerja dan waktu
pengerasan yang lebih
cepat Sumber: Anusavice, Kenneth J. (2003). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. (Johan Arief Budiman & Susi Purwoko, Penerjemah). Jakarta: EGC. Kidd, E.A.M. 2000. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Edisi 6. Jakarta: Widya Medika.
1