BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya
tersiram
panas
)
banyak
terjadi
pada
kecelakaan
rumah
tangga.(Sjamsuhidajat, 2005) Kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di Amerika Serikat setiap tahunnya. Dari kelompok ini 200 ribu pasien memerlukan penanganan rawat jalan dan 100 ribu pasien dirawat di rumah sakit. Sekitar 12 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat luka bakar dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar lebih separuh dari kasus luka bakar dirumah sakit seharusnya dapat dicegah. Perawat dapat memainkan peranan yang aktif dalam pencegahan kebakaran dan luka bakar dengan mengajarkan konsep pencegahan dan mempromosikan undang undang tentang pengamanan kebakaran. Asuhan keperawatan komprehensif yang diberikan manakala terjadi luka bakar adalah penting untuk pencegahan kematian dan kecacatan. Adalah penting bagi perawat untuk memiliki pengertian yang jelas tentang perubahan yang saling berhubungan pada semua sistem tubuh setelah cedera luka bakar juga penghargaan terhadap dampak emosional dari cedera pada korban luka bakar dan keluarganya. Hanya dengan dasar pengetahuan komprehensif perawat dapat memberikan intervensi terapeutik yang diperlukan pada semua tahapan penyembuhan. 1.2 Tujuan 1.2.1
Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengaplikasikan asuhan kegawatdaruratan pada klien dengan luka bakar.
1.2.2
Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji terhadap derajad luka bakar. b. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa dari pengkajian terhadap luka bakar. c. Mahasiswa mampu menyusun rencana dalam pelaksanaan perawatan luka bakar. d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan sesuai rencana yang telah disusun. e. Mahasiswa mampu mengevaluasi dari rencana tindakan yang telah disusun.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebebkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. (Musliha, 2010). Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.(Padila, 2012) Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). (Pamela, 2010) Luka bakar (Burn) adalah kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena nyala api, panas, dingin friksi, radiasi (kulit menggelap terbakar matahari), bahan kimia, atau listrik. Luka bakar biasanya terbagi menjadi tiga kategori, bergantung pada keparahannya. (Digiulio, 2014).
2.2 Anatomi Fisiologi Kulit Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri, kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu, perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu : 1. Lapisan epidermis, terdiri atas : a. Stratum Korneum Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
b. Stratum lusidum Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan, sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. d. Stratum spinosum/stratum akantosum Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Selselnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk) e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di atasnya dan merupakan sel-sel induk. 2. Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu: a.
Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris) Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen. b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis). Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut. 3. Jaringan subkutan atau hipodermis Merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya adalah jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tu lang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh. (Pamela, 2011)
2.3 Klasifikasi Luka Bakar (musliha, 2010) Klasifikasi menurut Musliha (2010) antara lain : 1. Menurut dalamnya luka bakar a. Luka bakar derajat I Pada derajat 1 luka bakar akan sembuh pada waktu yang singkat. Paling lambat 1 minggu tanpa dilakukan pengobatan apapun, kecuali apabila pada derajad satu ini penderita kesakitan, bisa diberikan analgesik tetapi analgesik yang tidak dapat menurunkan suhu tubuh. Ciri luka bakar derajad satu adalah kulit hanya tampak kemerahan tanpa ada kerusakan jaringan kulit.
b. Luka bakar derajat II 1) Derajat dua dangkal (superficial) Pada derajat dua ini kulit berwarna merah dan adanya bula (gelembung), organ kulit seperti kelenjar sebasea, dan kelenjar kulit masih utuh, pada luka bakar ini terjadi kerusakan epidermis yang ditandai dengan rasa nyeri dan akan sembuh dalam waktu 10-14 hari, dapat bula diberikan pengompresan dengan NaCl. 2) Derajat dua dalam (deep) Luka bakar derajat dua ini kulit kemerahan, dengan jaringan yang terkelupas (kerusakan dermis dan epidermis). Organ-organ kulit seperti kelenjar keringat, folikel rambut, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh, proses penyembuhan pada darejad dua dalam ini biasanya memerlukan waktu yang lama tergantung jaringan epitel yang masih tersisa. c. Luka bakar derajat III Luka bakar derajad tiga ini ditandai dengan seluruh dermis dan epidermis mengalami kerusakan. Tidak dijumpai rasa nyeri dan kehilangan sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensori mengalami kerusakan atau kematian, bahkan bisa merusak kematian jaringan lemak maupun otot walaupun jaringan tersebut tidak mengalami nekrosis. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terbentuk epitelisasi jaringan dari dasar luka yang spontan. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar. Adapun fase-fase luka bakar menurut Padila (2012) sebagai berikut : a.
