LAPORAN KASUS Low Back Pain et causa Hernia Nukleus Pulposus
Disusun oleh :
Nindy Agista Kasim
C111 14 369
Rara Armita Arman
C111 14 501
Zakiah Pratiwi Bachrul
C111 14 508
Anugrah Astang
C111 14 517
Audina Ulfa Adria
C111 14 528
Moh. Nur My Tunggeng
C111 14 529
Supervisor : dr. Rahadi Arie Hartoko, Sp.KFR
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI MEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa: Nindy Agista Kasim
C111 14 369
Rara Armita Arman
C111 14 501
Zakiah Pratiwi Bachrul
C111 14 508
Anugrah Astang
C111 14 517
Audina Ulfa Adria
C111 14 528
Moh. Nur My Tunggeng
C111 14 529
Judul Laporan Kasus : Low back Pain et causa Hernia Nukeus Pulposus Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Kedokteran Fisik dan Rehabilitas Medik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Makassar, 29 Desember 2018
Supervisor,
dr. Rahadi Arie Hartoko, Sp.KFR
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................ iii LAPORAN KASUS .................................................................................... 4 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Definisi................................................................................................ 11
2.2
Epidemiologi ....................................................................................... 12
2.3
Faktor Risiko....................................................................................... 12
2.4
Patofisiologi ....................................................................................... 12
2.5
Tanda dan Gejala ............................................................................... 13
2.6
Klasifikasi .......................................................................................... 13
2.7
Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang ............................................. 14
2.8
Tatalaksana ......................................................................................... 20
2.9
Pencegahan ......................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 23
iii
BAB 1 LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN (28 Desember 2018)
Nama
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur
: 71 tahun
Pekerjaan
: Pensiunan
Agama
: Islam
Suku
: Bugis
: Tn. SH
ANAMNESIS Keluhan Utama : Nyeri punggung bawah Riwayat Penyakit Nyeri punggung bawah menjalar hingga kedua tungkai sejak 3 minggu yang lalu. Rasa nyeri kebas/kram ada, hilang timbul, muncul terutama saat beraktivitas (mengangkat barang berat, berjalan jauh sekitar 100 meter, dan perubahan posisi) serta disaat batuk. Frekuensi nyeri 5 kali sehari, durasi 5 menit, dan berkurang saat beristirahat. BAK dalam batas normal. BAB dalam batas normal. Riwayat hipertensi ada, tidak ada riwayat diabetes. Riwayat operasi fraktur tibia sinistra akibat kecelakaan motor sejak tahun 2006. Ada riwayat jatuh terduduk ± 5 tahun yang lalu. Pasien adalah seorang pekerja kantoran yang sering menghabiskan waktu di tempat duduk. Pasien juga sering bepergian jauh dengan mengendarai mobil.
PEMERIKSAAN FISIS Status Umum
Compos Mentis, Independent ambulation, Gait : antalgic gait, Postur : Normal, Right handed
