LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK
A. DEFENISI Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik
yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejalagejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008). Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragik antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009). Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
B. ETIOLOGI Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi 1. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital. 2. Aneurisma
fusiformis
dari
atherosklerosis.
Atherosklerosis
adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan 3. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis. 4. Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga
1
darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak. 5. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
Faktor resiko pada stroke adalah 1. Hipertensi 2. Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif) 3. Kolesterol tinggi, obesitas 4. Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral) 5. Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi) 6. Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi) 7. Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol
C. PATOFISIOLOGI STROKE HEMORAGIK Ada dua bentuk CVA bleeding
STROKE HEMORAGIK
2
1. Perdarahan intra cerebral Pecahnya
pembuluh
darah
otak
terutama
karena
hipertensi
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid. 2. Perdarahan sub arachnoid Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi. AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan
3
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
D. PATHWAY STROKE HEMORAGIK
4
E. MANIFESTASI KLINIS STROKE HEMORAGIK Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke 1. Daerah a. serebri media a. Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi b. Hemianopsi homonim kontralateral c. Afasi bila mengenai hemisfer dominan d. Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan 2. Daerah a. Karotis interna Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media 3. Daerah a. Serebri anterior a. Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai b. Incontinentia urinae c. Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terkena 4. Daerah a. Posterior a. Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai b. daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri media c. Nyeri talamik spontan d. Hemibalisme e. Aleksi bila mengenai hemisfer dominan 5. Daerah vertebrobasiler a. Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak b. Hemiplegi alternans atau tetraplegi c. Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)
STROKE HEMORAGIK
5
F. KOMPLIKASI Stroke hemoragik dapat menyebabkan 1. Infark Serebri 2. Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif 3. Fistula caroticocavernosum 4. Epistaksis 5. Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
G. PENATALAKSANAAN MEDIS STROKE HEMORAGIK Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain: 1. Menurunkan kerusakan iskemik cerebral Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah. 2. Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason. 3. Pengobatan a. Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase akut. b. Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik/emobolik. c. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral 4. Penatalaksanaan Pembedahan Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular
6
yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG STROKE HEMORAGIK 1. Angiografi cerebral Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular. 2. Lumbal pungsi Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial. 3. CT scan Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti. 4. MRI (Magnetic Imaging Resonance) Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik. 5. EEG Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
7
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK 1. Aktivitas dan istirahat a. Data Subyektif: 1) Kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis. 2) Mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot ) b. Data obyektif: 1) Perubahan tingkat kesadaran 2) Perubahan tonus otot (flaksid atau spastic), paraliysis (hemiplegia), kelemahan umum. 3) Gangguan penglihatan 2. Sirkulasi a. Data Subyektif: Riwayat penyakit jantung (penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial), polisitemia. b. Data obyektif: 1) Hipertensi arterial 2) Disritmia, perubahan EKG 3) Pulsasi : kemungkinan bervariasi 4) Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal 3. Integritas ego a. Data Subyektif: Perasaan tidak berdaya, hilang harapan b. Data obyektif: 1) Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesedihan , kegembiraan 2) Kesulitan berekspresi diri 4. Eliminasi a. Data Subyektif: 1) Inkontinensia, anuria 2) Distensi abdomen (kandung kemih sangat penuh), tidak adanya suara usus (ileus paralitik)
8
5. Makan/ minum a. Data Subyektif: 1) Nafsu makan hilang 2) Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK 3) Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia 4) Riwayat DM, peningkatan lemak dalam darah b. Data obyektif: 1) Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring ) 2) Obesitas ( faktor resiko ) 6. Sensori neural a. Data Subyektif: 1) Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA ) 2) Nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid. 3) Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati 4) Penglihatan berkurang 5) Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama ) 6) Gangguan rasa pengecapan dan penciuman b. Data obyektif: 1) Status mental : koma biasanya menandai stadium perdarahan, gangguan tingkah laku (seperti: letargi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif 2) Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak seimbang, berkurangnya reflek tendon dalam ( kontralateral ) 3) Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral ) 4) Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata-kata, reseptif / kesulitan berkata-kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
9
5) Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil 6) Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik 7) Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral 7. Nyeri / kenyamanan a. Data Subyektif: Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya b. Data Obyektif: Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial 8. Respirasi a. Data Subyektif: 1) Perokok ( faktor resiko ) Tanda: a) Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas b) Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur c) Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi 9. Keamanan a. Data Obyektif: 1) Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan 2) Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewaspadaan terhadap bagian tubuh yang sakit 3) Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali 4) Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh 5) Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri 10. Interaksi sosial a. Data Obyektif: Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
10
11. Pengajaran / pembelajaran a. Data Subjektif : 1) Riwayat hipertensi keluarga, stroke 2) Penggunaan kontrasepsi oral 12. Pertimbangan rencana pulang -
Menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
-
Bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan rumah
I.
DIAGNOSA KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
1.
Ketidakefektifan Perfusi jaringan serebral berhubungan dengan aliran darah ke otak terhambat
2.
Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan sirkulasi ke otak
3.
