i
BAB I PENDAHULUAN Penyakit gangguan muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan kira-kira 150 jenis gangguan muskuloskeletal diderita oleh ratusan juta manusia yang menyebabkan nyeri dan inflamasi yang sangat lama serta disabilitas atau keterbatasan fungsional, sehingga menyebabkan gangguan psikologik dan sosial penderita.1 Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya adalah keluhan nyeri punggung bawah yang merupakan keluhan paling banyak ditemukan diantara keluhan nyeri yang lain.2 Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) adalah suatu gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah punggung antara sudut bawah kosta sampai lumbosakral. Nyeri bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal paha.3 Gejala yang dirasakan pada penderita LBP bermacam-macam seperti rasa terbakar, nyeri tertusuk, hingga kelemahan pada tungkai. LBP dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif misalnya penyakit artritis, osteoporosis atau penyakit tulang lainnya, atau kelainan bawaan pada tulang belakang.4 Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) melakukan penelitian pada bulan Mei 2012 di 14 Rumah Sakit Pendidikan, dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari total kunjungan), 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang (18,37%) adalah penderita LBP.5 Sementara di Indonesia walaupun data epidemiologik mengenai LBP belum ada namun diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia lebih dari 65 tahun pernah menderita nyeri punggung dan prevalensinya pada laki-laki 18,2% dan pada perempuan 13,6%.6 Di Manado pada penelitian yang dilakukan di RSUP Prof.Dr.R. D. Kandou Manado pada tahun 2016 terdapat penderita LBP sebanyak 1683 yang datang dan pada tahun 2017 sebanyak 2409 penderita LBP yang datang di Poli Kesehatan Fisik dan Rehabilitasi. Pada tahun 2018, LBP merupakan penyakit kedua terbanyak setelah hemiparesis yaitu 1962 penderita.7 Berikut ini akan dibahas suatu tinjauan pustaka dan laporan kasus tentang rehabilitasi medik pada pasien dengan low back pain. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI DAN FISIOLOGI Tulang belakang terdiri dari rangkaian tulang belakang (kolumna vertebralis) yang saling berhubungan, terdiri dari 24 vertebra (7 vertebra servikalis, 12 vertebra torakalis, 5 vertebra lumbalis, serta dua bagian sinostotik Os sacrum dan Os coccyges).8
Gambar 1. Anatomi vertebra. Unit-unit fungsional yang membentuk kolumna vertebralis yaitu : a. Segmen anterior Berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh korpus vertebra yang dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh diskus intervertebra. Struktur ini masih diperkuat oleh ligamen longitudinal posterior dan ligamen longitudinal anterior. Ligamen longitudinal posterior mempunyai arti penting dalam patofisiologi penyakit justru karena bentuknya yang unik. Sejak dari oksiput, ligamen ini menutup seluruh permukaan belakang diskus intervertebra. Mulai L1 ligamen ini menyempit, hingga pada daerah L5-S1 lebar ligamen hanya tinggal separuh asalnya. Dengan demikian pada daerah ini terdapat daerah lemah, yakni bagian postero-lateral kanan dan kiri diskus intervertebra, daerah
2
tak terlindung oleh ligamen longitudinal posterior. Akan nyata terlihat, bahwa tingkat L5-S1 merupakan daerah paling rawan.8 b. Segmen posterior Bagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan prosesus spinosus. Satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta otot. Ditinjau dari sudut kinetika tubuh (diluar kepala dan leher), maka akan tampak bahwa gerakan yang paling banyak dilakukan tubuh ialah fleksi, kemudian ekstensi. Dalam kenyataannya, gerakan fleksi-ekstensi merupakan tugas persendian daerah lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini dimungkinkan oleh bentuk dan letak bidang sendi yang sagital. Lain halnya dengan bidang sendi daerah torakal yang terletak frontal, bidang sendi ini hanya memungkinkan gerakan rotasi dan sedikit latero-fleksi.8,9 c. Diskus Intervertebra Berfungsi sebagai penyangga beban dan peredam kejut. Diskus intervertebra dibentuk oleh anulus fibrosus yang merupakan anyaman serat-serat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip gentong. Tepi atas dan bawah gentong melekat pada “end plate” vertebra sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar
vertebra.
Rongga
ini
berisi
nukleus
pulposus
suatu
bahan
mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air. Menjelang usia dekade kedua, mulailah terjadi perubahan-perubahan, baik menyangkut nukleus pulposus maupun anulus fibrosus. Pada beberapa tempat serat-serat fibroelastik terputus, sebagian rusak dan sebagian diganti jaringan ikat. Proses ini akan berlangsung secara kontinu hingga dalam anulus terbentuk rongga-rongga.8,9
Gambar 2. Anatomi vertebra.