Fase akut Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cidera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebabkematian utama penderita pada fase akut.
b.
Fase sub akut Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan :
1) Proses inflamasi dan infeksi. 2) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ-organ fungsional. 3) Keadaan hipermetabolisme. c. Fase lanjut Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
2.4 Etiologi Etiologi menurut Musliha (2010) sebagai berikut : 1. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn) Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan : a.
Gas Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat edema.
b. Cairan c. Bahan padat (solid) 2. Luka bakar bahan kimia (Hemical Burn) Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. 3. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh. 4. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury) Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
2.5 Manifesrasi klinis 1. Luka bakar derajat I a. Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis b. Kulit kering, hiperemi berupa eritema c. Tidak dijumpai bulae d. Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi e. Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari 2. Luka bakar derajat II a. Kerusakan meliputi epdermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi b. Dijumpai bulae c. Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi d. Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal Luka bakar derajat II dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Derajat dua dangkal (superficial) 1) Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis 2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh 3) Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari b. Derajat dua dalam (deep) 1) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis 2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh 3) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari satu bulan. 3. Luka bakar derajat III a. Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam b. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan c. Tidak dijumpai bulae d. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, karena kering letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar e. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis ysng di kenal sebagai eskar
f. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian g. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka 2.6 Patofisiologi Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi, akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh darah besar dan akibat dari kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan cairan plasma sel darah, protein dan albumin, mengalami gangguan fisiologi. Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang massif, terganggunya cairan di dalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh darah yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam setelah reaksi tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun kerusakan jaringan lainnya. Dari kilasan diatas maka pada luka bakar juga dapat terjadi syok hipovolemik atau burn shock. Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat- tiga ( fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,10C mengakibatkan cedera full-thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 440C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar. Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar bereisiko tinggi untuk mengalmai sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Musliha, 2010) 2.7 Komplikasi Komplikasi menurut Lalani (2011), sebagai berikut: 1. Infeksi luka a.
Sulit dibedakan dengan penyembuhan luka karena sama-sama terdapat eritema, edema, nyeri tekan.
b.
Jika demam, malaise, atau gejala memburuk, pikirkan kemungkinan infeksi.
c.
Dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan luka bakar yang lebih dalam.
d.
Perlu dirawat inap dan mendapat antibiotik IV.
2. Sepsis 3. Syok akibat luka bakar 4. Edema akibat luka bakar 5. Eskarotomi 6. Rabdomiolisis 7. Cidera inhalasi 8. Hipermetabolisme 2.8 Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012) sebagai berikut: 1. Laboratorium: Hb, Ht, Leukosit, Thrombosit, Gula darah, Elektolit, Kreatinin, Ureum, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, AGD (bila diperlukan) 2. Rontgen: Foto thorak dan lain-lain 3. EKG 4. CVP: Untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak 5. Bronkoskopi untuk membantu memastikan cedera inhalasi asap. 6. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif. 2.9
A. Pathways
A. B. Pemeriksaan Penunjang C
D. Penatalaksanaan Penatalaksaan pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012) sebagai berikut : 1.
Resusitasi A,B,C
a. Pernafasan (Airway) Airway
-
apabila
terdapat
kecurigaan
adanya
trauma
inhalasi,
maka
segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam. b. Pernafasan (Breathing) Kaji adanya trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae. c. Sirkulasi (Circulation)
Gangguan permebilitas kapiler : cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler → hipovolemi relatif →syok → ATN → gagal ginjal 2.
