1. Definisi Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009). Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008) Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007) DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).
2. Anatomi Fisiologi Pankreas adalah kelenjar dengan panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram. Terletak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, mengekskresikannya insulin dan glikogen ke darah. Pankreas terdiri dari tiga bahagian yaitu : a. Kepala pankreas merupakan bagian paling besar terletak di sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum. b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu letaknya sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama. c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya menyentuh lympa. Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu : a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum. b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat pewarnaannya. Sel beta mensekresi insulin, sel alfa mensekresi glukagon, dan sel-sel delta mensekresi somatostatin. Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :
a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang membentuk getah pancreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis enzim dari pancreas adalah : 1) Amylase, menguraikan tepung menjadi maltosa atau maltosa dijadikan polisakarida
dan
polisakarida
dijadikan
sakarida
kemudian
dijadikan
monosakarida. 2) Tripsin, menganalisa pepton menjadi polipeptida kemudian menjadi asam amino. 3) Lipase, menguraikan lemak yang sudah diemulsi menjadi asam lemak dan gliserol gliserin. b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil yang tersebar antara alveoli-alveoli pancreas terpisah dan tidak mempunyai saluran. Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans langsung diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan glukagon 1) Insulin Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh glukosa darah dan asam amino yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml. 2) Glukagon Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino. Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah : a) Pemecahan glikogen (glikogenolisis) b) Peningkatan glukosa (glukogenesis) Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon darah turun 70 mg/100 ml darah pancreas mengekresi glukosa dalam
jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap hypoglikemia.
3. Manifestasi Klinis Gejala yang lazim terjadi, pada tahap awal diabetes mellitus sering ditemukan : a. Poliuri (banyak kencing) Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing. b. Polidipsi (banyak minum) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum. c. Polipagi (banyak makan) Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar). d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein. e. Mata kabur Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
4. Etiologi Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu : a. Dibetes melitus tipe I Diabetes melitus tipe I ditandai oleh penghancuran sel-sel beta pankreas yang merupakan kombinasi dari beberapa faktor : 1) Faktor genetik Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan ditmukannya tipe antigen HLA (Human Leucolyte Antoge) tertentu pada individu tertentu
2) Faktor imunologi Pada diabetae tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga antibody terarah pada sel-sel pulau lengerhans yang dianggapnya jaringan tersebut seolah-olah sebagai jeringan abnormal 3) Faktor lingkungan Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor ekternal yang dapat memicu destruksi sel beta, contoh hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. b. Diabetas Melitus Tipe II Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetas melitus tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin dan juga terspat beberap faktor resiko teetentu yang berhubngan dengan proses terjadinya diabetea tipe II yaitu :
Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat usia diatas 65 tahun
Obesitas
c. Faktor non genetik 1) Infeksi Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi genetic terhadap Diabetes Mellitus. 2) Nutrisi a) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin. b) Malnutrisi protein c) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis. 3) Stres Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
5. Patofisiologi Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tandatanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting. Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketoik (HHNK). Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuhsembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
6. Komplikasi Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe DM (Diabetes Melitus) digolongkan sebagai akut dan kronik (Mansjoer dkk, 2007) a. Komplikasi akut Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dari glukosa darah. 1) Hipoglikemia/ Koma Hipoglikemia Hipoglikemik adalah kadar gula darah yang rendah. Kadar gula darah yang normal 60-100 mg% yang bergantung pada berbagai keadaan. Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Pada kasus spoor atau koma yang tidak diketahui sebabnya maka harus dicurigai sebagai suatu hipoglikemik dan merupakan alasan untuk pembarian glukosa. Koma hipoglikemik biasanya disebabkan oleh overdosis insulin. Selain itu dapat pula disebabkan oleh karana terlambat makan atau olahraga yang berlebih. Diagnosa
dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila kadar gula darah dibawah 50 mg% atau 40 mg% pada pemeriksaaan darah jari. 2) Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik (HHNC/ HONK). HONK adalah keadaan hiperglikemi dan hiperosmoliti tanpa terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula darah lebih dari 600 mg bahkan sampai 2000, tidak terdapat aseton, osmolitas darah tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN banding kreatinin lebih dari 30 : 1, elektrolit natrium berkisar antara 100 – 150 mEq per liter kalium bervariasi. 3) Ketoasidosis Diabetic (Kad) DM Ketoasidosis adalah komplikasi akut diabetes mellitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis. Di tandai dengan tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh : a) Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi b) Keadaan sakit atau infeksi c) Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. b. Komplikasi kronik Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan. 1) Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner, vaskular perifer dan vaskular serebral. 2) Mikrovaskular (penyakit pembuluh darah kecil), mengenai mata (retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular. 3) Penyakit neuropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki. 4) Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru dan infeksi saluran kemih. 5) Ulkus / gangren / kaki diabetik.
