Laporan Psda_d_klmp7_sungai Binggul Fix.docx

  • Uploaded by: leily
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Psda_d_klmp7_sungai Binggul Fix.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 9,530
  • Pages: 55
MAKALAH ANALISIS PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BINGGUL DESA KRAJAN RT 02, RW 07 KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER (disusun guna memenuhi tugas mata kuliah pengelolaan sumber daya air kelas D)

Dosen pengampu : Ellyke, S.KM., M.KL

Disusun oleh kelompok 7 :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Della Putri S. Eki Vera Tiya P. Maulida Ngastuti Njolanda Kusuma W. Maybella Damayanti Yustira Hanin Mahisa Leily Rusul Islami D. P

(152110101047) (152110101102) (152110101149) (152110101222) (162110101039) (162110101158) (162110101213)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS JEMBER 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikanlaporan yang berjudul “ANALISIS PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BINGGUL DESA KRAJAN RT 02, RW 07 KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER” dengan tepat waktu. Tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, yaitu : 1. Ibu Ellyke, S.KM, M.KL selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis sehingga tersusunlah makalahini. 2. Orang tua kami yang tidak lupa selalu mendoakan kami dan merupakan motivasi terbesar kami sampai saat ini. 3. Rekan-rekan yang menempuh mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air yang telah memberikan dukungan moril. Penulis menyadari bahwa makalahini belum sempurna, baik dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaannya dan semoga laporan ini dapat memberikan tambahan wawasan bagi kita semua khususnya teman-teman mahasiswa serta bisa menjadi bahan referensi untuk pembelajaran kita bersama.

Jember, 25 November 2017

Penulis

ii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1Latar Belakang ............................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 1.3 Tujuan .......................................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 4 2.1 Pengertian dan Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) ........................ 4 2.2 Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai (DAS).................................................. 6 2.3 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) ................................................... 6 2.4 Permasalahan Daerah Aliran Sungai (DAS) .............................................. 11 2.5 Penanggulangan Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) ........................... 14 BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 16 3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 16 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 17 3.3 Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 17 3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 18 3.5 Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................... 19 BAB 1V PEMBAHASAN ................................................................................... 21 4.1 Profil Sungai ............................................................................................. 21 4.2 Hasil dan Pembahasan Kuisioner Pengelola Sungai Binggul .................... 22 4.3 Aspek Pengetahuan .................................................................................... 25 4.4 Aspek Sikap .............................................................................................. 25 4.4 Aspek Tindakan ......................................................................................... 30 BAB V PENUTUP ............................................................................................... 33 5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 33 5.2 Saran………………………………………………………………………34 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35 LAMPIRAN .......................................................................................................... 36

iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2012, tentang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, bahwa Daerah Aliran Sungai yaitu suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa daerah aliran sungai yaitu suatu hamparan wilayah yang dibatasi oleh topografi yang menerima serta mengumpulkan air dan mengalirkannya ke anak-anak sungai hingga diteruskan sampai laut. Di Kabupaten Jember sendiri terdapat 16 Daerah Aliran Sungai (DAS), yang sebagian besar digunakan untuk kegiatan di bidang pertanian. Sungai terbesar adalah sungai Bedadung yang berada pada DAS Bedadung Hilir. Sedangkan sungai terpanjang yaitu kali Mayang yang berada pada DAS Antirogo dengan panjang 145.500 meter ( Buku Putih Sanitasi Kabupaten Jember, 2012) Mengingat bahwa air merupakan komponen terpenting bagi kehidupan manusia yang digunakan dalam segala aktivitas sehari-hari. Oleh karena itu, adanya sistem pemeliharaan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) sangat berperan dalam pemenuhan air serta kualitas air untuk kebutuhan masyarakat agar tidak terjadi adanya masalah kekurangan air bersih serta masalah-masalah lainnya. Untuk menjaga kuantitas dan kualitas air, manusialah yang berkewajiban untuk menjaga kelestarian daerah aliran sungai dengan tidak membuang limbah domestik ataupun limbah pabrik yang dapat mencemari kualitas air bahkan dapat membunuh biota air di dalamnya. Selain itu, kegiatan penebangan vegetasi dan beralih fungsinya lahan hijau disekitar bantaran sungai dapat menyebabkan sedikitnya air hujan yang dapat meresap dalam tanah sehingga mempengaruhi kuantitas air, erosi, dan sedimentasi di daerah hilir. Namun, hingga saat ini kesadaran manusia untuk menjaga kelestarian sungai sangatlah rendah. Masih banyak ditemukan masyarakat yang membuang sampah domestiknya ke sungai, pabrik-pabrik yang membuang limbah industri ke

1

sungai tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu bahkan masih terdapat masyarakat yang mandi, mencuci serta BAB di sungai, serta semakin banyaknya pemukiman yang berdiri di daerah bantaran sungai. Hal ini lah yang menyebabkan sering terjadinya banjir, sedimentasi, hingga krisis air saat musim kemarau tiba bahkan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit. Oleh sebab itu, diperlukan penanganan yang tegas dari pemerintah agar masyarakat tidak lagi mencemari sungai, sehingga dapat berfungsi seperti sediakala.

1.2 Rumusan Masalah a. Bagaimana pemanfaatan DAS oleh masyarakat setempat pada Sungai Binggul, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember? b. Bagaimana sistem pengelolaan dan pemeliharaan DAS yang dilakukan oleh masyarakat setempat pada Sungai Binggul, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember? c. Apa saja permasalahan yang terjadi akibat kegiatan masyarakat setempat serta upaya apakah yang dilakukan untuk menanggulanginya?

1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengkaji kondisi kualitas dan kuantitas Daerah Aliran Sungai (DAS) Bedadung pada anak Sungai Binggul, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember.

1.3.2 Tujuan Khusus a.

Untuk mengetahui karakteristik DAS Bedadung pada anak Sungai Binggul, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember.

b.

Untuk mengetahui pemanfaatan Sungai Binggul oleh masyarakat RT 02, RW 07 Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember dalam kegiatan seharihari.

2

c.

Untuk mengetahui sistem pengelolaan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh masyarakat RT 02, RW 07 Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember pada Sungai Binggul.

d.

Untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan akibat kegiatan masyarakat setiap harinya serta upaya yang dilakukan untuk menanggulanginnya pada Sungai Binggul, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember.

e.

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap kepedulian masyarakat setempat dalam pentingnya menjaga kelestarian Sungai Binggul Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) 2.1.1 Definisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai (DAS) didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah pengairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (UU No 7/2004 Ps 1).DAS adalah suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh batas alam berupa topografi yang berfungsi untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang diterima menuju ke sistem sungai terdekat yang selanjutnya bermuara di waduk atau danau atau laut. Suatu DAS akan dipisahkan dari wilayah DAS lain di sekitarnya oleh batas alam (topografi) berupa punggung bukit atau gunung, sehingga seluruh wilayah daratan habis terbagi ke dalam unit-unit Daerah Aliran Sungai. Komponen di dalam suatu DAS terdiri dari komponen biotis dan abiotis yang saling berinteraksi dan membentuk satu kesatuan yang teratur (ekosistem). Aktivitas suatu komponen ekosistem di dalam DAS selalu memberi pengaruh pada komponen lain dan dapat mengakibatkan dampak yang berantai. Manusia memegang peranan yang penting dan dominan dalam mempengaruhi kualitas suatu DAS. Keseimbangan ekosistem akan terjamin apabila kondisi hubungan timbal balik antar komponen berjalan dengan baik dan optimal. Kualitas interaksi antar komponen ekosistem terlihat dari kualitas output ekosistem tersebut. Kualitas ekosistem di dalam DAS secara fisik terlihat dari besarnya erosi, aliran permukaan, sedimentasi, fluktuasi debit, dan produktifitas lahan. Kerusakan sumberdaya alam pada DAS selama kurun waktu yang cukup lama tidak terlepas dari kenyataan yang menyangkut: (1) sistem pengelolaan sumberdaya alam yang tidak transparan, sehingga menimbulkan konflik berbagai kepentingan, (2) pandangan yang keliru dalam pengelolaan sumberdaya alam yang menganggap bahwa masyarakat merupakan faktor eksternalis, yaitu faktor penghambat, ancaman dan kelemahan dalam sistem pengelolaan sumberdaya alam (Karyana, 2000 dalam Sutari, 2004). 4

Pertambahan jumlah penduduk beserta aktifitas di dalamnya turut mendorong terjadinya konversi lahan pertanian dalam DAS, yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi lahan, kepunahan flora fauna, perubahan iklim, erosi dan sedimentasi. DAS yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan kerusakan DAS yang ditandai dengan peristiwa longsor, banjir, dan kekeringan. DAS perlu dikelola dan dikonservasi dengan baik agar terhindar dari kerusakan yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi DAS untuk mendukung kehidupan.