BB : 76 kg, TB : 166 cm, IMT : 29,68 kg/m2
Tanda-tanda vital : BP : 150/90 mmHg, HR :81 x/mnt, RR : 20 x/mnt, T: 36,5 C
Head & Neck
: Dalam batas normal
Thorax : Cor
: Dalam batas normal
Pulmo
: Dalam batas normal 4
Abdomen
: Liver/Spleen : Impalpable
Extremitas
: Nyeri kedua tungkai
NPRS sebelum terapi : 5-6
NPRS setelah terapi : 2-3
PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL ROM
MMT
Flexion
Full (0-450)
5
Extension
Full 0-450)
5
Lateral Flexion
Full/Full (0-450)
5/5
Rotation
Full/Full (0-600)
5/5
Flexion
Full (0-800)
5
Extension
Full (0-300)
5
Lateral Flexion
15/Full (0-350)
4/4
Rotation
Full/Full (0-450)
5/5
Flexion
Full/Full (0-1800)
5/5
Extension
Full/Full (0-600)
5/5
Abduction
Full/Full (0-1800)
5/5
Adduction
Full/Full (0-450)
5/5
Ext. Rotation
Full/Full (0-700)
5/5
Int. Rotation
Full/Full (0-900)
5/5
Flexion
Full/Full (0-1350)
5/5
Extention
Full/Full (135-00)
5/5
Forearm Supination
Full/Full (0-900)
5/5
Forearm Pronation
Full/Full (0-900)
5/5
Flexion
Full/Full (0-800)
5/5
Extension
Full/Full (0-700)
5/5
Cervical
Trunk
Shoulder
Elbow
Wrist
5
Radial Deviation
Full/Full (0-200)
5/5
Ulnar Deviation
Full/Full (0-350)
5/5
Fingers Flexion
5/5
MCP
Full/Full (0-900)
5/5
PIP
Full/Full (0-1000)
5/5
DIP
Full/Full (0-900)
5/5
Extension
Full/Full (0-300)
5/5
Abduction
Full/Full (0-200)
5/5
Adduction
Full/Full (200-00)
5/5
MCP
Full/Full (0-900)
5/5
IP
Full/Full (0-800)
5/5
Extension
Full/Full (0-300)
5/5
Abduction
Full/Full (0-700)
5/5
Adduction
Full/Full (50-00)
5/5
Opposition
Full
5
Flexion
Full/Full (0-1200)
5/5
Extension
Full/Full (0-300)
5/5
Abduction
Full/Full (0-450)
5/5
Adduction
Full/Full (0-200)
5/5
Ext. Rotation
Full/Full (0-450)
5/5
Int. Rotation
Full/Full (0-450)
5/5
Flexion
Full/Full (0-1350)
5/5
Extension
Full/Full (135-00)
5/5
Plantar Flexion
Full/Full (0-200)
5/5
Dorsi Flexion
Full/Full (0-500)
5/5
Inversion
Full/Full (0-1500)
5/5
Thumbs Flexion
Hip
Knee
Ankle
6
Full/Full (0-350)
5/5
MTP
Full/Full (0-300)
5/5
IP
Full/Full (0-500)
5/5
Full/Full (0-800)
5/5
MTP
Full/Full (0-250)
5/5
IP
Full/Full (0-250)
5/5
Full/Full (0-800)
5/5
Eversion Toes Flexion
Extension Big Toe Flexion
Extension
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS GCS : E4M6V5 Rangsang meningeal : Kaku kuduk : negatif Kernig sign : negatif / negative DTRs : BPR N/N
KPR N/N
TPR N/N
APR N/N
Refleks patologis : Chaddock (-)/(-) Babinski (-)/(-) Special test :
Laseque test (+)/(+) Patrick (+)/(+) Contrapatrick (+)/(+) Thomas (-)/(-)
Defisit sensoris : (-)
Otonom: BAB dan BAK normal
RADIOLOGI: Foto MRI thoracolumbal : Kesan: Extrusio disc level CV L4-L5 yang mendesak dan menyempitkan thecal sac dan neural foramen bilateral serta mengiritasi exiting nerve root bilateral
7
Protrusio disc level L3-L4 yang mendesak dan menyempitkan thecal sac dan neural foramen bilateral serta mengiritasi exiting nerve root kanan
DIAGNOSIS : Low back Pain et causa Hernia Nukleus Pulposus Hipertensi Grade II Diagnosis Fungsional : Impairment
: Nyeri punggung bawah menjalar ke kedua tungkai
Disability
: Gangguan mengangkat berat, gangguan berjalan
Handicap
: Hobi berpergian terganggu.