3
Diskus intervertebralis berperan untuk menstabilkan dan mempertahankan satu pola garis lurus vertebra dengan cara menjangkarkan antara satu diskus dengan diskus yang lainnya. Selain itu, diskus intervertebralis juga berperan dalam penyerapan energi, pendistribusian beban tubuh, dan menjaga fleksibilitas vertebra. Struktur diskus terdiri atas cincin luar (anulus fibrosus) yang mengelilingi substansi gelatin lunak, yang disebut nukleus pulposus. Prosesus transversus merupakan titik penting bagi ligamen dan otot untuk memulai gerakan vertebra. Titik ini berperan untuk menjaga stabilisasi.9 Ligamen di sekitar vertebra memandu gerakan segmental, berkontribusi untuk menjaga stabilitas instrinsik vertebra dengan cara membatasi gerakan yang berlebihan. Ada dua sistem utama ligamen di vertebra, yaitu sistem intrasegmental dan intersegmental. Sistem intrasegmental, yang terdiri dari ligamentum flavum, kapsul faset, ligamen interspinosus dan ligamen intertransversus, berfungsi memegang satu vertebra secara bersama–masa. Sistem intersegmental tidak hanya memegang satu vertebra, tapi juga ligamentum longitudinal anterior dan posterior serta supraspinosus.9,10 Gerakan intervetebralis memiliki enam derajat kebebasan yaitu rotasi dan translasi sepanjang sumbu inferior–superior, medial–lateral dan posterior–anterior. Kondisi vertebra akan berubah secara dinamis ketika fleksi dan ekstensi. a. Gerakan fleksi lumbal Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis gerakan frontal. Sudut yang normal gerakan fleksi lumbal sekitar 60°. Gerakan ini dilakukan oleh otot fleksor yaitu otot rectus abdominis dibantu oleh otot-otot esktensor spinal.10 b. Gerakan ekstensi lumbal Gerakan ini menempati bidang sagital dengan axis frontal, sudut ekstensi lumbal sekitar 35°. Gerakan ini dilakukan oleh otot spinalis dorsi, otot longisimus dorsi dan iliococstalis lumborum.10 c. Gerakan rotasi lumbal Terjadi di bidang horizontal dengan aksis melalui processus spinosus dengan sudut normal yang dibentuk 45° dengan otot pergerakan utama M. iliocostalis lumborum untuk rotasi ipsi leteral dan kontra lateral, bila otot berkontraksi terjadi rotasi ke pihak berlawanan oleh M. obliques eksternal abdominis.
4
Gerakan ini dibatasi oleh rotasi samping yang berlawanan dan ligamen interspinosus.10 d. Gerakan lateral fleksi lumbal Gerakan pada bidang frontal dan sudut normal yang di bentuk sekitar 30° dengan otot pergerakan m. Abliquesinternus abomiminis, m rektus abdominis.Pada posisi normal, seharusnya semua komponen struktur stabilitator terjadi harmonisasi gerak, yaitu antara otot dan ligamen. Bagian lumbal mempunyai kebebesan yang besar sehingga kemungkinan terjadinya cidera yang besar walaupun tulang-tulang vertebra dan ligament di daerah punggung lebih kokoh. Posisi berdiri sudut normal lumbosakral untuk laki-laki 30° dan wanita 34°. Semakin besar sudut lumbosacral, semakin besar kurva lordosis, begitu pula sebaliknya.10
Gambar 3. Otot-otot vertebra
5
B. LOW BACK PAIN 1. Definisi Low back pain (LBP) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah dan sekitarnya, yang dapat disebabkan oleh kondisi degeneratif misalnya penyakit artritis, osteoporosis atau penyakit tulang lainnya, infeksi virus, iritasi pada sendi dan cakram sendi, atau kelainan bawaan pada tulang belakang.4 LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah, dapat berupa nyeri local maupun nyeri radicular atau keduanya. Nyeri ini terasa di antara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbosakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.3,4 2. Etiologi Dalam klinik, LBP dibagi menjadi 4 kelompok.12 a. LBP oleh faktor mekanik : 1) LBP oleh mekanik akut : Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara mendadak melampaui batas kemampuan sendi dan otot (range of motion) atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu terlampau lama.1 Contohnya ialah seorang yang mendadak bergerak untuk menangkap benda yang sedang jatuh, memaksa diri mendorong mobil mogok, atau berdiri dalam bus antar kota yang kebetulan penuh sesak. Pada contoh pertama dan kedua nyeri timbul akibat terjadinya regangan serabut-serabut otot dan jaringan miofasial, mungkin dsertai pula robekan dan perdarahan ringan. 2) LBP oleh mekanik kronik (menahun) : Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek yaitu sikap tubuh yang membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes mendatar. Sikap tubuh yang demikian tentunya akan mendorong titik berat badan (TBB) tergeser ke arah depan sebagai kompensasi agar keseimbangan tubuh tetap terjaga. Disamping akibat sikap tubuh yang jelek, pergeseran TBB ke arah depan terlihat juga pada wanita-wanita yang gemar memakai
6
sepatu dengan tumit tinggi dan pada wanita hamil trimester kedua dan ketiga. b. LBP oleh faktor organik Proses patologik primer berada di tulang vertebra, diskus intervetebra atau dalam kanalis spinalis 1) LBP osteogenik, terdiri atas : a) Radang : misalnya osteomielitis dan spondilitis tuberkulosa b) Trauma : merupakan penyebab utama LBP. Pada orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau melakukan aktivitas dengan beban yang berat, dapat menderita nyeri pungggung bagian bawah yang akut. Gerakan bagian punggung yang kurang baik dapat menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada kasus-kasus yang
berat
memerlukan
pertolongan
medis
agar
tidak
mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut. c) Keganasan : misalnya tumor medula spinalis d) Kongenital : misalnya skoliosis lumbal 2) LBP diskogenik : dalam hal ini proses primer terletak pada diskus intervertebra. Bentuk yang sering dijumpai ialah : a) Spondilosis, proses degenerasi progresif diskus intervertebra b) Hernia Nukleus Pulposus (HNP), yaitu keluar-nya nukleus pulposus dari diskus intervertebra melalui robekan annulus fibrosus keluar ke arah belakang/dorsal menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan saraf spinalis sehingga menimbulkan gangguan. HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada dekade ke-4 dan ke-5. Kelainan ini lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan yang banyak membungkuk dan mengangkat. c) Spondilitis ankilosa: Biasanya dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke atas daerah leher. Gejala permulaan bersifat ringan,
7
sering hanya berupa kaku. Keluhan terutama dirasakan pada waktu pagi bangun tidur, membaik setelah melakukan pergerakan. 3) LBP neurogenik a) Neoplasma
Neoplasma intrakranialis tidak jarang dijumpai. Walaupun sebagian besar bersifat jinak, harus waspada karena tingkat morbiditas cukup tinggi. b) Arakhnoiditis
Pada keadaan ini terjadi perlengketan – perlengketan. Nyeri timbul bila terjadi penjepitan terhadap radiks oleh perlengketan tersebut c) Stenosis kanalis spinalis
Penyempitan kanalis spinalis disebabkan oleh proses degenerasi discus intervertebralis dan biasanya disertai ligamentum flavum. Gejala klinis timbulnya gejala klaudicatio intermitten disertai rasa kesemutan dan nyeri tetap ada walaupun penderita istirahat. c. LBP oleh faktor psikogenik Biasanya disebabkan oleh ketegangan jiwa atau kecemasan dan depresi atau campuran keduanya. Walaupun jarang ditemukan, tetapi sering memberikan kesulitan secara klinis. 3. Faktor Risiko a. Usia Secara teori, nyeri pinggang atau LBP dapat dialami oleh siapa saja, pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.2 b. Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis
8
kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.2 c. Indeks Massa Tubuh 1) Berat Badan Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang. 2) Tinggi Badan Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh.2 d. Aktivitas atau olahraga Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu.2 e. Pekerjaan Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran
9
penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.2 f. Faktor resiko lain Kondisi kesehatan yang buruk, masalah psikologik dan psikososial, artritis degeneratif, merokok, skoliosis mayor (kurvatura >80o), obesitas, tinggi badan yang berlebihan, hal yang berhubungan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi dalam waktu lama, duduk atau berdiri berjam-jam (posisi tubuh kerja yang statik), getaran, mengangkat, membawa beban, menarik beban, membungkuk, memutar, dan kehamilan.2 4. Patofisiologi Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari dan melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Mengangkat
beban
berat
pada
posisi
membungkuk
menyamping
menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint menyebabkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan pendukung tulang dapat berakibat nyeri punggung. Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan
10
matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat
dan
perubahan
degenerasi
terberat.