7. Pemeriksaan Diagnostik a. Glukosa darah: gula darah puasa > 130 ml/dl, tes toleransi glukosa > 200 mg/dl, 2 jam setelah pemberian glukosa. b. Aseton plasma (keton) positif secara mencolok.
c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat d. Osmolalitas serum: meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/I e. Elektrolit: Na mungkin normal, meningkat atau menurun, K normal atau peningkatan semu selanjutnya akan menurun, fosfor sering menurun. f. Gas darah arteri: menunjukkan Ph rendah dan penurunan HCO3 g. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stress atau infeksi. h. Ureum / kreatinin: mungkin meningkat atau normal i. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi (Tipe II) j. Urine: gula dan aseton positif k. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi luka.
8. Pencegahan Primer, Sekunder, dan Tersier a. Primer Cara ini adalah cara yang paling sulit karena sasarannya orang sehat. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah agar DM tidak terjadi pada orang atau populasi yang rentan (risiko tinggi), yang dilakukan sebelum timbul tanda-tanda klinis dengan cara : Makan seimbang artinya yang dimakan dan yang dikeluarkan seimbang
disesuiakan dengan aktifitas fisik dan kondisi tubuh, dengan menghindari makanan yang mengandung tinggi lemak karena bisa menyebabkan penyusutan konsumsi energi. Mengkonsusmsi makanan dengan kandungan karbohidrat yang berserat tinggi dan bukan olahan. Meningkatkan kegiatan olah raga yang berpengaruh pada sensitifitas insulin dan
menjaga berat badan agar tetap ideal. Kerjasama dan tanggung jawab antara instansi kesehatan, masyarakat, swasta dan
pemerintah, untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat b. Sekunder Cara pencegahan sekunder ini bertujuan untuk menghambat persebaran penyakit diabetes militus yang sudah ada dalam tubuh mengkomplikasi penyakit yang lain. Sering mengontrol kadar gula darah
Selalu menjaga berat badan supaya stabil, jika sudah memiliki berat badan yang
lebih maka usahakan untuk menurunkannya. Selalu melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan fisik Anda
c. Tersier Mencegah dari resiko terkena gagal ginjal kronik yang menyerang pembulu darah Mencegah terjadinya luka apapun yang dapat memperparah keadaan fisik, karena jika seseorang yang memiliki penyakit diabetes jika memiliki luka cenderung sangat sulit untuk disembuhkan Mencegah resiko terkena peyakit stroke
9. Intervensi Medis a. Perencanaan makan Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi seimbangan dalam hal Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi : 1) KH 60 –70 % 2) Protein 10 –15 % 3) Lemak 20 25 % Beberapa cara menentukan jumlah kalori untuk pasien DM melalui perhitungan mennurut Bocca : Berat badan (BB) Ideal : (TB – 100) – 10% kg. 1) BB ideal x 30% untuk laki-laki BB ideal x 25% untuk Wanita Kebutuan kalori dapat ditambah lagi dengan kegiatan sehari-hari: Ø Ringan : 100 – 200 Kkal/jam Ø Sedang : 200 – 250 Kkal/jam Ø Berat : 400 – 900 Kkal/jam 2) Kebutuhhan basal dihitung seperti 1), tetapi ditambah kalori berdasarkan persentase kalori basal : o Kerja ringan ditambah 10% dari kalori basal o Kerja sedang ditambah 20% dari kalori basal o Kerja berat ditambah 40 – 100 % dari kalori basal o Pasien kurus, masih tumbuh kumbang, terdapat infeksi, sedang hamil atau menyesui, ditambah 20 –30-% dari kalori basal 3) Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut: Ø Pasien kurus
: 2300 – 2500 Kkal
Ø Pasien nermal
: 1700 – 2100 Kkal
Ø Pasien gemuk
: 1300 – 1500 Kkal
b. Latihan jasmani Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3 –4 x seminggu) selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit penyerta. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda dan mendayung. Sespat muingkain zona sasaran yaitu 75 – 85 % denyut nadi maksimal : DNM = 220-umur (dalam tahun) c. Pengelolaan farmakologi 1) Obat hipoglikemik oral (OHO) a) Golongan sulfonilures bekerja dengan cara: Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan Menurunkan ambang sekresi insulin Meningkatkna sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa b) Biguanid Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk. c) Inhibitor alfa glukosidase Secara kompettitf menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna sehingga menrunkan hiperglikemia pasca pransial. d) Insulin sensitizing agent Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai sfek farmakologi meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi nasalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.
