Makalah Blok 6 Sc 3.docx

  • Uploaded by: nadia yasmin
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Makalah Blok 6 Sc 3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 5,139
  • Pages: 32
MAKALAH BLOK 6 SKENARIO 3 PENGETAHUAN PRODUK

DOSEN PEMBIMBING: drg. Citra Lestari, MDSc PENANGGUNG JAWAB: drg. Widya Puspita Sari

Oleh: KELOMPOK 2 Mery Anzayani – 1810070110026 (Ketua) Berliana Arzen – 1810070110073 (Sekretaris) Caisar Ashari – 1810070110010 Nur Fajriya Yunita – 1810070110020 Nadia Yasmin – 1810070110023 Aryufasa ferotrima – 1810070110029 Kurnia Putri – 1810070110061 Saza Elisa – 1810070110062 Tasya Lira Della Putri - 1810070110064 Nanda Apricilia Azizah – 1810070110067 Amira Afifa Arfel – 1810070110068 Yola Febiola Wijaya – 1810070110085

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG 2019

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah. Makalah ini memuat pembahasan dari hasil tutorial langkah 1-7.Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini.Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, Maret 2019

Penulis

ii

DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii DAFTAR ISI .................................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................iv DAFTAR TABEL .........................................................................................................v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Klarifikasi Istilah ....................................................................................................3 2.2 Penetapan Masalah .................................................................................................4 2.3 Curah Pendapat ......................................................................................................4 2.4 Analasis Permasalahan ...........................................................................................8 2.5 Tujuan Pembelajaran ...............................................................................................8 2.6 Penjelasan Secara Sistematik ..................................................................................8 BAB III PENUTUP......................................................................................................26 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................27

iii

DAFTAR GAMBAR HALAMAN

Gambar 2.6.1 Resin akrilik...........................................................................9 Gambar 2.6.2 Bahan cetak...........................................................................16 Gambar 2.6.3 Bahan Cetak Alginate...........................................................20

iv

DAFTAR TABEL HALAMAN Tabel 2.6.1 Komposisi Alginate........................................................21

v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak aplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, pelat ortodonsi, sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Oleh karena itu alangkah baiknya kita mengetahui lebih lanjut tentang cara manipulasi ataupun sifat sifat dari resin akrilik dengan melakukan serangkaian studi praktikum, dan nantinya dalam penggunaan atau aplikasinya bisa tercapai dengan baik. Resin akrilik adalah jenis resin termoplastik, di mana merupakan senyawa komponen non metalik yang dibuat secara sintesis dari bahan-bahan organik. Resin akrilik dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis, dan mengeras apabila dipanaskan. Pengerasan terjadi oleh karena terjadinya reaksi polimerisasi adisi antara polimer dan monomer. Salah satu bahan kedokteran gigi yang sering digunakan adalah logam. Logam memiliki jenis yang bermacam-macam. Baik yang digunakan di laboratorium maupun di klinik. Khusus untuk logam yang dipakai secara klinis yang langsung berhubungan dengan tubuh manusia, maka operator dituntut untuk mengetahui sifat logam tersebut baik fisik maupun mekanis, sehingga dapat mengetahui pengaruhnya terhadap jaringan tubuh. Logam pada umumnya bersifat keras, mengkilap, pada temperatur ruang umumnya berupa padatan, padat atau berat, penghantar panas dan listrik yang baik, opaqe (tidak tembus sinar), elektropositif, memiliki titik didih dan titik lebur yang tinggi. Bahan cetak di kedokteran gigi digunakan untuk membuat replika jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan untuk mendapatkancetakan negatifdan positif, cetakan negatif diperoleh dari rongga mulut dengan menggunakan bahan cetak hidrokoloid dan cetakan positif atau model diperoleh melalui pengisian

1

reproduksi negatif dengan gipsum. Salah satu bahan cetak hidrokoloid yang masih banyak digunakan saat ini adalah alginat. Gipsum adalah bentuk hemihidrat dari kalsium sulfat dihidrat, dengan rumus kimia (CaSO4)2H2O. Di alam, gipsum merupakan masa yang padat dan berwarna abu-abu, merah atau coklat. warna tersebut disebabkan adanya zat lain seperti tanah liat, oksidasi besi, anhidrat, karbokhidrat, sedikit SiO2 atau oksida logam lain (Anderson 1997). Batu gypsum putih terbentuk secara alami dengan sendirinya pada era geologi 100 sampai 200 juta tahun yang lalu. Dalam sejarah bumi, lapisan gipsum tertutup oleh gumpalan lain dari batu yang semuanya terkena pengaruh kekuatan geologis. Karena naiknya tekanan, lapisan gypsum kehilangan air kristal dan kalsium sulfat anhidrit terbentuk. Jika kalsium sulfat anhidrit yang bebas air dihubungkan kembali dengan air, maka dengan perlahan akan mulai membentuk kembali menjadi gypsum.

1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana jenis, komposisi dan sifat resin akrilik? 2. Bagaimana jenis, komposisi dan sifat bahan cetak? 3. Bagaimana jenis, komposisi dan sifat gypsum?