2.1.2 Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) Karakteristik DAS merupakan komponen penting yang perlu untuk diidentifikasi sebagai tahap awal pengelolaan suatu DAS. Seyhan (1977), menyatakan bahwa karakteristik Daerah Aliran Sungai dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu faktor lahan (ground factor), yang meliputi topografi, tanah, geologi, geomorfologi dan faktor vegetasi serta penggunaan lahan. Peran vegetasi mempunyai arti yang sangat penting dalam proses hidrologi suatu DAS terutama intercepting hujan yang jatuh dan transpirating air yang terabsorpsi oleh akarnya. Tipe dan distribusi tanah dalam suatu Daerah Aliran Sungai penting untuk mengontrol aliran bawah permukaan (sub surface flow) melalui proses infiltrasi. Variasi dalam tipe tanah dengan kedalaman dan luas tertentu akan mempengaruhi karakteristik infiltrasi dan timbunan kelembaban tanah (soil moisture storage). Berdasarkan surat Kementrian Kehutanan No. P.3 tahun 2013 Karakteristik DAS adalah gambaran spesifik mengenai DAS yang dicirikan oleh parameter yang berkaitan dengan keadaan morfomeri, topografi, tanah, geologi, vegetasi, penggunaan lahan, hidrologi dan manusia. Karakteristik DAS pada dasarnya meliputi 2 bagian, yaitu karakteristik biogeofisik dan karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan, yang secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : a.

Karakteristik biogeofisik meliputi: karakteristik meteorologi DAS, karakteristik morfologi DAS, karakteristik morfometri DAS, karakteristik hidrologi DAS dan karakteristik kemampuan DAS.

b.

Karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan meliputi: karakteristik sosial kependudukan DAS, karakteristik sosial budaya DAS, karakteristik sosial ekonomi DAS dan karakteristik kelembagaan DAS.

5

2.2 Pemanfaatan Daerah Aliran Sungai (DAS) Daerah Aliran Sungai sebagai suatu hamparan wilayah atau kawasan yang menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen dan unsur hara serta mengalirkannya ke laut atau danau. Sehingga fungsi hidrologisnya sangat dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang diterima dan geologi yang mempengaruhi bentuk lahan. Adapun fungsi hidrologis yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Mengalirkan air. 2. Menyangga kejadian puncak hujan. 3. Melepas air secara bertahap. 4. Memelihara kualitas air. 5. Mengurangi pembuangan massa (seperti tanah longsor).

Sebagai tempat penampungan air hujan dan banyak manfaat lain dari DAS bagi kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan, DAS harus selalu dijaga kelestariannya. Cara menjaga kelestarian DAS antara lain tidak menggunduli hutan/tanamantanaman di areal DAS. Cara lainnya yaitu tidak mendirikan bangunan di areal DAS sebagai tempat pemukiman atau keperluan lainnya. Kerusakan DAS dapat terlihat dari adanya tanda-tanda yang berupa: 1. Lahan pertanian di sekitar DAS, tanahnya gundul, tandus, dan kritis. 2. Di sekitar DAS menjadi tempat pemukiman penduduk yang padat. 3. Air sungai meluap. 4. Sering terjadi banjir. 5. Terbentuk delta (daerah aluvial) sungai. 6. Dataran pantai (tempat bermuaranya sungai) bertambah luas. 7. Terbentuknya endapan yang terjadi di kanan kiri sungai.

2.3 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) 2.3.1 Latar Belakang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Sejak tahun 1970-an degradasi DAS berupa lahan gundul tanah kritis, erosi pada lereng-lereng curam baik yang digunakan untuk pertanian maupun untuk

6

penggunaan lain seperti permukiman dan pertambangan, sebenarnya telah memperoleh perhatian pemerintah Indonesia. Namun proses degradasi tersebut terus berlanjut, karena tidak adanya keterpaduan tindak dan upaya yang dilakukan dari sektor atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan DAS. Pendekatan menyeluruh pengelolaan DAS secara terpadu menuntut suatu manajemen terbuka yang menjamin keberlangsungan proses koordinasi antara lembaga terkait. Pendekatan terpadu juga memandang pentingnya peranan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan DAS, mulai dari perencanaan, perumusan kebijakan, pelaksanaan dan pemungutan manfaat. Awalnya perencanaan pengelolaan DAS lebih banyak dengan pendekatan pada faktorfisik dan bersifat sektoral. Namun sejak sepuluh tahun yang lalu telah dimulai denganpendekatan holistik, yaitu dengan Rencana Pengelolaan DAS Terpadu, antara lain dimulai di 12 DAS prioritas (Brantas, Solo, Jratunseluna, Serayu, Citanduy, Cimanuk, Citarum,Ciliwung, Asahan, Batanghari, Billa Walanae, dan Sadang). Namun urutan prioritas tersebutdikaji ulang, dengan pertimbangan seperti : (1) urutan DAS prioritas perlu disesuaikan dengan pertimbangan teknik yang lebih maju dan pertimbangan kebijakan yang berkembang pada saatini; (2) pengelolaan DAS juga memerlukan asas legalitas yang kuat dan mengikat bagi instansi terkait dalam berkoordinasi dan merencanakan kebijakan pengelolaan DAS; dan (3) perubahan arah pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi. Pentingnya posisi DAS sebagai unit perencanaan yang utuh merupakan konsekuensilogis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah dan air. Kurangtepatnya perencanaan dapat menimbulkan adanya degradasi DAS yang mengakibatkan burukseperti yang dikemukakan di atas. Dalam upaya menciptakan pendekatan pengelolaan DASsecara terpadu, diperlukan perencanaan secara terpadu, menyeluruh, berkelanjutan danberwawasan lingkungan dengan mempertimbangkan DAS sebagai suatu unit pengelolaan. Dengan demikian bila ada bencana, apakah itu banjir maupun kekeringan, penanggulangannya dapat dilakukan secara menyeluruh yang meliputi DAS mulai dari daerah hulu sampai hilir. Notohadiprawiro (1985) berpendapat bahwa pengelolaan DAS harus diselenggarakan secara terpadu, karena :

7

(1) Adanya keterkaitan antara berbagai kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya

alam

dan

pembinaan

aktivitas

manusia

dalam

penggunaannya. (2) Dari segi jenis ilmu yang mendasarinya, pengelolaan DAS bercirikan multidisiplin. (3) Penyelenggaraan pengelolaan DAS bersifat lintas sektoral, sehingga tidak ada instansi yang mempunyai kewenangan secara utuh. Berdasarkan pengertian batasan diatas, maka dapat diberikan pengertian bahwa pengelolaan DAS terpadu adalah upaya terpadu dalam pengelolaan sumberdaya alam, meliputi tindakan pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan DAS berazaskan pelestarian kemampuan lingkungan yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan bagi peningkatan kesejahteraan manusia.

2.3.2 Tujuan Pengelolaan DAS Tujuan dari pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) pada dasarnya adalah pemanfaatan sumberdaya alam dilakukan dengan terlanjutkan (sustainable) sehingga tidak membahayakan lingkungan lokal, regional, nasional dan bahkan global.

2.3.3 Sasaran Pengelolaan DAS Terpadu 1. Sasaran Pengelolaan Hutan Pada prinsipnya pengelolaan hutan harus dapat dilaksanakan secara maksimal dengan berlandaskan asas kelestarian. Sasaran pengelolaan hutan terutama ditujukan untuk melestarikan fungsi hutan (vegetasi) (1) hutan sebagai sumber plasma nutfah; (2) hutan sebagai sumber produksi kayu; (3) Hutan sebagai fungsi hidro-orologis; (4) Hutan sebagai pengatur tata air, mencegah dan membatasi banjir, erosi serta. (5) Hutan sebagai pengontrol pencemaran. (6) Melindungi iklim dan memberi pengaruh yang baik. 8

(7) Memberikan keindahan alam pada umumnya dan khususnya dalam bentuk alam, suaka margasatwa, taman perburuhan dan taman wisata. Oleh karena itu sasaran pengelolaan hutan, antara lain : (1) meningkatkan keanekaragaman jenis; (2) reboisasi dan penghijauan pada lahan-lahan kritis; (3) pemilihan jenis untuk meningkatkan nilai ekonomi dan nilai ekologis dari vegetasi/tanaman; (4) pengaturan dan meningkatkan teknik penebangan; (5) meningkatkan proses produksi hasil hutan. 2. Sasaran Pengelolaan Lahan Pengelolaan lahan bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan/tanah yang tinggi dan dibarengi dengan usaha menjaga kelestarian kualitas lahan. DAS sebagai sistem lahan pada dasarnya berkemampuan untuk digunakan memenuhi berbagai kepentingan. 3. Sasaran Pengelolaan Sumber Daya Air Sasaran pengelolaan air dalam pengelolaan DAS mencakup : (1) Menjaga kelestarian air (meningkatkan ketersediaan air, mengurangi kisaran aliran maksimum dan minimum, mengurangi hasil sedimen dan meningkatkan kualitas air). (2) Mengelola pemanfaatan sumberdaya air untuk berbagai kepentingan (air minum, irigasi, industri, rekreasi, perikanan)

4. Sasaran Pembinaan Aktivitas Manusia Kerusakan DAS dapat disebabkan oleh aktivitas manusia dan atau oleh bencana alam. Oleh karena itu dalam pengelolaan DAS perlu melibatkan peran serta

aktif

manusia,

sehingga

tercapai

manfaat

yang

maksimal

dan

berkesinambungan. Oleh karena itu sasaran pembinaan aktivitas manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam mencakup : (1) Penyuluhan/pendidikan dan pembinaan untuk meningkatkan persepsi dan kemampuan mengelola lingkungan; (2) Mengurangi laju pertumbuhan dan kepadatan penduduk; (3) Meningkatkan pendapatan penduduk; 9

(4) Menciptakan lapangan kerja di luar sektor pertanian (5) Meningkatkan kesehatan masyarakat melalui peningkatan gizi, peningkatan prasarana kesehatan (6) Mengembangkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat.