Penonjolan
faset
akan
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.14 5. Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. a. Anamnesis 1) Onset ? tiba-tiba (akut) atau bertahap (gradual)? 2) Lokasi? 3) Durasi ? 4) Karakteristik ? bersifat tumpul? Tajam? Terbakar? 5) Faktor
yang
memperberat
(aggravating
factors)?
Apakah
berpengaruh dengan aktivitas? Posisi ? 6) Faktor yang meperingan (relieving factors)? 7) Pengobatan sebelumnya? Bagaimana respon terhadap terapi? 8) Keparahan nyeri ? VAS?15 b. Pemeriksaan fisik 1) Inspeksi -
Pemeriksaan fisik dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu herniasi diskus.
-
Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan mana yang membuat nyeri dan juga bentuk kolumna vertebralis, berkurangnya lordosis serta adanya skoliosis. Berkurang sampai hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot paravertebral.
-
Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita seperti keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.16
11
2) Palpasi -
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya kemungkinan
suatu
keadaan
psikologis
di
bawahnya
(psychological overlay). -
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan intervertebralis.
-
Pada spondilolistesis yang berat dapat diraba adanya ketidakrataan (step-off) pada palpasi di tempat/level yang terkena.
-
Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.16
3) Pemeriksaan Motorik Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi untuk menemukan abnormalitas motoris.17 4) Refleks Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.17 5) Tes-tes Provokasi a) Tes Laseque Tungkai difleksikan pada sendi coxae sedangkan sendi lutut tetap lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.11
Gambar 4. Tes Laseque
12
b) Tes Patrick Pada tes ini pasien berbaring, tumit dari salah satu kaki diletakkan pada sendi lutut tungkai yang lain. Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri, maka hal ini berarti ada suatu sebab yang non neurologik misalnya coxitis. Tes ini dilakukan pada kedua kaki.18
Gambar 5. Tes Patrick. c) Tes Kontrapatrick Tes kontra patrick dilakukan saat pasien tidur terlentang, sama halnya dengan melakukan tes patrick akan tetapi kaki dirotasi kedalam (internal). Tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan bagian lateral dari lutut.Setelah itu lakukan penekanan pada sendi lutut ke rotasi dalam.Apabila nyeri timbul (+) menunjukkan sumber nyeri di sacroiliaka.18
Gambar 6. Tes Kontra Patrick. d) Tes Bragard Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama seperti tes laseque dengan ditambah dorso fleksi kaki. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.18
13
Gambar 7. Tes Bragard.13 e) Tes Sicard Sama seperti tes laseque namun ditambah dorsofleksi dari ibu jari kaki. Bila nyeri punggung dikarenakan iritasi pada saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.18 f) Femoral Nerve Stretch Test (FNST) Tes ini bertujuan untuk menilai iritasi pada saraf femoralis (dibentuk oleh radiks L2, L3 dan L4) dengan cara pasien berbaring miring pada sisi yang tidak sakit dengan sendi paha dan sendi lutut yang sakit sedikit fleksi, pinggang dan punggung lurus dan kepala difleksikan. Secara perlahan– lahan fleksi lutut ditambah dan sendi paha diekstensikan. Test positif bila terasa nyeri yang menjalar sepanjang permukaan paha bagian anterior.19
Gambar 8. Femoral Nerve Stretch Test (FNST).14 g) Tes Valsava Tes ini mengakibatkan naiknya tekabab intratekal sehingga muncul nyeri radikuler. Pasien diminta mengejan dan menahan napas kemudian dinilai apakah ada nyeri atau tidak.