1.3 Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui dan memahami jenis, komposisi dan sifat resin akrilik. 2. Untuk mengetahui dan memahami jenis, komposisi dan sifat bahan cetak. 3. Untuk mengetahui dan memahami jenis, komposisi dan sifat gypsum.

2

BAB II PEMBAHASAN Skenario 3 “GIGI PALSU” Gilang berusia 34 tahun datang ke praktek dokter gigi untuk membuat gigi palsu karena ada beberapa gigi ompong. Gilang merasa kurang percaya diri saat berbicara sehingga ingin dibuatkan gigi palsu yang estetisnya bagus. Pemeriksaan intra oral kehilangan gigi 35,36,37 dan gigi 21 pasca perawatan saluran akar. Dokter gigi menjelaskan untuk gigi 21 akan dibuatkan mahkota tiruan pasak dengan bahan keramik, pasak terbuat dari bahan logam tuang. Setelah menyetujui rencana perawatan, dokter gigi melakukan pencetakan awal dengan bahan cetak alginate dan diisi dengan bahan gypsum untuk mendapatkan model anatomis rahang. 2.1 Klarifikasi Istilah 1. Bahan gipsum : Merupakan mineral dari alam yang terbentuk secara alamiah dari hasil penguapan air di pedalaman perairan yang mengendap. Berwarna transparan namun terkadang berwarna abu-abu, coklat atau merah muda, dan memiliki struktur kimia CaSO42H2O. 2. Resin akrilik : Resin akrilik adalah rantai polimer yang terdiri dari unitunit metil metakrilat yang berulang, digunakan untuk membuat basis gig tiruan dalam proses rehabilitatif, untuk pelat ortodonti maupun restorasi crown and bridge. 3. Alginate : Alginate merupakan bahan cetak detail untuk membuat model studi, bahan cetak hidkoloid, dan sebagai material cetakan gigi. Berfungsi untuk duplikasi jaringan rongga mulut. 4. Mahkota tiruan pasak : Mahkota tiruan yang memperbaiki saluran permukaan mahkota gigi yang telah dirawat saluran akarnya dengan pasak sebagai retensi utama. 5. Logam tuang : Logam tuang yaitu restorasi yang dibuat dengan menuang logam campur (alloy)

3

2.2 Penetapan Masalah 1. Kenapa pada gigi 21 dan geraham dilakukan perawatan yang berbeda? 2. Apakah jenis jenis dari resin akrilik? 3. Apa saja sifat dari resin akrilik? 4. Apa saja komposisi dari bahan resin akrilik? 5. Apa saja jenis dan komposisi logam tuang? 6. Apa sifat dari logam tuang? 7. Apa saja tipe tipe mahkota tiruan selain mahkota pasak? 8. Apa saja jenis dari bahan cetak? 9. Apa saja komposisi dari bahan cetak? 10. Apa saja sifat dari bahan cetak? 11. Komposisi dari alginate? 12. Apa saja isi dari bahan gypsum pada skenario? 13. Apa saja jenis jenis dari bahan gypsum?

2.3 Curah Pendapat 1. Kenapa pada gigi 21 dan geraham dilakukan perawatan yang berbeda? Jawaban: Gigi 21 digunakan mahkota tiruan pasak karena masih ada akarnya, sedangkan gigi geraham sudah kosong atau ompong. Maka harus menggunakan restorasi resin akrilik.

2. Apa saja jenis-jenis dari resin akrilik? Jawaban: Terdapat 4 jenis resin akrilik yaitu: a. Resin akrilik polimerisasi sinar (light cured resin acrylic): yaitu jenis resin akrilik yang proses polimerisasinya menggunakan bantuan dari sinar tampak. b. Resin akrilik polimerisasi panas (heat cured resin acrylic): yaitu jenis resin akrilik yang proses polimerisasinya menggunakan energi panas. c. Resin akrilik polimerisasi kimia (self/cold cured resin acrylic): yaitu jenis resin akrilik yang proses polimerisasinya tidak memerlukan

4

bantuan energi panas maupun energi sinar tampak untuk proses polimerisasinya. d. Resin akrilik microwave cured: yaitu jenis resin akrilik yang proses polimerisasinya menggunakan pemanasan microwave.

3. Apa saja sifat dari resin akrilik? Jawaban:  Keras  Padat  Transparan  Stabilitas dimensional: memiliki dimensional yang baik  Tahan abrasi  Tekanan: apabila akrilik mendapatkan beban secara terus menerus, maka ketika tidak mendapatkan beban akan berubah secara permanen.

4. Apa saja komposisi dari bahan resin akrilik? Jawaban: 

Heat Cured acrylic a.

Bubuk (powder) mengandung: 1.

Polimer (polimetilmetakrilat) sebagai unsur utama

2.

Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5%

3.

Reduces Translucency : Titanium dioxide

4.

Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan dengan jaringan mulut : 1%

5.

Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil

b. Cairan (liquid) mengandung : 1.

Monomer : methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang mudah menguap.

2.

Stabilisator : 0,006 % inhibitor hidrokuinon sebagai penghalang polimerisasi selama penyimpanan.

