Laporan Tpb 4 Kemurnian.docx

  • Uploaded by: gagas
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Tpb 4 Kemurnian.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,700
  • Pages: 10
“KEMURNIAN BENIH DAN BERAT 1000 BIJI” LAPORAN PRAKTIKUM

Oleh: Gagas Avief Haiqal 175040207111091 A / A2

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2019

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian penduduknya sebagai petani. Telah diketahui bahwa benih mempunyai peranan penting dalam produksi pertanian. Penggunaan benih bermutu merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pertanaman. Petani sering mengalami kerugian yang sangat besar baik dari segi biaya maupun waktu yang berharga akibat dari penggunaan benih yang tidak bermutu atau tidak jelas asalusulnya. Kesalahan dalam penggunaan bahan tanam akan mengakibatkan kerugian jangka panjang. Penggunaan benih bermutu merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan pertanaman yang mampu memberikan hasil kualitas yang lebih memuaskan. Salah satu cara untuk mendapatkan benih bermutu adalah dengan melakukan uji mutu fisik benih. Uji mutu fisik ini dilakukan dengan uji kemurnian benih dan uji berat 1000 biji(benih). Pengujian kemurnian benih dilakukan dengan memisahkan tiga komponen benih murni, benih tanaman lain, dan kotoran benih yang selanjutnya menghitung presentase dari ketiga komponen benih tersebut. Pengujian benih untuk mendapatkan benih bermutu tinggi diperlukan agar tanaman yang dihasilkan lebih berkualitas. Selain itu, pemakaian benih bermutu tinggi merupakan cara yang paling mudah diantara sekian banyak teknik-teknik untuk meningkatkan hasil tanaman. Oleh karena itu, perlu dilakukan praktikum uji kemurnian benih dan berat 1000 biji(benih) untuk mengetahui bagaimana kriteria yang baik untuk mutu fisik benih yang tepat. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dilakukannya praktikum kemurnian benih dan berat 1000 biji adalah untuk mengetahui teknik penentuan kemurnian benih, teknik penentuan berat 1000 biji, dan fungsi dari penentuan berat 1000 biji.

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teknik penentuan Kemurnian Benih Dalam pengambilan contoh kerja untuk kemurnian benih menurut Kuswanto (1997), ada dua metode yang dapat dilakukan, yaitu: a) Secara duplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan dua kali. b) Secara simplo, adalah pengambilan contoh kerja yang dilakukan satu kali Analisa kemurnian benih biasanya dilakukan secara duplo. Beda antara hasil ulangan pertama dan kedua tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah dari 5%. Setiap komponen ditimbang lalu ditotal, dimana berat total seharusnya dengan berat mula-mula keseluruhan contoh uji untuk kemurnian tetapi bisa kurang. Persentase dari setiap komponen didapatkan dari berat masing-masing komponen dibagi berat total kali 100%. Hasilnya ditulis dalam dua desimal atau dua angka di belakang koma (Kartasapoetra, 1986). Faktor kehilangan yang diperbolehkan = 5%, jika terdapat kehilangan berat > 5% dari berat contoh kerja awal, maka analisis diulang dengan menggunakan contoh kerja baru. Jika faktor kehilangan = 5% maka analisis kemurnian tersebut diteruskan dengan menghitung presentase ketiga komponen tersebut. Penentuan kemurnian dilakukan untuk mengetahui komposisi contoh benih yang diuji,yang mencerminkan komposisi kelompok benih yang diwakilinya. Contoh kerja dipisah- pisahkan ke dalam komponen benih murni,

benih tanaman lain dan kotoran fisik lainnya.Kemurnian

ditentukan berdasarkan persentase berat masing-masing komponen terhadap berat awal contoh kerja.Pemurnian benih

bertujuan :1) membuang benih

spesies lain yang berbeda dengan spesies yang diproduksi dan bahan-bahan pengotor.2)memilih benih murni dari beni-benih yang kecil, berwarna tidak normal,dan benih-benih yang tidak sehat lainnya (Rudi, 2010) 2.2 Teknik penentuan berat 1000 biji Penentuan berat untuk 1000 butir benih dilakukan karena karakter ini merupakan salah satu ciri dari suatu jenis benih yang juga tercantum dalam deskripsi varietas. Benih dapat dihitung secara manual dengan menggunakan sebuah spatula dan diletakkan

pada sebuah tempat dengan warna

permukaan kontras terhadap berwarna benih, kemudian

jumlah benih

tersebut ditimbang. Pekerjaan menghitung jumlah benih akan lebih mudah dengan alat penghitung automatik. Bila alat tersebut digunakan secara benar maka tingkat ketepannya adalah sekitar + 5 % (Sutopo, 2002). Penentuan

