Lapsus Ptsd Harvan.docx

  • Uploaded by: Andi Harvan
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Lapsus Ptsd Harvan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,436
  • Pages: 18
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN Nama

: Maria Sri Ningsih

No. RM

: 173423

Umur

: 29 tahun

Agama

: Protestan

Suku

: Lain

Status Pernikahan

: Menikah

Pendidikan Terakhir

: Sarjana

Pekerjaan

: Pegawai Swasta

Alamat

: Jl. Noari, Merauka

Masuk Poli RSKD Provinsi Sulawesi Selatan untuk pertama kalinya pada tanggal 19 Oktober 2018, pukul 09:30 WITA, diantar oleh Saudara pasien.

II. RIWAYAT PSIKIATRI Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari: 1. Nama

: Ny. M

Umur

: 27 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Protestan

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Hubungan dengan pasien

: Adik Pasien

A. Keluhan Utama Cemas B. Riwayat Gangguan Sekarang Anamnesis

1. Riwayat Penyakit Dahulu Tidak ditemukan adanya riwayat penyakit fisik bermakna seperti infeksi, trauma, kejang dan medis umum lainnya.

2. Riwayat Penggunaan NAPZA Pasien tidak pernah mengkonsumsi Rokok, Alkohol, serta Narkotika dan sejenisnya.

3. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya Tidak ada riwayat gangguan psikiatri sebelumnya.

C. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat Prenatal dan Perinatal Pasien lahir normal, di rumah sakit, ditolong oleh dokter, pada tanggal 01 Januari 1989 di Merauke. Berat badan lahir tidak diketahui. Ibu pasien juga tidak pernah mengalami perdarahan dan penyakit fisik selama kehamilan. Tidak ada penyalahgunaan alkohol, obat-obatan atau jamu selama kehamilan. Sejak pasien dilahirkan pasien mendapatkan ASI sampai usia 2 tahun. Pada saat bayi, pasien tidak pernah mengalami demam tinggi dan tidak pernah kejang.

2. Riwayat Masa Kanak Awal (Usia 1-3 tahun) Pasien tinggal bersama orang tua dan saudaranya. Pasien mendapatkan ASI sampai berusia 2 tahun. Pasien lanjut minum susu formula. Pasien bertumbuh dan berkembang seperti anak seusianya. Pasien tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan. Pada usia 3 tahun ini juga pasien mulai belajar buang air (toilet training).

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan (Usia 4-11 tahun) Pasien diasuh dan tinggal bersama kedua orangtua dan saudaranya, cukup mendapat perhatian dari orang tuanya. Pasien bersekolah di SDN 1 Merauke. Pasien merupakan murid yang rajin dan tidak malas sekolah. Pasien bukanlah anak yang berprestasi tetapi tidak pernah tinggal kelas. Pasien adalah orang yang pendiam dan memiliki sedikit teman.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir (12-14 tahun) Saat berumur 12 tahun pasien mulai memasuki SMP Negeri 1 Merauka, pasien mulai terbuka ke teman – temannya dan tidak pernah tinggal kelas sehingga lulus pada usia 14 tahun. 1

5. Riwayat Masa Remaja (15-18 tahun) Saat berumur 15 tahun pasien masuk ke SMA Negeri 4 Merauke dan bercita – cita untuk menjadi pegawai di kantor besar sehingga pasien mulai belajar dengan giat dan sempat meraih ranking ke 3 saat kelas 2 SMA. Setelah pasien lulus SMA ia mulai berencana masuk ke perguruan tinggi.