10. Konsep Keperawatan a. Pengkajian Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari. Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
1) Aktivitas dan istirahat : Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma. 2) Sirkulasi Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung. 3) Eliminasi Poliuri, nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat. 4) Nutrisi Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual / muntah. 5) Neurosensori Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung. 6) Nyeri Pembengkakan perut, meringis. 7) Respirasi Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas. 8) Keamanan Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum. 9) Seksualitas Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. b. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus yaitu : 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (penurunan perfusi jaringan perifer) 2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. ketidakmampuan menggunakan glukose (tipe 1) 3) Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d. kelebihan intake nutrisi (tipe 2)
4) Defisit Volume Cairan b.d Kehilangan volume cairan secara aktif, Kegagalan mekanisme pengaturan 5) PK: Hipoglikemia PK: Hiperglikemi 6) Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan c. Rencana Keperawatan NO 1
DIAGNOSA
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
Nyeri akut
NOC:
Manajemen Nyeri :
berhubungan
Tingkat nyeri
Lakukan
dengan agen
Nyeri terkontrol
nyeri
injuri biologis
Tingkat kenyamanan
komprehensif
(penurunan
Setelah dilakukan asuhan
termasuk
lokasi,
perfusi jaringan
keperawatan selama....x 24
karakteristik,
durasi,
perifer)
jam, klien dapat :
frekuensi, kualitas dan
1. Mengontrol
nyeri,
dengan indikator : § Mengenal faktor-faktor
pegkajian secara
ontro presipitasi. Observasi
reaksi
nonverbal
dari
ketidaknyamanan.
penyebab § Mengenal onset nyeri § Tindakan pertolongan non farmakologi
Gunakan
teknik
komunikasi terapeutik untuk
mengetahui
pengalaman
§ Menggunakan
nyeri
klien sebelumnya.
analgetik
gejala- Kontrol lingkungan gejala nyeri kepada tim
ontro
§ Melaporkan
mempengaruhi
kesehatan.
nyeri
seperti suhu ruangan,
§ Nyeri terkontrol 2. Menunjukkan
yang
tingkat
nyeri, dengan indikator:
pencahayaan, kebisingan. Pilih
dan
lakukan
§ Frekuensi nyeri
penanganan
nyeri
§ Lamanya episode nyeri
(farmakologis/non
§ Ekspresi nyeri; wajah
farmakologis)..
§ Melaporkan nyeri
§ Perubahan
respirasi Ajarkan teknik non
rate § Perubahan
farmakologis tekanan
darah § Kehilangan makan .
(relaksasi,
distraksi
dll) untuk mengetasi nafsu
nyeri.. Berikan
analgetik
untuk
mengurangi
nyeri. Evaluasi
tindakan
pengurang
nyeri
/
kontrol nyeri. Kolaborasi dokter
dengan bila
komplain
ada tentang
pemberian
analgetik
tidak berhasil. Monitor
penerimaan
klien
tentang
manajemen nyeri.
Administrasi Analgetik :. Cek
program
pemberian jenis,
analgetik;
dosis,
dan
frekuensi. Cek riwayat alergi. Tentukan pilihan,
analgetik rute
pemberian dan dosis optimal.
Monitor TTV sebelum dan
sesudah
pemberian analgetik. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul. Evaluasi
efektifitas
analgetik, tanda dan gejala efek samping. 2
Ketidakseimbang
Nutritional Status : Food Nutrition Management Monitor
an nutrisi kurang and Fluid Intake dari
kebutuhan
tubuh
b.d.