3.

Cross linking agent : 2 % ethylen glycol dimetacrylate, bermanfaat

membantu

5

penyambungan

dua

molekul

polimer sehingga rantai menjadi panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik. 

Self Cured Acrylic Komposisinya sama dengan tipe heat cured, tetapi ada tambahan aktivator, seperti dimethyl-p-toluidin pada liquidnya.

5. Apa sifat dari logam tuang? Jawaban: 

Kekuatan dan kekerasan yang baik



Sifat kelenturan yang rendah



Resisten terhadap korosi



Mudah dicairkan

6. Apa saja tipe tipe mahkota tiruan selain mahkota pasak? Jawaban: Tipe mahkota tiruan selain mahkota pasak: 

Endopost



Endowel



Parapost

7. Apa saja jenis dari bahan cetak? Jawaban: Jenis bahan cetak sebagai berikut : 1) Inelastic impression material : a. Plaster of Paris b. Wax c. Compound d. Zinc oxide-eugenol (OSE)

6

2) Nonaqueous elastomeric impression material : a. Polisulfid b. Silikon terkondensasi c. Poliester 3) Aqueous elastomeric impression material (hidrokoloid)

8. Apa saja komposisi dari bahan cetak? Jawaban:  Potassium alginate  Kalsium sulfat dihidrat  Sodium fosfat  Potassium fosfat  Fillers (tanah diatom)  Pewarna  Perasa

9. Apa saja jenis jenis dari bahan gypsum? Jawaban: Gipsum dikategorikan menjadi beberapa jenis tergantung dari penggunaan dan tujuan pemakaian. Menurut ADA No. 25 terdapat 5 jenis gipsum yaitu: 1.

Tipe I (Impression Plaster)

2.

Tipe II (Laboratory or Model Plaster)

3.

Tipe III (Dental Stone)

4.

Tipe IV (Dental Stone, High Strength)

5.

Tipe V (High-Strength, High Expansion Dental Stone)

7

2.4 Analisis Masalah

Gigi Palsu

Material Rehabilitatif

Material Penunjang

Resin akrilik

Jenis- jenis

Bahan cetak

komposisi

Gipsum

Sifat-sifat

material 2.5 Tujuan Pembelajaran 1. Untuk mengetahui dan memahami jenis, komposisi dan sifat resin akrilik. 2. Untuk mengetahui dan memahami jenis, komposisi dan sifat bahan cetak. 3. Untuk mengetahui dan memahami jenis, komposisi dan sifat gypsum.

2.6 Penjelasan Secara Sistematik Resin Akrilik A. Pengertian Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak diaplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, plat ortodonsi, sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Oleh karena itu alangkah baiknya kita mengetahui lebih lanjut tentang cara manipulasi ataupun sifat sifat dari

8

resin akrilik dengan melakukan serangkaian studi praktikum, dan nantinya dalam penggunaan atau aplikasinya bisa tercapai dengan baik. Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam rumus strukturnya (Anusavice, 2003).

Gambar 2.6.1 resin akrilik

B. Klasifikasi Resin Akrilik 

Heat Cured (Resin Akrilik Polimerisasi Panas) Merupakan resin akrilik yang polimerisasinya dengan bantuan pemanasan. Energi termal yang diperlukan dalam polimerisasi dapat diperoleh dengan menggunakan perendaman air atau microwave. Penggunaan energy termal menyebabkan dekomposisi peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk akan mengawali proses polimerisasi ( Ecket, dkk., 2004).



Resin Akrilik Swapolimerisasi ( Self- Cured) Autopolymerizing Merupakan resin akrilik yang teraktivasi secara kimia. Resin yang teraktivasi secara kimia tidak memerlukan penggunaan energy termal dan dapat dilakukan pada suhu kamar. Aktivasi kimia dapat dicapai melalui penambahan amintersier terhadap monomer. Bila komponen

powder

dan

liquid

diaduk,

amintersier

akan

menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida sehingga dihasilkan radikal bebas dan polimerisasi dimulai ( Ecket, dkk., 2004).

9



Resin Akrilik Polimerisasi Microwave Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik dalam rentang

frekuensi

megahertz

untuk

mengaktifkan

proses

polimerisasi basis resin akrilik. Prosedur ini sangat disederhanakan pada tahun 1983, dengan pengenalan serat kaca khusus, cocok untuk digunakan dalam oven microwave. Resin akrilik dicampur dalam bubuk yang tepat, dalam waktu yang sangat singkat sekitar 3 menit. Kontrol yang cermat dari waktu dan jumlah watt dari oven adalah penting untuk menghasilkan resin bebas pori dan memastikan polimerisasi lengkap ( Ecket, dkk., 2004). 

Resin Akrilik Polimerisasi Cahaya Resin akrilik diaktifkan cahaya, yang juga disebut resin VLC, adalah kopolimer dari dimetakrilat uretan dan resin akrilik kopolimer bersama dengan silika microfine. Proses polimerisasi diaktifkan dengan menempatkan resin akrilik yang telah dicampur dalam moldable di model master pada sebuah meja berputar, dalam ruang cahaya dengan intensitas cahaya yang tinggi dari 400-500 nm, untuk periode sekitar 10 menit ( Ecket, dkk., 2004).