14
Gambar 9. Tes Valsava.17 6) Pemeriksaan Lingkup Ruang sendi a) Hip -
ROM fleksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di trochanter mayor, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan fleksi. 20
-
ROM ekstensi : memposisikan klien tidur tengkurap, meletakkan goniometer di trochanter mayor, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan ekstensi. 20
-
ROM abduksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS), kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan abduksi.20
-
ROM adduksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di Spina Iliaca Anterior Superior (SIAS), kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan adduksi.20
-
ROM internal rotasi dengan knee 900 : memposisikan klien tidur terlentang, memfleksikan sendi hip dan knee 900 , meletakkan goniometer
di
permukaan
anterior
patella,
kemudian
menggerakkan tungkai klien internal rotasi.20 -
ROM eksternal rotasi dengan knee 900 : memposisikan klien tidur terlentang, memfleksikan sendi hip dan knee 900 ,
15
meletakkan
goniometer
di
permukaan anterior
patella,
kemudian menggerakkan tungkai klien eksternal rotasi. 20 -
ROM internal rotasi dengan knee ekstensi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian menggerakkan tungkai klien internal rotasi.20
-
ROM eksternal rotasi dengan knee ekstensi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian menggerakkan tungkai klien eksternal rotasi.20
b) Lumbar spine - Fleksi
: memposisikan klien berdiri tegak posisi anatomis,
tangan menggantung, bahu rileks. Meletakkan goniometer pada SIAS lalu arahkan klien untuk membungkuk maksimal (fleksi vertebra). Ukur lingkup gerak sendi fleksi trunk.20 - Ekstensi:
memposisikan klien berdiri tegak posisi anatomis,
tangan menggantung, bahu rileks. Meletakkan goniometer pada sias lalu arahkan klien untuk ekstensi vertebra maksimal. Ukur ekstensi trunk. 20 - Lateral
Fleksi: memposisikan klien berdiri tegak posisi
anatomis,
tangan
menggantung,
bahu
rileks.
Letakkan
goniometer pada aksis processus spinosus S1. Ukur lingkup gerak sendi lateral fleksi cervical dengan orientasi moving arm pada processus spinosus C7.20 - Rotasi:
memposisikan klien berdiri tegak posisi anatomis,
tangan menggantung, bahu rileks. Letakkan goniometri di axis pada bagian atas tengah/pusat dari kepala. Ukur lingkup gerak sendi pada rotasi trunk dengan orientasi moving arm pada hidung. 20 c. Pemeriksaan Penunjang Beberapa macam metode diagnostik yang dapat dipakai untuk memastikan penyebab LBP:8,15 1) Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral yang bermanfaat untuk diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian
16
diskogenik. 2) Pemeriksaan elektromiografi, merupakan diagnosis pasti untuk membuktikan adanya keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu. 3) Pemeriksaan mieolografi (untuk indikasi tertentu). 6. Diagnosis Banding Kelainan
Red Flags
Kanker atau infeksi
-
Usia <20 tahun atau >50 tahun
-
Riwayat kanker
-
Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas
-
Terapi imunosupresan
-
Infeksi saluran kemih, IV drug abuse, demam, menggigil
-
Nyeri punggung tidak membaik dengan istirahat
-
Riwayat trauma bermakna
-
Penggunaan steroid jangka panjang
-
Usia >70 tahun
kauda
-
Retensi urin akut atau inkontinensia overflow
ekuina atau deficit
-
Inkontinensia alvi atau atonia sfingter ani
neurologic berat
-
Saddle anesthesia
-
Paraparesis progresif atau paraplegia.21
Fraktur vertebra
Sindrom
7. Penatalaksanaan Pada prinsipnya penanganan LBP terdiri dari: a) Farmakologis Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk mengurangi nyeri tanpa menghiraukan penyebab dasar LBP. Obat yang diberikan berupa golongan analgetik dimana golongan ini terdiri dari analgetik antipiretik dan analgetik narkotik. Yang umum digunakan analgetik antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan pelepasan endogenous pain substance sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Disamping itu dikenal pula obat yang mempunyai potensi anti-inflamasi disamping analgetik
17
misalnya pirasolon dan derivat-derivat asam organik lainya dikenal sebagai non steroidal anti-inflamatory drugs (NSAID). Selain itu juga dapat digunakan tranquilizer minor yang bekerja sentral menurunkan respon terhadap rangsangan nyeri, mengurangi kegelisahan dan untuk relaksasi otot.22 b) Program Rehabilitasi Medik a. LBP oleh faktor mekanik akut
Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah, kompres air hangat, bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari.22 b. LBP oleh faktor mekanik kronis
Pada keadaan ini hiperlordosis mendasari patofisiologi nyeri. Karena itu tatalaksana ditujukan pada latihan-latihan untuk menghilangkan hiperlordosis tersebut.22 Tujuan pemberian latihan, yaitu: i. Mengurangi hiperlordosis/memperbaiki postur tubuh. ii. Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan biomekanik tulang punggung. Prinsip pemberian latihan, yaitu: i. Latihan penguatan dinding perut otot dan gluteus maksimus ii. Latihan peregangan otot yang memendek, terutama otot punggung dan hamstring. Teknik latihan : i. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi. Dengan kekuatan otot perut, tekan pinggang hingga menempel dasar. Kemudian angkat pinggul keatas
sementara
posisi pinggang tetap dipertahankan melekat pada dasar. Hal ini dimungkinkan oleh kontraksi otot gluteus maksimus. ii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi. Dengan kedua belah tangan di dada, angkatlah kepala dan bahu hingga dagu menempel di dada. iii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi. Tarik salah satu lutut ke arah perut sambil mengangkat
18
kepala dan bahu seolah-olah hendak mencium lutut. Lakukan bergantian dengan tungkai satunya. iv. Sama seperti latihan sebelumnya tetapi dilakukan pada dua lutut sekaligus. v. Berdiri membelakangi dinding dengan jarak kurang lebih 15 cm dari dinding. Tekan pinggang kearah dinding hingga tidak lagi ada celah antara pinggang dan dinding.22 C. SPONDILOSIS 1. Definisi