Intake makanan peroral yang adekuat
intake
makanan
dan
minuman
yang klien
ketidakmampuan
Intake NGT adekuat
dikonsumsi
menggunakan
Intake
setiap hari
glukose (tipe 1)
cairan
peroral
Tentukan
adekuat Intake
cairan
yang
adekuat Intake TPN adekuat
berapa
jumlah kalori dan tipe zat
gizi
dibutuhkan
yang dengan
berkolaborasi dengan ahli gizi Dorong
peningkatan
intake kalori, zat besi, protein dan vitamin C Beri makanan lewat oral,
bila
memungkinkan Kaji kebutuhan klien akan
pemasangan
NGT Lepas NGT bila klien sudah
bisa
lewat oral
makan
3
Ketidakseimbang
Nutritional
Status
: Weight Management
an nutrisi lebih Nutrient Intake dari
kebutuhan
dengan
§ Kalori
pasien
b.d.
§ Protein
kebiasaan dan budaya
intake
§ Lemak
serta faktor hereditas
§ Karbohidrat
yang
§ Vitamin
berat badan.
tubuh kelebihan
Diskusikan
nutrisi (tipe 2)
§ Mineral
tentang
mempengaruhi
Diskusikan
resiko
§ Zat besi
kelebihan berat badan.
§ Kalsium
Kaji berat badan ideal klien. Kaji persentase normal lemak tubuh klien. Beri motivasi kepada klien
untuk
menurunkan
berat
badan. Timbang berat badan setiap hari. Buat rencana untuk menurunkan
berat
badan klien. Buat rencana olahraga untuk klien. Ajari klien untuk diet sesuai
dengan
kebutuhan nutrisinya. 4
Defisit
Volume NOC:
Cairan
b.d
Kehilangan volume
cairan
secara
aktif,
NIC :
ü Fluid balance
Fluid management
ü Hydration
Timbang
ü Nutritional Status : Food and Fluid Intake
popok/pembalut diperlukan
jika
Pertahankan
Kegagalan
Kriteria Hasil :
mekanisme
Mempertahankan urine
pengaturan
output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal
intake dan output yang akurat Monitor status hidrasi (
Tekanan darah, nadi,
catatan
kelembaban
membran
mukosa,
suhu tubuh dalam batas
nadi adekuat, tekanan
normal
darah ortostatik ), jika
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, turgor membran
Elastisitas kulit
baik,
diperlukan Monitor vital sign Monitor
masukan
mukosa
makanan / cairan dan
lembab, tidak ada rasa
hitung intake kalori
haus yang berlebihan
harian Kolaborasikan pemberian cairan IV Monitor status nutrisi Berikan cairan IV pada suhu ruangan Dorong masukan oral Berikan
penggantian
nesogatrik
sesuai
output Dorong keluarga untuk membantu
pasien
makan Tawarkan snack ( jus buah, buah segar ) Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul meburuk Atur tranfusi
kemungkinan
Persiapan
untuk
tranfusi 5
PK: Hipoglikemia
Setelah
PK: Hiperglikemi
askep….x24
dilakukan jam
diharapkan perawat akan menangani meminimalkan hipo/ hiperglikemia.
dan episode
Managemen Hipoglikemia: Monitor tingkat gula darah sesuai indikasi Monitor
tanda
dan
gejala hipoglikemi ; kadar gula darah < 70 mg/dl, kulit dingin, lembab
pucat,
tachikardi,
peka
rangsang,
gelisah,
tidak sadar , bingung, ngantuk. Jika
klien
dapat
menelan berikan jus jeruk / sejenis jahe setiap 15 menit sampai kadar gula darah > 69 mg/dl Berikan glukosa 50 % dalam
IV
sesuai
protokol K/P kolaborasi dengan ahli gizi untuk dietnya.