2.3.4 Model Pengelolaan DAS

Selama ini metodologi perencanaan DAS secara terpadu kurang memperhatikan aspek-aspek yang mengintegrasikan berbagai kepentingan kegiatan pembangunan, misalnya antara kepentingan pengembangan pertanian, kepentingan industri, kepentingan daya dukung lingkungan (ecological demands). Perkembangan pembangunan di bidang permukiman,pertanian,

perkebunan,

industri,

eksploitasi

SDA

berupa

penambangan, dan eksploitasi hutanmenyebabkan penurunan kondisi hidrologis suatu DAS yang menyebabkan kemampuan DASuntuk berfungsi sebagai penyimpan air pada musim hujan dan kemudian dipergunakan melepas air pada musim kemarau. Ketika air hujan turun pada musim penghujan air akan langsung mengalir menjadi aliran permukaan yang seringkali menyebabkan banjir dan sebaliknya pada musim kemarau aliran air menjadi sangat kecil bahkan pada beberapa kasus sungai tidak terdapat aliran air.

10

Pentingnya posisi DAS sebagai unit pengelolaan yang utuh merupakan konsekuensilogis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah dan air. Kurangtepatnya perencanaan dapat menimbulkan adanya degradasi DAS yang mengakibatkan lahanmenjadi gundul, tanah/lahan menjadi kritis dan erosi pada lereng-lereng curam. Pada akhirnya proses degradasi tersebut dapat menimbulkan banjir yang besar di musim hujan, debit sungai menjadi sangat rendah di musim kemarau, kelembaban tanah di sekitar hutan menjadi berkurang di musim kemarau sehingga dapat menimbulkan kebakaran hutan, terjadinya percepatan sedimen pada waduk-waduk dan jaringan irigasi yang ada, serta penurunan kualitas air. Pada prinsipnya kebijakan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) secara terpadumerupakan hal yang sangat penting dalam rangka mengurangi dan menghadapi permasalahansumberdaya air baik dari segi kualitas dan kuantitasnya. Kebijakan ini oleh karenanyamerupakan bagian terintegrasi dari kebijakan lingkungan yang didasarkan pada data akademis maupun teknis, beragamnya kondisi lingkungan pada beberapa daerah dan perkembangan ekonomi dan sosial sebagai sebagai suatu keseluruhan dimana perkembangan daerah. Dengan beragamnya kondisi, maka beragam dan spesifik juga solusinya. Keberagaman ini harus diperhitungkan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan untuk memastikan bahwa perlindungan dan penggunaan DAS secara berkelanjutan ada dalam suatu rangkaian kerangka kerja (framework).

2.4 Permasalahan Daerah Aliran Sungai (DAS) 1. Sumberdaya Hutan Sumberdaya hutan Indonesia yang berfungsi sebagai sumberdaya alam dan lingkungan hidup telah mempunyai peranan yang sangat strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Sumberdaya hutan juga telah melindungi puluhan Daerah Aliran Sungai (DAS) dari bahaya banjir, kekeringan, erosi, dan sedimentasi. Namun di lain pihak, sumberdaya hutan cenderung semakin menurun. Hal ini terjadi karena penebangan hutan yang berlebihan, kebakaran hutan, perambahan hutan dan perladangan berpindah. Penurunan kualitas dan kuantitas hutan cenderung meningkat. Sementara

11

kegiatan – kegiatan rehabilitasi sumberdaya hutan, seperti reboisasi, pengendalian perladangan berpindah, pengendalian kebakaran hutan, masih belum memadai dibanding dengan laju kerusakan yang terjadi. 2. Sumberdaya Lahan Lahan merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui dan sekaligus merupakan media lingkungan untuk memproduksi pangan, perumahan, dan lain – lain. Pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan pembangunan telah berakibat terjadinya pergeseran pola penggunaan lahan di Indonesia. Pola penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan lahan tersebut mengakibatkan timbul berbagai masalah seperti terjadinya jutaan lahan kritis, hilangnya lahan subur, dan terjadinya pencemaran tanah. 3. Sumberdaya Air Pesatnya perkembangan industri dan peningkatan jumlah penduduk telah memacu penggunaan air, baik berupa air tanah maupun air permukaan. Hal itu merupakan ancaman bagi ketersediaan air maupun kualitas air. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan air yang berasal dari air permukaan akan meningkat pula. Kebutuhan air untuk irigasi dari tahun ke tahun juga bertambah, demikian pula kebutuhan air untuk industri diperkirakan akan mengalami peningkatan pula. Kondisi kekritisan air, keadaannya sudah mulai tampak sekarang, dimana beberapa daerah perkotaan kekurangan air untuk industri terutama pada musim kemarau, seperti di Jakarta, Surabaya, Bandung, dll. Kekeringan di DAS bisa disebabkan karena beberapa hal, misalnya curah hujan yang rendah di daerah tersebut dan tidak adanya tumbuh-tumbuhan atau pohon – pohon di bantaran sungai sehingga tidak ada yang menyerap air hujan.

4. Banjir Banjir merupakan salah satu bencana alam yang paling serius jika dikaitkan dengan Daerah Aliran Sungai (DAS). Banjir merupakan suatu peristiwa dimana melubernya aliran air yang berlebihan sehingga merendam daerah daratan. Aliran air tersebut dapat berasal dari sungai, got, laut, dll. Banjir yang berasal dari sungai dapat merugikan manusia karena dapat mengganggu aktivitas warga

12

sekitar dan dapat merusak lingkungan sekitar misalnya rusaknya daerah persawahan. Di Indonesia, masalah banjir terus terjadi dari tahun ke tahun. Bahkan banjir yang parah dapat menimbulkan bencana alam lainnya. Contoh, akhir tahun 2012 terjadi bencana banjir dan tanah longsor di daerah tempat wisata Pacet, Jawa Timur. 5. Pencemaran Sungai Sungai menjadi bagian penting untuk menunjang aktivitas manusia sehari – hari seperti misalnya mandi, mencuci, irigasi, dll. Daerah aliran sungai yang berada di sekitar pemukiman warga maupun industri sangat rentan terkena pencemaran oleh sampah atau limbah yang dihasilkan dari kegiatan manusia tersebut. Misalnya pencemaran sungai oleh sampah plastik, sampah rumah tangga, limbah rumah tangga seperti sisa sabun, daun – daunan, akan ikut dalam aliran sungai. Kebiasaan masyarakat yang suka membuang sampah sembarangan akan mencemari air sungai. Contoh lain yaitu pencemaran oleh limbah industri. Zat sisa bahan – bahan kimia cair terutama yang berbahaya dari hasil industri pabrik dapat mencemari sungai bahkan ikut aliran sungai sampai di daerah pemukiman warga. Kualitas air sungai pun menurun. Air sungai sudah tidak jernih lagi, berubah warna (menjadi keruh), dan bahkan menimbulkan bau tak sedap. Apabila air sungai tercemar, maka sungai tersebut tidak dapat digunakan oleh manusia untuk aktivitas sehari – hari. 6. Erosi Erosi adalah pengikisan lapisan permukaan tanah oleh air. Pengikisan tanah oleh air sungai disebut ablasi. Air sungai merupakan air yang mengalir atau bergerak. Pergerakan air inilah nantinya akan menyebabkan pengikisan. Erosi membawa lapisan tanah atau material – material yang tidak diinginkan sehingga merugikan manusia. Erosi lebih mudah terjadi apabila ada banjir besar. 7. Sedimentasi Sedimentasi adalah proses pengendapan material yang terbawa oleh air, angin, maupun gletser. Pengendapan ini bisa terjadi di darat, laut, maupun sungai. Material yang terbawa merupakan material yang berasal dari pengikisan atau pelapukan. Proses sedimentasi yang dilakukan oleh air sungai dan berlokasi di sungai. Sedimentasi dianggap merugikan karena menyebabkan pendangkalan

13

sungai sehingga berpotensi terkena banjir. Sedimentasi yang dilakukan oleh air sungai disebut sedimentasi fluvial. 8. Masalah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Berikut ini beberapa permasalahan terkait pengelolaan DAS : a. Koordinasi dan sinergitas kebijakan, program dan kegiatan antar lembaga yang belum berjalan baik. b. Masih tumpang tindihnya peraturan perundang – undangan khususnya yang membahas masalah DAS. c. Perkembangan tata ruang kota akibat urbanisasi yang tidak terkendali sehingga daya dukung lingkungan daerah perkotaan menjadi sangat berkurang, persoalan banjir dan kekeringan cenderung meningkat. d. Konflik horizontal yaitu konflik antar penduduk akibat kelangkaan air.