6. Riwayat Masa Dewasa a. Riwayat Pekerjaan Sebelum sakit pasien bekerja sebagai pegawai swasta di sebuah perusahaan.

b. Riwayat Pernikahan Pasien menikah pada tahun

2010 ketika ia berumur 21 tahun. Dari

pernikahannya ini Pasien tidak dikaruniai seorang anak.

d. Riwayat Psikoseksual Pasien mengalami haid pertama kali pada saat berumur 9 tahun. Pasien tidak pernah mengalami kekerasan seksual sebelumnya. Hubungan suami istri dilakukan pertama kali setelah menikah dengan istrinya.

e. Riwayat Agama Pasien adalah seorang yang memeluk agama protestan dan taat dalam menjalankan agamanya.

f. Riwayat Militer Pada tidak pernah mengikuti program militer.

g. Riwayat Pelanggaran Hukum Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum sebelumnya.

h. Aktivitas Sosial Menurut keluarga, pasien lebih sering tinggal dirumah. Tetapi dirumah pasien boleh dikatakan rajin untuk membersihkan rumah. Tidak aktif dalam kegiatan sosial di sekitar rumahnya sebelum pasien mengalami gangguan. 2

7. Riwayat Keluarga Pasien anak keempat dari enam bersaudara (♂,♀,♀,♀,♀,♂) . Orang tua pasien adalah seorang pegawai swasta dan tergolong dalam keadaan ekonomi sedang. Ayahnya merupakan seorang guru dan ibunya seorang pegawai negri. Hubungan keluarga pasien relative baik sehingga pasien tidak memiliki masalah keluarga.

GENOGRAM

8. Situasi Kehidupan Sekarang Saat ini pasien tinggal bersama dengan saudaranya karena dirujuk dari merauke untuk berobat di RSKD Provinsi Sulawesi Selatan. Sebelumnya pasien tinggal dengan suaminya di Merauke.

9. Persepsi Pasien Tentang diri dan Lingkungannya Secara umum, pasien merasa dirinya sakit dan ingin berobat untuk menyembuhkan penyakitnya. Pasien menganggap bahwa keluarganya suportif terhadap keadaannya saat ini dan ingin pasien sembuh.

III. PEMERIKSAAN FISIS DAN NEUROLOGIS( Tanggal 19 April 2018 ) A. Status Internus Keadaan umum tidak tampak sakit, gizi baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 76 kali/menit, frekuensi pernafasan 16 kali/menit, suhu tubuh 36,7°C, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus. Jantung, paru-paru, dan abdomen kesan dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak ada kelainan.

B. Status Neurologis Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal, tidak ditemukan refleks patologis.

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL (Tanggal 19 April 2018) A. Deskripsi Umum 1. Penampilan 3

Seorang perempuan, wajah tampak sesuai dengan umurnya (29 tahun), perawakan normal, tinggi, kulit sawo matang, rambut pendek lurus pirang, memakai kemeja berwarna hitam, rok bermotif kotak - kotak, perawatan diri kesan baik. 2. Kesadaran Tidak berubah, Composmentis 3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor Tenang 4. Pembicaraan Pasien menjawab pertanyaan dengan spontan, lancar, intonasi kesan biasa. 5. Sikap terhadap pemeriksa Cukup kooperatif

B. Keadaan Afektif 1. Mood

: Cemas

2. Afek

: Cemas

3. Keserasian : Serasi 4. Empati

: Dapat dirabarasakan

C. Fungsi Intelektual (Kognitif) 1. Taraf Pendidikan Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat pendidikannya yakni lulusan Sarjana 2. Orientasi a. Waktu

:baik

b. Tempat

:baik

c. Orang

:baik

3. Daya Ingat a. Jangka Panjang

:baik

b. Jangka Sedang

:baik

c. Jangka Pendek

:baik

d. Jangka Segera

:baik

4. Konsentrasi dan Perhatian Normal 5. Pikiran Abstrak 4

Tidak terganggu 6. Bakat Kreatif Tidak ada 7. Kemampuan Menolong diri sendiri Pasien mampu merawat diri sendiri

D. Gangguan Persepsi dan Pengalaman Diri 1. Halusinasi Tidak ada 2. Ilusi Tidak ada 3. Depersonalisasi Tidak ada 4.Derealisasi Tidak ada