Spondilo berasal dari bahasa Yunani yang berarti tulang belakang. Spondilosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan dari tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis (corpus).23 Region lumbal terletak pada bagian bawah dari susunan tulang belakang yang terdiri dari 5 vertebral body yang mobile, 4 diskus intervertebralis, dengan 1 diskus pada thoracolumbar junction dan lumbosacral junction, dan pada bagian penampang sagittal, regio ini berbentuk lordosis, oleh karena posisinya yang paling banyak menahan beban mekanik. Akibat dari bentuk dan strukturnya tersebut, secara biomekanik, region ini merupakan region yang paling mudah serta cepat mengalami degenerasi. Oleh karena itu, daerah lumbal sangat peka terhadap terjadinya nyeri pinggang.23 2. Etiologi dan Faktor resiko
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa spondilosis terjadi karena adanya proses degeneratf. Adapun faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko spondilosis lumbalis adalah24 : a) Kebiasaan postur yang buruk b) Stres
mekanik
akibat
gerakan
memindahkan barang c) Herediter
19
mengangkat,
membawa
atau
3. Diagnosis a. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul berupa nyeri pinggang, nyeri tungkai serta rasa kebas dan kelemahan motorik pada ekstremitas bawah yang dapat diperburuk saat berdiri dan berjalan dan diperingan saat duduk atau tidur terlentang. Karakteristik dari spondilosis lumbal adalah nyeri dan kekakuan gerak pada pagi hari.25 b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk melihat gambaran yang mungkin dapat terlihat, seperti26 : 1) Penyempitan ruang discus intervertebralis 2) Perubahan kelengkuangan vertebrae dan penekanan saraf 3) Osteofit/Spur formation di anterior ataupun posterior vertebrae 4) Pemadatan Corpus vertebrae 5) Porotik (Lubang) pada tulang 6) Vertebrae tampak seperti bambu (Bamboo Spine) 7) Sendi sacroiliaca tidak tampak atau kabur 8) Celah sendi menghilang Adapun pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan antara lain25 : 1) Foto polos lumbosakral dengan arah anteroposterior, lateral dan oblique sangat membantu untuk melihat keabnormalan pada tulang. 2) Mielografi merupakan tindakan invasif dengan memasukan cairan berwarna medium ke kanalis spinalis sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat. Myelografi digunakan untuk penyakit yang berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor atau abses. 3) CT scan adalah metode terbaik untuk mengevaluasi adanya penekanan tulang dan terlihat juga struktur yang lainnya, antara lain ukuran dan bentuk canalis spinalis, recessus lateralis, facet joint, lamina, dan juga morfologi discuss intervertebralis, lemak epidural dan ligamentum clavum juga.
20
4) MRI memberikan gambaran yang lebih jelas CT scan. 5) Electromiography
(EMG)/Nerve
conduction
study
(NCS)
digunakan untuk pemeriksaan saraf pada lengan dan kaki. EMG dapat memberikan informasi tentang: a. Adanya kerusakan pada saraf b. Lama terjadinya kerusakan saraf (akut/kronik) c. Lokasi terjadinya kerusakan saraf d. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf e. Memantau proses penyembuhan dari kerusakan saraf 4. Tatalaksana Rehabilitasi Pada LBP yang disebabkan oleh spondilosis, penanganan rehabilitasi medik yang dilakukan dapat berupa : a) Infra Merah Infra merah mempunyai daya tembus yang superfisial, dapat memberikan rasa nyaman karena dapat mempengaruhi hantaran perasaan nyeri oleh serabut aferen. Posisi pasien tidur miring di tempat tidur dan diberi penyangga di bawah lutut supaya rileks dan bagian yang diobati tidak berubah. Terlebih dahulu pasien diberi penjelasan tentang tujuan terapi dan mengenai panas yang dirasakan yaitu rasa hangat. Kemudian dilakukan tes panas dingin untuk mengetahui apakah pasien mengalami gangguan sensibilitas atau tidak. Frekuensi terapi dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam satu minggu.26 b) TENS (Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation) TENS adalah penggunaan arus listrik yang dihasilkan oleh perangkat untuk merangsang saraf untuk mengurangi rasa sakit melalui mekanisme menghambat transmisi nyeri ke otak (gate control theory). Teori lain juga berpendapat bahwa TENS membantu tubuh untuk memproduksi anti nyeri alami yaitu endorfin, yang dapat menghambat persepsi nyeri.26
21
BAB III LAPORAN KASUS i. IDENTITAS
ii.
Nama
: Tn. JK
TTL/ Umur
: Manado, 17 Agustus 1947 / 71 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: Tambelang Jaga III
Agama
: Katolik
Suku
: Minahasa
Pekerjaan
: Petani
No. Telepon
: 085825272012
Tanggal pemeriksaan
: 11 Maret 2019
ANAMNESIS 1. Keluhan utama
Nyeri di punggung bawah. 2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri punggung bagian bawah di alami pasien sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu. Nyeri memberat sejak kurang lebih 2 minggu terakhir. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk yang sifatnya hilang timbul. Nyeri saat bangun pagi dan bila pasien berdiri lama sehingga pasien datang ke poliklinik menggunakan kursi roda. Nyeri hilang bila istirahat atau minum obat anti nyeri. Nyeri tidak bertambah bila pasien batuk ataupun mengedan. Tidak ada kram kesemutan atau kelemahan tungkai bawah. Saat ini pergerakan pasien terbatas karena nyeri. Riwayat trauma, demam, batukbatuk lama, dan penurunan berat badan disangkal. Riwayat nyeri pada malam hari tidak ada. BAB dan BAK normal. Pasien merupakan seorang petani dan sering mengangkat berat di kebun. 3. Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi (-), Diabetes Melitus (-)
22
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama 5. Riwayat Kebiasaan
Pasien sering membungkuk dan mengangkat beban berat karena pekerjaannya seorang petani. Pasien tidur menggunakan kasur busa yang empuk dan tebal. Riwayat kebiasaan merokok dan meminum minuman alkohol disangkal. 6. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang petani. Pasien tinggal bersama istrinya. Istrinya adalah seorang penjahit, dan pasien memiliki 3 orang anak yang sudah berkeluarga. Biaya hidup pasien setiap hari ditanggung istri dan anaknya. Pasien tinggal di rumah permanen 1 lantai serta menggunakan WC jongkok. Saat ini pasien melakukan pemeriksaan dan pengobatan dengan metode BPJS. 7. Riwayat Psikologis
Penderita terlihat cemas pada saat datang ke poliklinik.
iii.