Infus,kateter, CVP, oksigen, laboratorium, kultur luka.
3.
Resusitasi cairan Cara Baxter merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :
a. Dewasa : Baxter = RL 4cc x BB x % LB Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama. b. Anak : jumlah resusitasi + kebutuhan faal : RL : Dextran = 17 : 3 2 cc x BB x % LB d. Kebutuhan faal : < 1 tahun
: BB x 100 cc
1-3 tahun
: BB x 75 cc
3-5 tahun
: BB x 50 cc
4. Monitor urine dan JVP 5. Topikal dan tutup luka : a. Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% (1 : 30) + buang jaringan nekrotik b. Tulle c. Silver sulfat diazin tebal d. Tutup kasa tebal e. Evaluasi 5-7 hari kecuali balutan kotor 6. Obat-obatan : a. Antibiotika : tidak diberikan jika pasien datang kurang dari 6 jam sejak kejadian. b. Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur. c. Analgetik : kuat (morfin, petidin) d. Antasida : kalo perlu Contoh Kasus : Ny.M dengan usia 40 tahun dan berat badan 60 kg terkena air panas pada lengan kanan atas pada pukul 15.00 dan segera dibawa ke RS karena mengalami luka bakar pada
lengan kanan atas. Ny.M mengatakan, “lengan saya nyeri sekali, dan terasa panas”. Pembahasan : a. Luas luka bakar : Perhitungan luas luka bakar berdasarkan “Rule Of Nine” dari WALLACE : Ekstremitas atas = 2 x 9% (kiri dan kanan) Ny.M mengalami luka bakar pada lengan kanan atas, maka luas luka bakar adalah 4,5% b. Resusitasi Cairan : Pada klien dewasa dengan luka bakar, cara menghitung resusitasi cairan menggunakan cara dari Baxter. Adapun caranya sebagai berikut : Baxter : 4 RL cc x BB x % LB (Luas Luka Bakar) : 4 RL cc x 60 kg x 4,5% : 1080 cc Kebutuhan cairan 8 jam pertama : 0,5 x 1080 = 540 cc Jadi kebutuhan cairan Ny.M selama 8 jam pertama adalah 540 cc
E. Pengkajian Kegawatdaruratan Pengkajian fokus pada klien dengan luka bakar menurut Padila (2012), Kartikawati (2011) adalah sebagai berikut : 1. Pengkajian Primer a. Airway (jalan napas) Penurunan kekuatan, keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit, gangguan masa otot, perubahan tonus. b. Breathing (pernapasan) Serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis, penggunaan otot bantu pernafasan (indikasi cidera inhalasi), stridor/mengi, bunyi nafas gemericik (oedema paru), stridor (oedema laringeal), secret jalan nafas dalam (ronkhi). c. Circulation (sirkulasi) Hipotensi (syok), penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cidera, fase konstriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syock listrik), takikardia (syok/ansietas/nyeri), disritmia (syok listrik), pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar). d. Disability
Area batas kesemutan, penurunan reflek tendon dalam pada cedera ekstremitas, aktivitas kejang (syok listrik), kerusakan retinal, penurunan ketajaman pengelihatan. e. Exposure Area kulit tidak terbakar mungkin dingin/lembab. 2. Pengkajian Sekunder a. Head To Toe 1. keadaan umum Datang dengan keadaan kotor,mengeluh panas sakit, gelisah, penurunan tingkat kesadaran apabila luka bakar mencapai derajat cukup berat. 2. TTV Tekanan darah menurun, nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama. 3. Pemeriksaan kepala dan leher a. Kepala dan rambut Bentuk kepala, penyebaran rambut, warna rambut setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar. b. Mata Kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi, benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan, bulu mata yang rontok. c. Hidung Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok. d. Mulut Sianosis karena kurangnya suplay darah ke otak, bibir kering. e. Telinga Bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen. f. Leher Posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk mengatasi kekurangan cairan. 4. Pemeriksaan thorak / dada Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi. 5. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium. 6. Genetalia Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakan tempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter. 7. Muskuloskletal Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal, kekuatan otot menurun karen nyeri. 8. Pemeriksaan neurologi Tingkat kesadaran dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila suplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik). 9. Pemeriksaan kulit Kaji daerah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas luka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine).
