Laporan Praktikum Tens Yuni Abty Fajarsari.docx

  • Uploaded by: YuniAbtyFajarsari
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Praktikum Tens Yuni Abty Fajarsari.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,003
  • Pages: 5
ELEKTROTERAPI “Laporan Praktikum Tens pada Kasus Akut Strain Tendon Achilles”

Disusun Oleh: YUNI ABTY FAJARSARI PO.71.4.241.16.1.078 3B D.IV FISIOTERAPI

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR 2019

LAPORAN PRAKTIKUM TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS)

A. Patologi Kasus 1. Definisi Tendon Achilles adalah tendon besar yang berada di belakang pergelangan kaki yang menghubungkan otot betis ke tulang tumit, tendon Achilles berasal gabungan dari tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris kaki. Pada manusia, letaknya tepat di bagian pergelangan kaki. Tendon Achilles adalah tendon tertebal dan terkuat pada badan manusia. Panjangnya sekitar 15 cm, dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus. Tendon ini adalah kontributor utama kekuatan plantar fleksi kaki. Tetapi bagian distal tendon ini memiliki pasokan darah yang sedikit sekali terutama pada 2-6 cm di atas insersinya pada tulang kalkaneus. Tendon normal sangat kuat dan dapat menahan beban sampai 2000 pound (907,2 kg) pada saat lari cepat. Strein pada tendon achilles terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak. 2. Etiologi Gejala yang terjadi biasanya berhubugan dengan rasa sakit di sekitar bagian belakang talus namun kadang-kadang disalah artikan sebagai rasa sakit pada tendon achilles. Seorang atlit yang menderita Achilles tendiritis atau retrocalcaneus bursitis merasakan perkembangan gejalanya secara bertahap dan biasanya akan mengeluhkan rasa sakit dan kaku segera saat bangun dari tidur di pagi hari. Rasa sakit ini akan semakin berkurang dengan cara berjalab-jalan atau menghangatkan bagian tendon achiles misalnya dengan membasuhkan air hangat selain itu ada juga cedera pada tendon achilles - Paratendinitis - Kemunduran vokal - Sobekan sebagian - Retrocalanaceal bursitis (radang kadang sendi) - Gejala yang berhubungan dengan posterior - Penyakit server’s putusnya tendo (remaja) - Rasa sakit yang berkenaan dengan neuromeningeal lumbar spine - Putusnya tendon achilles 3. Patogenesis

Diketahui bahwa cedera ligament kompleks (anteromedial dan anterolateral instability) yang terjadi karena trauma berat valgus atau varus dengan disertai atau tidak internal rotasi atau eksternal rotasi. Berdasarkan insidensi yang terjadi mekanisme cedera ACL 70% berhubungan dengan olahraga, terutama pivoting sports seperti olahraga basket, sepak bola juga olahraga ski. Muller melaporkan terdapat dua mekanisme yang menyebabkan isolated ACL ruptur terutama trauma hiperekstensi dan mnederat setelah melompat dengan sendi lutut slight fleksi. Muller melaporkan bahwa mekanisme trauma hiperekstensi membentanng kuat ACL diatas roof dari anterior notch, dengan mekanisme trauma tersebut menyebabkan bundel PL rusak semakin bertambah bila bundek semakin tegang sat lutut ekstensi (fig 7-2). Sedangkan mekanisme trauma olagraga ski dimana terjadi valgus dan internal rotasi (dikenal “phantom foot mechanism”) ketika sata atlet mendarat setelah melompat, beban otot quadriceps eksentrik dapat adkwatmmerusak ACL. 4. Tanda dan Gejala Strein akut pada stuktur musculotendinous Tendon Achilles terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Strein terjadi ketika otot terulur dan berkontraksi secara mendadak, seperti pada pelari atau pelompat. Tipe Cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strein pada otot gastronomius. Beberapa kali cedera terjadi secara mendadak ketika pelari dalam melangkah penuh. Gejala pada strein otot yang akut bisa berupa: -

Nyeri

-

Spasme Otot posterior betis

-

Kehilangan kekuatan

-

Keterbatasan lingkup ruang sendi.

