Resin Akrilik.docx

  • Uploaded by: nadia yasmin
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Resin Akrilik.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,358
  • Pages: 7
1. Resin Akrilik A. Pengertian Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak diaplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, plat ortodonsi, sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Oleh karena itu alangkah baiknya kita mengetahui lebih lanjut tentang cara manipulasi ataupun sifat sifat dari resin akrilik dengan melakukan serangkaian studi praktikum, dan nantinya dalam penggunaan atau aplikasinya bisa tercapai dengan baik. Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya (Anusavice, 2003).

B. Klasifikasi Resin Akrilik 

Heat Cured (Resin Akrilik Polimerisasi Panas) Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan. Energi termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan menggunakan perendaman air atau microwave. Penggunaan energy termal menyebabkan dekomposisi peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk akan mengawali proses polimerisasi ( Ecket, dkk., 2004).



Resin Akrilik Swapolimerisasi ( Self- Cured) Autopolymerizing Merupakan resin akrilik yang teraktivasi secara kimia. Resin yang teraktivasi secara kimia tidak memerlukan penggunaan energy termal dan dapat dilakukan pada suhu kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai melalui penambahan amintersier terhadap monomer. Bila komponen powder dan liquid diaduk,

amintersier akan menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida sehingga dihasilkan radikal bebas dan polimerisasi dimulai ( Ecket, dkk., 2004). 

Resin Akrilik Polimerisasi Microwave Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik dalam rentang frekuensi megahertz untuk mengaktifkan proses polimerisasi basis resin akrilik. Prosedur ini sangat disederhanakan pada tahun 1983, dengan pengenalan serat kaca khusus, cocok untuk digunakan dalam oven microwave. Resin akrilik dicampur dalam bubuk yang tepat, dalam waktu yang sangat singkat sekitar 3 menit. Kontrol yang cermat dari waktu dan jumlah watt dari oven adalah penting untuk menghasilkan resin bebas pori dan memastikan polimerisasi lengkap ( Ecket, dkk., 2004).



Resin Akrilik Polimerisasi Cahaya Resin akrilik diaktifkan cahaya, yang juga disebut resin VLC, adalah kopolimer dari dimetakrilat uretan dan resin akrilik kopolimer bersama dengan silika microfine. Proses polimerisasi diaktifkan dengan menempatkan resin akrilik yang telah dicampur dalam moldable di model master pada sebuah meja berputar, dalam ruang cahaya dengan intensitas cahaya yang tinggi dari 400-500 nm, untuk periode sekitar 10 menit ( Ecket, dkk., 2004).

C. Komposisi Resin Akrilik Menurut Combe (1992) dan Anusavice (1996) komposisi resin akrilik: 

Heat Cured acrylic a. Bubuk (powder) mengandung : 1. Polimer (polimetilmetakrilat) sebagai unsur utama 2.

Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5%

3. Reduces Translucency : Titanium dioxide 4. Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan dengan jaringan mulut : 1% 5. Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil

b. Cairan (liquid) mengandung :

1. Monomer : methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang mudah menguap. 2. Stabilisator : 0,006 % inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang polimerisasi selama penyimpanan. 3. Cross linking agent : 2 % ethylen glycol dimetacrylate, bermanfaat membantu penyambungan dua molekul polimer sehingga rantai menjadi panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik. 

Self Cured Acrylic Komposisinya sama dengan tipe heat cured, tetapi ada tambahan aktivator, seperti dimethyl-p-toluidin pada liquidnya

D. Sifat Resin Akrilik 1. Sifat Fisik 

Warna dan Persepsi Warna Resin akrilik mempunyai warna yang harmonis, artinya warnanya sama dengan jaringan sekitar. Warna disini berkaitan dengan estetika, dimana harus menunjukka transulensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan penampilan jaringan mulut yang digantikannya.Selain itu harus dapat diwarnai atau dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan setelah pembentukkan (Annusavice. 2003).



Stabilitas Dimensional Resin Akrilik mempunyai dimensional stability yang baik, sehingga dalam kurun waktu tertentu bentuknya tidak berubah. Stabilitas dimensional dapat dipengaruhi oleh proses, molding, cooling, polimerisasi, absobsi air dan temperatur tinngi (Annusavice. 2003).