b. AMPLE 1) A
: Alergi
Adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan) 2) M
: Medikasi/obat-obatan
Obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau penyalahgunaan obat 3) P
: Pertinent medical history
Riwayat medis pasien seperti penyakit yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal) 4) L
: Last meal
Obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam komponen ini. 5) E
: Events
Hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama/ kronologi kejadian).
F. Diagnosa Keperawatan yang Muncul pada Klien dengan Luka Bakar
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. 3. Perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan atau interupsi aliran darah arteri / vena. 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit lapisan kulit.
G. Intervensi dan Rasional 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Tujuan : Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan KH
: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, Ekspresi wajah dan postur tubuh rileks Intervensi
: Intervensi
1.
Rasional
Berikan analgesik narkotik yang1. Analgesik narkotik diperlukan untuk diresepkan dan sedikitnya 30 menit memblok nyeri sebelum prosedur perawatan luka
2. Absorbsi obat IM buruk pada pasien,
2. Evaluasi keefektifannya
dengan
luka
bakar
3. Anjurkan analgesik IV bila luka bakar disebabkan luas 4.
interstitial
oleh
luas
yang
perpindahan
berkenaan
dengan
Pertahankan pintu kamar tertutup, peningkatan permeabilitas kapiler tingkatkan suhu ruangan dan berikan3. panas dan air hilang melalui jaringan selimut
ekstra
untuk
memberikan luka bakar, menyebabkan hipotermia
kehangatan 5.
4.
tindakan eksternal ini membantu
Bantu dengan pengubahan posisi menghemat kehilangan panas setiap 2 jam bila diperlukan
5. menghilangkan tekanan pada tonjolan tulang dependen
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Tujuan : Pasien dapat mendemonstrasikan status cairan dan biokimia membaik. KH
: Tak ada manifestasi dehidrasi, Elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine diatas 30 ml/jam. Intervensi 1. Awasi tanda vital, CVP, perhatikan 1. kapiler
Rasional Memberikan
pedoman
untuk
menggantikan cairan dan mengkaji
2. Awasi pengeluaran urine dan berat respon kardiovaskuler jenisnya
2.
Penggantian cairan dititrasi untuk
3. Observasi warna urine dan hemates meyakinkan sesuai indikasi
rata-rata
pengeluaran
urine 30-50cc/jam pada orang dewasa
4. Resolusi oedema perkirakan drainase 3. Urine berwarna merah pada kerusakan luka dan kehilangan yang tampak
otot masif karena adanya darah dan
5. Timbang berat badan setiap hari, ukur keluarnya mioglobin lengan, ekstremitas yang terbakar tiap 4. hari sesuai indikasi
Permeabilitas kapiler, perpindahan protein,
proses
inflamasi
dan
6. Kolaborasi dengan tim medis : awasi kehilangan cairan hasil pemeriksaan
5.
Penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya memperkirakan luasnya oedema
6.
Observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah statis atau reflek urine memungkinkan infus cairan cepat
3. Perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan atau interupsi aliran darah arteri / vena. Tujuan KH
: aliran darah pasien ke jaringan perifer adekuat :
nadi perifer teraba dengan kualitas dan kekuatan yang sama
pengisian kapiler baik
warna kulit normal tidak sianosis
Intervensi
Rasional
Mandiri 1.
Kaji warna, sensasi, gerakan, dan nadi 1 perifer.
Pembentukan edema dapat terjadi secara cepat menekan PD sehingga mempengaruhi sirkulasi PD ke jaringan perifer.