PEMERIKSAAN FISIK 1. Status Generalis
Keadaan umum
: Karnofsky Performance Scale = 70 (Mampu merawat diri sendiri namun Melakukan tidak mampu bekerja maupun melakukan aktivitas normal) Index Barthel = 70 (ketergantungan ringan)
Kesadaran
: Compos mentis Glasgow Coma Scale (GCS) : Eye4Motoric6Verbal5
Tanda Vital
: Tekanan Darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 82 x/menit
Respirasi
: 22 x/menit
Suhu
: 36,9 0C
SpO2
: 99%
Tinggi Badan
: 170 cm
Berat Badan
: 68 kg
23
Body Mass Index
: 68/(1.7 x 1.7) = 23.5 Kg/m2 (Normal)
VAS (Visual Analogue Scale) : 6
No pain
Severe Pain
Gambar 9. Visual Analog Scale.13 Kepala
: Normosefali, deformitas (-), rambut hitam, persebaran merata, tidak mudah dicabut
Mata
: Mata terlihat cekung, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor 3mm/3mm, refleks cahaya langsung +/+, reflex cahaya tidak langsung +/+
Telinga
: Deformitas (-), sekret (-), membran timpani intak
Hidung
: Septum deviasi (-), sekret (-), konka edema (-)
Mulut
: Bibir sianosis (-), lipatan nasolabial (+), deviasi lidah (-)
Leher
: Trakea letak di tengah, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax
: Bentuk simetris, tidak ada retraksi
Cor
: Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis tidak teraba
Perkusi
: batas-batas jantung normal
Auskultasi
: bunyi jantung I dan II normal, reguler bising (-)
Pulmo
: Inspeksi
: pergerakan simetris
Palpasi
: stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi
: sonor kanan sama dengan kiri
24
Auskultasi : suara pernapasan vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Abdomen
: Inspeksi
: cembung
Palpasi
: nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba
Ekstremitas
Perkusi
: timpani
Auskultasi
: bising usus (+) normal
: Akral hangat, edema (-)
2. Status Lokalis Regio lumboskaral
Look
: Edema (-), Deformitas (-), Hiperemis (-)
Feel
: Nyeri tekan (-), hangat (-), spasme otot (+) paralumbal L4L5
Movement
: Range of Movement (ROM) fleksi dan ekstensi trunkus sulit di evaluasi.
3. Status Neurologis
Status
Ekstremitas Superior
Ekstremitas Inferior
Sinistra
Sinistra
Dekstra
Dekstra
Gerakan
Aktif
Aktif
Aktif
Aktif
Kekuatan otot
5/5/5/5
5/5/5/5
5/5/5/5
5/5/5/5
Tonus otot
Normal
Normal
Normal
Normal
Refleks fisiologis
Normal
Normal
Normal
Normal
Refleks patologis
(-)
(-)
(-)
(-)
Sensibilitas
Normal
Normal
Normal
Normal
25
4. Barthel Index Aktivitas A Bladder
B Bowel
C Toileting
D Grooming
E Dressing
F Feeding
G Transfers
Tingkat Kemandirian
N
Nilai
Kontinensia, tanpa memakai alat bantu Kadang mengompol Inkontinesia urin
10 5 0
10
Kontinensia, mampu menggunakan enema dan supositoria sendiri Dibantu Inkontinensia alvi
10
5
Mandiri (buka/pakai baju, mampu membersihkan dubur tanpa mengotori pakaian), mampu berpegangan pada struktur pegangan di dinding, memakai pispot, meletakkannya di kursi dan membersihkannya Dibantu
10
Tanpa dibantu cuci muka, menyisir, berhias, gosok gigi, termasuk menyiapkan alat-alat tersebut Dibantu
5
Tanpa dibantu mampu membuka/mengenakan baju, resleting, ikat tali sepatu, brace, korset Dibantu
10
Dapat makan sendiri di meja, menggunakan peralatan makan Mungkin memerlukan bantuan misalnya saat memotong atau mengoles mentega Tidak mampu
10
Dapat berpindah dari kursi roda ke tempat duduk/sebaliknya termasuk duduk dan berbaring Bantuan minor secara fisik atau verbal pada langkahlangkah di atas Bantuan mayor secara fisik (1 atau 2 orang terlatih), tetapi dapat duduk tanpa dibantu Tidak dapat berpindah (sitting balance)
15
26
5 0 5
5 5
0 5
5 10
5 0
10 5 0
15
Aktivitas H Mobility
I Stairs
J Bathing
Tingkat Kemandirian
N
Nilai
Berjalan 16 m (50 yard) tanpa bantuan atau supervise; mampu menggunakan brace, prosthesis, crutches, tongkat atau walkerette kecuali rolling walker Dibantu, namun mampu berjalan 16 m dengan sedikit bantuan Jika pasien menggunakan kursi roda, pasien dapat mengayuh kursi rodanya sejauh 16 m, berputar, berbelok, berkeliling, berputar Tidak mampu
15
5
Dapat naik/turun tangga tanpa dibantu, menggunakan tongkat, pegangan tangan bila diperlukan Perlu pengawasan Dibantu
10
Dapat mandi, menggunakan pancuran ataupun berendam tanpa bantuan Dibantu
5
10 5
0
5 0
100
100 : Mandiri
5. Tes Provokasi
TES
Dekstra
Sinistra
Lasegue
-
-
Patrick
-
-
Kontra Patrick
-
-
Bragard
-
-
Sicard
-
-
Femoral Nerve Stretch Test
-
-
Valsava Test
27
5
0
Total
Nilai Interpretasi: 0-20 : Ketergantungan total 25-40 : Ketergantungan berat 45-55 : Ketergantungan sedang 60 - 95 : Ketergantungan ringan
5
70
6. Lingkup Gerak Sendi
LGS Trunkus
Hasil Pemeriksaan
Normal
Fleksi
SDE
0º - 80º
Ekstensi
SDE
0º - 45º
Lateral Banding D /S
SDE
0º - 45º
Rotasi D/S
SDE
0º - 60º
Hasil Pemeriksaan LGS Hip
Normal D
S
Fleksi-Ekstensi
120º - 0º - 30º
120º - 0º- 30º
120º - 0º - 30º
Abduksi-Adduksi
40º - 0º - 35º
40º - 0º - 35º
40º - 0º - 30º
45º - 0º - 45º
45º - 0º - 45º
45º - 0º - 45º
Rotasi Internal-Eksternal
iv. PEMERIKSAAN PENUNJANG Kesan : terlihat gambaran spondilosis
Gambar 10. Foto Lumbosakral
28
v.