Abrasi dan ketahanan abrasi Kekerasan merupakan suatu sifat yang sering kali digunakan untuk memperkirakan ketahanan aus suatu bahan dan kemampuan untuk mengikis struktur gigi lawannya. Proses abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah substansi / zat. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan yang mengakibatakan kerusakan dan

terbentuknya pecahan / fraktur. Namun resin akrilik keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi (Combe, 1992). 

Crazing ( Retak ) Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin disebabkan karena adanya tensile stress, sehingga terjadi pemisahan berat molekul atau terpisahnya molekul – molekul polimer (Combe, 1992).



Creep ( Tekanan ) Creep didefinisikan sebagai geseran plastik yang bergantung waktu dari suatu bahan di bawah muatan statis atau tekanan konstan. Akrilik mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila akrilik mendapat beban atau tekanan terus menerus dan kemudian ditiadakan, maka akan berubah bentuk secara permanen (Combe, 1992).



Termal Thermal conduktivity resin akrilik rendah dibandingkan dengan logam, pengahntar panasnya sebesar 5,7 x 10-4 / detik / cm / 0C / cm2 (Combe, 1992).



Porositas Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang telah mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek negatif terhadap kekuatan dari resin akrilik. Dimana resin akrilik ini mudah porus (Combe, 1992).

2. Sifat Mekanik Sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan. Sifat mekanis bahan basis gigitiruan terdiri atas kekuatan tensil, kekuatan impak, fatique, crazing dan kekerasan. (Combe, 1992) 

Kekuatan Tensil Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa. Kekuatan tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama resin akrilik. (Combe, 1992)



Kekuatan Impak Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm. Resin akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigitiruan

akrilik jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan terjadi fraktur. (Combe, 1992) 

Fatique Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur akibat fatique. Fatique merupakan akibat dari pemakaian gigitiruan yang tidak didesain dengan baik sehingga basis gigitiruan melengkung setiap menerima tekanan pengunyahan. Kekuatan fatique basis resin akrilik polimerisasi panas 2

adalah 1,5 juta lengkungan sebelum patah dengan beban 2500 lb/in pada stress maksimum 17 MPa. (Combe, 1992) 

Crazing Crazing merupakan terbentuknya goresan atau keretakan mikro. Crazing pada resin transparan menimbulkan penampilan berkabut atau tidak terang. Pada resin berwarna, menimbulkan gambaran putih (Anusavice, 2003).



Kekerasan Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15 2

kg/mm . Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif lunak dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung menipis. Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah besar. (Combe, 1992)

3. Sifat kimia 

Penyerapan Air Penyerapan air selalu terjadi pada resin akrilik dengan tingkat yang lebih besar pada bahan yang lebih kasar. Penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi, meskipun tidak signifikan. Penelitian Cheng Yi-Yung (1994) menemukan bahwa penambahan berbagai serat pada resin akrilik menunjukkan perubahan dimensi yang lebih kecil selama perendaman dalam air. (Combe, 1992)



Stabilitas Warna

Yu-lin Lai dkk. (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi.

Beberapa penulis juga

menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik. (Combe, 1992).

4. Sifat biologis 

Pembentukan Koloni Bakteri Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan gigitiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan permukaan, dan kekasaran permukaan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah, permukaan yang halus, kekerasan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan nilon dan sudut kontak permukaan dengan air yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering dibersihkan maka perlekatan bakteri

tidak

akan mudah terjadi.

Pembersihan dan perendaman gigitiruan dalam pembersih kemis secara teratur umumnya sudah cukup untuk mengurangi masalah perlekatan bakteri. (Combe, 1992) 

Biokompatibilitas Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel. Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan reaksi alergi yang disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau benzoic acid pada basis gigitiruan. Pasien yang tidak alergi juga dapat mengalami iritasi apabila terdapat jumlah monomer yang tinggi pada basis gigitiruan yang tidak dikuring dengan baik. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut standar ISO adalah 2,2 %. (Combe, 1992)

Sumber: Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC. Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka Tim Penyusun. 2009. Petunjuk Skill Lab Bahan dan Teknologi Kedokteran Gigi I. Jember : Fakultas Kedokteran Gigi UNEJ

Related Documents

Resin Era
November 2019 16
Resin Akrilik.docx
December 2019 9
Glaze Coat Resin
June 2020 4
His Pure Cobalt Resin
July 2020 8

More Documents from "riri munawang"

Lo 1 Sc2.docx
June 2020 1
Makalah Blok 6 Sc 3.docx
November 2019 4
Resin Akrilik.docx
December 2019 9