E. Proses Berpikir 1. Produktivitas

: Cukup

2. Kontinuitas

: Relevan

3. Isi Pikiran

: Tidak ada gangguan

F. Pengendalian Impuls Tidak terganggu

G. Daya Nilai dan Tilikan 1. Norma Sosial

: Tidak terganggu

2. Uji daya nilai

: Tidak terganggu

3. Penilaian Realitas : Tidak terganggu 4. Tilikan

: Pasien menyadari dirinya sakit dan memiliki motivasi untuk mencapai perbaikan (Tilikan 6)

H. Taraf Dapat Dipercaya Dapat dipercaya

5

I. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Seorang perempuan diantar oleh saudara masuk ke Poli Jiwa RSKD untuk pertama kalinya dengan keluhan cemas. Hal ini dialami sejak 4 minggu sebelum datang ke RSKD. Pasien merasa ketakutan apabila bertemu orang banyak, pasien juga takut apabila ingin keluar rumah. Pasien selalu mengingat kejadian pemerkosaan yang hampir dialaminya dan sering terpicu apabila menonton tv berkaitan berita kriminal. Kejadian pemerkosaan yang dialaminya ini terjadi 4 minggu yang lalu, pasien merasa jantungnya berdebar, keringat dingin, leher tegang dan sakit kepala apabila mengingat kejadian yang menimpanya. Pasien merasa ketakutan setiap mendengar suara bunyi pintu dan bayangan yang lewat. Pasien juga merasa sedih bila mengingat kejadian yang menimpanya. Pasien mengalami kesulitan tidur malam bila mengingat kejadian tersebut. Terdapat penurunan berat badan sekitar 3 kg dalam 4 minggu terakhir karena nafsu makan berkurang. Pasien mandi teratur setiap hari. Awal mula keluhan pasien dialami sekitar 4 minggu yang lalu, pasien baru saja pulang dari pasar malam dan baru menyadari bahwa uang di dompetnya telah habis. Berhubungan atm yang ingin didatangi berjarak jauh, pasien meminta untuk tetangganya yang laki – laki untuk menemani pasien karena suami pasien belum pulang. Sesudah penarikan uang di atm, pasien diantar pulang melalui kebun kelapa sawit dimana pasien tiba – tiba dipaksa oleh pelaku untuk berhubungan seksual. Pasien melakukan perlawanan dimana akhirnya ia lolos dan melaporkan kejadian ke sang suami. Sejak saat itu keluhan pasien muncul hingga sekarang. Pasien sempat berobat ke RSUD Merauke 1 minggu setelah kejadian dan mendapatkan obat risperidone, trihexifenidil, kalxotis, serta alprazolam. Setelah 1 minggu pengobatan pasien tidak merasakan pengurangan dalam keluhan, sang pasien meminta surat rujukan untuk ke RSKD Provinsi Sulawesi Selatan. Seorang perempuan, wajah tampak sesuai dengan umurnya (29 tahun), perawakan normal, tinggi, kulit sawo matang, rambut pendek lurus pirang, memakai kemeja berwarna hitam, rok bermotif kotak - kotak, perawatan diri kesan baik. Kesadaran tidak berubah, compos mentis, perilaku dan aktivitas psikomotor tenang, mood cemas, afek cemas, keserasian serasi, empati dapat dirabarasakan. Konsentrasi dan perhatian baik, kemampuan menolong diri sendiri baik. Tidak ditemukan gangguan persepsi. Dari proses pikir didapatkan produktivitas cukup, kontinuitas

6

relevan dan tidak ditemukan gangguan dalam isi pikir. Ujian daya nilai tidak terganggu dan tilikan 6.