Defisit perawatan diri: makan, mandi, berpakaian, toileting berhubungan kerusakan neurovaskuler
4.
Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
5.
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik
6.
Resiko Aspirasi berhubungan dengan penurunan kesadaran
7.
Resiko injuri berhubungan dengan penurunan kesadaran
8.
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kesadaran.
11
J.
RENCANA KEPERAWATAN STROKE HEMORAGIK
No 1.
Diagnosa
Tujuan
Keperawatan Ketidakefektifan
Setelah dilakukan
Intervensi Monitorang neurologis
Perfusi jaringan
tindakan keperawatan
1.
serebral b.d
selama 3 x 24 jam,
aliran darah ke
diharapkan suplai
2.
Monitor tingkat kesadaran klien
otak terhambat.
aliran darah keotak
3.
Monitir tanda-tanda vital
lancar dengan kriteria
4.
Monitor keluhan nyeri kepala, mual,
bentuk pupil
hasil: -
Nyeri kepala /
muntah 5.
vertigo berkurang
Berfungsinya
Monitor respon klien terhadap pengobatan
sampai de-ngan hilang 6. -
Monitor ukuran, kesimetrisan, reaksi dan
7.
Hindari aktivitas jika TIK meningkat Observasi kondisi fisik klien
saraf dengan baik -
Tanda-tanda vital stabil
Terapi oksigen 1.
Bersihkan jalan nafas dari sekret
2.
Pertahankan jalan nafas tetap efektif
3.
Berikan oksigen sesuai intruksi
4.
Monitor aliran oksigen, kanul oksigen dan sistem humidifier
5.
Beri penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian oksigen
6.
Observasi tanda-tanda hipo-ventilasi
7.
Monitor respon klien terhadap pemberian oksigen
8.
Anjurkan klien untuk tetap memakai oksigen selama aktifitas dan tidur
2
Kerusakan
Setelah dilakukan
1.
Libatkan keluarga untuk membantu
komunikasi
tindakan keperawatan
memahami / memahamkan informasi dari /
verbal b.d
selama 3 x 24 jam,
ke klien
penurunan
diharapkan klien
2.
Dengarkan setiap ucapan klien dengan
12
sirkulasi ke otak
mampu untuk berkomunikasi lagi
penuh perhatian 3.
dengan kriteria hasil: -
dapat menjawab pertanyaan yang
dalam komunikasi dengan klien 4.
Dorong klien untuk mengulang kata-kata
5.
Berikan arahan / perintah yang sederhana
diajukan perawat -
setiap interaksi dengan klien
dapat mengerti
6.
Programkan speech-language teraphy
dan memahami pesan-
7.
Lakukan speech-language teraphy setiap
pesan melalui gambar -
Gunakan kata-kata sederhana dan pendek
interaksi dengan klien
dapat mengekspresikan perasaannya secara verbal maupun nonverbal
3
Defisit
perawatan Setelah dilakukan
1
Kaji kamampuan klien untuk perawatan
diri;
tindakan keperawatan
mandi,berpakaian
selama 3x 24 jam,
, makan,
diharapkan kebutuhan
bantu dalam makan, mandi, berpakaian
mandiri klien
dan toileting
terpenuhi, dengan
diri 2
3
kriteria hasil: -
Klien dapat
Berikan bantuan pada klien hingga klien sepenuhnya bisa mandiri
4
Berikan dukungan pada klien untuk
makan dengan
menunjukkan aktivitas normal sesuai
bantuan orang lain /
kemampuannya
mandiri -
Pantau kebutuhan klien untuk alat-alat
Klien dapat mandi
5
Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan perawatan diri klien
de-ngan bantuan orang lain -
Klien dapat memakai pakaian dengan bantuan orang lain / mandiri
-
Klien dapat
13
toileting dengan bantuan alat 4
Kerusakan mobilitas
Setelah dilakukan
1
Ajarkan klien untuk latihan rentang gerak
fisik b.d
tindakan keperawatan
kerusakan
selama 3x24 jam,
neurovas-kuler
diharapkan klien dapat
ekstrimitas yang parese / plegi dalam
melakukan pergerakan
toleransi nyeri
fisik dengan kriteria
aktif pada sisi ekstrimitas yang sehat 2
3
hasil : -
Tidak terjadi
-
4
5
Motivasi klien untuk melakukan latihan sendi seperti yang disarankan
6
program latihan -
Ajarkan ambulasi sesuai dengan tahapan dan kemampuan klien
Pasien berpartisipasi dalam
Topang ekstrimitas dengan bantal untuk mencegah atau mangurangi bengkak
kontraktur otot dan footdrop
Ajarkan rentang gerak pasif pada sisi
Libatkan keluarga untuk membantu klien latihan sendi
Pasien mencapai keseimbangan saat duduk
-
Pasien mampu menggunakan sisi tubuh yang tidak sakit untuk kompensasi hilangnya fungsi pada sisi yang parese/plegi
5
Resiko kerusakan
Setelah dilakukan
1
Beri penjelasan pada klien tentang: resiko
integritas kulit b.d
tindakan perawatan
adanya luka tekan, tanda dan gejala luka
immobilisasi fisik
selama 3 x 24 jam,
tekan, tindakan pencegahan agar tidak
diharapkan pasien
terjadi luka tekan)
mampu mengetahui
2
dan mengontrol
-
Ciptakan lingkungan yang nyaman
resiko dengan kriteria
-
Gunakan lotion, minyak atau bedak
hasil : -
Klien mampu
Berikan masase sederhana
untuk pelicin -
Lakukan masase secara teratur
14
menge-nali tanda dan
-
gejala adanya resiko luka tekan -
masase -
Klien mampu
Jangan masase pada area kemerahan utk menghindari kerusakan kapiler
berpartisi-pasi dalam
-
pencegahan resiko
3
luka tekan (masase
-
sederhana, alih baring, manajemen
Anjurkan klien untuk rileks selama
Evaluasi respon klien terhadap masase Lakukan alih baring Ubah posisi klien setiap 30 menit- 2 jam
-
Pertahankan tempat tidur sedatar
nutrisi, manajemen
mungkin untuk mengurangi kekuatan
tekanan).