C. Komposisi Resin Akrilik Menurut Combe (1992) dan Anusavice (1996) komposisi resin akrilik: 

Heat Cured acrylic Bubuk (powder) mengandung : 1.

Polimer (polimetilmetakrilat) sebagai unsur utama

2.

Benzoil peroksida sebagai inisiator : 0,2-0,5%

3.

Reduces Translucency : Titanium dioxide

4.

Pewarna dalam partikel polimer yang dapat disesuaikan dengan jaringan mulut : 1%

5.

Fiber : menyerupai serabut-serabut pembuluh darah kecil

10

Cairan (liquid) mengandung : 1.

Monomer : methyl methacrylate, berupa cairan jernih yang mudah menguap.

2.

Stabilisator

:

0,006

%

inhibitor

hidrokuinon

sebagai

penghalang polimerisasi selama penyimpanan. 3.

Cross linking agent : 2 % ethylen glycol dimetacrylate, bermanfaat membantu penyambungan dua molekul polimer sehingga rantai menjadi panjang dan untuk meningkatkan kekuatan dan kekerasan resin akrilik.



Self Cured Acrylic Komposisinya sama dengan tipe heat cured, tetapi ada tambahan aktivator, seperti dimethyl-p-toluidin pada liquidnya

D. Sifat Resin Akrilik 1. Sifat Fisik 

Warna dan Persepsi Warna Resin akrilik mempunyai warna yang harmonis, artinya warnanya sama dengan jaringan sekitar. Warna disini berkaitan dengan estetika, dimana harus menunjukka transulensi atau transparansi yang cukup sehingga cocok dengan penampilan jaringan mulut yang digantikannya.Selain itu harus dapat diwarnai atau dipigmentasi, dan harus tidak berubah warna atau penampilan setelah pembentukkan (Annusavice. 2003).



Stabilitas Dimensional Resin Akrilik mempunyai dimensional stability yang baik, sehingga dalam kurun waktu tertentu bentuknya tidak berubah. Stabilitas dimensional dapat dipengaruhi oleh proses, molding, cooling, polimerisasi, absobsi air dan temperatur tinngi (Annusavice. 2003).



Abrasi dan ketahanan abrasi Kekerasan merupakan suatu sifat yang sering kali digunakan untuk memperkirakan ketahanan aus suatu bahan dan kemampuan untuk mengikis struktur gigi lawannya. Proses

11

abrasi yang terjadi saat mastikasi makanan, berefek pada hilangnya sebuah substansi / zat. Mastikasi melibatkan pemberian tekanan yang mengakibatakan kerusakan dan terbentuknya pecahan / fraktur. Namun resin akrilik keras dan memiliki daya tahan yang baik terhadap abrasi (Combe, 1992). 

Crazing ( Retak ) Retakan yang terjadi pada permukaan basis resin disebabkan karena adanya tensile stress, sehingga terjadi pemisahan berat molekul atau terpisahnya molekul – molekul polimer (Combe, 1992).



Creep ( Tekanan ) Creep didefinisikan sebagai geseran plastik yang bergantung waktu dari suatu bahan di bawah muatan statis atau tekanan konstan. Akrilik mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila akrilik mendapat beban atau tekanan terus menerus dan kemudian ditiadakan, maka akan berubah bentuk secara permanen (Combe, 1992).



Termal Thermal conduktivity resin akrilik rendah dibandingkan dengan logam, pengahntar panasnya sebesar 5,7 x 10-4 / detik / cm / 0C / cm2 (Combe, 1992).



Porositas Porositas adalah gelembung udara yang terjebak dalam massa akrilik yang telah mengalami polimerisasi. Timbulnya porositas menyebabkan efek negatif terhadap kekuatan dari resin akrilik. Dimana resin akrilik ini mudah porus (Combe, 1992).

2. Sifat Mekanik Sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari bahan

bila terkena gaya atau distribusi

tekanan. Sifat mekanis bahan basis gigitiruan terdiri atas kekuatan tensil, kekuatan impak, fatique, crazing dan kekerasan. (Combe, 1992)

12



Kekuatan Tensil Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa. Kekuatan tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama resin akrilik. (Combe, 1992)



Kekuatan Impak Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm. Resin akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigitiruan akrilik jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan terjadi fraktur. (Combe, 1992)



Fatique

Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur akibat fatique. Fatique merupakan akibat dari pemakaian gigitiruan yang tidak didesain dengan baik sehingga basis

gigitiruan

melengkung

setiap

menerima

tekanan

pengunyahan. Kekuatan fatique basis resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,5 juta lengkungan sebelum patah dengan beban 2

2500 lb/in pada stress maksimum 17 MPa. (Combe, 1992) 

Crazing Crazing merupakan terbentuknya goresan atau keretakan mikro.

Crazing pada resin transparan menimbulkan penampilan berkabut atau tidak terang. Pada resin berwarna, menimbulkan gambaran putih (Anusavice, 2003). 