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK DAN EVALUASI MULTIAKSIAL Aksis 1 Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan gejala klinis yang bermakna, yaitu pasien cemas dan takut untuk keluar rumah karena takut bertemu banyak orang. Pasien mengalami kesulitan untuk tidur serta penurunan nafsu makan yang mengakibatkan penurunan berat badan. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien, dan keluarga, serta terdapat hendaya (disability) pada fungsi psikososial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan jiwa. Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya dalam penilaian afektif, kognitif,persepsi, proses berpikir, pengendalian impuls dan daya nilai sehingga termasuk Gangguan Jiwa Non Psikotik. Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental organik dapat disingkirkan dan berdasarkan PPDGJ-III didiagnosis Gangguan Jiwa Non Psikotik Non Organik, menurut DSM V didiagnosis Gangguan Jiwa yang tak di induksi oleh Penyakit Fisik dapat disingkirkan. Dari alloanamesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan status mental didapatkan adanya suatu stress kehidupan yang luar biasa yang dialami lebih dari 4 minggu yang lalu, sehingga memenuhi kriteria Reaksi Terhadap Stress Berat dan Gangguan Penyesuaian (F43.0) Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Five Edition (DSM V) diagnosis diarahkan pada Posttraumatic Stress Disorder (309.81). Pada pasien ini ditemukan adanya mood serta afek cemas, bayang – bayang atau mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang – ulang kembali (flashbacks) yang berlangsung lebih dari 4 minggu sehingga berdasarkan PPDGJ III, pasien mengarah pada tipe Gangguan Stres Pasca-trauma (F43.1).

Pasien didiagnosis banding dengan :

7

1. Reaksi Stres Akut (F43.0) : Pada pasien ditemukan onset timbulnya perubahan perilaku pada 4 minggu yang lalu, maka differensial diagnosis berupa Reaksi Stres Akut dapat disingkirkan 2. Gangguan Penyesuaian (F43.2) : Pada pasien ditemukan adanya flashbacks yang dialami sejak kejadian, maka differensial diagnosis berupa Gangguan Penyesuaian dapat disingkirkan

Aksis 2 Dari informasi yang diperoleh pasien dikenal sebagai seseorang yang sekarang jarang bersosialisasi, dan pendiam. Teman pasien hanya keluarga yang ada disekitar rumah saja dan teman ditempatnya bekerja.

Pasien adalah

seseorang yang jarang keluar rumah karena takut terhadap orang banyak dan khawatir akan terjadi kejadian yang sama. Pasien dapat digolongkan ke ciri Gangguan Kepribadian Cemas (menghindar).

Aksis 3 Tidak ada diagnosis Aksis 4 Stressor Psikososial berupa masalah keluarga.???? Aksis 5 GAF Scale saat ini : 70 - 61 (Beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)

VII. DAFTAR MASALAH 1. Organobiologik Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna 2. Psikologik Tidak ditemukan adanya hendaya yang menimbulkan gejala psikis sehingga pasien memerlukan psikoterapi. 3. Sosiologik Ditemukan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.

VII.

RENCANA TERAPI 8

A. Psikofarmakoterapi Fluoxetine 20 mg / 24 jam / Oral / Pagi Alprazolam 0,5 mg / 24 jam / Oral / ½ Pagi, dan Malam

B. Psikoterapi - Suportif Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien dalam memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan pengertian mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum obat secara teratur.

- Sosioterapi Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien sehingga bisa menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan moral serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membantu proses penyembuhan dan keteraturan pengobatan.

VIII. PROGNOSIS Quo ad Vitam

: Bonam

Quo ad functionam

: Dubia ad Bonam

Quo ad sanationam

: Dubia ad Malam

Faktor pendukung berupa : -

Stressor yang jelas

-

Gejala positif

-

Dukungan keluarga baik

Faktor penghambat berupa : -

IX.

Keinginan pasien untuk keluar rumah

FOLLOW UP Tidak dilakukan follow up

9

X.