2.5 Penanggulangan Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) 1. Sumberdaya Hutan Sumberdaya hutan berfungsi untuk melindungi Daerah Aliran Sungai dari bahaya banjir, kekeringan, erosi dan sedimentasi. Perlu disusun perencanaan pengelolaan hutan yang terarah, terinci dan terpadu. Pada dasarnya pengelolaan hutan harus mencakup aspek pemanfaatan, pelestarian dan penelitian yang dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan a. Peningkatan kegiatan reboisasi; b. Peningkatan pembinaan HPH c. Peningkatan kegiatan pengendalian perladangan berpindah; d. Pengembangan sistem pengendalian kebakaran hutan; e. Peningkatan pembangunan hutan tanaman industri; f. Pengembangan pengelolaan Daerah Aliran Sungai; g. Peningkatan penelitian keanekaragaman hayati.

2.

Sumberdaya Lahan Pertambahan jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya

kegiatan pembangunan telah berakibat terjadinya pergeseran pola penggunaan lahan di Indonesia. Sering dijumpai pola penggunaan lahan yang tidak sesuai 14

dengan kemampuan lahan tersebut, sehingga timbul berbagai masalah, seperti terjadinya jutaan lahan kritis, hilangnya lahan subur, dan terjadinya pencemaran tanah. Lahan harus dikelola dengan memperhatikan keseimbangan antara aspek konservasi dan pemanfaatannya. Pemanfaatan sumberdaya lahan dilakukan dengan mempertimbangkan: a. Fungsi lokasi lahan dalam tatanan lingkungan berdasarkan karakteristik tanah, lahan dan wilayah; b. Cara-cara pemanfaatan yang memperhitungkan kaidah konservasi; c. Pemanfaatannya disesuaikan dengan tata ruang; d. Kelembagaan dan kualitas sumberdaya manusia; e. Peran serta masyarakat secara luas.

3.

Sumberdaya Air Dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan air yang akan

meningkat pula. Kebutuhan air untuk irigasi dari tahun ke tahun juga bertambah. Kondisi kekritisan sumber air, keadaannya sudah mulai tampak dari sekarang, dimana beberapa daerah perkotaan kekurangan air. Adapun pengelolaan sumberdaya air, harus memperhatikan: a. Keterpaduan pengelolaan sumberdaya air permukaan dan air bawah tanah serta kemungkinan pemanfaatan air laut secara lintas sektoral; b. Pengelolaan

sumberdaya

air

dilakukan

secara

terpadu

dalam

pemanfaatannya melalui penataan ruang wilayah; c. Mengatur pemanfaatan air secara efisien; d. Pembentukan tim koordinasi untuk kegiatan koordinasi yang melibatkan berbagai instansi terkait.

4.

Sumberdaya Manusia Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi akan mempunyai implikasi

terhadap kebutuhan sumberdaya lahan, baik untuk pemukiman, pendidikan, tempat berusaha, atau untuk kepentingan lainnya. Padahal sumberdaya lahan sangat terbatas, membuka hutan tanpa perencanaan yang matang dan tanpa

15

memperhatikan kelestarian lingkungan berarti bencana. Strategi pengelolaan masyarakat, antara lain: a. Pengembangan peranserta masyarakat; b. Pengembangan kemitraan pemerintah, pengusaha dan masyarakat; c. Strategi pengembangan etika lingkungan.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif observasional yang merupakan

penelitian

yang

bertujuan

hanya

menggambarkan

(mendeskripsikan) fenomena yang ditemukan, baik itu berupa faktor risiko, maupun suatu efek atau hasil (Santosa & Jasaputra, 2008). Penelitian ini mengamati terkait pemanfaatan, pemeliharaan, serta pengelolaan yang dilakukan warga terhadap Sungai Binggul yang terdapat di Desa Krajan RT 02, RW 07 Kecamatan Patrang Kabupaten Jember.

16

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Binggul, tepatnya di Desa Krajan RT 02, RW 07, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. 3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini diawali dengan observasi terlebih dahulu untuk melihat kondisi dan gambaran dari Sungai Binggul, tepatnya di Desa Krajan RT 02, RW 07, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember yang akan diteliti pada tanggal 20 November 2017 dan dialnjutkan dengan wawancara serta observasi lanjutan pada tanggal 21 November 2017. 3.3 Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakterisktik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudia ditarik kesimpulannya(Sugiyono, 2014). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah warga Desa Krajan, RT 02, RW 07, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. 3.3.2 Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2014). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu warga melakukan kegiatan MCK di Sungai Binggul, Desa Krajan, RT 02, RW 07, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Warga yang melakukan kegiatan MCK di Sungai Binggul, Desa Krajan, RT 02, RW 07, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. 2. Warga yang bertempat tinggal di daerah bantaran Sungai Binggul, Desa Krajan, RT 02, RW 07, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. Sedangkan, kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

17

1. Warga yang tidak melakukan kegiatan MCK di Sungai Binggul, Desa Krajan, RT 02, RW 07, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. 2. Warga yang tidak bertempat tinggal di daerah bantaran Sungai Binggul, Desa Krajan, RT 02, RW 07, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. Penentuan besar sampel pada penelitian ini dengan menggunakan probability sampling, yakni teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk menjadi anggota sampel. Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah warga yang melakukan kegiatan MCK di Sungai Binggul yang tinggal di Desa Krajan, RT 02, RW 07, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. Besar sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 7 orang. 3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 3.4.1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2009). Data yang digunakan dalam penelitian ini, dikumpulkan dengan dua teknik yaitu: a. Wawancara Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topic tertentu (Sugiyono, 2014). Jenis wawancara yang dilakukan yaitu wawancara terpimpin, dimana wawancara dilakukan berdasarkan pedoman-pedoman kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Metode wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan data terkait pengetahuan, sikap serta tindakan yang dilakukan oleh warga dan Ketua RT Desa Krajan, RT 02, RW 07, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember terhadap Sungai Binggul. b. Observasi Pengumpulan data dengan observasi langsung atau pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada

18

pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut (Nazir, 2009). Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data mengenai karakteristik sungai, sifat fisik air, faktor biologis di sekitar sungai, faktor pencemaran, sistem pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh warga Desa Krajan, RT 02, RW 07, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember terhadap Sungai Binggul. 3.4.2. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang digunakan peneliti untuk membantu peneliti memperoleh data yang dibutuhkan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa kuesioner dan lembar observasi. a. Kuesioner Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, dimana responden dan interviewer tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan untuk mendapatkan

data terkait

pengetahuan, sikap serta tindakan yang dilakukan oleh warga dan Ketua RT Desa Krajan, RT 02, RW 07, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember terhadap Sungai Binggul. b. Lembar Observasi Lembar observasi ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai karakteristik sungai, sifat fisik air, faktor biologis di sekitar sungai, faktor pencemaran, sistem pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh warga Desa Krajan, RT 02, RW 07, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember terhadap Sungai Binggul. 3.5 Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, proses pengambilan dan pengumpulan data diperoleh setelah sebelumnya mendapatkan izin dari pihak Ketua RT 02, RW 07, Desa Krajan, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember untuk mengadakan penelitian. Sebagai langkah awal penelitian, peneliti akan menyeleksi responden berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditentukan. Setelah mendapatkan

19

responden yang dikehendaki maka langkah selanjutnya yaitu meminta persetujuan dari responden penelitian (warga).

20

BAB 1V PEMBAHASAN 4.1 Profil Sungai Sungai Binggul adalah sungai yang berada di daerah Candrawasih Jalan Nusa Indah No.7 Rt/ Rw 02/07. Sungai ini dijuluki dengan sungai S karena bentuknya yang seperti huruf S. Sungai ini memiliki kedalaman kira-kira lebih dari 1 meter dan memiliki lebar sungai ± 10 meter. Kecepatan air sungai tergantung juga dengan musim, jika musim kemarau kecepatan air bisa terbilang sedang. Sedangkan jika pada musim hujan, maka kecepatan air sangatlah cepat karena volume air yang begitu banyak. Dari hasil yang kami observasi, bahwa sungai Binggul tidak berbau namun air sungai berwarna kecoklatan dan sangat keruh. Hal ini dikarenakan musim hujan dan mengakibatkan air sungai kecoklatan dan keruh. Air Sungai Binggul mengandung pestisida, karena di daerah tersebut dekatdengan lahan pertanian dan mengandung zat kimia anorganik yaitu berupa limbah-limbah dari sisa air sabun yang mereka gunakan untuk mandi serta mencuci pakaian. Di sekitar bantaran sungai terdapat pohon-pohon bambu dan tidak terdapat sama sekali tanaman air. Di sekitar bantaran sungai juga terdapat hewan-hewan kecil seperti keong dan ikanikan kecil. Sungai Binggul sedikit tercemar. Pencemaran ini berasal dari limbah domestik, jadi sebagian warga disana membuah limbah domestiknya ke sungai. Sebenarnya warga disana sudah memiliki tempat pembuangan sampah dan setiap hari selalu diambil untuk di bawa ke tempat pembuangan sementara tetapi tetap saja membuang sampah di sungai. Pencemaran lainnya yaitu warga sering buang air besar disungai, karena warga tidak memiliki jamban dan akhirnya warga tersebut buang air besar di sungai. Warga disana juga membuang kotoran ternak di sungai hal ini juga mengakibatkan pencemaran sungai. Sungai Binggul ini tidak ada pengelolaan sungai seperti adanya pos gardu air, tanggul, maupun waduk hal ini karena warga sekitar tidak mengerti pentingnya pengelolaan sungai meskipun sudah banyak undang–undang atau peraturan yang