Kekerasan Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN 2

atau 15 kg/mm . Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif lunak dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan

basis

resin

akrilik

cenderung

menipis.

Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah besar. (Combe, 1992)

13

3. Sifat kimia 

Penyerapan Air Penyerapan air selalu terjadi pada resin akrilik dengan tingkat yang lebih besar pada bahan yang lebih kasar. Penyerapan air menyebabkan perubahan dimensi, meskipun tidak signifikan. Penelitian

Cheng

Yi-Yung

(1994)

menemukan

bahwa

penambahan berbagai serat pada resin akrilik menunjukkan perubahan dimensi yang lebih kecil selama perendaman dalam air. (Combe, 1992) 

Stabilitas Warna Yu-lin Lai dkk. (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin akrilik menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi. Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki stabilitas warna yang baik. (Combe, 1992).

4. Sifat biologis 

Pembentukan Koloni Bakteri Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan gigitiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan, kekerasan permukaan, dan kekasaran permukaan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah, permukaan yang halus, kekerasan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan nilon dan sudut kontak permukaan dengan air yang cukup besar sehingga apabila diproses dengan baik dan sering dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan mudah terjadi. Pembersihan dan perendaman gigitiruan dalam pembersih kemis secara teratur umumnya sudah cukup untuk mengurangi masalah perlekatan bakteri. (Combe, 1992)

14



Biokompatibilitas Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel. Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan reaksi alergi yang disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau benzoic acid pada basis gigitiruan. Pasien yang tidak alergi juga dapat mengalami iritasi apabila terdapat jumlah monomer yang tinggi pada basis gigitiruan yang tidak dikuring dengan baik. Batas maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut standar ISO adalah 2,2 %. (Combe, 1992)

Bahan Cetak A. Pengertian Bahan cetak digunakan untuk menghasilkan replika bentuk gigi dan jaringan lunak dalam rongga mulut secara detail. Menurut Craig dkk (2004) syarat bahan cetak dalam kedokteran gigi adalah: mudah digunakan dan harga terjangkau, kekuatan aliran adekuat, memiliki setting time dan karakteristik yang wajar, memiliki kekuatan tarik yang cukup baik, sehingga tidak mudah sobek saat dikeluarkan dari dalam mulut. Kekuatan tarik alginat bervariasi dari 380 hingga 700 gm/cm, memiliki kekuatan kompresi yang cukup baik, American National Standart Institute (ANSI-ADA) mengklasifikasikan bahwa bahan cetak harus memiliki kekuatan kompresi setidaknya 3570 gm/cm ketika material dilepaskan dari dalam mulut, aman (tidak toksik atau mengiritasi jaringan mulut), tidak ada degradasi desinfeksi secara signifikan, kompatibel dengan seluruh bahan cetak, kualitasnya terjaga dengan baik serta tidak mudah rusak oleh pengaruh lingkungan, dimensi akurasi baik. Penguapan air pada hasil cetakan akan mengkerutkan dimensi, sehingga nantinya akan terjadi perubahan akurasi pada cetakan positifnya (Mc.Cabe and Walls, 2008). ADA menetapkan

15

bahawa standar akurasi bahan cetak adalah 0,75 mm (Craig et al., 2004)

Gambar 2.6.2 Bahan Cetak B. Klasifikasi Bahan Cetak Bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi reversibel dan irreversibel. Berdasarkan cara bahan tersebut mengeras. Istilah reversibel menunjukkan bahwa terjadi reaksi kimia selama proses setting time berlangsung. Bahan tidak dapat diubah dan kembali ke keadaan semula pada klinik dokter gigi. Misalnya hidrokoloid alginat, pasta cetak oksida seng eugenol (OSE), plaster of Paris, mengeras dengan reaksi kimia, sedang bahan cetak elastomerik mengeras dengan polimerisasi. Sebaliknya, reversibel berarti bahan tersebut melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan, tanpa terjadi perubahan kimia. Hidrokoloid reversibel dan kompoun cetak termasuk dalam kategori ini (Anusavice, 2004). C. Jenis-jenis Bahan Cetak Jenis bahan cetak dibagi menjadi 2, yaitu: 1.

Bahan cetak elastis : dapat secara akurat memproduksi baik struktur keras maupun lunak dari rongga mulut, termasuk undercut dan celah interproksimal. Salah satu bahan cetak elastis yang banyak digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid

irreversible

atau

alginat.

Alginat

banyak

digunakan karena mudah dalam pembuatannya, harga yang relatif murah dan keakuratannya memuaskan. Alginat juga

16

banyak digunakan karena lebih luas indikasi pemanfaatannya dibandingkan jenis bahan cetak lainnya. Bahan cetak alginat mengandung garam alginat larut sebanyak 12-15%, kalsium sulfat sebanyak 8-12%, dan bahan Alginat mengandung 85% air yang rentan terhadap distorsi. Cetakan alginat dapat mengalami sineresis yaitu menguapnya air bila terjadi kenaikan suhu atau bila disimpan di udara terbuka dalam waktu tertentu sehingga cetakan alginat akan mengalami kontraksi. Cetakan alginat juga bersifat imbibisi yakni menyerap air bila berkontak dengan air dalam waktu tertentu sehingga akan mengembang. Bahan cetak elastis dibagi menjadi dua yaitu : a.

hidrokoloid : bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi dasarnya berupa koloid yang direaksikan dengan air. Koloid merupakan kombinasi dari wujud benda apapun, terkecuali bentuk gas. semua penghambur koloid disebut sol. Bahan cetak hidrokoloid dibagi lagi menjadi dua, yaitu : 

Irreversibel Bahan ini disebut irreversibel sebab bahan ini tidak dapat kembali menjadi wujud dasarnya setelah bereaksi membentuk wujud sol.