DISKUSI Gangguan Stres Pasca-trauma atau biasa disingkat PTSD merupakan gangguan yang mempengaruhi 7% dari seluruh populasi di dunia. Pada perempuan, kejadian yang paling sering menjadi pemicu adalah kekerasan fisik atau pemerkosaan. Gangguan ini dapat terjadi pada semua umur karena hampir segala kejadian yang mengancam fisik dan nyawa dapat menjadi pemicu. PTSD cenderung muncul tidak lama setelah stressor terjadi, tetapi onsetnya dapat tertunda dalam hitungan bulan hingga tahun.1,2, Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III), PTSD dapat ditegakkan apabila memenuhi kriteria:4 

Diagnosis baru ditegakkan bilamana gangguan ini timbul dalam kurun waktu 6 bulan setelah kejadian traumatik berat (masa laten yang berkisar antara beberapa minggu sampai beberapa bulan, jarang sampai melampaui 6 bulan. Kemungkinan diagnosis masih dapat ditegakkan apabila tertundanya waktu mulai saat kejadian dan onset gangguan melebihi waktu 6 bulan, asal saja menifestasi klinisnya adalah khas dan tidak didapat alternatif kategori gangguan lainnya.



Sebagai bukti tambahan selain trauma, harus didapatkan bayang-bayang atau mimpi-mimpi dari kejadian traumatik tersebut secara berulang-ulang kembali (flashbacks)



Gangguan otonomik, gangguan afek dan kelainan tingakah laku semuanya dapat mewarnai diagnosis tetapi tidak khas.



Suatu “sequelae” menahun yang terjadi lambat setelah stress yang luar biasa, misalnya saja beberapa puluh tahun setelah trauma, diklasifikasi dalam kategori F62.0 (perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa)

Pada pasien ditemukan adanya stressor yang dialami 4 minggu yang lalu, mood serta afek cemas, serta flashbacks yang pasien sering alami sehari – hari. sehingga diagnosis mengarah pada Gangguan Stres Pasca-trauma. Intervasi psikologikal adalah inti dari pengobatan Gangguan Stres Pascatrauma, tetapi tidak semua terapi mempunyai hasil yang sama. Menurut meta analisis, terapi psikologikal yang terfokus pada trauma mempunyai hasil yang lebih efektif. 10

a) Terapi Psikologikal Terfokus Trauma I.

Terapi Perilaku Kognitif -

Terapi paparan : Pasien dipaparkan terhadap trauma secara imajinasi atau ke tempat kejadian trauma. Terapi diulang hingga pasien tidak lagi mempunyai tingkat penderitaan yang tinggi terhadap trauma.

-

Terapi kognitif : Pasien diarahkan untuk mengabaikan perasaan malu atau rasa bersalahnya bahwa kejadian itu terjadi.

II.

Eye-movement desensitization and reprocessing (EMDR) -

Dengan gerakan mata yang cepat sementara pasien mengingat kembali trauma yang terjadi lalu mengikuti jari pasien, dilakukan setiap set 20 detik. Setiap set pasien mengevaluasi apa yang dirasakan dan mengulang hingga

perasaan

negatif

berkurang

lalu

pasien

diinstruksikan untuk mengfokuskan pikirannya ke pikiran positif. III.

Terapi Psikologikal lain -

Manajemen stress : Menggunakan gerakan yang dapat mengurangi stress seperti latihan relaksasi, latihan pernapasan abdominal dan latihan berpikir positif.

-

Hipnoterapi : Melalui hipnotis, pasien diarahkan untuk meningkatkan kontrol terhadap reaksi terhadap trauma.

-

Terapi Suportif : Melalui percakapan, pasien diarahkan untuk

mengeksplorasi

pikiran,

perasaan,

serta

menggunakan perilaku positif untuk mengatasi stress yang dialami.

Terapi

medikamentosa

juga

dapat

menambah

perbaikan

klinis.

Penatalaksanaan psikososial umumnya lebih efektif pada saat pasien berada dalam fase perbaikan dibanding fase akut. Golongan SSRI berguna untuk mengurangi gejala depresi, dan gejala intrusive seperti mimpi buru dan flashbacks, golongan Benzodiazepine juga dapat mengobati anxietas pasien tetapi sebaiknya digunakan

11

dalam jangka waktu pendek (hitungan waktu hingga minggu) agar tidak terjadi penyalahgunaan.

