1. Etiologi dari kasus tersebut? Etiologi Etiologi belum diketahui, tetapi berdasarkan gambaran klinis dan epidemiologis diduga infeksi sebagai penyebab. Berdasarkan bukti ilmiah, diduga pitiriasis rosea merupakan eksantema virus yang berhubungan dengan reaktivasi Human Herpes Virus (HHV-7) dan HHV-6. Sumber : Menaldi, Sri Linuwih SW. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Universitas Indonesia Epidemiologi Ptiriasis rosea didapati pada semua umur, terutama antara 15-40 tahun, jarang pada usia kurang dari dua tahun dan lebih dari 65 tahun. Ratio perempuandan laki-laki adalah 1,5 : 1 Sumber : Menaldi, Sri Linuwih SW. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Universitas Indonesia
2. Bagaimana mekanisme terjadinya herald patch? 3. Kenapa lesi membentuk konfigurasi pohon cemara? Karena lesisekunder yang muncul pada pitiriasis rose mengikuti kosta sehingga meyerupai pohon cemara terbalik Sumber : Menaldi, Sri Linuwih SW. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Universitas Indonesia 4. Gamabaran pemeriksaan histopatologi
Sumber : Mills, Stacey E. 2010. Sternberg’s Diagnostic Surgical Pathology. Philadelphia : Lippincott Williams & wilkins Histopatologi pityriasis rosea pada dasarnya adalah dermatitis spongiotik subakut. Pada kebanyakan kasus, membedakan pityriasis rosea dari bentuk dermatitis spongiosis subakut lainnya secara akurat sulit / tidak mungkin. Tidak adanya sel plasma dari infiltrasi dermal bersamaan dengan perubahan epidermal yang dijelaskan membantu dalam membedakan
pityriasis rosea dari sifilis sekunder, walaupun sel plasma tidak selalu ada dalam infiltrasi dermal sifilis sekunder. 5. Apa saja pemeriksaan penunjang Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan lab Jarang dilakukan karena jumlah sel darahm analisis urin, biasanya normal. Bisa saja terjadi leukositosis, neutrophilia, basophilia, limfositosis Kita juda dapat melakukan tes VDRL (Veneral Disease Research Laboratory) dan uji flurescent antibody treponemal yang dapat menyingkirkan dugaan sifilis b. Biopsi kulit Superficial peri infiltrasi vascular dengan limfosit, histiosit, den eosinofil yang jarang terlihat. Sel epidermis menunjukkan sel drah merah diskeratosis dan ekstravasasi RBC dapat terlihat. 6. Manfiestasi klinis dari scenario Ptyriasis berarti skuama halus. Penyakit dimulai dengan lesi pertama yaitu herald patch, umumnya dibadan, soliter, berbentuk oval dan anular, diameternya kira-kira 3 cm. ruam terdiri atas eritema dan skuama halus di pinggir. Lesi selanjutnya tibul lebih kecil, susunannya sejajar dengan kosta, sehingga menyerupai pohon cemara terbalik. Tempat predilelsi batang tubuh, lengan atas bagian proksimal dan tungkai atas, sehingga menyerupai pakaian renang wanita zaman dahulu. Pitiriasis rosea dapat juga berbentuk urtikaria, vesikel dan papul, yang lebih sering terdapat pad anak-anak. Lesi orang jarang terjadi. Sumber : Menaldi, Sri Linuwih SW. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Universitas Indonesia
7. Apa diagnosis banding dan scenario? Diagnosis banding a. Tinea korporis Kelainan yang dapat dilihat, lesi bulat/lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang papul di tepi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang. Kadan terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umunya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat pula terlihatsebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang polisiklik, karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Bentukdengan tanda radang yang lebih nyata, lebih sering dilihat pada anak-anak daripada orang dewasa karena umumnya mereka mendapat infeksi baru pertama kali. Tinea korporis Rasa gatal yang berat Sediaan KOH positif b. Sifilis sekunder
Pityriasis rosea Tidak ada rasa gatal/ ringan Sediaan KOH negative
Sifilis adalah peyakit infeksi yang disebabkan oleh treponema pallidum. Sifilis terdiri dari 3 stadium, yaitu stadium I (primer), II (sekunder), dan III (tersier). Untuk sifilis sekunder, biasanya timbul setelah 6-8 minggu setelah S I. sifilis sekunder dapat sampai 9 bulan. Pada sifilis sekunder didapatkan beberapa gejala yang tidak berat berupa anoreksia, turunnya berat badan, malese, nyeri kepala, demam yang tidak tinggi, dan antragia. Sifilis sekunder Tidak ada riwayat herald patch, ada riwayat chance Tes serologik sifilis positif Ada pembesaran telapak tangan dan kaki, kondilomata lata lesi pada oral, dan limfadenopati
Pityriasis rosea Ada riwayat herald patch Tes serologic sifilis negatif Tidak ada pembesaran telapak tangan dan kaki; tidak ada kondilomata lata Tidak ada lesi oral (jarang), limfadenopati jarang terjadi
Tes serologic sifilis, 1. Non treponemal Menggunakan antigen nonspesifik yaitu kardiolipid yang dikombinasikan dengan lestin kolesterol, karena itu dapat member reaksi biologic semu (RBS) atau Biologic Fase Positive (BFP) Antibodinya disebut regain, yang terbentuk setelah infeksi dengan T. Pallidum, tetapi zat tersebut terdapat pula pada berbagai penyakit lain dan selama kehamilan. Reagin ini dapat bersatu dengan suspensi ekstrak lipid dari bintang atau tumbuhan, menggumpal dan membentuk massa yang dapat dilihat pada tes flokulasi. Masa tersebut dapat bersatu dengan komplemen. 2. Treponemal Menggunakan antigen spesifik ialah treponema atau ekstraknya. Contohnya tes Fluorescent treponemal Antibody) Tes FTA-Abs adalah paling sensitive (90%) terdapat dua macam yaitu IgM dan IgG sudah positif pada waktu kelainan Sifilis primer. IgM sangat reaktif pada sifilis dini, pada terapi yang berhasil titer IgM cepat turun, sedangkan IgM lambat. IgM penting untuk mendiagnosis sifilis congenital c. Dermatitis seboroik Kelainan kulit papuloskuamosa Lokasi yang terkena : seringkali didaerah kulit berambut, wajah : alis, lipat nasobial, side burn, telinga dan liang telinga, bagian ata tengah dada dan punggung, lipatan gluteus, inguinal, genital, ketiak. Predileksi di daerah yang kaya kelenjar sebasea, scalp, wajah dan badan. Ditemukan : skuama kuning berminyak, eksematosa ringan, rasa gatal dan menyengat. Ketombe tanda awal dermatitis seboroik. Dermatitis seboroik Tidak ada herald patch Skuama tebal dan berminyak Harus diobati, jika tidak akan menetap
Pityriasis rosea Ada herald patch Skuama halus Dapat sembuh dengan sendirinya
d. Psoriasis gutata e. Psoriasis gutata Skuama tebal Tidak tersusun sesuai lipatan kulit
Pityriasis rosea Skuama tipis Tersusun sesuai lipatan kulit
Jika ada keraguan, kita dapat melakukan biopsi. f.