Reversibel Bahan reversibel dipengaruhi oleh suhu, sehingga bahan ini dapat kembali ke bentuk semula.

b.

elastomer : merupakan jenis bahan cetak elastis lain diluar bahan cetak hidrokoloid. Suatu bahan cetak elastomer terdiri atas molekul atau polimer besar yang diikat oleh sejumlah kecil ikatan. Elastomer meliputi bahan cetak polisulfid,

polieter,

silikon

kondensasi,

dan

yang

berpolimerisasi dengan penambahan. Bahan-bahan ini elatis dan mudah kembali ke bentuk semula dengan baik,

17

dan stabil dimensinya, tetapi relatif mahal terutama silikon yang berpolimerisasi dengan penambahan. Kekentalannya bermacam-macam, mulai dari pasta yang sangat padat sampai yang sangat encer, menghasilkan kelompok bahan cetak yang cocok untuk berbagai penerapan klinis. Bahanbahan ini bersih dan mudah penggunaannya, serta memiliki rentang waktu yang cukup untuk bekerja dan mengeras, sehingga cocok untuk hampir semua teknik. Bahan cetak elastomer merupakan bahan yang sering digunakan di kedokteran gigi untuk membuat cetakan yang akurat dan mampu menghasilkan cetakan gigi, jaringan mulut serta anatomi mulut yang diinginkan serta memiliki dimensi yang stabil. Elastomer adalah bahan cetak yang bersifat elastis yang apabila digunakan dan dikeluarkan dari rongga mulut, akan tetap bersifat elastis dan

fleksibel.

nonaqueous

Bahan

elastomeric

ini

diklasifikasikan

impression

sebagai

material

oleh

ANSI/ADA spesifikasi No. 19. Biasanya digunakan untuk mencetak pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan, immediet denture, dan crown, serta full denture yang diperlukan cetakan yang akurat dan detail 2.

Bahan cetak non elastis : Terdiri dari 3 yaitu : 1.

Gips Cetak Sekarang Gips Paris jarang digunakan sebagai bahan cetak sejak bahan elastomer telah tersedia, tetapi dapat digunakan sebagai bahan untuk membersihkan cetakan edentulous. Gips cetak bersifat rigid dan lebih mudah patah daripada bengkok. Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil, dan karena itu paling cocok digunakan bila tidak ada undercut tulang. Gips ini harus disimpan dalam kantung kedap udara karena akan

18

menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi waktu pengerasan. 2.

Kompound ini merupakan suatu bahan termoplastik yang akan melunak jika dipanaskan dalam uap air dengan suhu 55700C. Terdapat dua jenis kompound yang ditentukan oleh ADA. Tipe I digunakan untuk mencetak dan tipe II digunakan untuk preparasi sendok cetak. Walaupun jarang digunakan, kompound dapat dipakai untuk pencetakan mahkota penuh (tipe I), cetakan rahang edentulous sebagian atau seluruhnya (tipe I), dan membuat cetakan pada sendok cetak di mana cetakan akhir dibuat dengan menggunakan bahan lainnya (tipe II). Kompound tidak dapat digunakan untuk mencetak undercut karena tidak bersifat elastik.

3.

Oksida Seng Eugenol (OSE) Bahan ini kaku setelah mengeras dan dimensinya stabil. Karena itu bahan ini lebih disukai dibandingkan dengan alginat pada semua kasus yang tidak mempunyai undercut tulang. Pemakaian OSE terutama adalah sebagai bahan cetak untuk gigitiruan pada lingir edentulous dengan undercut kecil atau tanpa undercut. OSE juga dapat digunakan sebagai cetakan pembersih di atas kompound pada sendok cetak atau pada sendok cetak individual akrilik. Bahan Cetak Alginate Alginate acid merupakan bahan dasar alginat yang di peroleh dari bahan-bahan tumbuhan laut yang merupakan polymer dari Anhydro β – d Mannoronic Acid dengan berat molekul yang tinggi. Alginate acid ini tidak larut dalam air, tetapi beberapa garamnya bisa larut dalam air (Craig et al., 2004). Alginat tersedia dalam bentuk powder atau bubuk

19

yang memerlukan air dalam pemanipulasiannya. Bila alginate dicampur dengan air maka bahan tersebut tidak dapat lagi kembali ke bentuk semula. Oleh karena itu bahan cetak

alginate

merupakan

bahan

cetak

irreversible

hydrocolloid (bahan cetak yang tidak dapat di pakai lebih dari satu kali pemakaian).