Managemen Hiperglikemia Monitor GDR sesuai indikasi Monitor gejala
tanda
dan
diabetik
ketoasidosis
;
gula
darah > 300 mg/dl, pernafasan bau aseton, sakit
kepala,
pernafasan
kusmaul,
anoreksia, mual dan muntah,
tachikardi,
TD rendah, polyuria, polidypsia,poliphagia, keletihan, pandangan kabur
atau
kadar
Na,K,Po4 menurun. Monitor v/s :TD dan nadi sesuai indikasi Berikan insulin sesuai order Pertahankan akses IV Berikan
IV
fluids
sesuai kebutuhan Konsultasi
dengan
dokter jika tanda dan gejala
Hiperglikemia
menetap
atau
memburuk Dampingi/
Bantu
ambulasi jika terjadi hipotensi Batasi latihan ketika gula darah >250 mg/dl khususnya
adanya
keton pada urine Pantau jantung dan sirkulasi ( frekuensi &
irama,
warna
waktu
kulit,
pengisian
kapiler, nadi perifer dan kalium Anjurkan
banyak
minum Monitor status cairan I/O sesuai kebutuhan 6
Perfusi jaringan
NOC :
NIC :
tidak efektif b.d
Circulation status
Peripheral Sensation
hipoksemia
Tissue Prefusion :
Management
jaringan
cerebral
(Manajemen sensasi
Kriteria Hasil :
perifer)
a. Mendemonstrasikan
Monitor adanya
status sirkulasi
daerah tertentu yang
Tekanan systole
hanya peka terhadap
dandiastole dalam
panas/dingin/tajam/tu
rentang yang
mpul
diharapkan Tidak ada ortostatikhipertens
Monitor adanya paretese Instruksikan keluarga
Tidak ada tanda tanda
untuk mengobservasi
peningkatan tekanan
kulit jika ada lsi atau
intrakranial (tidak
laserasi
lebih dari 15 mmHg) b. Mendemonstrasikan
Gunakan sarun tangan untuk proteksi
kemampuan kognitif
Batasi gerakan pada
yang ditandai dengan:
kepala, leher dan
Berkomunikasi
punggung
dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
Monitor kemampuan BAB Kolaborasi pemberian analgetik
Menunjukkan
Monitor adanya tromboplebitis
perhatian, konsentrasi dan orientasi
Diskusikan menganai
Memproses informasi
penyebab perubahan
Membuat keputusan
sensasi
dengan benar d. Pelaksanaan Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada klien sesuai dengan rencana asuhan keperawatan. Pada tahap ini perawat menerapkan keterampilannya dan pengetahuannya berdasarkan ilmu keperawatan dan ilmu lain, yang terkait secara integrasi. Pada waktu perawat memberikan asuhan keperawatan, proses pengumpulan data berjalan terus-menerus guna perubahan / penyesuaian tindakan keperawatan. Beberapa faktor dapat mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan keperawatan, antara lain sumber-sumber yang ada, pengorganisasian pekerjaan perawat serta lingkungan fisik dimana asuhan keperawatan dilakukan. Pelaksanaan tindakan keperawatan pasien (empat tindakan yang utama) : 1) Melaksanakan prosedur keperawatan 2) Melakukan observasi 3) Memberikan pendidikan kesehatan (penyuluhan kesehatan). 4) Melaksanakan program pengobatan. Pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan, dilakukan berdasarkan standar asuhan keperawatan dan sistem pendelegasian yang telah ditetapkan. e. Evaluasi Hasil yang diharapkan pada klien Diabetes Mellitus adalah : 1) Apakah kebutuhan volume cairan klien terpenuhi / adekuat ? 2) Apakah nutrisi klien terpenuhi ke arah rentang yang diinginkan ? 3) Apakah infeksi dapat dicegah dengan mempertahankan kadar glukosa ? 4) Apakah kelelahan dapat diatasi dan produksi energi dapat dipertahankan sesuai kebutuhan ? 5) Apakah klien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit ?
11. Pathway (Masalah Keperawatan)
DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah, Edisi 8 vol 3.Jakarta: EGC Carpenito, L.J.2000.Diagnosa Keperawatan, Aplikasi Pada Praktik Klinis, edisi 6.Jakarta: EGC Corwin, EJ.2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC Johnson, M., et all.2000.Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.New Jersey : Upper Saddle River Mansjoer, A dkk.2007.Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3.Jakarta : Media Aesculapius Santosa, Budi.2007.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.Jakarta : Prima Medika