21

diundangkan tentang pengelolaan sumber daya air dan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air akan tetapi pada kenyataannya konservasi sumber daya air, pengendalian daya rusak air terhadap sumber daya air pada sungai masih jauh dari harapan malahan semakin rusak baik kuantitas maupun kualitas airnya. pengelolan saluran pengendali banjir atau saluran drainase untuk mempertahankan kapasitas alir dan tampung sungai-sungai dan atau saluran drainase sebagai satu kesatuan sistem dengan bangunan pengendali banjir. Seperti yang diuraikan di atas berkurangnya kapasitas alur dan tampung disebabkan oleh tumbuhnya pemukiman liar di bantaran sungai, pengendapan sampah, dan sedimen hasil erosi di hilir. Sungai Binggul dimanfaatkan untuk warga sebagai MCK, warga disekitar sungai sebagian besar MCK di sungai, karena faktor ekonomi yang tidak bisa membangun fasilitas yang digunakan. Warga merasa sudah biasa menggunakan air sungai MCK dan pada saat observasi kami juga menemui beberapa warga mandi di sungai. 4.2 Hasil dan Pembahasan Kuisioner Pengelola Sungai Binggul Sungai Binggul yang termasuk salah satu anak sungai dari DAS Bedadung ini salah satunya terletak di RT02, RW 07 Desa Krajan, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember dikelola oleh pemerintah daerahnya yaitu Ketua RT. Bapak Ismail Supi’i yang berusia 45 tahun dengan pendidikan terakhir SMA inilah yang telah memimpin Desa Krajan khususnya di RT 02, RW 07. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah kami peroleh dari kegiatan observasi di desa tersebut pada tanggal 21 November 2107 lalu, menghasilkan pernyataanpernyataan mengenai pemanfaatan, pemeliharaan serta pengelolaan yang dilakukan oleh warga sekitar bantaran Sungai Binggul dalam kegiatan sehari-hari. Dalam penyediaan air bersih, seluruh warga RT 02, RW 07, Desa Krajan, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember telah memiliki sumber air bersih berupa air sumur. Namun, dalam kegiatan sehari-harinya, warga sekitar masih banyak yang menggunakan air sungai dalam kegaiatan sehari-harinya seperti mandi, mencuci dan BAB.

22

“Jadi ya sungai di belakang itu memang masih sering digunakan warga saya setiap pagi dan sore untuk mandi, cuci baju, dan BAB, karena untuk jamban masih ada beberapa warga saya yang belum memiliki jamban, jadi kalau BAB masih di sungai dan tidak saya larang. Kalau untuk warga yang masih mandi dan mencuci baju di sungai itu karena bisa sambil mengobrol, jadi suasananya ramai kalau mandi dan mencuci di sungai dari pada di rumah masingmasing” Dari pernyataan di atas dapat di katakana bahwa aktivitas pemanfaatan air sungai lebih dikarenakan suasana kekeluargaan yang terasa erat, karena komunikasi dapat terjalin dengan baik. Pemanfaatan air sungai yang seperti itu justru dapat mencemari air sungai secara tidak langsung, karena limbah sabun yang mereka gunakan akan mencemari kualitas air. Dimana limbah sabun mandi dan detergen membutuhkan oksigen dalam proses penguraiannya. Oleh karena itu, jika warga setiap hari pagi dan sore mereka selalu mandi dan mencuci di sungai akan mengakibatkan semakin banyaknya limbah sabun sehingga lama-kelamaan oksigen yang terkandung dalam air tersebut menjadi berkurang dan dapat membunuh biota air karena kekurangan pasokan oksigen. Selain itu, dalam limbah detergen, mengandung fosfat yang dapat menyebabkan eutrofikasi atau booming algae, yang dapat menyebabkan ikan mati dan pendangkalan sungai. Kotoran manusia yang dibuang disungaipun akan menambah pencemaran air sungai, dimana bakteri serta virus banyak ditemukan sehingga air sungai menjadi tidak aman lagi untuk digunakan warga karena dapat menyebarkan penyakit. Beberapa upaya konservasi yang telah dilakukan warga untuk menjaga kelestarian sungai yaitu dengan tidak membuang sampah domestiknya ke sungai, melainkan ke depo-depo yang telah disediakan. Selain itu, adanya perintah larangan membuang sampah ke sungai oleh ketua RT membuat sungai bersih dari sampah domestik. Karena beliau mengetahui bahwa jika warga membuang sampah di sungai dapat mencemari sungai dan dapat menyebabkan banjir jika musim hujan tiba. Selain itu, sungai akan menjadi kotor dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain upaya tidak membuang sampah disungai, warga juga terkadang melakukan

23

aktivitas pengerukan pasir di sungai untuk dijual kembali, namun tidak sering sehingga tidak merusak kondisi sungai yang dapat mengakibatkan erosi jika dikeruk terus-menerus. Selain itu mereka juga melakukan kegiatan program kali bersih dengan menanam benih-benih ikan disungai yang diharapkan dapat menjaga kelestarian sungai. “Kita sudah melakukan program kali bersih dengan penanaman benih-benih ikan, dan terbukti benih-benih yang kita tanam berkembang pesat. Bahkan setiap sore banyak warga yang memancing di sungai. Biasanya ikan yang mereka dapatkan lebih sering jenis lele dan kutuk (ikan gabus) karena makanan mereka berasal dari kotoran manusia.” Dengan adanya perilaku warga yang masih mandi, mencuci dan BAB di sungai telah mempengaruhi kondisi antara sungai pada zaman dahulu dengan sungai yang sekarang. “Kalau sungai ketika tahun ’90-an itu masih sangat jernih sekali airnya, beda dengan sekarang. Warna airnya terkadang kecoklatan terkadang bau juga karena dari sungai RT sebelah digunakan untuk pembuangan kotoran sapi. Sehingga jika hujan baunya akan tercium. Sungai sekarang juga sudah lebih kotor dari yang dulu” Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi sungai zaman dahulu dengan sekarang mengalami penurunan dari segi kualitas airnya bahkan kuantitasnya. Dari segi pengelolaan, sayangnya di sungai tersebut masih belum dilakukan upaya pengelolaan sungai seperti pembangunan tanggul ataupun waduk, karena belum terjamah oleh pemerintah. Sehingga, masih diperlukan pemerataan peran pemerintah dalam mengelola sungai-sungai yang ada di wilayah Jember ini agar tidak terjadi kekeringan yang berdampak pada krisis air saat musim kemarau, karena tidak ada yang menampung air saat musim hujan.

24

4.3 Aspek Pengetahuan No.

Nama

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Skor

Hartatik Slamet Hariyanto Susan Misna Nur Hidayah Suwarti Supaeni

15 17 16 16 16 15 12

Keterangan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat mengenai sumber daya air sudah baik. Hal ini bisa menjadi salah satu faktor yang sudah terpenuhi dari pengetahuan mereka akan sumber daya air dan daerah aliran sungai.

4.4 Aspek Sikap 4.4.1 Sikap mengenai air sungai digunakan sebagai air bersih No.

Kriteria Penilaian

1.

Air sungai dapat digunakan

Jumlah

Persentase

langsung sebagai air bersih -

Setuju

3

43%

-

Tidak setuju

4

57%

7

100%

Total

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa 57% dari 7 responden di Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 berpendapat tidak setuju jika air sungai dapat digunakan langsung sebagai air bersih. Sedangkan 43% lainnya setuju jika air sungai dapat digunakan langsung sebagai air bersih. 4.4.2 Sikap mengenai air sungai digunakan sebagai air minum Dari 7 respondendi Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07, seluruhnya tidak setuju jika air sungai merupakan sumber air minum.

25

4.4.3 Sikap mengenai air sungai digunakan untuk mandi No.

Kriteria Penilaian

1.

Air sungai dapat digunakan

Jumlah

Persentase

untuk mandi -

Setuju

4

57%

-

Tidak setuju

3

43%

7

100%

Total

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa 57% dari 7 responden di Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 berpendapat setuju jika air sungai dapat digunakan untuk mandi. Sedangkan 43% lainnya tidak setuju jika air sungai dapat digunakan untuk mandi. 4.4.4 Sikap mengenai mandi 2x sehari dan menjaga kebersihan diri salah satu cara menghindari penyakit kulit Dari 7 responden, seluruh responden di Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 setuju jikamandi 2x sehari dan menjaga kebersihan diri salah satu cara menghindari penyakit kulit. 4.4.5 Sikap mengenai air sungai digunakan untuk menyikat gigi No.

