TUGAS PANDUAN WAIVER Tentang
LARINGITIS KRONIS (SUSDOKBANG A-XVI) Disusun oleh : Lettu Kes dr.Emanuel Yan Daniel Prabowo NRP : 21619102545255 Maret 2019
PANDUAN WAIVER
LARINGITIS KRONIS
1. Overview Laringitis merupakan peradangan yang terjadi pada pita suara (laring) yang dapat menyebabkan suara parau. Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal, kadang-kadang pada pemeriksaan patologik terdapat metaplasi skuamosa. Laringitis ialah pembengkakan dari membran mukosa laring. Pembengkakan ini melibatkan pita suara yang memicu terjadinya suara parau hingga hilangnya suara Laringitis kronik adalah proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi dalam jangka waktu lama. Infeksi pada laring dapat dibagi menjadi laringitis akut dan laringitis kronis, infeksi maupun non infeksi, inflamasi lokal maupun sistemik yang melibatkan laring. Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari 7 hari dan biasanya muncul dengan gejala yang lebih dominan seperti gangguan pernafasan dan demam. Laringitis kronis biasanya terjadi bertahap dan telah bermanifestasi beberapa minggu. Terjadinya radang atau pembengkakan pada laring bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
Kerusakan pada pita suara, karena adanya getaran pada organ tersebut yang melebihi batas ketahanan, misalnya akibat penderita berteriak terlalu keras atau bernyanyi dengan suara yang tinggi. Selain itu, kerusakan pita suara juga dapat terjadi akibat batuk berkepanjangan dan cedera saat penderita melakukan aktivitas fisik atau akibat kecelakaan.
Infeksi virus, bakteri, dan jamur. Virus yang umum menyebabkan laringitis adalah virus
influenza.
Dari
golongan
bakteri
salah
satunya
adalah
bakteri
penyakit difteri. Sedangkan dari jenis jamur adalah jamur Candida yang juga dapat menyebabkan sariawan. Infeksi jamur dan bakteri pada kasus laringitis
lebih jarang terjadi dibandingkan infeksi virus. Infeksi jamur rentan dialami oleh orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat efek samping obat kortikosteroid, kemoterapi, atau akibat penyakit HIV/AIDS.
Reaksi alergi terhadap suatu zat kimia atau paparan debu.
Naiknya asam lambung ke tenggorokan lewat kerongkongan pada kasus penyakit refluks
gastroesofageal (GERD).
Jika
asam
lambung
mencapai
tenggorokan maka risiko untuk terjadinya iritasi laring cukup tinggi.
Mengering dan teriritasinya laring akibat merokok dan konsumsi minuman beralkohol. Sama seperti kasus GERD, peluang terjadinya infeksi pada laring yang teriritasi juga cukup tinggi.
Penggunaan obat kortikosteroid hirup, biasanya obat untuk asma.
Diagnosis : Gejala klinis yang sering timbul adalah berdehem untuk membersihkan tenggorokan. Selain itu ada juga suara serak. Perubahan pada suara dapat bervariasi tergantung pada tingkat infeksi dan iritasi. Bisa hanya sedikit serak hingga suara hilang total, rasa gatal dan kasar di tenggorokan, sakit tenggorokan, tenggorokan kering, batuk kering, dan nyeri waktu menelan. Gejala berlangsung beberapa minggu sampai bulan. Pasien akan disarankan melakukan pemeriksaan darah dan dahak. Kedua jenis pengujian ini dilakukan untuk memeriksa keberadaan infeksi virus, bakteri atau jamur. Untuk memastikan bahwa telah terjadi iritasi atau kerusakan pada pita suara, dapat dilakukan laringoskopi. Pemeriksaan ini menggunakan alat endoskopi yang dimasukkan melalui mulut atau hidung pasien. Endoskopi merupakan sebuah alat khusus berbentuk selang yang dilengkapi dengan lampu dan kamera di ujungnya. Jika pada waktu pemeriksaan laringoskopi ditemukan adanya peradangan pada pita suara, dapat dilakukan biopsi, yaitu pengambilan sampel jaringan untuk diperiksa di laboratorium guna mengetahui penyebab dasar terjadinya laringitis. Penatalaksanaan : Pengobatan yang dilakukan tergantung pada penyebab terjadinya laryngitis dan simtomatis. Pengobatan terbaik untuk langiritis yang diakibatkan oleh sebab-sebab yang umum, seperti virus, adalah dengan mengistirahatkan suara sebanyak mungkin dan tidak membersihkan tenggorokan dengan berdehem. Bila
penyebabnya
adalah zat yang dihirup, maka hindari zat penyebab iritasi tersebut.