RESUME Seorang pasien laki-laki 71 tahun datang ke poliklinik rehabilitasi medik dengan keluhan nyeri punggung bagian bawah di alami pasien sejak kurang lebih 3 tahun yang lalu. Nyeri memberat sejak kurang lebih 2 minggu terakhir. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk yang sifatnya hilang timbul. Nyeri saat bangun pagi dan bila pasien berdiri lama sehingga pasien menggunakan alat bantu kursi roda, dan hilang bila istirahat atau minum obat anti nyeri. Nyeri tidak bertambah bila pasien batuk ataupun mengedan. Tidak ada kram kesemutan atau kelemahan tungkai bawah. Saat ini pergerakan pasien terbatas karena nyeri. Riwayat trauma, demam, batuk-batuk lama, dan penurunan berat badan disangkal. Riwayat nyeri pada malam hari tidak ada. BAB dan BAK normal. Pasien merupakan seorang petani dan sering mengangkat berat di kebun. Pemeriksaan fisik status generalis didapatkan Indeks Barthel = 90 (ketergantungan ringan), TD: 120/70, N: 82x/menit, R:22 x/menit, S: 36.9oC, VAS 6. Pada pemeriksaan status lokalis regio lumbal didapatkan spasme otot paralumbal (+). Pemeriksaan status neurologis normal, tes provokasi negatif, lingkup gerak sendi hip normal dan lingkup gerak sendi trunkus tidak dapat dievaluasi karena nyeri. Pada pemeriksaan penunjang foto lumbosakral kesan terlihat gambaran spondilosis
vi.
DIAGNOSIS 1. Diagnosis Klinis
: Low Back Pain
2. Diagnosis Etiologi
: Degeneratif + muscle spasm
3. Diagnosis Topis
: Os vertebra + Paralumbal muscle (L4-L5)
4. Diagnosis Fungsional : a. Body Function
: Nyeri punggung bawah, paralumbal muscle spasm
(L4-L5) b. Body Structure
: Otot-otot paralumbal L4-L5 + os vertebra
c. Activity and participation : Aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) tidak dapat berdiri dalam waktu yang lama. d. Environment: -
29
e. Personal factors : Laki-laki 71 tahun, seorang petani yang sehari-hari bekerja mengurus kebun dan sering membungkuk ketika berkebun serta mengangkat beban berat. vii.
PROBLEM REHABILITASI MEDIK 1. Nyeri punggung bawah (VAS = 6) 2. Spasme muskulus paralumbalis 3. Gangguan AKS seperti nyeri punggung bawah tiap pagi hari dan tidak dapat
berdiri lama. 4. Penderita merasa cemas dengan penyakitnya.
viii.
PROGRAM REHABILITASI MEDIK 1. Fisioterapi
Evaluasi : a) Nyeri punggung bawah (VAS = 6) b) Spasme muskulus paralumbal c) Gangguan AKS seperti nyeri punggung bawah tiap pagi hari dan tidak dapat berdiri lama. Program : a) Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) Regio Paralumbal b) Microwave Diathermy (MWD) c) Proper back mechanism 2. Okupasi Terapi
Evaluasi : a. Nyeri punggung bawah (VAS = 6) b. Spasme muskulus paralumbal c. Gangguan AKS seperti nyeri punggung bawah tiap pagi hari dan tidak
dapat berdiri lama. Program : a) Latihan AKS yang sesuai dengan proper back mechanism
30
3. Ortotik Prostetik
Evaluasi : a. Nyeri punggung bawah (VAS = 6) b. Gangguan AKS seperti nyeri punggung bawah tiap pagi hari dan tidak
dapat berdiri lama. Program : Ortose : LSO (Lumbo Sacral Orthose) 4. Psikologi
Evaluasi : Penderita merasa cemas dengan penyakitnya Program : a.
Support mental pada penderita dan keluarga
b.
Edukasi agar penderita latihan secara rutin dan teratur
6. Sosial Medik
Evaluasi : a) Rumah permanen 1 lantai b) Toilet jongkok c) Biaya sehari-hari cukup d) Kebiasaan mengangkat beban berat e) Biaya pengobatan ditanggung BPJS f) Tidur di kasur yang tebal dan empuk. Program : a) Memberikan edukasi mengenai penyakit pasien kepada pasien dan keluarga b) Memberikan motivasi kepada penderita agar terus melanjutkan program rehabilitasi medis. c) Melakukan kunjungan rumah untuk melihat faktor-faktor risiko yang ada di rumah dan lingkungan sekitarnya. d) Modifikasi toilet duduk. e) Mengganti kasur yang lebih tipis dan lebih keras.
31
ix.
EDUKASI Waktu beraktivitas : a) Dianjurkan proper back mechanism b) Dianjurkan penderita jangan mengangkat barang dan beraktivitas yang terlalu berat Waktu berdiri : a) Bila berdiri dalam waktu lama, selingilah dengan periode baring terlentang sebentar b) Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi jongkoklah pada lutut Waktu berjalan : a) Berjalanlah dengan posisi tegak, rileks dan jangan tergesa-gesa b) Hindari jalan melalui tanjakkan, sebaiknya menggunakan mobil c) Kurangi aktivitas berjalan terlalu jauh dan lama sebaiknya menggunakan kendaraan Waktu duduk : a) Busa kursi jangan terlalu lunak b) Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut sejajar dengan paha c) Bila duduk, punggung sebanyak mungkin kontak dengan punggung kursi Waktu tidur : a) Sebaiknya menggunakan alas yang tipis tetapi tidak terlalu lembek atau keras b) Gunakanlah bantal kepala yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah untuk menjaga kelengkungan tulang leher dan tulang punggung tetap dalam keadaan normal c) Saat akan bangun tidur, posisi tubuh menyamping dan angkat tubuh anda dengan tangan, lutut ditekuk disamping tempat tidur sehingga kaki menyentuh lantai, bangunlah dengan menggunakan kekuatan kaki
x.