Kriteria Penilaian

1.

Air sungai dapat digunakan

Jumlah

Persentase

untuk menyikat gigi -

Setuju

2

28,6%

-

Tidak setuju

5

71,4%

7

100%

Total

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa 71,4% dari 7 responden di Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 berpendapat tidak setuju jika air sungai dapat digunakan

26

untuk menyikat gigi. Sedangkan 28,6% lainnya setuju jika air sungai dapat digunakan untuk menyikat gigi. 4.4.6 Sikap mengenai setiap mandi harus menggunakan sabun Dari 7 responden, seluruh responden di Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 setuju jikasetiap mandi harus menggunakan sabun. 4.4.7 Sikap mengenai air sungai dapat dapat digunakan untuk mencuci sayuran, ikan, daging (bahan makanan) Dari 7 responden, seluruhresponden di Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 tidak setuju jikaair sungai dapat dapat digunakan untuk mencuci sayuran, ikan, daging (bahan makanan). 4.4.8 Sikap mengenai setelah sayuran, ikan, daging dicuci di sungai, tidak perlu dicuci lagi dengan air bersih. No.

Kriteria Penilaian

1.

Setelah sayuran, ikan, daging

Jumlah

Persentase

dicuci di sungai, tidak perlu dicuci lagi dengan air bersih -

Setuju

3

43%

-

Tidak setuju

4

57%

7

100%

Total

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa 57% dari 7 responden di Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 berpendapat tidak setuju jika setelah sayuran, ikan, daging dicuci di sungai, tidak perlu dicuci lagi dengan air bersih . Sedangkan 43% lainnya setuju jika setelah sayuran, ikan, daging dicuci di sungai, tidak perlu dicuci lagi dengan air bersih. 4.4.9 Sikap mengenaisampah boleh dibuang ke sungai Dari 7 responden, seluruh responden di Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 tidak setuju jika sampah boleh dibuang ke sungai.

27

4.4.10 Sikap mengenaihewan peliharaan apabila sudah mati boleh dibuang ke sungai Dari 7 responden, seluruhresponden di Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 tidak setuju jika hewan peliharaan apabila sudah mati boleh dibuang ke sungai. 4.4.11 Sikap mengenaimencuci piring dan alat masak di sungai Dari 7 responden, seluruhresponden di Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 tidak setuju jika mencuci piring dan alat masak di sungai. 4.4.12 Sikap mengenailimbah rumah tangga tidak dibuang ke sungai agar tidak tercemar No.

Kriteria Penilaian

1.

Sebaiknya limbah rumah tangga

Jumlah

Persentase

tidak dibuang ke sungai agar tidak tercemar -

Setuju

1

14,3%

-

Tidak setuju

6

85,7%

7

100%

Total

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa 85,7% dari 7 responden di Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 berpendapat tidak setuju jikalimbah rumah tangga tidak dibuang ke sungai agar tidak tercemar. Sedangkan 43% lainnya setuju jika limbah rumah tangga tidak dibuang ke sungai agar tidak tercemar. 4.4.13 Sikap mengenaisumber air bersih harus terhindar dari bahan pencemar No. 1.

Kriteria Penilaian Sumber

air

bersih

Jumlah

Persentase

harus

terhindar dari bahan pencemar -

Setuju

5

71,4%

-

Tidak setuju

2

28,6%

7

100%

Total

28

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa 71,4% dari 7 responden di Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 berpendapat setuju jika sumber air bersih harus terhindar dari bahan pencemar. Sedangkan 28,6% lainnya setuju jika sumber air bersih harus terhindar dari bahan pencemar. 4.4.14 Sikap mengenaiperlu menanam tanaman di sekitar bantaran sungai Dari 7 responden, seluruhresponden di Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 setuju jika menanam tanaman di sekitar bantaran sungai itu perlu.

Kesimpulan Tabel Kriteria Sikap Responden No. 1.

Kriteria Penilaian

Jumlah

Persentase

Kesimpulan -

Kurang

0

0%

-

Cukup

5

71,4%

-

Baik

2

28,6%

7

100%

Total

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa 71,4% dari 7 responden di Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 sikap terhadap pengelolaan DAS termasuk kategori cukup. Sedangkan 28,6% dari 7 responden sikap terhadappengelolaan DAS termasuk kategori termasuk baik. Ini menunjukkan bahwa dari kriteria sikap responden di Jl. Nusa Indah RT 02 RW 07 keseluruhan dapat dibilang cukup karena pada responden sebanyak 57% dari 7 responden masih menganggap bahwa air sungai masih dapat digunakan sebagai air bersih banyak warga sekitar juga masih menggunakan air sungai untuk kebutuhan mandi, cuci pakaian, dan buang air besar (BAB). Air sungai merupakan air permukaan, dari segi persyaratan kualitas air dalam penyediaan air bersih, air permukaan kualitasnya tergolong tidak baik karena tercemar. Seperti halnya jaman sekarang banyak limbah rumah tangga maupun pabrik bermuara di sungai dan jika tidak diolah dan hanya disaring biasa pun air sungai merupakan air yang tidak dapat digunakan untuk kebutuhan air bersih. Air

29

sungai yang tidak diolah terlebih dahulu akan menimbulkan penyakit kulit, seperti warga Jl. Nusa Indah 7 RT 02 RW 07 ada beberapa warganya yang terkena kudis karena menggunakan air sungai untuk mandi. 4.4 Aspek Tindakan KUESIONER TINDAKAN No/Jumlah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Jumlah:

1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15

3 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 13

Hasil Responden 4 5 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 12

6 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 12

7 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 12

(+) ya : 1 ; tidak : 0 (-) ya : 0 ; tidak : 1 Analisa: 1. Menurut hasil dari 7 responden didapatkan bahwa 100% tidak menggunakan air sungai sebagai air bersih. Hal tersebut merupakan tindakan yang positif karena tidak semua air sungai itu bersih walaupun kelihatannya bersih. 2. 100% responden tidak menggunakan air sungai sebagai air minum. Tindakan tersebut sangatlah positif karena air sungai tidak layak untuk dijadikan air minum. 3. Diantara semua responden, 57,14% responden membuang tinja ke sungai. Berarti lebih dari 50% yang melakukan tindakan tidak baik. Membuang

30

tinja ke sungai dapat mencemari sungai karena tinja yang merupakan ekskret manusia itu termasuk limbah cair. 4. Semua responden 100% tidak membuang sampah ke sungai. Tindakan tersebut sudah baik. Karena sampah dapat menyebabkan pencemaran air sungai. 5. Sebesar 14,28% responden tidak memakai sabun setiap mandi. Tindakan tersebut tidak baik. Penggunaan sabun saat mandi bertujuan untuk menghilangkan kuman dan virus yang menempel pada tubuh, dan juga keringat karena aktivitas yang telah dilakukan. 6. Semua responden sudah 100% tidak menggunakan air sungai untuk mencuci peralatan dapur. Hal tersebut sudah baik dan perlu dipertahankan. 7. 57,14% responden masih menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian. Tindakan tersebut tidaklah sehat untuk higiene perseorangan. Karena memungkinan mikroorganisme menempel pada baju saat dicuci. Sebaiknya baju dicuci menggunakan air mengalir jika ada. 8. 14,28% responden masih menggunakan air sungai untuk mencuci kendaraan. Tindakan terebut perlu dihentikan karena dapat mencemari lingkungan terutama air sungai apabila mencuci motor menggunakan sabun. 9. Semua responden 100% tidak memandikan ternak di sungai. Tindakan tersebut sudah baik. Karena tidak mencemari air sungai. 10. Semua responden 100% sudah tidak membuang limbah ke sungai. Tindakan tersebut sangatlah baik. Dengan kesadaran warga seperti itu, air sungai sekitar tidaklah tercemar. 11. Pemeliharaan kelestarian sungai tidak diterapkan hanya oleh 14,28 % oleh responden. Berarti 86% lebih sudah ikut memelihara kelestarian sungai.Tindakan tersebut sudah cukup baik karena yang memelihara kelestarian sungai sudah melebihi 50%. 12. Sudah 100% responden tidak membuang sisa pestisida ke sungai. Tindakan para responden sangatlah baik. Karena jika sisa pestisida dibuang ke sungai, maka akan mencemari air sungai dan meracuni organisme-organisme yang hidup di sungai.

31

13. Mengganti pakaian setelah mandi sangatlah dianjurkan karena baju yang kotor yang dipakai sebelum mandi bisa menjadi sarang kuman. Jadi perlu diganti setelah mandi. Sebesar 14,28% responden tidak menerapkan tindakan mengganti baju setelah mandi. Hal tersebut perlu di tingkatkan agar higiene perseorangannya baik. 14. 100% responden tidak menggunakan handuk bergantian dengan anggota keluarga lain. Tindakan tersebut sangatlah bagus karena pemakaian handuk secara bergantian dapat menimbulkan penyakit seperti penyakit kulit (gatalgatal, kudis) maupun penyakit lainnya. 15. Menjemur handuk setelah dipakai amatlah baik karena agar handuk terebut tidak lembab dan 14,28% responden masih saja tidak menjemur handuk setelah dipakai. Tindakan tersebut kurang baik.