Pityriasis lichinoides chronic Pityriasis lichinoides chronic Tidak ada herald patch Skuama tebal Lebih sering pada ekstrimitas hipopigmentasi Lebih lama
Pityriasis rosea Ada herald patch Skuama tipis Lebih sering pada bagian badan Tidak ada pigemntasi, kadang didapat hipopigmentasi atau hiperpigmentasi Lebih cepat karena dapat sembuh dengan sendirinya
g. Dermatitis numularis Peradangan pada kulit, lesi akut berupa plak eritematosa berbetnuk koin dengan batas tegas, yang terbentuk dari papul yang berkonfluens.lambat kaun vesikel pecah dan terjadi eksudasi berbentuk pinpoint. Selanjutnya eksudat mongering dan menjadi krusta kekuningan. Pada tepinya dapat muncul lesi papulovesikular yang kecil yang kemudian berkonflunes dengan plak sehingga lesi menjadi luas. Jumlah lesi dapat satu atau multiple pad ekstrimitas bilateral atau simetris. Distribus9 yang klasik adalah pada aspek ekstentor ekstremitas. Pada perempuan, ekstremitas atas termasuk punggung tangan lebih sering kena. Dapat pula ditemukan di badan. Dermatitis numularis Lesi berupa plakat biasanya berbentuk sirkuler Lebih banyak pada tungkai bawah atu punggung tangan
Pityriasis rosea Lesi berupa herald patch yang berbentuk oval Lebih banyak pada bagian tubuh
h. Erupsi obat Erupsi obat
i.
Pityriasis rosea
Pityriasis versikolor Pityriasis versikolor
Pityriasis rosea
Sumber :
Menaldi, Sri Linuwih SW. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Universitas Indonesia Khanna, Naena. 2011. Ilustrated Synopsis of Dermatology and Sexuallity Transmited Disease 4th Edition. New Delhi : Elsevier 8. Apa diagnosis dari scenario? Karena didapatkan herald patch, skuama, macula eritem, dan konfigurasi cemara maka diagnosis dari skenari diatas adalah pitiriasis rosea. 9. Patofisiologis dan pathogenesis? Ciri mikroskopis pityriasis rosea tidak spesifik. Gundukan kecil parakeratosis, spongiosis, dan perivaskular limfohistiocytic ringan dan infiltrasi dermal papiler intersisial dapat terlihat. Mungkin ada ekstresitasi eritrosit ringan. Pada kasus yang parah, ada fitur yang lebih menonjol termasuk formasi pustula epidermal yang jarang terjadi. Banyak pasien dengan ptyriasis rosea tidak memiliki biopsi yang dilakukan karena gambaran klinisnya cukup khas dan histopatologi relatif tidak spesifik. Sumber : 10. Penatalaksanan dari scenario? Pengobatan bersifat simtomatik, untuk gatalnya dapat diberikan sedative, sedangkan sebagai obat topical dapat diberikan bedak asam salisilat yang dibubuhi mentol ½ - 1 %. Bila terdapat gejala menyerupai flu dan/atau kelainan kulit luas, dapat diberikan asiklovir 5 x 800 mg per hari selama 1 minggu. Pengobatan ini dapat mempecepat penyembuhan. Pada kelainan kulit luas dapat diberikan terapi sinar UVB.UVB dapat mempercepat penyembuhan karena menghambat fungsi sel Langerhans sebagai penyaji antigen. Pemberian harus hati-hati karena UVB meningkatkan risiko terjadinya hiperpigmentasi pasca inflamasi. Sumber :
Menaldi, Sri Linuwih SW. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Universitas Indonesia
11. Prognosis dari scenario? Prognosis Prognosis baik karena penyakit sembuh spontan, biasanya dalam waktu 3-8 minggu. Beberapa kasus menetap sampai 3 bulan. Dapat terjadi hipo atau hiperpigmentasi pasca inflamasi sementara yang biasanya hilang tanpa bekas. Pitiriasis rosea jarang kambuh, tetapi dapat terjadi kekambuhan 2% kasus. Sumber : Menaldi, Sri Linuwih SW. 2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Universitas Indonesia