Gambar 2.6.3 Alginate

20

D. Komposisi Alginate Komposisi

Jumlah (%)

Potassium alginate

18

Kegunaan Bereaksi

dengan ion

kalsium

untuk

garam

membentuk

hidrogel yang tidak larut dalam air(Powers & Sakaguci, 2006) Kalsium sulfat

14

dihidrat

Sebagai

penyedia

ion

kalsium,sebagai reaktor dalam proses pengerasan alginate

Sodium fosfat

2

Bereaksi dengan ion kalsium untuk mengontrol working time

Potassium fosfat

10

Mengontrol setting time

Fillers (tanah diatom)

56

Mengontrol

konsistensi

agar

bahan cetakan statis di sendok cetak Sodium silicofluoride

4

Mengontrol pH

Pewarna

Agar alginat lebih menarik

Perasa

Untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak enak

Kalsium/natrium

Retarder (Anusavice, 2004)

fosfat Tabel 2.6.1 komposisi alginate E. Sifat bahan cetak Irreversible Hydrocolloid : Produk bahan cetak alginat memiliki sifat elastis yang dapat diterima dibandingkan dengan bahan reversible hydrocolloid. 1. Sifat Fisik:  Keras  Bersifat elastik paling ideal  Lebih sensitif terhadap temperatur daripada polisulfid

21

 Viskositas rendah memiliki kemampuan untuk mengalir lebih baik dari pada viskositas yang tinggi 2. Sifat Mekanik:  kuat dalam hal penekanan (compressive strength) dan resistensi terhadap robekan (tear strength)  Kemampuan untuk berubah bentuk  Alginat memiliki sifat fleksibel namun tidak elastik sempurna 3. Sifat Kimia:  Bersih dan tidak memiliki aroma dan rasa yang tidak menyenangkan  Bahan cetak ini yang paling akurat, stabil, dan mahal  Mengelupas selama proses desinfektan 4. Sifat Biologi:  Hipersensitivitas  Toksisitivitas  Tidak mengiritasi  Tidak beracun.

Bahan Gipsum A. Pengertian Gipsum adalah mineral hidrous kalium sulfat (CaSO4 2H2O) yang terjadi di alam, berbentuk endapan sedimen mendatar dan dekat dengan permukaan bumi dan memiliki sebaran yang luas. Gipsum sering berasosiasi dengan batu kapur, batu serpih, batu pasir, marmer, dan lempung. Mineral lain yang selalu berasosiasi dengan gipsum ialah anhidrit (CaSO4), mineral sulfat sejenis gipsum tetapi tidak mengandung kristal H2O.

22

B. Sifat gipsum Gipsum mempunyai sifat fisik berwarna putih, kuning, abu-abu, merah jingga, hitam bila tak murni. Spesifik gravity 2,3. Kekerasan 2,0 (skala Mohs). Bentuk mineral kristalin, serabut dan masif dan mempunyai bermacam-macam kilap seperti "vitreous", "silky", dan "sugary". C. Komposisi gipsum Secara kimia gipsum mengandung :  SO3 46,5%,  CaO 32,6%,  pH2O 20,9%. Kelarutan gipsum dalam air yaitu  2,1 gr/liter air pada suhu 40 Derajad celcius,  1,8 gr/liter air pada suhu 0 Derajad celcius,  1,9 gr/liter air pada suhu 70-90 Derajad celcius. Kelarutan gipsum akan bertambah seiring dengan penambahan HCl dan HNO3. Komposisi gipsum tipe Elastomer 1. Addition Silicone  Base : 

Polimer dg gugus/terminal hydrosilane pada tiap molekul



Filler

 Accelerator (Katalis) : platinum catalyst-Karstedt type  Reaksi : membentukk gas hidrogen dari gugus OH (dr air)

23

2. Polyether  Base : 

Long-chain polyether copolymer dg gugus methylene & atom oksigen yg bergantian.

 Catalyst: 

Aliphatic cationic starte sbg agen cross-Linking

3. Condensation Silicone  Base : polydimethylsiloxane dg terminal reaktif gugus hidroksil  Accelerator : tannous octoate: suspension & alkyl silicate 4. Polysulfide  Base : polimer polysulfide dg gugus terminal mercaptan (-SH), titanium dioxide, zicn sulfate, copper, carbonate atau silica.  Accelerator :Lead dioxide, dibutyl / dicotyl phthlate, sulfur, substansi lain (magnesium, stearate & deodorant).

D. Jenis Gipsum Gipsum dikategorikan menjadi beberapa jenis tergantung dari penggunaan dan tujuan pemakaian. Menurut ADA No. 25 terdapat 5 jenis gipsum yaitu: 1.

Tipe I (Impression Plaster) Gipsum tipe I digunakan untuk mencetak pasien yang telah kehilangan gigi, hal ini disebabkan sifatnya yang tidak elastis dan mudah patah. Apabila gipsum tipe ini digunakan untuk mencetak pada pasien yang memiliki gigi, maka undercut gigi tidak dapat tercetak dengan baik. Gipsum tipe ini memiliki karakteristik waktu pengerasan (setting time) yang pendek, ekspansi yang kecil sekitar 0,13%, w/p ratio yang tinggi dan kekuatan kompresi yang rendah.