32

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Sungai Binggul adalah sungai yang berada di daerah Candrawasih Jalan Nusa Indah No.7 Rt/ Rw 02/07. Sungai ini dijuluki dengan sungai S karena bentuknya yang seperti huruf S. Sungai ini memiliki kedalaman kira-kira lebih dari 1 meter dan memiliki lebar sungai ± 10 meter. Pemanfaatan Sungai Binggul untuk warga sebagai MCK, warga disekitar sungai sebagian besar MCK di sungai, karena faktor ekonomi yang tidak bisa membangun fasilitas yang digunakan. Warga merasa sudah biasa menggunakan air sungai MCK dan pada saat observasi kami juga menemui beberapa warga mandi di sungai. 2. Sungai Binggul ini tidak ada pengelolaan sungai seperti adanya pos gardu air, tanggul, maupun waduk hal ini karena warga sekitar tidak mengerti pentingnya pengelolaan sungai meskipun sudah banyak undang–undang atau peraturan yang diundangkan tentang pengelolaan sumber daya air dan yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air akan tetapi pada kenyataannya konservasi sumber daya air, pengendalian daya rusak air terhadap sumber daya air pada sungai masih jauh dari harapan malahan semakin rusak baik kuantitas maupun kualitas airnya. pengelolan saluran pengendali banjir atau saluran drainase untuk mempertahankan kapasitas alir dan tampung sungai-sungai dan atau saluran drainase sebagai satu kesatuan sistem dengan bangunan pengendali banjir. Seperti yang diuraikan di atas berkurangnya kapasitas alur dan tampung disebabkan oleh tumbuhnya pemukiman liar di bantaran sungai, pengendapan sampah, dan sedimen hasil erosi di hilir. 3. Dampak yang diakibatkan dari kegiatan warga setempat pada Sungai Binggul yaitu berupa tercemarnya air sungai oleh sampah-sampah domestik, keruhnya air sungai akibat limbah sisa sabun, cuci pakaian, hingga pestisida dari lahan pertanian di sekitar sungai. Selain itu, air sungai juga telah terkontaminasi dengan bakteri akibat kebiasaan warga yang BAB

33

di sungai. Sehingga menyebab kan penurunan kualitas sungai antara sungai pada zaman dahulu dengan sekarang. Belum ada upaya yang dilakukan oleh warga sekitar untuk menjaga ataupun menanggulangi dampak dari aktivitas yang mereka lakukan di Sungai Binggul. Hal ini terjadi karena rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dan pemerintah setempat yang belum mempriortaskan akan pentingnya menjaga kelestarian sungai. 5.2 Saran Pemerintah setempat sebaiknya dapat mempertegas peraturan-peraturan mengenai larangan-larangan aktivitas warga yang dapat mencemari sungai, serta membangun jamban umum atau secara personal agar warga tidak BAB ke sungai lagi. Selain itu, pemerintah juga harus memerhatikan pemerataan pengelolaan DAS hingga daerah pelosok sekalipun agar sungai tetap terjaga kelestariannya mulai dari hulu hingga hilir.

34

DAFTAR PUSTAKA

Nazir, M., 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Notoatmodjo, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono, 2014. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Suparmin,

Wahyuningrum, E.P.L., Sekar Galuh., Eko Nugroho, Sapto., dan

Noviani, Rita,. 2013. Geografi: Pendekatan Saintifik Kontekstual. Surakarta: Mediatama Sudaryono, 2002. PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TERPADU,. Jurnal Teknologi Lingkungan, Volume 3, pp. 153-158. Anonim. DAS. [serial online]. dari http://erepo.unud.ac.id/16654/3/1005105036-3BAB_II.pdf [diakses pada tanggal 26 November 2017] Direktorat Kehutanan dan Konservasi Sumberdaya Air. Kajian Model Pengelolaan Daerah

Aliran

Sungai

(DAS)

Terpadu.

[serial

online].

dari

https://www.bappenas.go.id/files/1213/5053/3289/17kajian-modelpengelolaan-daerah-aliran-sungai-das-terpadu__20081123002641__16.pdf [diakses pada tanggal 25 November 2017] Santosa, S. & Jasaputra, D. K., 2008. Metodologi Penelitian Biomedis. 2 ed. Bandung: Danamartha Sejahtera Utama. [serial online]. dari http://repository.maranatha.edu/2518/1/Metlit%20BAB%20VII.pdf. [diakses pada tanggal 27 November 2017]

35

LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Observasi KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jalan Kalimantan I/93 – Kampus Bumi Tegal Boto Kotak Pos 159 Jember 68121 Telepon 0331-337878, 331743 Faksimile 0331-322995 Laman : www.fkm.unej.ac.id

LEMBAR OBSERVASI KETERANGAN PENGUMPUL DATA Nama Pengumpul Data

:

Tanggal Pengumpulan Data :

PROFIL SUNGAI Karakteristik Sungai Nama sungai : Lokasi

:

Kedalaman sungai

:

a. 1 Meter b. > 1 Meter c. Lainnya,….

Lebar sungai

:

a. 1 Meter b. > 1 Meter c. Lainnya,….

Kecepatan aliran air :

a. Cepat b. Sedang c. Lambat

Keberadaan pusaran air :

a. Ada b. Tidak ada

36

No.

Indikator

Keberadaan Ya

1

Tidak

Sifat fisik air: -Bau

-Warna

-Kelimpahan air

2

Sifat kimia air : -Pestisida

-Limbah sabun 2

Faktor biologis sekitar sungai: -Tanaman pada bantaran sungai -Tanaman air

-Hewan pada bantaran sungai -Hewan Air

3

Faktor pencemaran: -Limbah domestik

-Limbah industri

-Pertanian

-Peternakan

37

Keterangan

-Kotoran manusia

-Lain-lain

4

Pengelolaan: -Pos gardu air

-Tanggul

-Waduk

-Lain-lain

5

Pemanfaatan: -MCK

-Jamban

-Irigasi

-Air Minum

-Memasak

-Tambak

-Pembangkit listrik

-Lain-lain

38

6

Pemeliharaan -Reboisasi

-Pengerukan

-Pengelolaan sampah/limbah

-Lain-lain

39

Lampiran 2. Lembar Kuisioner RT KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jalan Kalimantan I/93 – Kampus Bumi Tegal Boto Kotak Pos 159 Jember 68121 Telepon 0331-337878, 331743 Faksimile 0331-322995 Laman : www.fkm.unej.ac.id

KUESIONER PENGELOLA DAERAH ALIRAN SUNGAI KETERANGAN PENGUMPUL DATA Nama Pengumpul Data

:

Tanggal Pengumpulan Data :

PROFIL KETUA RT Karakteristik Responden Nama Ketua RT : Usia

:

Jenis Kelamin

:

Alamat

:

Pendidikan Terakhir :

KUESIONER No. 1.

Pertanyaan

Jawaban

Apakah sudah terdapat penyediaan sumber

a. Sudah

air bersih untuk setiap warga?

b. Sebagian c. Belum

2.

Apakah jenis sumber air bersih yang

a. Air sumur

digunakan oleh masyarakat?

b. Air PDAM c. Air sungai

40

3.

4.

Apakah masyarakat aktif menggunakan air

a. Ya

sungai untuk kegiatan sehari-hari ?

b. Tidak

Aktifitas apa saja yang biasa dilakukan

a. MCK

masyarakat di sungai ?

b. Irigasi c. Peternakan d. Membuang limbah e. Memancing

5.

Dampak apa saja yang disebabkan akibat

a. Sedimentasi

kegiatan masyarakat di sungai tersebut?

b. Keruh c. Bau d. Banjir e. Wabah penyakit

6.

Upaya apa saja yang telah bapak lakukan untuk mengurangi aktivitas masyarakat di sungai ?

a. Pemberlakuan denda b. Poster larangan beraktivitas di sungai c. Pembangunan sumur/ jamban untuk seluruh warga

7.

Upaya konservasi apa saja yang telah bapak

a. Reboisasi

lakukan untuk menjaga kelestarian sungai

b. Pengerukan

tersebut?

c. Pelarangan membuang limbah ke sungai

8.

Upaya apa saja yang bapak lakukan dalam

a. Waduk

pengelolaan sungai tersebut?

b. Tanggul c. Lain-lain

9.

Adakah badan pemerintah yang ikut serta

a. Ada, apa dan

membantu dalam pengelolaan sungai

bagaimana

tersebut?

peranannya ?

41

b. Tidak ada 10.

Selain peran utama pemerintah dalam

a. Ya, mengapa dan

menjaga kelestarian sungai, apakah

bagaimana peranan

masyarakat juga penting dalam hal

bapak selaku RT

tersebut?

dalam menggerakkan warganya dalam program tersebut? b. Tidak

11.