Daftar Masalah
Surgical : -
Medical : LBP ec HNP
PERENCANAAN
Perencanaan diagnostik : X-Ray (untuk melihat penyempitan diskus dan kelainan alignment vertebra seperti skoliosis)
Perencanaan terapi
:
1. Latihan fisioterapi Modalitas dengan terapi 3 kali seminggu SWD (Short Wave Diathermy) SWD memberikan efek panas yang menyebabkan terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan aliran darah kapiler dan berefek meninngkatkan pasokan nutrisi dan pembuangan zat sisa metabolisme (Substansi P). Mekanisme tersbeut membantu dalam mengurangi nyeri dan spasme otot-otot. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation) TENS dapat memblokir hantaran rangsang dari nociceptor ke medulla spinalis. Pemblokiran tersebut menyebabkan impuls nyeri tidak sampai ke medulla spinalis. Sehingga dapat mengurangi nyeri, spasme dna meningkatkan aktivitas fungsional. Latihan postur dan stretching trunk
8
Modalitas ini berfungsi untuk menguatkan otot-otot yang lemah, meregangkan otot-otot yang spasme, sehingga dapat berefek pada berkurangnya rasa nyeri yang dirasakan Perencanaan pengawasan
: ADL (Activity daily living) menggunakan index
barthel dengan menilai kemandirian dan ketergantungan dari 10 aspek, yaitu:
No.
FUNGSI
SKOR
1.
Mengendalikan rangsang
0
Tak terkendali / tak teratur (perlu pencahar)
pembuangan tinja
1
Kadang-kadang tak terkendali (1xseminggu)
2
Terkendali teratur
Mengendalikan rangsang
0
Tak terkendali atau pakai kateter
berkemih
1
Kadang-kadang tak terkendali (hanya 1 x / 24 jam)
2
Mandiri
Membersihkan diri (seka
0
Butuh pertolongan orang lain
muka, sisir rambut, sikat
1
Mandiri
Penggunaan
0
Tergantung pertolongan orang lain
jamban,masuk dan keluar
1
Perlu pertolongan pada beberapa kegiatan tetapi
2.
3.
KETERANGAN
gigi) 4.
5.
6.
(melepaskan, memakai
dapat mengerjakan sendiri beberapa kegiatan yang
celana, membersihkan,
lain
menyiram)
2
Mandiri
Makan
0
Tidak mampu
1
Perlu ditolong memotong makanan
2
Mandiri
0
Tidak mampu
1
Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
2
Bantuan minimal 1 orang
3
Mandiri
0
Tidak mampu
1
Bisa (pindah) dengan kursi roda
2
Berjalan dengan bantuan 1 orang
3
Mandiri
Berubah
sikap
berbaring ke duduk
7.
Berpindah/berjalan
dari
9
8.
9.
10.
Memakai baju
Naik turun tangga
Mandi
TOTAL SKOR
0
Tergantung orang lain
1
Sebagian dibantu (mis mengancing baju)
2
Mandiri
0
Tidak mampu
1
Butuh pertolongan
2
Mandiri
0
Tergantung orang lain
1
Mandiri
20
Mandiri
Interpretasi: 20
: Mandiri
12-19 : Ketergantungan ringan
9-11
: Ketergantungan sedang
5-8
: Ketergantungan berat
0-4
: Ketergantungan total
Perencanaan edukasi
: Penjelasan kondisi pasien, Home exercise program
Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung tegak dan lurus. hal ini menjaga kelurusan tulang punggung, termasuk saat membawa kendaraan. ketika akan turun dri tempat tidur, posisi punggung didekatkan ke pinggir tempt tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat panggul dan berubah posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan tangan pada paha untuk membantu posisi berdiri Pada posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan menggeser posisi panggul Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri badan diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak jongkok, punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan otot perut. Dengan punggung lurur, beban diangkat dengan cara meluruskan kaki. Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan sedekat mungkin dengan dada 10
Jika hendak merubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung dan kaki harus berubah posisi bersamaan Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu ganti wc jongkok dengan wc duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak membebani punggung saat bangkit
BAB II LOW BACK PAIN ET CAUSA HNP
Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak di Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37% insidens tertinggi dijumpai pada usia 4560 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas seharihari pada 40% penderita dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita akan mencari pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu rawat inap untuk evaluasi lebih lanjut. Nyeri punggung bawah (NPB) pada hakekatnya merupakan keluhan atau gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik. Penyebab NPB antara lain kelainan muskuloskeletal, system saraf, vaskuler, viseral, dan psikogenik. Salah satu penyebab yang memerlukan tindak lanjut (baik diagnostik maupun terapi spesifik) adalah hernia nukleus pulposus (HNP). (Pinzon, 2012)
2.1
Definisi Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau jaringan melalui lubang yang abnormal.Nukleus pulposus adalah massa setengah cair yang terbuat dari serat elastis putih yang membentuk bagian tengah dari diskus intervertebralis. (Saunder, 2000) Hernia Nukleus Pulposus(HNP) merupakan suatu gangguan yang melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus pulposis menonjol (bulging) dan menekan kearah kanalis spinalis. (Autio, 2006)
11
HNP mempunyai banyak sinonim antara lain : Hernia Diskus Intervertebralis, Ruptur Disc, Slipped Disc, Prolapsed Disc dan sebagainya. (Meli, 2
2.2
Epidemiologi Prevalensi HNP berkisar antara 1 – 2 % dari populasi. Usia yang paling sering adalah usia 30 – 50 tahun. Pada penelitian HNP paling sering dijumpai pada tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1. Penelitian Dammers dan Koehler pada pasien dengan herniasi diskus lumbalis, memperlihatkan bahwa pasien HNP L3-L4 secara bermakna dari usia tua dibandingkan dengan pasien HNP L4-L5. HNP merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah yang penting. dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama. Inside HNP di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang lebih 60-80% individu pernah mengalami nyeri punggung dalam hidupnya.(Pinzon, 2012)
2.3
Faktor Risiko Berikut ini adalah faktor risiko yang meningkatkan seseorang mengalami HNP 1. Usia: Usia merupakan faktor utama terjadinya HNP karena annulus fibrosus lama kelamaan akan hilang elastisitasnya sehingga menjadi kering dan keras, menyebabkan annulus fibrosus mudah berubah bentuk dan ruptur. 2. Trauma: Terutama trauma yang memberikan stress terhadap columna vertebralis, seperti jatuh. 3. Pekerjaan: Pekerjaan terutama yang sering mengangkat barang berat dan cara 12
mengangkat barang yang salah, meningkatkan risiko terjadinya HNP 4. Gender: Pria lebih sering terkena HNP dibandingkan wanita (2:1), hal ini terkait pekerjaan dan aktivitas yang dilakukan pada pria cenderung ke aktifitas fisik yang melibatkan columna vertebralis.(Pinzon, 2012).
2.4
Patofisiologi 1) Proses Degeneratif Diskus intervertebralis tersusun atas jaringan fibrokartilago yang berfungsi sebagai shock absorber, menyebarkan gaya pada kolumna vertebralis dan juga memungkinkan gerakan antar vertebra. Kandungan air diskus berkurang dengan bertambahnya usia (dari 90% pada bayi sampai menjadi 70% pada orang usia lanjut). Selain itu serabut-serabut menjadi kasar dan mengalami hialinisasi yang ikut membantu terjadinya perubahan ke arah herniasi nukleus pulposus melalui anulus dan menekan radiks saraf spinal. Pada umumnya hernia paling mungkin terjadi pada bagian kolumna vertebralis dimana terjadi peralihan dari segmen yang lebih mobil ke yang kurang mobil (perbatasan lumbosakral dan servikotolarak). (Autio,2006; Meli,2003; Sylvia,1995) 2) Proses Traumatik Dimulainya
degenerasi
diskus
mempengaruhi
mekanika
sendi
intervertebral, yang dapat menyebabkan degenerasi lebih jauh. Selain degenerasi, gerakan repetitive, seperti fleksi, ekstensi, lateral fleksi, rotasi, dan mengangkat beban dapat memberi tekanan abnormal pada nukleus. Jika tekanan ini cukup besar sampai bisa melukai annulus, nucleus pulposus ini berujung pada herniasi. Trauma akut dapat pula menyebabkan herniasi, seperti mengangkat benda dengan cara yang salah dan jatuh. (Autio,2006; Meli,2003)