B. Prosedur Pelaksanaan 1. Persiapan Alat : 1) Pemanasan alat, pengecekan/pengetesan alat, penyediaan instrumen Sebelum pengobatan dimulai sebaiknya alat dipanasi terlebih dahulu selama 5 menit kemudian alat di cek apakah dapat berfungsi dengan baik. Pastikan semua tombol sacral dalam posisi 0. Siapkanlah kabel elektroda, spons, dan ruber elektroda. Masukkan kabel elektroda kedalam soket elektroda pada alat dynatron, kemudian hidupkan alatnya. Kemudian hubungankan ruber elektroda dan kabel elektroda dan jepitlah kedua ruber elektroda diantara kedua kaki. Kemudian naikkan intensitas secara perlahaan dan rasakan arus yang keluar dari mesin dngan merasakan arus tusuk listrik 2) Pemilihan jenis atau bentuk arus

Pilihlah jenis atau bentuk arus di adinamis sesuai dengan kondisi dan problematik dari pasien. Jenis atau ventuk arus yag digunakan tergantung dari tujuan terapi, aktualitas dan stadium dari ganguan atau kelainan. 3) Pemilihan metode apliaksi Pemilihan metode aplikasi tergantung dari lokasi keluhan bersifat profunda atau superfisial dan lokasi keluhan bersifat lokal, regioanal atau segmental 4) penentuan dosis dan frekuensi pengobatan Penentuan dosis dan frekuensi pengobatan meliputi intensitas terapi yang ditentukan oleh rangsangan yang dapat dterima oleh pasien. Dan lamanya terapi 2. Persiapan Pasien :  Tes sensasi Tes sensasi dilakukan terutama pada daerah atau lokasi yang akan diterapi, khususnya pada daerah dimana elektroda ditempatkan menggunakan jarum pentul.  Penjelasan dan penyampaian informasi pengobatan atau terapi Setelah tes sensasi terapis menyampaikan dan,menjelaskan tujuan dan maksud serta manfaat dari terapi.  Pengaturan posisi Sebelum terapi dilaksanakan posisi pasien diatur senyaman mungkin agar tidak mengganggu jalanya terapi dan pemasangan elektroda 3. Teknik Pelaksanaan :  Pemasangan elektroda Pasanglah elektroda sesuai teknik aplikasi yang dipilih. Biasannya eklektroda di tempatkan pada daerah yang terasa nyeri  Pelaksanaan terapi Jika elektroda telah dipasang hidupkanlah alat dan hubungkan elektroda dengan kabel elektroda. Kemudian tekanlah tombol waktu agar waktu yang diperlukan dapat terlihat dari display waktu. Lalu putarlah sacral intensitas secara perlahan sampai arus dapat dirasakan oleh pasien. Besarnya intensitas tergantung dari dosis, stadium, aktualitas lesi, dan letak daerah yang diobati apakah superfisial atau profunda Kasus : akut achilles Nilai VAS : 7,6

strain

tendon 1. Posisi pad elektrode : Diletakkan di bagian superfisial dari tendon achilles yang terasa nyeri 2. Metode pemasangan pad elektrode : Pad elektrode sebelum di pasangkan di masukkan kedalam spons yang lembab diletakan diatas tendon secara

berdekatan lalu dililit dengan perekat 3. Pemilihan dosis : a. Bentuk arus TENS : Conventional b. Bentuk gelombang interferential

:

biphasic

pulsasi

c. Frekuensi : 2-10pps 2-10 Hz d. Pulse Width : 200-300 µs e. Frekuensi Burst : 200-300 µs f. Waktu : 20-30 menit

C. Evaluasi Terapis kemudian melakukan evaluasi sesaat dengan menanyakan keadaan pasien apakah keluhannya menurun atau bertambah pasien merasa pusing atau tidak kemudian melihat atau mengobservasi daerah yang diobati apakah tidak terjadi kemerahan yang berlebihan. Jika pasien merasakan gatal, panas, dan kemerahan yang diarea yang diobati, ambillah talcum antiseptik kemudian taburi pada daerah tersebut untuk meminimalisir pengaruh etsing atau reaksi asam basa yang terjadi di kulit. Jika kondisi pasien akut mintalah pasien untuk datang dalam satu minggu berurut-turut untuk mendapatkan pengobatan, namun jika pasien kronik sebaikknya terapi dilaksanakan 2-3 kali seminggu.

Related Documents

Tens
November 2019 24
Laporan Praktikum
September 2019 87
Laporan Praktikum
June 2020 47
Yuni Doc.docx
May 2020 16

More Documents from "Restu Purwista"