benih dapat dilakukan dengan menetukan bobot 1000 biji. Dengan mengetahui biji yang besar atau berat berarti menandakan biji tersebut pada saat dipanen sudah dalam keadaan yang benar-benar masak, karena biji yang baik untuk ditanam atau dijadikan benih adalah biji yang benar-benar masak. Penggunaan bobot 1000 biji adalah untuk mencari bobot rata-rata yang dapat menyebabkan ukuran benih yang konstan dalam beberapa spesies karena penggunaan contohnya terlalu banyak, hal ini dapat menutupi variasi dalam tiap individu tumbuhan. Pada banyak spesies bobot benih merupakan salah satu ciri fenotip yang paling kurang fleksibel. Kemampuan sumber benih untuk menghasilkan benih dalam jumlah dan kualitas yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah umur dan ukuran pohon, kekuatan pohon, tajuk genetik, iklim, kemasakan buah dan proses penanganan benih (Nurhasybi dkk., 2002) 2.3 Fungsi penentuan berat 1000 biji Bobot 1.000 biji merupakan berat Pengujian benih bertujuan untuk mengkaji dan menetapkan nilai setiap contoh benih yang perlu diuji selaras dengan faktor kualitas. Faktor kualitas benih ditentukan oleh persentase dari benih murni, benih tanmaan lain, biji herba, terbebasnya benih dari penyakit dan hama tanaman, kadar air benih serta hasil pengujian berat per seribubiji benih, sedangkan pengujian kemurnian benih merupakan kegiatan-kegiatan menelaah tentang kepositifan fisik komponen-komponen benih termasuk pula persentase berat dari benih murni, benih tanaman lain, benih varietas lain, biji-biji herba dan kotoran-kotoran lain pada masa beniholeh suatu jenis tanaman atau varietas. Salah satu aplikasi penggunaan bobot 1.000 biji adalah untuk menentukan kebutuhan benih dalam satu hektar. Penentuan benih dapat dilakukan dengan menetukan bobot 1000 biji. Dengan mengetahui biji yang besar atau berat berarti menandakan biji tersebut pada saat dipanen sudah dalam keadaan yang benar- benar masak, karena biji yang baik untuk ditanam atau dijadikan benih adalah biji yang benar-benar masak. Penggunaan bobot 1000 biji adalah untuk mencari bobot rata-rata yang dapat menyebabkan ukuran benih yang konstan dalam beberapa spesies karena penggunaan contohnya terlalu banyak, hal ini dapat menutupi variasi dalam tiap individu tumbuhan (Imran, 2002).

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat No. 1.

Alat

Fungsi

Timbangan

Untuk menimbang spesimen

analitik

2.

Kalkulator

Untuk menghitung data hasil pengamatan

3.

Alat Tulis

Untuk mencatat hasil pengamatan

4.

Kamera

5.

Piring

Untuk mendokumentasikan hasil pengamatan Sebagai wadah unuk meletakkan benih

3.1.2 Bahan No.

Bahan

Fungsi

1.

Benih Jagung

Sebagai spesimen yang diamati

2.

Benih Kedelai

Sebagai spesimen yang diamati

3.2 cara kerja 3.2.1 Penentuan Kemurnian Benih Menyiapkan alat dan bahan Menimbang benih kedelai agar diperoleh berat awalnya Menyortir benih kedelai tersebut menjadi 3 kategori berupa BM (Benih Murni), BTL (Biji Tanaman Lain), dan KB (Kotoran Benih) Menimbang benih pada masing-masing kategori Menjumlahkan massa semua benih pada masing-masing kategori untuk memperoleh berat totalnya Menghitung persentase benih pada masing-masing kategori Mencatat hasil pengamatan dan mendokumentasikannya

3.2.2 Penentuan Berat 1000 Biji Menyiapkan alat dan bahan Menghitung jumlah benih Jagung dan kedelai hingga mencapai 100 benih (dilakukan sebanyak 4 kali) dan 1000 benih (dilakukan hanya 1 kali) Menimbang benih-benih yang telah dihitung tersebut Menghitung kembali jumlah benih Jagung dan bayam hingga mencapai 100 benih (dilakukan sebanyak 4 kali) dan 1000 benih (dilakukan hanya 1 kali) Menimbang kembali benih-benih yang telah dihitung tersebut Mencatat hasil pengamatan dan mendokumentasikannya

4. HASIL 4.1 Hasil kemurnian benih N o 1

Berat % CK CK 300 gr (100%)

2

257.22 gr (100%)

Berat % BM BM 280.40 gr (93.47%) 248.28 gr (96.52%)

Berat % BTL BTL 0 gr (0%) 1.22 gr (0.47%)

Berat % KB KB 17.43 gr (16.53%) 4.54 gr (3.01%)