2.5
Tanda dan Gejala Gejala klinik bervariasi tergantung pada derajatnya dan radiks yang terkena. Pada stadium awal, gejala asimtomatik. Gejala klinis muncul ketika nucleus pulposus menekan saraf. Gejala klinis yang paling sering adalah iskialgia (nyeri radikuler). Nyeri biasanya bersifat tajam, seperti terbakar dan berdenyut menjalar sampai bawah lutut. Bila saraf sensoris kena maka akan memberikan gejala kesemutan atau rasa baal sesuai dermatomnya. Bila mengenai conus atau 13
cauda ekuina dapat terjadi gangguan miksi, defekasi dan disfungsi seksual. Nyeri yang timbul sesuai dengan distribusi dermatom (nyeri radikuler) dan kelemahan otot sesuai dengan miotom yang terkena. (Autio,2006; Sylvia,1995)
2.6
Klasifikasi Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya, dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya, yaitu: 1. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa kerusakan annulus fibrosus. 2. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran anulus fibrosus. 3. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan berada di bawah ligamentum, longitudinalis posterior. 4. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum longitudinalisposterior. (Autio,2006; Rasad, 2005) Gambar 4. Grading dari Hernia Nucleus Pulposus
Berdasarkan MRI, klasifikasi HNP dibedakan berdasarkan 5 stadium :
14
Tabel 1. Klasifikasi Degenerasi diskus berdasarkan gambaran MRI.
2.7
Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang 1) Anamnesis Anamnesis dapat ditanyakan hal yang berhubungan dengan nyerinya. Pertanyaan itu berupa kapan nyeri terjadi, frekuensi, dan intervalnya; lokasi nyeri; kualitas dan sifat nyeri; penjalaran nyeri; apa aktivitas yang memprovokasi nyeri; memperberat nyeri; dan meringankan nyeri. Selain nyerinya, tanyakan pula pekerjaan, riwayat trauma. (S.M. Lumbangtobing, FKUI)
2) Pemeriksaan Neurologi Untuk memastikan bahwa nyeri yang timbul termasuk dalam gangguan saraf. Meliputi pemeriksaan sensoris, motorik, reflex. (S.M. Lumbangtobing, FKUI) a. Pemeriksaan sensoris, pada pemeriksaan sensoris ini apakah ada gangguan sensoris, dengan mengetahui dermatom mana yang terkena akan dapat diketahui radiks mana yang terganggu. b. Pemeriksaan motorik, apakah ada tanda paresis, atropi otot. c. Pemeriksaan reflex, bila ada penurunan atau refleks tendon menghilang, misal APR menurun atau menghilang berarti menunjukkan segmen S1 terganggu.
Pemeriksaan pada HNP (Saunder,2000; Autio,2006) 1. Pemeriksaan range of movement (ROM) Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara aktif oleh penderita sendiri maupun secara pasif oleh pemeriksa. Pemeriksaan ROM ini memperkirakan derajat nyeri, function laesa, atau untuk memeriksa ada/ tidaknya penyebaran rasa nyeri. 2. Straight Leg Raise (Laseque) Test: Tes untuk mengetaui adanya jebakan nervus ischiadicus. Pasien tidur dalam posisi supinasi dan pemeriksa memfleksikan panggul secara pasif, dengan lutut dari tungkai terekstensi maksimal. Tes ini positif bila timbul rasa nyeri pada saat mengangkat kaki dengan lurus, menandakan ada kompresi dari akar saraf lumbar. 3. Lasegue Menyilang 15
Caranya sama dengan percobaan lasegue, tetapi disini secara otomatis timbul pula rasa nyeri ditungkai yang tidak diangkat. Hal ini menunjukkan bahwa radiks yang kontralateral juga turut tersangkut. 4. Tanda Kerning Pada pemeriksaan ini penderita yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggung sampai membuat sudut 90 derajat. Selain itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut. Biasanya kita dapat melakukan ekstensi ini sampai sudut 135 derajat, antara tungkai bawah dan tungkai atas, bila terdapat tahanan dan rasa nyeri sebelum tercapai sudut ini, maka dikatakan tanda kerning positif.