PROGNOSIS Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad sanationam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
32
DAFTAR PUSTAKA 1. Suyasa IK. Penyakit Degenerasi Lumbal. Denpasar : Univeristas Udayana, 2018. 2. Sadeli HA, Tjahjono B. Nyeri punggung bawah. Dalam: Nyeri Neuropatik, patofisioloogi dan penatalaksanaan. Editor: Meliala L, Suryamiharja A, Purba JS, Sadeli HA. Perdossi, 2001, 145-167. 3. Angliadi LS, Sengkey L, Gessal J, Mogi TI. Ilmu kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, 2006. 4. Suyasa IK. Penyakit Degenerasi Lumbal. Denpasar : Univeristas Udayana, 2018. 5. Nurzannah, SInaga M, Salmah U. Hubungan Faktor Resiko dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Di Pelabuhan Belawan Medan. Medan: FKM USU, 2015. 6. Paparang F, Umboh JML, Rattu JAM. Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Residen Obsgyn Di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. R.D. Kandou. Manado: UNSRAT, 2017 7. Sari NP, Mogi TI, Angliadi E. Hubungan Lama Duduk Dengan Kejadian Low Back Pain Pada Operator Komputer Perusahaan Travel Di Manado. eCl. 2015;3:687-94. 8. Paulsen F. & J. Waschke. Sobotta Atlas Anatomi Manusia : Anatomi Umum dan Muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.2013 9. Kapandji. 2010. The Physiology of The muscle. sixth edition. Churchil Living Stone. New York, hal. 76-80. 10. Cailliet R. Structure and Function of the Lumbosacral Spine. In. : Low Back Pain Syndrome,Philadephia : F.A. Davis Company,2003 : 1-93,276-301. 11. Andersson, GBJ. Epidemiologic features of chronic low-back pain. Lancet. 1999, 354:581-585. 12. Cooper, Phyliss G. Low Back Pain. Clinical Reference System. McKesson Health Solutions LLC, 2003, 1-16. 13. Yasin M, Komang A, Sustini, Andreani S, Fatchur Rochman F. Hubungan antara Karakteristik, Antropometrik, Kebiasaan, Status Psikososial, dan Gambaran Radiografis Responden dengan Kejadian Spondylogenic Low Back Pain. Diakses tanggal
tanggal
12
Maret
2019.
Diunduh
dari:
http://journal.unair.ac.id/downloadfullpapersHubungan%20antara%20Karakteristi
33
k.pdf. 14. Partyka MB. Pathophysiology of Acute and Chronic Low Back Pain 15. Peng, B., et al. 2005. The Pathogenesis of Discogenic Low Back Pain. Vol 87: 6267. Journal of Bone and Joint Surgery. 16. Anonim. Physical therapy management of hip OA. Diakses tangggal 12 Maret 2019.
Diunduh
dari:
http://morphopedics.wikidot.com/physical-therapy-
management-of-hip-oa. 17. Bahar A, Wuysang D. Pemeriksaan Neurologi Lainnya. Departement Neurologi Unhas. 2015: 23. 18. Anonim. Test bragard. Diakses tanggal tanggal 12 Maret 2019. Diunduh dari : http://dottoraus.com/2009/07/test-di-bragard.html 19. Anonim. The valsava manuver. Diakses tanggal 12 Maret 2019. Dinduh dari: http://fervorate.tumblr.com/post/408007205. 20. Pengukuran ROM Ekstremitas Superior. Diakses pada tanggal 19 November 2018. Diunduh
dari:
http://med.unhas.ac.id/fisioterapi/wpcontent/uploads/2016/12/PENGUKURANROM.pdf 21. Red Flags-Low Back Pain. Diakses tanggal 12 Maret 2019. Diunduh dari :https://www.aci.health.nsw.gov.au/__data/assets/pdf_file/0003/212889/Red_ Flags.pdf 22. Advanced Assesment Of Lower Extremity Injuries. Diakses tanggal 12 Maret 2019. Diunduh dari: https://www.slideshare.net/JLS10/kin191-ach10-lumbar-thoracicevaluation 23. The Thoracolumbar Spine. Diakses tanggal 12 Maret 2019. Diunduh dari: https://musculoskeletalkey.com/the-thoracolumbar-spine/ 24. Middleton, Kimberly dan David E.Fish. 2009. Lumbar Spondylosis: Clinical Presentation and Treatment Approaches. Vol 2:94-104. Pubmed. 25. Suhadi, Irwan. 2006. Gambaran Klinis dan Radiologi kasus Low Back Pain Di Rumah Sakit Immanuel Bandung Periode 2002-2005. Karya Tulis Ilmiah: Universitas Maranatha. 26. Rahayu, Sri. 2011. Penatalaksanaan Fisioterapi pada Spondylosis L4-S1 di RSAL Dr. Ramelan Surabaya. Karya Tulis Ilmiah: UMS
34
LAMPIRAN : GAMBAR PROPER BACK MECHANISM
Gambar 11. Posisi tidur dan cara bangun tidur.19
Gambar 12. Posisi duduk dan cara mengambil barang.
Gambar 13. Posisi memakai kaos kaki dan menggosok gigi.
35
Gambar 14. Posisi duduk membaca dan bekerja.
Gambar 15. Posisi naik dan turun mobil.
Gambar 16. Posisi mengambil barang dilaci.
36
Gambar 17. Posisi memakai computer.
37