2. Tinggikan ekstremitas yang sakit.
2
Untuk meningkatkan aliran balik vena dan dapat menurunkan edema.
3.
Ukur
TD
pada
ektremitas
yang 3
Untuk mengetahui kekuatan aliran
mengalami luka bakar.
darah ke daerah yang mengalami luka bakar.
4. Dorong latihan gerak aktif.
4
Untuk meningkatkan sirkulasi darah lokal dan sistemik.
5.
Lakukan
kolaborasi
dalam 5
mempertahankan penggantian cairan. 6.
Kolaborasi dalam mengawasi elektrolit 6 terutama natrium, kalium, dan kalsium.
7.
Lakukan kolaborasi untuk menghindari 7 injeksi IM atau SC.
Untuk meningkatkan volume sirkulasi dan perfusi jaringan. Mengawasi terjadinya penurunan curah jantung. Perubahan
perfusi
pembentukan
jaringan
edema
dan
mengganggu
absorpsi obat.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit lapisan kulit. Tujuan : Menunjukkan regenerasi jaringan KH
: Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar. Intervensi
1.
Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman 1.
Rasional Memberikan informasi dasar tentang
luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kebutuhan kondisi sekitar luka.
penanaman
kulit
dan
kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada aera graft.
2.
Lakukan perawatan luka bakar yang 2. Menyiapkan jaringan untuk penanaman tepat dan tindakan kontrol infeksi.
dan
menurunkan
resiko
infeksi/kegagalan kulit.
3.
Pertahankan penutupan luka sesuai 3. indikasi.
Kain
nilon/membran
silikon
mengandung kolagen porcine peptida yang melekat pada permukaan luka sampai
lepasnya
atau
mengelupas
secara spontan kulit repitelisasi.
4. Tinggikan area graft bila mungkin/tepat. 4.
Menurunkan
pembengkakan
Pertahankan posisi yang diinginkan dan /membatasi resiko pemisahan graft. imobilisasi area bila diindikasikan.
Gerakan jaringan dibawah graft dapat mengubah posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal.
5.
Pertahankan balutan diatas area graft 5. baru dan/atau sisi donor sesuai indikasi.
Area mungkin ditutupi oleh bahan dengan permukaan tembus pandang tak reaktif.
6. Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan 6.
Kulit graft baru dan sisi donor yang
minyaki dengan krim, beberapa waktu sembuh memerlukan perawatan khusus dalam sehari, setelah balutan dilepas dan untuk mempertahankan kelenturan. penyembuhan selesai. 7.
Graft kulit diambil dari kulit orang itu
7. Lakukan program kolaborasi : Siapkan / sendiri/orang lain untuk penutupan bantu prosedur bedah/balutan biologis.
sementara pada luka bakar luas sampai kulit orang itu siap ditanam.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh pertama terhadapkemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi tubuh terhadap infeksi, mencegahkehilangan cairan tubuh, membantu mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori, membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh. Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang sebagian besar dapat dicegah Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, jenis yang beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab lukabakar selain karena api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhutinggi dari matahari, listrik maupun
bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api ( misalnya tersiram panas ) banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahanbahan kimia, serta sengatan matahari.
B. Saran a.
Untuk mahasiswa sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar diharapkan mampu memahami konsep dasar luka bakar serta konsep asuhan keperawatan.
b.
Untuk institusi pendidikan hendaknya lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan penyakit ini.
c.
Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan luka bakar dengan cepat dan tepat.
DAFTAR PUSTAKA Digiulio, Marry. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Rapha Publishing Kartikawati, Dewi. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Gawat Darurat Jilid 1. Jakarta: Salemba Medika Musliha. (2010). Perawatan Gawat Darurat Dengan Pendekatan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Nuha Medika Nurarif, Amin Huda. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: Mediaction Publishing Oman, Kathleen S. (2008). Panduan Belajar Keperawatan Emergenci. Jakarta: EGC Padila. (2012). Perawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika Patty, Pamela. (2010). Pedoman Keperawatan Emergency. Jakarta: EGC