5. Ankle Jerk Reflex Dilakukan pengetukan pada tendon Achilles. Jika tidak terjadi dorsofleksi pada kaki, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra L5-S1. 6. Knee-Jerk Reflex Dilakukan pengetukan pada tendon lutut. Jika tidak terjadi ekstensi pada lutut, hal ini mengindikasikan adanya jebakan nervus di tingkat kolumna vertebra L2-L3L4.
Diagnosis Penunjang 1. X-Ray X-Ray tidak dapat menggambarkan struktur jaringan lunak secara akurat. Nucleus
pulposus
tidak
dapat
ditangkap
di
X-Ray
dan
tidak
dapat
mengkonfirmasikan herniasi diskus maupun jebakan akar saraf. Namun, X-Ray dapat memperlihatkan kelainan pada diskus dengan gambaran penyempitan celah atau perubahan alignment dari vertebra. 2. Mylogram Pada myelogram dilakukan injeksi kontras bersifat radio-opaque dalam columna spinalis. Kontras masuk dalam columna spinalis sehingga pada X-ray dapat nampak adanya penyumbatan atau hambatan kanalis spinalis 3. MRI Merupakan gold standard diagnosis HNP karena dapat melihat struktur columna vertebra dengan jelas dan mengidentifikasi letak herniasi. 16
Gambar: MRI dari columna vertebralis normal (kiri) dan mengalami herniasi (kanan) 4. Elektromyografi Untuk melihat konduksi dari nervus, dilakukan untuk mengidentifikasi kerusakan nervus. (Saunder,2000)
2.8
Penatalaksanaan 1) Terapi Non Farmakologis a. Terapi fisik pasif Terapi fisik pasif biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri punggung bawah akut, misalnya:
Kompres hangat/dingin Kompres hangat/dingin ini merupakan modalitas yang mudah dilakukan. Untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi. Beberapa pasien merasakan nyeri hilang pada pengkompresan hangat, sedangkan yang lain pada pengkompresan dingin.
Lontophoresis Merupakan metode pemberian steroid melalui kulit. Steroid tersebut menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan nyeri. Modalitas ini terutama efektif dalam mengurangi serangan nyeri akut.
Unit TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulator) Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS) menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan ke otak
Ultrasound 17
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus sampai jaringan lunak dibawahnya. Ultrasound terutama berguna dalam menghilangkan serangan nyeri akut dan dapat mendorong terjadinya penyembuhan jaringan. (Pinzon,2012) b. Latihan dan modifikasi gaya hidup Berat badan yang berlebihan harus diturunkan karena akan memperberat tekanan ke punggung bawah. Program diet dan latihan penting untuk mengurangi NPB pada pasein yang mempunyai berat badan berlebihan. Direkomendasikan untuk memulai latihan ringan tanpa stres secepat mungkin. Endurance exercise latihan aerobit yang memberi stres minimal pada punggung seperti jalan, naik sepeda atau berenang dimulai pada minggu kedua setelah awitan NPB. Conditional execise yang bertujuan memperkuat otot punggung dimulai sesudah dua minggu karena bila dimulai pada awal mungkin akan memperberat keluhan pasien. Latihan memperkuat otot punggung dengan memakai alat tidak terbukti lebih efektif daripada latihan tanpa alat.