2.

Tipe II (Laboratory or Model Plaster) Pada dasarnya gipsum tipe II merupakan plaster of Paris, gipsum ini digunakan sebagai model studi dan sebagai bahan pengikat model kerja

24

ke artikulator. Gipsum tipe II memiliki karakteristik w/p ratio yang rendah, ekspansi yang lebih tinggi dibandingkan gipsum tipe I, setting time yang pendek dan kekuatan kompresi yang lebih tinggi daripada gipsum tipe I. 3.

Tipe III (Dental Stone) Dental stone umumnya digunakan sebagai bahan pembuatan model kerja. Gipsum tipe III memiliki karakteristik lebih keras dan lebih kuat dibandingkan gipsum tipe II sehingga lebih tahan lama. Dental stone memiliki w/p ratio yang lebih rendah dibandingkan gipsum tipe II, ekspansi sebesar 0,15-0,2% dan kekuatan kompresi sebesar 20,7–34,5 MPa.2,13.

4.

Tipe IV (Dental Stone, High Strength) Gipsum tipe IV atau biasa disebut dengan die stone digunakan untuk media pembuatan dai. Gipsum ini memiliki ketahanan terhadap abrasi yang cukup baik untuk menghindari perubahan bentuk gipsum saat mengukir wax, w/p ratio yang rendah dan kekuatannya dua kali lipat dari gipsum tipe III.

5.

Tipe V (High-Strength, High Expansion Dental Stone) Gipsum tipe V memiliki kekuatan kompresi dan ekspansi yang lebih tinggi dibandingkan gipsum tipe IV, hal ini diperoleh dari pengurangan perbandingan air Universitas Sumatera Utara 10 dan bubuk (w/p ratio). Gipsum tipe ini digunakan sebagai model kerja dalam pembuatan gigitiruan berbasis logam Kedokteran gigi khususnya bidang prostetik, gipsum tipe III atau dental stone lebih disukai sebagai bahan untuk membuat model kerja pada pembuatan protesa karena memiliki kekuatan yang cukup sehingga tahan terhadap fraktur dan abrasi dibanding dengan gipsum tipe I dan II (Anusavice, 2003; Chandra dkk., 2000).

25

BAB III PENUTUP Kesimpulan Dari hasil makalah ini maka dapat disimpulkan bahwa pada material rehabilitatif ada resin akrilik dan logam tuang. Material penunjang terdiri dari bahan cetak dan gypsum. Resin akrilik merupakan salah satu bahan kedokteran gigi yang telah banyak diaplikasikan untuk pembuatan anasir dan basis gigi tiruan, plat ortodonsi, sendok cetak khusus, serta restorasi mahkota dan jembatan dengan hasil memuaskan, baik dalam hal estetik maupun dalam hal fungsinya. Bahan cetak terbagai menjadi 2 : elastis dan non elastis. Elastis terbagi atas hidrokoloid dan elastomer. Bahan cetak hidrokoloid merupakan bahan cetak yang substansi dasarnya berupa koloid yang direaksikan dengan air. Irreversibel tidak dapat kembali menjadi wujud dasarnya. Reversibel bahan ini dapat kembali ke bentuk semula dipengaruhi oleh suhu. Contoh nya alginate. Elastomer meliputi bahan cetak polisulfid, polieter, silikon kondensasi. Bahan cetak non elastis terdiri dari gips cetak, kompound, Oksida Seng Eugenol (OSE)

Saran Dalam penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat mengerti dan memahami pengertian dari material rehabilitatif dan material penunujang lab, apa-apa saja jenis-jenis dari material rehabilitatif dan material penunujang lab, komposisi material rehabilitatif dan material penunujang lab preventif serta sifat-sifat yang terkandung dalam komposisi penunujang lab.

26

rehabilitatif

dan

material

DAFTAR PUSTAKA

1. Annusavice, Kenneth J. 2003. Phillips: Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC. 2. Combe, EC. 1992. Sari Dental Material. Penerjemah : Slamat Tarigan. Jakarta : Balai Pustaka 3. Tim Penyusun. 2009. Petunjuk Skill Lab Bahan dan Teknologi Kedokteran

Gigi I. Jember : Fakultas Kedokteran Gigi UNEJ 4. Lee H and Park C. A Method to Make a Preliminary Impression of Mobile Teeth. The Journal of Prosthetic Dentistry 2009; 52-3 5. Powers JM, Sakaguchi, Ronald L,. Craig’s Restorative Dental Materials twelfth edition. London : Mosby Elsevier, 2006: 272-9; 283-92 6. Alimim dkk. Pengaruh Persentase Massa Gipsum Dan Serat Terhadap Kuat Tekan dan Kuat Lentur Papan Semen–Gipsum Berserat Eceng Gondok

27

Related Documents


More Documents from "edward christianto"

Lo 1 Sc2.docx
June 2020 1
Makalah Blok 6 Sc 3.docx
November 2019 4
Resin Akrilik.docx
December 2019 9