4.2 Hasil Berat 1000 biji a. Dengan 100 butir Ulanga n ke-

1

Biji

Total Ulangan

Dengan 100 Butir

Tanama

1

2

3

4

(U1+U2+U3+U

n

(gr) 12.5

(gr) 13.3

(gr) 12.0

(gr) 13.3

4) x 2.5 gr

2

3

4

4

0.05

0.06

0.06

0.06

10.7

13.0

12.0

13.1

8

2

7

1

0.06

0.09

0.07

0.06

Kedelai Bayam

2

Kali ke-

Kedelai Bayam

128.075 0.23 250.475

122.4

0.465

0.7

No

Biji Tanaman

1

2

Dengan 1000 butir

1

Bayam

0.69 gr

0.71 gr

0.7 gr

2

Kedelai

254.85 gr

263.97 gr

259.41 gr

4.3 Pembahasan Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap benih kedelai dan bayam, diperoleh hasil yang berbeda-beda. Pada benih kedelai dilakukan pengamatan terhadap kemurnian benih, kemudian menghitung berat dari pengambilan 1000 butir biji yang dilakukan sebanyak dua kali ulangan, dan menghitung berat pengambilan 100 butir biji yang dilakukan sebanyak empat kali ulangan dimana setiap ulangan dilkukan sebanyak dua kali, sehingga diperoleh 8 data. Pada benih bayam hanya menghitung berat pengambilan 1000 butir biji dan 100 butir biji yang ulangannya sama dengan kedelai. Pengambilan 1000 butir biji kedelai memiliki bobot paling berat pada ulangan ke-2, yaitu sebesar 163.97 gr, sedangkan pada pengambilan 1000 butir biji bayam memiliki bobot paling berat

pada pengambilan kedua sebesar 0,71 gr. Kemudian untuk pengambilan 100 butir biji, benih kedelai dan bayam memperoleh rata-rata berat paling tinggi pada ulangan ke-2 untuk bayam yaitu sebesar 0.7 gr sedangkan kedelai pada ulangan ke-1 yaitu sebesar 128.075 gr Pada hasil pengamatan untuk kemurnian benih diperoleh data berat CK sebesar 300 gr dan 257.22 gr, berat BM 280.40 gr dan 248.28 gr serta %BM 93.47% dan 96.52%, berat BTL 0 gr dan 1.22 gr (0.47%), berat KB 17.43 gr (16.53%) dan 4.54 gr (3.01%). Menurut Pury (2006), persyaratan mutu benih di laboratorium untuk benih murni sebesar 98 %, kotoran benih maksimum 2,0 % dan benih tanaman lain sebesar 0,0 %.

5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, uji mutu fisik benih meliputi uji kemurnian benih dan uji bobot 1000 biji. Benih yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah benih kedelai dan bayam. Pada benih kedelai dilakukan pengujian terhadap kemurnian benih dan juga bobot 1000 butir biji serta 100 butir biji, kemudian pada benih bayam dilakukan pengujian hanya pada bobot 1000 butir dan 100 butir biji. Uji yang dilakukan melalui beberapa ulangan dan

dihasilkan data yang berbeda-beda, benih kedelai dengan 1000 butir diperoleh berat yang paling besar pada ulangan ke-2, yaitu sebesar 263.97 gr, sedangkan pada pengambilan 1000 butir biji bayam memiliki bobot paling berat pada pengambilan kedua sebesar 0,71 gr. Kemudian untuk pengambilan 100 butir biji, benih kedelai dan bayam memperoleh rata-rata berat paling tinggi pada ulangan ke-2 untuk bayam yaitu sebesar 0.7 gr sedangkan kedelai pada ulangan ke-1 yaitu sebesar 128.075 gr. Sehingga berdasarkan data yang diperoleh dan dibandingkan dengan literatur dapat disimpulkan pada benih kedelai tingkat BTL tidak memenuhi persyaratan mutu benih di laboratorium karena memiliki persentase cukup tinggi jika dibandingkan dengan acuan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Imran, S., Syamsuddin, dan Efendi. 2002. Analisis vigor benih padi (Oryza sativaL.) pada lahan alang-alang. Agrista 6(1):81-86. Kuswanto. 1997. Analisis Benih. Yogyakarta: Penerbit Andi. Rudi,

P.

2010.

Faktor-faktor

yang

Mempengaruhi

Perkembangan Tumbuhan. Bogor: Agriculture Lands

Pertumbuhan

dan

Suita,

E.

dan

Nurhasybi.

(2008).

Pengaruh

Ukuran

Benih

Terhadap

Perkecambahan dan Pertumbuhan Bibit Tanjung (Mimupsops elengi L.). Jurnal Manajemen Hutan Tropika, 14(1), 41- 46. Sutopo,Lita. 2002. Teknologi Benih. Universitas Brawijaya. Malang

Related Documents

Laporan Tpb 4 Kemurnian.docx
December 2019 13
Laporan Tpb 3.docx
June 2020 3
Tpb-costos
July 2020 3
Laporan 4
May 2020 31
Laporan 4
May 2020 19

More Documents from "fadil firdian"