2) Terapi Farmakologis a. Analgetik dan NSAID ( Non Steroid Anti Inflamation Drug) obat ini diberikan dengan tujuan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi sehingga mempercepat kesembuhan. Contoh analgetik : paracetamol, Aspirin Tramadol. NSAID : Ibuprofen, Natrium diklofenak, Etodolak, Selekoksib. b. Obat pelemas otot (muscle relaxant) bermanfaat bila penyebab NPB adalah spasme otot. Efek terapinya tidak sekuat NSAID, seringkali di kombinasi denganNSAID. Sekitar 30% memberikan efek samping mengantuk. Contoh Tinazidin, Esperidone dan Carisoprodol. c. Opioid Obat ini terbukti tidak lebih efektif daripada analgetik biasa yang jauh lebih aman. Pemakaian jangka panjang bisa menimbulkan toleransi dan ketergantungan obat. d. kortikosteroid oral 18
Pemakaian kortikosteroid oral masih kontroversi. Dipakai pada kasus HNP yang berat dan mengurangi inflamasi jaringan. e. Anelgetik ajuvan Terutama dipakai pada HNP kronis karena ada anggapan mekanisme nyeri pada HNP sesuai dengan neuropatik. Contohnya : amitriptilin, Karbamasepin, Gabapentin. f. Suntikan pada titik picu Cara pengobatan ini dengan memberikan suntikan campuran anastesi lokal dan kortikosteroid ke dalam jaringan lunak/otot pada titik picu disekitar tulang punggung. Cara ini masih kontroversi. Obat yang dipakai antara lain lidokain, lignokain, deksametason, metilprednisolon dan triamsinolon. 3) Terapi operatif pada pasien dilakukan jika:
Pasien mengalami HNP grade 3 atau 4.
Tidak ada perbaikan lebih baik, masih ada gejala nyeri yang tersisa, atau ada gangguan fungsional setelah terapi konservatif diberikan selama 6 sampai 12 minggu.
Terjadinya rekurensi yang sering dari gejala yang dialami pasien menyebabkan keterbatasan fungsional kepada pasien, meskipun terapi konservatif yang diberikan tiap terjadinya rekurensi dapat menurunkan gejala dan memperbaiki fungsi dari pasien.
Terapi yang diberikan kurang terarah dan berjalan dalam waktu lama.
Pilihan terapi operatif yang dapat diberikan adalah: a. Distectomy Pengambilan sebagian diskus intervertabralis. b. Percutaneous distectomy Pengambilan sebagian diskus intervertabralis dengan menggunakan jarum secara aspirasi. c. Laminotomy/laminectomy/foraminotomy/facetectomy Melakukan dekompresi neuronal dengan mengambil beberapa bagian dari vertebra baik parsial maupun total. d. Spinal fusion dan sacroiliac joint fusion: Penggunaan graft pada vertebra sehingga terbentuk koneksi yang rigid diantara vertebra sehingga terjadi stabilitas.
19
2.9
Pencegahan Hernia nukleus pulposus dapat dicegah terutama dalam aktivitas fisik dan pola hidup. Hal-hal berikut ini dapat mengurangi risiko terjadinya HNP. (Meli,2003)
Olahraga secara teratur untuk mempertahankan kemampuan otot, seperti berlari dan berenang.
Hindari mengangkat barang yang berat, edukasi cara mengangkat yang benar.
Tidur di tempat yang datar dan keras.
Hindari olahraga/kegiatan yang dapat menimbulkan trauma
Kurangi berat badan
20
DAFTAR PUSTAKA Autio Reijo. MRI Of Herniated Nucleus Pulposus. Acta Universitatis Ouluensis D Medica. 2006. Hal 1-31 Company Saunder. B. W. Classification, diagnostic imaging, and imaging characterization of a lumbar. Volume 38. 2000 Meli Lucas, Suryami antradi. Nyeri Punggung. Use Neurontin. 2003. Hal 133-148 Pinzon, Rizaldy. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Akibat Hernia Nukelus Pulposus. Vol 39. SMF Saraf RS Bethesda Yogyakarta. Indonesia. 2012. Hal 749-751. Rasad, Sjahriar. Radiologi Doagnostik. Jakarta. Balai Penerbit FK Universitas Indonesia. Jakarta.2005. Hal 337 S.M Lumbantobing. Neurologi Klinik. Badan Penerbit FK UI. Jakarta Badan Penerbit FK UI. Hal 18-19 Sylvia A. Price. Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep-konsep prose penyakit. Jakarta : 1995. EGC. Hal 1023-1026.
21