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Gelder MG, Juan J, Nancy A. New Oxford textbook of psychiatry, Vol 1 & 2. Oxford: Oxford university press; 2004. 2. American Psychiatric Association. Diagnostic and statistical manual of mental disorders (DSM-5®). American Psychiatric Pub; 2013 May 22. 3. Departemen Kesehatan RI, Skizofrenia, Gangguan Skizotipal, danWaham dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III/PPDGJ III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1993. 4. Black, D.W, et al, Schizophrenia Spectrum and Other Psychotic Disorder in DSM V Guidebook, USA: American Psychiatric Associatio; 2014 5. Maslim R. Obat Anti Psikosis dalam Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya; 2007. 6. Arana G.W, Rosenbaurg, Antipsychotic Drugs in Handbook of Psychiatric Drug Therapy. , Philadelphia, USA: Lippincot Williams &Wilkins; 2005.

13

IKHTISAR PERJALANAN PENYAKIT Tahun

Situasi

Gejala

Riwayat Berobat

Kehidupan

Respon Pengobatan

September

Pasien

Pasien menjadi lebih pendiam, takut

Pasien belum berani

2018

mengalami

keluar rumah.

mendapatkan

kejadian hamper

pengobatan

diperkosa Oktober

Pasien datang

Pasien mulai berani keluar rumah

Risperidon 2 mg 2x1,

Tidak

2018

berobat ke RSUD

dan mencari pengobatan

Trihexifenidil 2 mg

perbaikan

Merauke

ada

3x1, Kalxetin 10 mg, 1x1 Alprazolam 0,5 mg, 0-0-1

19 Oktober Pasien datang 2018

Pasien merasa tidak ada perbaikan

Fluoxetin 20 mg 1-1- Perlu

berobat ke RSKD dari RSUD Merauke dan meminta

0

Provinsi Sulsel

Alprazolam 0,5 mg

rujukan ke RSKD

dievaluasi

½-0-1

14

LAMPIRAN AUTOANAMNESA I (19 Oktober 2018)

Seorang perempuan, wajah tampak sesuai dengan umurnya (29 tahun), perawakan normal, tinggi, kulit sawo matang, rambut pendek lurus pirang, memakai kemeja berwarna hitam, rok bermotif kotak - kotak, perawatan diri kesan baik.

D

: Selamat pagi pak, Ny. M

P

: Pagi, dok.

D

: Perkenalkan saya dokter muda Harvan. Sudah pernah berobat disini bu?

P

: Baru pertama kali ini

D

: Bagaimana kabarnya hari ini?

P

: Agak kurang nyaman dok

D

: Kurang nyaman kenapa?

P

: Karena banyak orang dok

D

: Bisa cerita bu kenapa dibawa kesini kalau takut banyak orang?

P

: Saya mau sembuh dok dan mau rasa takut ini hilang dok.

D

: Bisa ibu ceritakan apa saja keluhan ibu sekarang?

P

: Saya sekarang orangnya jadi penakut dok, sejak kejadian (pemerkosaan) itu. Takut keluar rumah karena nanti bakal ketemu orang banyak.

D

: Takutnya itu kenapa bu?

P

: Sering teringat kejadian yang pernah terjadi dok, jadi saya rasa lebih baik di rumah.

D

: Selain itu, apa lagi keluhan ibu mengenai kejadian tersebut?

P

: Saya sering teringat kembali juga kejadian tersebut dok, kaya ada waktu – waktu dimana saya seakan ada di tempat itu kembali

D

: Ada pemicunya bu?

P

: Biasanya kalau saya nonton berita mengenai kejadian kriminal dok

D

: Ibu kalau teringat kembali kejadian, apa yang ibu rasakan?

P

: Kaya jantungku berdebar kencang dok, trus keringat dingin dan leher saya tegang, kadang juga sakit kepala.

D

: Kalau boleh tau bu, kapan kejadiannya itu terjadi?