Dengan menghirup uap hangat dari baskom yang diisi air panas mungkin bisa membantu.Bila anak yang masih berusia batita atau balita mengalami langiritis yang berindikasi penyakit croup, bisa digunakan kortikosteroid seperti dexamethasone. Untuk laringitis kronis yang juga berhubungan dengan kondisi lain seperti rasa terbakardi uluh hati, merokok atau alkoholik, harus dihentikan. Pada laringitis kronis akibat alergi, pasien biasanya memiliki onset bertahap dengan gejala yang ringan. Pasien dapat mengeluhkan adanya akumulasi mukus berlebih dalam laring. Dalam pemeriksaan laringoskopi biasa dijumpai sekresi mukus endolaringeal tebal dalam kadar ringan hingga sedang, eritema dan edema lipatan pita suara serta inkompetensi glotis episodik selama fase fonasi. Pada kasus laringitis kronis alergi, tatalaksana meliputi edukasi kepada pasien untuk menghindari faktor pemicu. Medikasi antihistamin loratadine atau fexofenadine dipilih karena tidak memiliki efek samping dehidrasi. Sekresi mukus yang tebal dan lengket dapat di atasi dengan pemberian guaifenesin. 2. Aeromedical Concern Adalah penting bagi awak pesawat terutama penerbang memiliki suara untuk berkomunikasi yang terdengar jelas dapat dimengerti. Karena suara sangat penting bagi penerbang selama menjalankan tugasnya untuk berkoordinasi dengan ATC, sesama penerbang, maupun awak pesawat lainnya. Jenis suara yang terdengar kasar atau serak dianjurkan untuk melakukan
pemeriksaan laring. Setiap kelainan yang
ditemukan harus diperhatikan karena dapat berpotensi untuk menimbulkan human error terutama dalam masalah komunikasi. Jika investigasi lebih lanjut diperlukan, pilot harus dinilai tidak layak terbang (grounded) untuk sementara. Laringitis akut dengan suara serak umumnya sering terjadi terlihat dan biasanya akan mereda ketika seiring sembuhnya proses infeksi. Untuk laryngitis kronis perlu diidentifikasi lebih lanjut mengenai penyebab laringitis dalam jangka panjang tersebut.
3. Waiver Consideration Pertimbangan waiver untuk laryngitis kronis perlu dilihat dari berat ringannya gejala terutama dalam hal kejelasan intonasi dan frekuensi suara
4. Aeromedical Recommendation Seluruh awak pesawat dengan laringitis kronis memerlukan evaluasi sebelum dipertimbangkan untuk waiver. Rangkuman aeromedis untuk waiver laringitis kronis adalah sebagai berikut :
a. Hasil diskusi dari semua kondisi klinis yang memerlukan waiver b. Riwayat gejala yang timbul seiring dengan waktu, terutama kualitas suara c. Daftar semua terapi (Obat-obatan jika ada) dengan hasilnya d. Gambaran laringoskopi untuk mengetahui kondisi plica vocalis e. Laporan semua hasil konsultasi, terutama hasil konsultasi dari dokter spesialis THT
5. Referensi 1. Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A. Kelainan Laring.Dalam: Soepardi EA. Buku Ajar llmuKesehatan Telinga HidungTenggorok Kepala & Leher.Edisi ke-6. Jakarta. Balai Penerbit FKUI . 2007.h. 237-242 2. Cohen James . Anatomi dan Fisiologi laring. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Edisi ke-6. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran.EGC. 1997. h. 369-376
3. http://www.faa.gov/about/office_org/headquarters_offices/avs/offices/aam/ame/g uide/