Masyarakat disini membuang sampah di mana?

12.

Jenis sampah apa saja yang dibuang di sungai?

13.

Pernahkah sampah-sampah yang disungai menimbulkan masalah?

14.

Apakah disini ada program kali bersih?

15.

Apakah bapak/ibu mengetahui pencemaran dan kualitas air sungai itu bagaimana?

16.

Menurut bapak/ibu bagaimana kondisi sungai saat ini?

17.

Apakah terdapat penurunan kualitas antara sungai yang dulu dengan sekarang?

18.

Menurut bapak/ibu apakah kondisi air sungai saat ini layak atau tidak?

19.

Apakah masyarakat disekitar sini pernah melakukan aktivitas mengeruk tanah di sungai atau sekitarnya? Jika ada untuk keperluan apa?

20.

Selain untuk keperluan sehari-hari, biasanya sungai dimanfaatkan untuk apa?

42

Lampiran 3. Kuisioner Warga KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jalan Kalimantan I/93 – Kampus Bumi Tegal Boto Kotak Pos 159 Jember 68121 Telepon 0331-337878, 331743 Faksimile 0331-322995 Laman :www.fkm.unej.ac.id

KUESIONER MASYARAKAT KETERANGAN PENGUMPUL DATA Nama Pengumpul Data

:

Tanggal Pengumpulan Data :

A. PROFIL MASYARAKAT Karakteristik Responden Nama Responden : Umur

:

Jenis Kelamin

:

Alamat

:

Pendidikan Terakhir :

PENGETAHUAN 1. Menurut bapak/ibu dari mana sumber air untuk kehidupan sehari-hari? a. Air hujan dan air permukaan b. Air sungai c. Air sumur

43

d. Air danau dan mata air e. Tidak tahu 2. Menurut bapak/ibu apakah yang dimaksud dengan air bersih? a. Air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan b. Air yang kelihatan jernih c. Air yang tidak berbau d. Air yang tidak berasa e. Tidak tahu 3. Menurut bapak/ibu bagaimana kriteria sungai yang bersih? a. Air sungai yang jernih tidak berwarna b. Belum tercemar benda lain c. Tidak keruh dan tidak berbau d. Semua benar e. Tidak tahu 4. Menurut bapak/ibu bagaimana kondisi sungai yang tercemar? a. Airnya keruh dan berminyak b. Banyak sampah-sampah yang mengapung c. Airnya berbau d. Menyebabkan gatal-gatal pada kulit setelah digunakan e. Tidak tahu 5. Menurut Bapak/Ibu darimana saja sumber pencemaran Sungai? a. Sampah rumah tangga b. Limbah pabrik c. Kotoran manusia d. Semua benar e. Tidak tahu 6. Menurut bapak/ ibu apa saja penyakit yang bersumber dari air yang tercemar ? a. Gatal-gatal, bentol-bentol merah pada kulit, diare b. TBC c. Batuk

44

d. Demam e. Tidak Tahu 7. Menurut bapak/ ibu bagaimana caranya air dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit? a. Masuknya bakteri atau virus ke dalam air yang digunakan b. Ada binatang pengganggu (serangga) yang hidup dalam air c. Kurangnya air untuk kebersihan d. Ada binatang perantara pembawa penyakit di dalam air e. Tidak tahu 8. Menurut bapak/ibu bagaimana cara menghindari penyakit kulit? a. Menghindari kontak langsung dengan penderita b. Menjaga pakaian agar tidak terkontaminasi dengan penderita c. Mandi 2x sehari dan menjaga kebersihan tubuh d. Mandi 2x sehari menggunakan sabun dan menghindari kontak dengan penderita e. Tidak tahu 9. Menurut bapak/ibu apa cara yang dilakukan untuk penanggulangan pencemaran air sungai ? a. Mengurangi beban pencemaran badan air oleh industri dan domestik. b. Mengurangi limbah kendaraan bermotor dan industri. c. Mengawasi pemanfaatan limbah b3 (bahan berbahaya dan beracun) d. Mengurangi Limbah pestisida e. Tidak tahu 10. Menurut bapak/ibu tindakan apa yang perlu dilakukan oleh masyarakat untuk menjaga kelestarian sungai? a. Tidak membuang sampah atau limbah ke sungai, danau, laut dll. b. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk tempat mencuci truk, mobil dan sepeda motor c. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk wahana memandikan ternak d. Menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari

45

e. Tidak tahu

B. SIKAP No

Pernyataan

S

1. Air sungai dapat digunakan langsung sebagai air bersih (-) 2. Air sungai merupakan sumber air minum (-) 3. Air sungai dapat digunakan untuk mandi (-) 4. Mandi 2x sehari dan menjaga kebersihan diri salah satu cara menghindari penyakit kulit (+) 5. Air sungai digunakan untuk menyikat gigi (-) 6. Setiap mandi harus menggunakan sabun(+) 7. Air sungai dapat dapat digunakan untuk mencuci sayuran , ikan, daging( bahan makanan) (-) 8. Setelah sayuran, ikan, daging dicuci di sungai, tidak perlu dicuci lagi dengan air bersih (-) 9. Sampah boleh dibuang ke sungai (-) 10.Hewan peliharaan apabila sudah mati boleh dibuang ke sungai (-) 11.Sebaiknya mencuci piring dan alat masak di sungai (-) 12.Sebaiknya limbah rumah tangga tidak dibuang ke sungai agar tidak tercemar (+) 13.Sumber air bersih harus terhindar dari bahan pencemar (+) 14.Perlu menanam tanaman di sekitar bantaran sungai (+)

46

TS

C. TINDAKAN No

Pertanyaan

Ya

1. Apakah bapak/Ibu menggunakan air sungai sebagai sumber air bersih? (-) 2. Apakah bapak/ ibu menggunakan sungai sebagai air minum? (-) 3. Apakah bapak / ibu membuang tinja ke sungai? (-) 4. Apakah bapak/ ibu membuang sampah ke sungai? (-) 5. Apakah bapak/ ibu memakai sabun setiap mandi? (+) 6. Apakah bapak/ ibu menggunakan air sungai untuk mencuci peralatan dapur? (-) 7. Apakah bapak/ ibu menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian? (-) 8. Apakah bapak/ ibu menggunakan air sungai untuk membersihkan kendaraan? (-) 9. Apakah bapak / ibu menggunakan air sungai untuk memandikan ternak? (-) 10.Apakah bapak/ ibu membuang limbah ke sungai? (-) 11.Apakah bapak/ibu ikut serta dalam memelihara kelestarian sungai? (+) 12.Apakah bapak/ ibu membuang sisa pestisida ke sungai? (-) 13.Apakah bapak/ ibu mengganti pakaian sehabis mandi? (+) 14.Apakah bapak/ ibu memakai handuk secara bergantian dengan anggota keluarga lain? (-) 15.Apakah bapak/ ibu menjemur handuk setelah dipakai? (+)

47

Tidak

48

Lampiran 4. Gambar – Gambar Observasi

Lebar Sungai Binggul

Kegiatan warga sedang mencuci pakaian di Sungai Binggul

Kegiatan warga yang telah selesai mandi di Sungai Binggul

49

Kegiatan warga sedang BAB di Sungai Binggul

Limbah domestik warga yang dibuang ke Sungai Binggul

Limbah pertanian (pestisida) yang dibuang warga ke Sungai Binggul

50

Sampah-sampah yang dibuang warga di Sungai Binggul

51

NOTULENSI KELOMPOK 7 PSDA Anggota : 1. Della Putri S.

(152110101047)

2. Eki Vera Tiya P.

(152110101102)

3. Maulida Ngastuti

(152110101149)

4. Njolanda Kusuma W.

(152110101222)

5. Maybella Damayanti

(162110101039)

6. Yustira Hanin Mahisa

(162110101158)

7. Leily Rusul Islami D. P

(162110101213)

Notulensi : Yustira Hanin Mahisa (162110101158) Presentator : 1. Della Putri S.

(152110101047)

2. Maybella Damayanti

(162110101039)

3. Leily Rusul Islami D. P

(162110101213)

Moderator : Abdul Basith Q. A.

(152110101154)

Pertanyaan : 1. Bagaimana keterkaitan antara musim hujan dengan air sungai yang berwarna kecoklatan dan keruh? Rachmy Rosida R. (162110101169) Jawaban : 1. Air yang berwarna coklat / keruh bukan disebabkan karena air hujan, tetapi karena pencemaran limbah yang berasal dari salah satu cabang sungai yang tercemar ada di dekat sungai tersebut ikut terbawa aliran sungai apalagi saat musim hujan. Dan proses sedimentasi tanah sungai semakin meningkat pada saat musim hujan dan menyebabkan material sungai tercampur dengan air sungai dan menyebabkan air sungai berwarna kecoklatan / keruh. Njolanda Kusuma W. (152110101222)

52

Related Documents

Tugas Pkn Individu Fixdocx
October 2019 113
Laporan
August 2019 120
Laporan !
June 2020 62
Laporan
June 2020 64
Laporan
April 2020 84

More Documents from "muhammad abrar"