P

: Sekitar 1 bulan yang kayanya dok.

D

: Ibu bias cerita bagaimana kejadiannya?

P

: Jadi begini dok, waktu itu habis saya pulang dari pasar malam saya mengecek dompet saya dan baru sadar bahwa uang saya habis. Saya minta tolong ditemani 15

tetangga saya untuk ditemani ke atm karena atmnya agak jauh dan sudah malam. Setelah saya menarik uang saya dituntun pulang tapi ada perasaan aneh dok karena bukan lewat jalan biasa, lewatnya hutan kelapa sawit….. (mulai menangis) D

: Oiya pelan pelan saja bu, mulai kalau sudah siap cerita lagi saja

P

: (Menangis sejenak)….. habis itu dia pegang – pegang saya dok paksa saya untuk berhubungan, karena saya gamau dia makin keras dok maksanya makanya saya melawan. Untung saja bisa sempat saya dorong trus saya lari pulang ke rumah.

D

: Oiya bu terima kasih sudah menguatkan diri untuk cerita. Pernah selama 1 bulan itu ibu berobat?

P

: Pernah dok ke RSUD Merauke seminggu setelah kejadian.

D

: Obatnya apa saja yang dikasih? Apakah ibu rasa membaik?

P

: Apa yah dok, saya kurang hafal juga tapi saya bawa. (mengeluarkan obat)

D

: Kalo ibu minum obat – obat ini ada perbaikan?

P

: Tidak ada dok, makanya minta rujukan kesini (RSKD) biar bisa ganti obat.

D

: Ada keluhan lainnya bu?

P

: Saya sering juga rasa sedih dan sulit tidur dok

D

: Sejak kapan itu bu?

P

: Sejak kejadian itu juga dok

D

: Kalau makan dan mandi bagaimana ibu?

P

: Kalau mandi sih biasa dok, cuman kalau makan saya kurang karena ga ada nafsu makan.

D

: Ada penurunan berat badan ga bu sejak tidak ada nafsu makannya?

P

: Ada sekitar 3 kg lah dok 1 bulan ini.

D

: Ibu masih bekerja sampai sekarang?

P

: Sekarang sudah tidak dok, sejak kejadian saya ga berani munculin muka di tempat kantor.

D

: Oh iya, kalau begitu saya tanya sedikit tentang keluarganya yah. Ibu anak ke berapa dan ada berapa kakak dan adeknya? Berapa banyak laki – laki dan perempuan?

P

: Anak ke 4 dari 6 bersaudara dok, yang pertama laki – laki, kedua perempuan, ketiga perempuan, kelima perempuan, keenam laki - laki

D

: Sudah menikah bu?

P

: Sudah dok

D

: Sudah berapa lama menikah? Ada anaknya?

P

: 8 tahun dok, anak saya ada 5 4 adopsi, 1 anak tiri 16

D

: Ada riwayat keluarga pernah mengalami ini sebelumnya?

P

: Tidak ada dok

D

: Ada riwayat kena penyakit infeksi lama bu?

P

: Tidak dok

D

: Konsumsi NAPZA, rokok, alcohol?

P

: Oh ga tidak pernah dok

D

: Riwayat kejang atau kecelakaan atau trauma seperti dipukul begitu bu?

P

: Tidak ada dok

D

: Ada yang sekiranya ibu belum sampaikan ke saya atau ada yg ingin ditanyakan?

P

: Sepertinya tidak ada dok

D

: Oh iya terima kasih kalau begitu bu

P

: Baik dok, sama – sama. Terima kasih juga

17

Related Documents

Ptsd
November 2019 15
Ptsd Therapy
April 2020 13
Bronchure-ptsd
June 2020 11
Ptsd Engineering View
April 2020 10
Ptsd Meghivo 2007
November 2019 8

More Documents from ""

Salter Harris.docx
June 2020 1
Bab3.docx
May 2020 22
Managemen_proyek.docx
June 2020 11
Kop.pdf
June 2020 14