geseran -
Batasi posisi semi fowler hanya 30 menit
-
Observasi area yang tertekan (telinga, mata kaki, sakrum, skrotum, siku, ischium, skapula)
4
Berikan manajemen nutrisi
-
Kolaborasi dengan ahli gizi
-
Monitor intake nutrisi
-
Tingkatkan masukan protein dan karbohidrat untuk memelihara keseimbangan nitrogen positif
5 -
Berikan manajemen tekanan Monitor kulit adanya kemerahan dan pecah-pecah
-
Beri pelembab pada kulit yang kering dan pecah-pecah
-
Jaga sprei dalam keadaan bersih dan kering
-
Monitor aktivitas dan mobilitas klien
-
Beri bedak atau kamper spritus pada area yang tertekan
-
15
6
Resiko Aspirasi
Setelah dilakukan
Aspiration Control Management :
berhubungan
tindakan perawatan
-
dengan penurunan
selama 3 x 24 jam,
tingkat kesadaran
diharapkan tidak
-
Pelihara jalan nafas
terjadi aspirasi pada
-
Lakukan saction bila diperlukan
pasien dengan kriteria
-
Haluskan makanan yang akan
batuk dankemampuan menelan
hasil : -
Dapat bernafas
Monitor tingkat kesadaran, reflek
diberikan -
Haluskan obat sebelum pemberian
dengan mudah,frekuensi pernafasan normal -
Mampu menelan,mengunyah tanpa terjadi aspirasi
7
Resiko Injuri
Setelah dilakukan
berhubungan
tindakan perawatan
dengan penurunan
selama 3 x 24 jam,
tingkat kesadaran
diharapkan tidak
Risk Control Injury -
menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien
-
terjadi trauma pada
memberikan informasi mengenai cara mencegah cedera
pasien dengan kriteria
-
memberikan penerangan yang cukup
hasil:
-
menganjurkan keluarga untuk selalu
-
bebas dari cedera
-
mampu
menemani pasien
menjelaskan factor resiko dari lingkungan dan cara untuk mencegah cedera -
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
8
Pola nafas tidak efektif
Setelah dilakukan tindakan perawatan
Respiratori Status Management -
Pertahankan jalan nafas yang paten
16
berhubungan
selama 3 x 24 jam,
-
Observasi tanda-tanda hipoventilasi
dengan penurunan
diharapkan pola nafas
-
Berikan terapi O2
kesadaran
pasien efektif dengan
-
Dengarkan adanya kelainan suara
kriteria hasil : - Menujukkan jalan nafas
tambahan -
Monitor vital sign
paten ( tidak merasa tercekik, irama nafas normal, frekuensi nafas normal,tidak ada suara nafas tambahan - Tanda-tanda vital dalam batas normal
Discharge planning bagi pasien stroke 1.
Memastikan keamanan bagi pasien setelah pemulangan
2.
Memilih perawatan, bantuan, atau peralatan khusus yang dibutuhkan
3.
Merancang untuk pelayanan rehabilitasi lanjut atau tindakan lainnya di rumah (misal kunjungan rumah oleh tim kesehatan)
4.
Penunjukkan health care provider yang akan memonitor status kesehatan pasien
5.
Menentukan pemberi bantuan yang akan bekerja sebagai partner dengan pasien untuk memberikan perawatan dan bantuan harian di rumah, dan mengajarkan tindakan yang dibutuhkan.
17
DAFTAR PUSTAKA Adib,M. 2009. Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan Stroke. Edisi ke-2.Yogyakarta : Dianloka Printika. Artini, Ria.2009. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Persyarafan, Jakarta: EGC Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika ___________. Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic. Diakses pada tanggal 6 Februari 2012 di http://nursingbegin.com/askep-stroke-hemoragik/ ___________. Konsep Teori Stroke Hemoragik. Diakses pada tanggal 6 Februari 2012 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/
18